Anda di halaman 1dari 6

Psikoborneo, Vol 6, No 4, 2018:462- 467 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Hubungan Antara Kejenuhan Belajar Dengan Stres Akademik


Fatmawati1

Program Studi Psikologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman Samarinda

ABSTRACT. This study aimed to determine the relationship between learning saturation with academic
stress in full-day school students at SMPN 2 Samarinda. This research used quantitative approach. The
subjects of this study were 91 students selected by used random sampling technique. Data collection
methods used are the scale of academic stress and learning saturation. Research data was analyzed with
Multiple Correlation by the program Statistical Package for Social Science (SPSS) 20.0 for Windows. The
results of the study with a confidence level of 95% showed that there was a positive and significant
relationship between saturation of learning with academic stress with a calculated R value> R Table of
(0.476> 0.206) and p = 0.000 (p <0.05).

Keywords: Academic Stress, Learning Saturnation

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kejenuhan belajar dengan stres
akademik pada siswa full day school di SMPN 2 Samarinda. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Subjek penelitian ini berjumlah 91 siswa yang dipilih dengan menggunakan teknik random
sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala stres akademik dan kejenuhan belajar.
Data penelitian dianalisis dengan Korelasi Ganda dengan program Paket Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS)
20.0 for Windows. Hasil penelitian dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara kejenuhan belajar dengan stres akademik dengan nilai R
hitung> R Tabel sebesar (0,476> 0,206) dan p = 0,000 (p <0,05)).

Kata Kunci: Stres Akademik, Saturnasi Belajar

1
Email: wrahma58@gmail.com
462
Psikoborneo, Vol 6, No 4, 2018:462- 467 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

PENDAHULUAN Folkman, (dalam Suyono dkk, 2016) berpendapat


bahwa stres dapat terjadi jika individu menilai
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
kemampuannya tidak cukup untuk memenuhi
87 Tahun 2017 tentang penguatan pendidikan
tuntutan situasi lingkungan fisik dan sosial. Artinya,
karakter yang bertujuan untuk memperkuat karakter
stres akan dialami atau tidak dialami bergantung
peserta didik atau yang disingkat PPK (Penguatan
pada penilaian subjektif individu terhadap sumber
Pendidikan Karakter) dengan diberlakukannya lima
stres yang datang. Jika individu menganggap
hari sekolah dengan durasi jam belajar 8 jam dalam
kemampuannya cukup untuk memenuhi tuntutan
sehari atau yang dikenal saat ini dengan sistem full
lingkungan maka stres tidak akan terjadi.
day school, telah menuai pro dan kontra, pasalnya
Lazarus dan Folkman, (dalam Suyono dkk,
banyak orangtua maupun siswa yang tidak sepakat
2016) berpendapat bahwa stres dapat terjadi jika
dengan diterapkannya sistem tersebut. Hal ini
individu menilai kemampuannya tidak cukup untuk
terbukti dengan keluarnya petisi tentang penolakan
memenuhi tuntutan situasi lingkungan fisik dan
kebijakan full day school pada situs change.org
sosial. Artinya, stres akan dialami atau tidak dialami
yang telah ditandatangani oleh 39.060 orang
bergantung pada penilaian subjektif individu
(diakses tanggal 3 Oktober 2017). Menteri
terhadap sumber stres yang datang. Jika individu
Kebudyaan dan Pendidikan, Muhadjir Effendy
menganggap kemampuannya cukup untuk
mengatakan program full day school tidak berarti
memenuhi tuntutan lingkungan maka stres tidak
belajar seharian penuh, tetapi berada disekolah
akan terjadi. Minimnya pengetahuan, pengalaman,
dengan durasi waktu yang lebih lama, akan tetapi
dan daya dukung lingkungan terhadap kebutuhan
dibarengi dengan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler
psikologis remaja sering membuat remaja
yang menyenangkan sehingga peserta didik tidak
kehilangan kemampuan dalam mengatasi masalah-
merasa tertekan dan stres karna berada terlalu lama
masalah yang dihadapinya (Stallard, 2004).
disekolah.Semua kewajiban itu akan terlaksana
Berdasarkan screening yang dilakukan oleh
dengan lancar jika didukung pemenuhan hak siswa
peneliti pada siswa-siswi diSMPN 2 Samarinda
dalam belajar, seperti dukungan sosial, kondisi
terhadap 60 siswa tentang stres berdasarkan teori
emosional yang stabil, lingkungan yang nyaman,
dari dari Gadzella (dalam Misra dan Castillo, 2004)
dan fasilitas belajar yang mendukung kelancaran
yaitu mengukur berdasarkan reaksi terhadap
belajarnya.
stressor yaitu berupa reaksi fisik, reaksi emosi,
Stres dapat dialami oleh setiap individu, tidak
reaksi perilaku dan penilaian kognitif.
terkecuali siswa di TK, SD, SMP, SMA, bahkan
mahasiswa di perguruan tinggi. Lazarus dan

Tabel 1. Data Hasil Screening Siswa-siswi di SMPN 2 Samarinda


Keterangan Jumlah Persentase
Mengalami stres dengan ≥ 9 gejala 15 25%
Mengalami stres dengan 4-8 gejala 16 28%
Mengalami stres dengan 1-3 gejala 29 48%
Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan 2016). Fenomena stres akademik yang dialami oleh
bahwa siswa-siswi di SMPN 2 Samarinda siswa-siswi di SMPN 2 Samarinda yang dibuktikan
mengalami stres dengan lebih dari 9 gejala sebanyak dengan hasil screening oleh peneliti yakni 15 siswa
15 orang dengan persentase sebesar 25%, dari 60 siswa mengalami stres hal ini dikarenakan
mengalami stres dengan 4-8 gejala sebanyak 16 siswa-siswi tersebut menunjukan gejala berupa sakit
orang dengan persentase sebesar 28%, dan kepala, sulit tidur, cepat merasa lelah, mudah panik,
mengalami stres dengan 1-3 gejala sebanyak 29 mudah marah, sulitnya berkomunikasi dengan
orang dengan persentase sebesar 48%. oranglain, mengurung diri dikamar, percaya diri
Masalah-masalah yang tidak segera ditangani menurun serta mudah mengalami kebosanan. Siswa
dengan baik dapat mengganggu pikiran individu yang mengalami stres dengan gejala 4-8 adalah
yang akan menimbulkan ketegangan pada sebanyak 16 orang hal ini dikarenakan siswa-siswi
kehidupan individu yang biasa disebut dengan stres tersebut menunjukan gejala mudah marah, gampang
(Lubis, Oktaviani, Rahmi, Khatimah dan Nur, tersinggung, sering merasa gelisah, sulit

463
Psikoborneo, Vol 6, No 4, 2018:462- 467 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

berkonstrrasi pada pelajaran, mudah merasa lelah, obsesif dan kompulsif, harga diri dan rasa percaya
serta nafsu makan berkurang. Sedangkan siswa yang diri rendah. Pengalaman stres siswa jika dibiarkan
mengalami stres dengan gejala terendah yaitu 1-3 berkepanjangan dan tidak segera ditangani dapat
sebanyak 29 siswa. Hal ini dikarenakan siswa memunculkan dampak baru seperti yang dinyatakan
tersebut menunjukan gejala nafsu makan berkurang, oleh Silvar (2001) yaitu dalam efek jangka panjang,
merasa sulit tidur serta tidak dapat berkonsentrasi stres belajar dapat menyebabkan gejala kejenuhan.
disekolah. Menurut Maslach dan Leiter (dalam Muna,
Stres yang berlebihan tanpa adanya 2013) penyebab kejenuhan belajar dapat terjadi
kemampuan memilih upaya penyelesaian yang pada siswa dikarenakan siswa mereaksi stres dengan
efektif akan memiliki implikasi jangka panjang pada cara yang negatif (distress). Distres maupun
kesehatan fisik dan psikologis mereka dikemudian eustress merupakan dua arah yang berlawanan.
hari (Cooper & Davidson, 1991). Tingkat stres yang Stres dapat mengarah kelebih positif tergantung
tinggi akan menyebabkan remaja mengalami pada siswa tersebut merespon stimulusnya. Jika
masalah yang lebih rumit. Hal itu mengakibatkan siswa tersebut lebih menunjukan kepada jenis
penurunan daya tahan tubuh remaja sehingga mudah distres maka tingkat kejenuhan belajar akan
mengalami sakit, kelelahan mental, patah semangat, semakin tinggi, sebaliknya jika eustress yang lebih
dan merusak rasa percaya diri mereka (Branon & dominan tingkat kejenuhan belajar akan semakin
Feist, 2007). rendah.
Syah (2004) mengatakan bahwa sebab Berdasarkan rangkaian permasalahan yang
keletihan yang dialami oleh siswa dapat telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk
menyebabkan kebosanan dan siswa kehilangan melakukan penelitian dengan judul Hubungan
motivasi serta malas untuk mengikuti pelajaran antara Kejenuhan Belajar dengan Stres Akademik
selanjutnya. Dunne, dkk (2001) juga menambahkan Pada Siswa-siswi Full Day School di SMPN 2
bahwa tingginya beban pembelajaran, aturan Samarinda.
sekolah, ketidaksiapan dalam menerima pelajaran
serta lingkungan yang tidak nyaman juga TINJAUAN PUSTAKA
merupakan salah satu bagian pemicu terjadinya stres Stres Akademik
pada siswa. Banyaknya aktivitas dan kegiatan di Gadzella (dalam Gadzella & Masten, 2005)
sekolah, serta tuntutan-tuntutan yang harus dialami mendefinisikan stres akademik sebagai persepsi
oleh siswa dapat menyebabkan siswa merasa seseorang terhadap stressor akademik dan
kelelahan pada seluruh bagian indra, dan kurang bagaimana reaksi mereka yang terdiri dari reaksi
bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar fisik, emosi, perilaku dan kognitif terhadap stressor
mengajar, timbul rasa bosan, kurang termotivasi, tersebut. Menurut Olejnik dan Holschuh (2007)
kurang perhatian, tidak ada minat, serta tidak stres akademik adalah suatu respon yang muncul
mendatangkan hasil. Dari gejala-gejala yang telah karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang
disebutkan diatas menunjukan siswa sedang harus dikerjakan individu dimana stres akademik
mengalami kejenuhan belajar (Khusumawati, 2014). sebagai ketegangan akibat terlalu banyaknya tugas
Menurut Hakim (dalam Khusumawati, 2014) yang harus dikerjakan individu. Berdasarkan
kejenuhan belajar diartikan sebagai suatu kondisi pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
mental seseorang saat mengalami rasa bosan dan stres akademik adalah persepsi seseorang terhadap
lelah yang amat sangat sehingga mengakibatkan stressor akademik dan bagaimana reaksi mereka
timbulnya rasa enggan, lesu, tidak bersemangat yang terdiri dari reaksi fisik, emosi, perilaku dan
melakukan aktivitas belajar. Menurut Neils (2006) kognitif terhadap stressor tersebut.
akibat negatif kejenuhan belajar adalah kerusakan
kinerja akademik, berupa kebiasaan buruk dalam Kejenuhan Belajar
belajar, motivasi belajar rendah, kognisi yang tidak Menurut Hakim (2000) kejenuhan belajar
rasional, obsesif dan kompulsif, harga diri dan rasa adalah suatu kondisi mental seseorang saat
percaya diri rendah. mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sangat
Menurut Neils (2006) akibat negatif sehingga mengakibatkan timbulnya rasa enggan,
kejenuhan belajar adalah kerusakan kinerja lesu, tidak bersemangat melakukan aktivitas belajar.
akademik, berupa kebiasaan buruk dalam belajar, Menurut Syah (2004), jenuh juga dapat berarti jemu
motivasi belajar rendah, kognisi yang tidak rasional, dan bosan di mana sistem akalnya tidak dapat
464
Psikoborneo, Vol 6, No 4, 2018:462- 467 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

bekerja sesuai dengan yang diharapkan dalam = 0.471; t hitung = 2.157; p = 0.034), (reaksi fisik
memproses item-item informasi atau pengalaman beta = 0.470; t hitung = 2.090; p = 0.040), (reaksi
baru, hal ini mengakibatkan informasi pada saat perilaku beta = 0.429; t hitung = 1.993; p = 0.049),
belajar tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa, (penilaian koginitf beta = 0.460; t hitung = 2.037; p
keadaan fisik maupun psikis yang terlalu = 0.045) yang artinya tingginya keletihan fisik yang
dipaksakan membuat para siswa menjadi letih, dimiliki siswa menentukan semakin tinggi stres
bosan dan enggan untuk menyimak pelajaran. akademik yang dimiliki siswa begitupula
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat sebaliknya. Keletihan mental siswa memiliki
disimpulkan bahwa kejenuhan belajar adalah suatu hubungan yang positif dan signifkan dengan aspek
kondisi mental seseorang saat mengalami rasa bosan pemaksaan diri dengan nilai koefisien (beta = 0.425;
dan lelah yang amat sangat sehingga mengakibatkan t hitung = 2.165; p = 0.033), yang artinya tingginya
timbulnya rasa enggan, lesu, tidak bersemangat keletihan mental yang dimiliki siswa menentukan
melakukan aktivitas belajar. semakin tinggi stres akademik yang dimiliki siswa
begitupula sebaliknya.
METODE PENELITIAN Aspek keletihan fisik siswa merupakan aspek
Metode pengumpulan data yang digunakan yang mendominasi. Hal ini mengartikan bahwa
dalam penelitian ini adalah instrumen penelitian keletihan fisik siswa memiliki hubungan untuk
yang terdiri atas skala stress akademik dan skala mengidentifikasi siswa mengalami stres akademik,
kejenuhan belajar. Pengumpulan data dilakukan dibandingkan dengan keletihan indra siswa dan
dengan cara melakukan uji try out terlebih dahulu keletihan mental siswa. Siswa yang mengalami
lalu membagikan skala kepada siswa-siswi di kejenuhan belajar akan mengalami titik jenuh yang
SMPN 2 Samarinda sebanyak 60 siswa. Hasil uji tinggi dan berpengaruh terhadap kondisi fisik siswa,
validitas dan reliabilitas pada skala stres akademik dimana prestasi belajarnya akan rendah serta
terdapat 0 aitem gugur dengan nilai alpha 0.753 dan kurangnya motivasi dan minat untuk belajar.
skala kejenuhan belajar terdapat 0 aitem gugur Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar,
dengan nilai alpha 0.745. Adapun perhitungan merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan
statistik dalam penelitian ini menggunakan bantuan yang diperoleh ketika belajar tidak ada peningkatan.
program SPSS 20.0 for windows. Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat
keterkaitan antara kejenuhan belajar dan stres
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN akademik. Stres akademik dapat terjadi pada
individu tergantung bagaimana individu tersebut
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada merespon sebuah masalah. Siswa biasanya
korelasi product moment didapatkan hasil bahwa cenderung memandang suatu masalah dengan
terdapat hubungan antara kejenuhan belajar dengan negatif. Hal tersebut membuat siswa akhirnya
stres akademik pada siswa-siswi full day school di merasa jenuh dan tidak mampu melakukan aktivitas
SMPN 2 Samarinda. Hal ini dibuktikan dengan nilai belajar dengan baik. Menurut Chaplin kejenuhan
P = 0.000 dan R Hitung = 0.476. Kemudian pada belajar dapat melanda siswa apabila ia telah
hasil korelasi parsial pada variabel kejenuhan kehilangan motivasi dan kehilangan konsolidasi
belajar yaitu aspek keletihan indra siswa salah satu tingkatan keterampilan tertentu sebelum
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan
dan signifikan dengan aspek tekanan (beta = 0.383; t berikutnya. Kejenuhan yang dialami siswa juga
hitung = 2.001; p = 0.049) yang artinya tingginya akan menimbulkan akibat kompleks tidak hanya
keletihan indra yang dimiliki siswa menentukan menimbulkan akibat para siswa yang bersangkutan
semakin tinggi stres akademik yang dimiliki siswa tetapi juga akan mempengaruhi jalannya proses
begitupula sebaliknya. Aspek keletihan fisik siswa belajar mengajar, antara lain banyaknya kesalahan
juga menunjukan bahwa terdapat hubungan yang yang dilakukan siswa dan tingginya absensi
positif dan signifikan dengan aspek frustrasi, (Suryasubrata, 2002).
konflik, reaksi fisik, reaksi perilaku, dan penilaian Hal ini diperkuat penelitian sebelumnya yang
kognitif. Keletihan fisik siswa memiliki hubungan dilakukan oleh Irene (2011) tentang hubungan
yang positif dan signifikan dengan kelima aspek antara stres dengan kejenuhn belajar siswa
stres akademik dengan nilai koefisien (frustrasi beta akselerasi di SMP Domenico Savio Semarng
= 0.446; t hitung = 2.040; p = 0.044), (konflik beta menunjukan adanya hubungan antara stres dengan

465
Psikoborneo, Vol 6, No 4, 2018:462- 467 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

kejenuhan belajar dengan koefisien korelasi 0.326 kompleks tidak hanya menimbulkan akibat para
dengan p<0.05, sehingga semakin tinggi stres maka siswa yang bersangkutan tetapi juga akan
semakin tinggi kejenuhan belajar siswa akselerasi. mempengaruhi jalannya proses belajar mengajar,
Hasil penelitian ini juga mendukung hasil antara lain banyaknya kesalahan yang dilakukan
observasi yang peneliti lakukan bahwa tuntutan siswa dan tingginya absensi (Suryasubrata, 2002).
akademis yang dinilai terlampau berat serta durasi Para siswa memang dituntut untuk selalu siap
jam belajar yang cukup panjang setiap harinya dapat menghadapi segala perubahan kurikulum yang
menjadi pemicu stres pada siswa. Bayani dan diterapkan dalam bidang pendidikan, hal tersebut
Sarwasih (2013) mengatakan bahwa salah satu diharapkan dapat membentuk pribadi siswa menjadi
faktor utama penyebab stres pada remaja yaitu karakter yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,
tuntutan akademis yang dinilai terlampau berat, bermoral, bertoleren, serta berkembang dinamis
hasil ujian yang buruk, tugas yang menumpuk dan untuk mewujudkan visi dan misi dari program full
lingkungan pergaulan. day school. Untuk itu sangat diperlukan lingkungan
Menurut teori Kupriyanov dan Zhdanov yang nyaman dan menyenangkan agar siswa tidak
(2014) bahwa stres dapat mengarah kelebih positif merasa jenuh dan stres meskipun berada disekolah
tergantung pada siswa tersebut merespon seharian. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian
stimulusnya. Jika siswa tersebut lebih menunjukan yang telah dilakukan apabila tingkat kejenuhan
kepada jenis distress (stres dalam bentuk negatif) belajar siswa semakin tinggi maka akan semakin
maka tingkat kejenuhan belajar akan semakin tinggi, tinggi stres akademik yang dialami siswa-siswi full
sebaliknya jika eustress yang lebih dominan tingkat day school di SMPN 2 Samarinda.
kejenuhan belajar akan semakin rendah. Hal ini
sejalan dengan yang diungkapkan oleh Mulder KESIMPULAN DAN SARAN
(2005) bahwa akibat negatif kejenuhan belajar Kesimpulan
adalah kerusakan kinerja akademik, berupa Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
kebiasaan buruk dalam belajar, motivasi belajar maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
rendah, kognisi yang tidak rasional, obsesif dan hubungan yang signifkan dan positif antara
kompulsif, harga diri dan rasa percaya diri rendah. kejenuhan belajar dengan stres akademik pada
Pengalaman stres siswa jika dibiarkan siswa-siswi full day school di SMPN 2 Samarinda.
berkepanjangan dan tidak segera ditangani dapat
memunculkan dampak baru seperti yang dinyatakan Saran
oleh Silvar (2001) yaitu dalam efek jangka panjang
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,
berupa kejenuhan belajar yang akibatnya dapat
maka dapat dikemukakansaran-saran sebagai
menyebabkan gejala stres akademik.
berikut:
Berdasarkan data hasil uji deskriptif
1. Bagi siswa-siswi di SMPN 2 Samarinda yaitu
kejenuhan belajar menunjukan bahwa terdapat 14
melakukan istirahat sejenak jika dirasa lelah atau
siswa (15.4 persen) yang memiliki kejenuhan
jenuh saat belajar serta banyak mengkonsumsi
belajar sangat tinggi. 21 siswa (23.1 persen)
makanan dan minuman yang bergizi untuk
memiliki kejenuhan belajar tinggi, 25 siswa (27.5
menjaga kesehatan tubuh, melakukan olahraga
persen) memiliki kejenuhan belajar sedang, 16
rutin setiap satu minggu sekali agar tubuh tidak
siswa (17.6 persen) memiliki kejenuhan belajar
mudah letih serta melakukan hobi yang disukai.
rendah, dan 15 siswa (16.5 persen) memiliki
2. Bagi guru Pembimbing (BK) yaitu mendorong
kejenuhan belajar yang sangat rendah di SMPN 2
guru untuk menggunakan strategi pendekatan,
Samarinda. Nilai rata-rata kejenuhan belajar berada
metode, dan media pembelajaran bervariasi yang
pada kategori sangat tinggi menunjukan bahwa
menyenangkan serta memberikan motivasi dan
sebagian besar siswa SMPN 2 Samarinda memiliki
stimulus baru agar siswa merasa terdorong untuk
kejenuhan belajar sedang.
belajar lebih giat dari sebelumnya.
Menurut Chaplin kejenuhan belajar dapat
3. Bagi Guru SMPN 2 Samarinda yaitu siswa diberi
melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi
kesempatan untuk bermain sambil belajar disela-
dan kehilangan konsolidasi salah satu tingkatan
sela pelajaran contohnya siswa diberi kesempatan
keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai
membuat yel-yel, tepuk-tepuk yang menurut
pada tingkat keterampilan berikutnya. Kejenuhan
mereka bisa mengurangi kejenuhan dalam
yang dialami siswa juga akan menimbulkan akibat
belajar.
466
Psikoborneo, Vol 6, No 4, 2018:462- 467 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

4. Bagi Kepala Sekolah SMPN 2 Samarinda SMP Domenico Savio Semarang. Skripsi:
memberikan kesempatan pada setiap guru dan diterbitkan
murid untuk belajar dengan suasana yang Khusumawati, Z. K. (2014). Penerapan Kombinasi
berbeda contohnya guru tidak monoton mengajar Antara Teknik Relaksasi dan Self-Instruction
didalam kelas, bisa diluar kelas atau dialam untuk Mengurangi Kejenuhan Belajar. Jurnal
terbuka. BK UNESA. Vol. 05, No. 01, pp 1-10.
5. Bagi Pemerintah dapat mengkaji ulang Kupriyanov, R., & Zhdanov, R. (2014). The
kurikulum serta metode dari yang diterapkan Eustress Concept: Problems and Outlooks.
pada sistem full day school agar siswa dapat World Journal of Medical Sciences , Vol.11
lebih nyaman dan menyenangkan saat belajar No.2, pp. 179-185.
sehingga belajar bukan dirasa beban oleh siswa. Lubis, H., Oktaviani, M. A., Rahmi, A. S.,
6. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengukur Khatimah, H. H., & Nur, M. O. (2016). Musik
kejenuhan belajar dengan stres akademik dengan Kejien Dalam Menurunkan Tingkat
variabel yang berbeda seperti dengan variabel Kecemasan, Stres, dan Depresi. Psikostudia:
dukungan sosial orangtua, interaksi rekan sebaya, Jurnal Psikologi, 5(1), 39-64.
atau menggunakan jenis penelitian perbandingan Misra, R., & Castillo, L. G. (2004). “Academic
antara sekolah yang menerapkan full day school Stress Among College Students: Comparison
dengan yang tidak menerapkan sehingga akan of American and Internasional Students”.
mendukung dan menyumbangkan berbagai teori Internasional Journal of Stress Management.
baru dalam bidang Psikologi Pendidikan. Vol. 11 No. 2, pp. 112-121.
Mulder, N. (2005). Mysticism in Java : Ideology in
DAFTAR PUSTAKA Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Muna, N. F. (2013). Efektifitas Teknik Self
Bayani., & Sarwasih. (2013). Attachment dan Peer
Regulation Learning dalam Mereduksi
Group Coping Stress Pada Siswa Kelas VII di
Tingkat Kejenuhan Belajar Siswa. Jurnal
SMP RSBI Al Azhar 8 Kemang Pratama.
Holistik. Vol. 14 No. 02. pp. 55-64.
Jurnal Soul. Vol. 6, No. 1.
Olejnik, S. N., & Holschuh, J. P. (2007) College
Brannon, L., & Feist, J. (2000) Health Psychology:
rules! How to study, survive, and succeed in
An Introduction to behavior and health, USA:
college 2nd ed. New York : Ten Speed Press.
Wadsworth.
Silvar, C., Merino, F., & Diaz, J. (2008).
Cooper, C. L., & Davidson, R. (1991). Personality
Differential activation of defense-related
and stress: individual differencesin the stress
genes in susceptible and resistant pepper
process. NewYork: John Wiley and Sons Ltd.
cultivars infected with Phytophthora capsici.
Dunne, P. M., Sun, J., & Nguyen D. N. (2010). The
J. Plant Physiol.
Influence of Educational Pressure on The
Suryabrata, S. (2000). Pengembangan Alat Ukur
Mental Helath of Adolescents in East Asia :
Psikologi. Edisi Pertama. Cetakan Pertama.
Methods anda Tools for Research. Journal of
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Science, Hue Universty 61.
Suyono., Triyono., & Handarini, D. M. (2016).
Gadzella, B. M., & Masten, W. G. (2005). An
Keefektifan Teknik Relaksasi untuk
Analysis of the categories in the student-life
Menurunkan Stres Akademik Siswa SMA.
stress inventory. American Journal Of
Vol. 4, No. 2, pp 115-120.
Psychological Research, Vol. 1, No.1, pp 1-
Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikan dengan
10.
Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Hakim, T. (2000). Belajar Secara efektif. Jakarta:
Rosdakarya.
Pupsa Swara.
Irena, A. (2011). Hubungan antara Stress dengan
Kejenuhan Belajar Siswa Kelas Akselerasi di

467

Anda mungkin juga menyukai