Anda di halaman 1dari 23

REPARAT

TERAPI INHALASI

OLEH :
Murni Sulastri ( 214-210-067)
Refarat ini dibuat untuk melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior
di SMF Ilmu Paru di RSUD Deli Serdang

Pembimbing
dr. Edwin Anto Pakpahan , Sp/.P

SMF ILMU PARU


RSUD DELI SERDANG
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Terapi inhalasi adalah cara pemberian obat dalam bentuk
partikel aerosol melalui saluran nafas, baik saluran nafas atas dan
bawah. Saluran nafas atas dimulai dari rongga hidung dengan sinus
disekitarnya, laring, faring, dan proksimal trakea, sedangkan saluran
nafas bawah dimulai dari bronkus, bronkioli sampai ke alveoli.
Target sasaran ini termasuk mukosa dan ujung reseptor neuron di
dalamnya (Pradjnaparamita, 2008).

Terapi inhalasi memegang peranan penting dalam pengobatan


penyakit respiratorius yang akut dan kronik. Terapi inhalasi dapat
menghantarkan obat ke paru-paru untuk segera bekerja.
Penumpukan mukus di dalam saluran napas, peradangan dan
pengecilan saluran napas dapat dikurangi secara cepat
(Djojodibroto, 2009).
Terapi Inhalasi
 Terapi inhalasi merupakan pilihan terapi pemberian
obat dengan tujuan untuk mengontrol atau terapi
kondisi akut pada penderita penyakit paru obstruksi
 Berbagaimacam cara dan peralatan inhalasi telah
dikembangkan dengan berbagai kelebihan dan
kekurangannya
 Pemberian obat-obatan dengan cara inhalasi harus
memperhatikan beberapa hal seperti efektifitas obat
dan teknik inhalasi
 Pemilihan peralatan inhalasi tergantung pada
ketersediaan, harga, pertimbangan klinisi, dan
keterampilan dan kemampuan penderita
Keuntungan terapi inhalasi adalah:

Penghantaran obat secara langsung ke saluran


napas sehingga dosis total lebih rendah
 Absorpsi dan distribusi sistemik lebih rendah
Efek samping minimal
Keuntungan dari terapi inhalasi ini akan
meningkatkan efek terapeutik dari obat
1 x semprotan inhalasi dosisnya lebih kecil sampai
40x dibandingkan dengan obat oral utk medapatkan
efek bronkodilatasi yg sama
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Fisiologi Saluran Nafas
Prinsip Terapi inhalasi
Prinsip farmakologis terapi inhalasi yang
ideal untuk penyakit saluran napas adalah obat
dapat sampai pada organ target dengan
menghasilkan partikel aerosol berukuran
optimal agar terdeposisi di paru, onset kerjanya
cepat, dosis obat kecil, efek samping minimal
karena konsentrasi obat di dalam darah sedikit
atau rendah, mudah digunakan, serta efek
terapeutik tercapai yang ditandai dengan
tampaknya perbaikan klinis.
OBAT

AEROSOL

AKSI

SALURAN
NAFAS
TEMPAT LEWAT
OBAT:
INSULIN
FUROSEMID
Mekanisme Terapi Inhalasi
Macam macam sistem inhalasi
1. Metered Dose Inhaler (MDI)
2. Dry Powder Inhaler (DPI)
3. Nebulizer
Dry Powder Inhaler (DPI)

Pada awalnya di tahun 1957 jenis inhaler ini


digunakan untuk delivery serbuk antibiotik. Selanjutnya
banyak penelitian uji klinis yang menunjukkan bahwa
DPI bisa digunakan untuk pengobatan asma anak.
Dalam perkembangannya pada tahun 1970 dibuat
inhaler yang hanya memuat serbuk kering dosis
tunggal seperti misalnya spinhaler dan rotahaler, dan
akhir tahun 1980 diperkenalkan inhaler yang memuat
multiple dosis yaitu yang dikenal dengan diskhaler (8
dosis) dan turbuhaler. Beberapa tahun terakhir ini
diperkenalkan diskus (di Inggris dikenal dengan
accuhaler) yang memuat 60 dosis dan dapat
dipergunakan untuk 1 bulan terapi.
DPI Amount of Drug Delivered

Budesonide (Pulmicort 90 or 180 mcg (delivers 80 or


Flexhaler) 160 mcg/inhalation)
Budesonide (Pulmicort -
Turbuhaler)
Budesonide/Formoterol Delivers 80 or 160 mcg/4.5
HFA (Symbicort) mcg per actuation

Fluticasone propionate 50 mcg/inhalation


(Flovent Diskus)
Fluticasone 100, 250, or 500 mcg/50 mcg
propionate/salmeterol per blister
xinafoate (Advair Diskus)
Formoterol fumarate (Foradil 12 mcg/capsule
Aerolizer)
Mometasone furoate 110 or 220 mcg (delivers 100
(Asmanex Twisthaler) or 200 mcg/inhalation)
Salmeterol xinafoate 50 mcg/blister
(Serevent Diskus)
Tiotropium bromide (Spiriva 18 mcg/capsule
HandiHaler)
Metered Dose Inhaler (MDI)

Pada inhaler ini bahan aktif obat disuspensikan


dalam kurang lebih 10 ml cairan pendorong (propelan)
dan yang biasa digunakan adalah kloroflurokarbon
(chlorofluorocarbon = CFC) pada tekanan tinggi. Akhir-
akhir ini mulai dikembangkan penggunaan bahan non-
CFC yaitu hidrofluroalkana (HFA) yang tidak merusak
lapisan ozon. Propelan mempunyai tekanan uap tinggi
sehingga di dalam tabung (kanister) tetap berbentuk
cairan. Bila kanister ditekan, aerosol disemprotkan
keluar dengan kecepatan tinggi yaitu 30 m/detik dalam
bentuk droplet dengan dosis tertentu melalui aktuator
(lubang).
Metered Dose Inhaler (MDI)
Pada cara inhalasi ini diperlukan koordinasi antara penekanan kanister
dengan inspirasi napas. Untuk mendapatkan hasil optimal maka pemakaian
inhaler ini hendaklah dikerjakan sebagai berikut:
terlebih dahulu kanister dikocok agar obat tetap homogen,
lalu tutup kanister dibuka
inhaler dipegang tegak kemudian pasien melakukan ekspirasi maksimal
secara perlahan
mulut kanister diletakkan diantara bibir,
lalu bibir dirapatkan dan dilakukan inspirasi perlahan sampai maksimal
pada pertengahan inspirasi kanister ditekan agar obat keluar
pasien menahan nafas 10 detik atau dengan menghitung 10 hitungan pada
inspirasi maksimal
setelah 30 detik atau 1 menit prosedur yang sama diulang kembali
 setelah proses selesai, jangan lupa berkumur untuk mencegah efek samping.
MDI Dosis obat

per aktuasi
Albuterol sulfate (Ventolin, Proventil, Ventolin HFA, 90 mcg
Proventil HFA, ProAir HFA)
Beclomethasone dipropionate (QVAR) 40 or 80 mcg
Ciclesonide (Alvesco) 80 or 160 mcg
Cromolyn sodium (Intal) 800 mcg
Flunisolide (AeroBid, AeroBid-M +) 250 mcg
Flunisolide hemihydrate (Aerospan HFA) 80 mcg (78 mcg
delivered)
Fluticasone propionate (Flovent HFA) 44, 110, or 220 mcg
Fluticasone propionate/salmeterol xinafoate 45, 115, or 230 mcg/21
(Advair HFA) mcg
Ipratropium bromide (Atrovent HFA) 17 mcg
Ipratropium bromide/albuterol sulfate (Combivent) 18 mcg /90 mcg
Levalbuterol tartrate (Xopenex HFA) 45 mcg
Pirbuterol acetate (Maxair Autohaler) 200 mcg
Mometasone/formoterol (Dulera) 100 or 200 mcg/5 mcg
Triamcinolone acetonide (Azmacort) 75 mcg
Nebulizer
Berikut cara penggunaan nebulizer yaitu:
• Selalu cuci tangan sebelum menyiapkan obat untuk
penggunaan nebulizer
• Membuka tutup tabung obat nebulizer, mengukur dosis obat
dengan benar
• Memasukkan obat ke dalam tabung nebulizer
• Menghubungkan selang dari masker uap atau mouthpiece
pada kompresor nebulizer
• Mengenakan masker uap atau mouthpiece ke mulut,
dikatupkan bibir hingga rapat
• Menekan tombol on
• Benapaslah dengan perlahan ketika menghirup uap yang
keluar dan uap dihirup sampai obat habis
• Menekan tombol off
Kortikosteroid Inhalasi

Contoh kortikosteroid inhalasi yang tersedia di Indonesia


antara lain:
• Fluticasone Flixotide (flutikason propionate50 μg , 125 μg
/dosis) Inhalasi aerosol Dewasa dan anak > 16 tahun: 100-
250 μg, 2 kali sehariAnak 4-16 tahun; 50-100 μg, 2 kali sehari

• Beclomethasone dipropionate Becloment (beclomethasone


dipropionate 200μg/ dosis) Inhalasi aerosol Inhalasi aerosol:
200μg , 2 kali seharianak: 50-100 μg 2 kali sehari.

• Budesonide Pulmicort (budesonide 100 μg, 200 μg, 400 μg /


dosis) Inhalasi aerosolSerbuk inhalasi Inhalasi aerosol: 200
μg, 2 kali sehariSerbuk inhalasi: 200-1600 μg / hari dalam
dosis terbagianak: 200-800 μg/ hari dalam dosis terbagi.

• Dosis untuk masing-masing individu pasien dapat berbeda,


sehingga harus dikonsultasikan lebih lanjut dengan dokter,
dan jangan menghentikan penggunaan kortikosteroid secara
langsung, harus secara bertahap dengan pengurangan dosis.
Indikasi Dan Kontraindikasi Terapi Inhalasi

Indikasi:
• Ketika obat dapat dirubah menjadi bentuk aerosol
Kontraindikasi:
• Sensitivitas atau cardiotoxicity untuk propelan adalah
kontraindikasi untuk penggunaan MDI
• DPI tidak diindikasikan pada pasien yang tidak dapat
menghasilkan laju aliran inspirasi yang adekuat
• Tidak ada kontraindikasi untuk penggunaan spacer dan
nebulizers
Efek Samping Dan Komplikasi Terapi Inhalasi

Jika aerosol diberikan dalam jumlah besar,


maka dapat menyebabkan penyempitan pada
saluran pernapasan (bronkospasme).
Disamping itu bahaya iritasi dan infeksi pada
jalan napas, terutama infeksi nosokomial juga
dapat terjadi (rab, 1996).
BAB III
PENUTUP
• Terapi inhalasi adalah pemberian obat ke dalam saluran napas dengan
cara inhalasi.Terapi inhalasi merupakan satu teknik pengobatan penting
dalam proses pengobatan penyakit respiratori (saluran pernafasan) akut
dan kronik.

• Terapi inhalasi dapat menghantarkan obat langsung ke paru-paru untuk


segera bekerja. Dengan demikian, efek samping dapat dikurangi dan
jumlah obat yang perlu diberikan adalah lebih sedikit dibanding cara
pemberian lainnya. Sayangnya pada cara pemberian ini diperlukan alat
dan metoda khusus yang agak sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis,
dan sering obatnya mengiritasi epitel paru.

• Karena terapi inhalasi obat dapat langsung pada sasaran dan


absorpsinya terjadi secara cepat dibanding cara sistemik, maka
penggunaan terapi inhalasi sangat bermanfaat pada keadaan serangan
yang membutuhkan pengobatan segera dan untuk menghindari efek
samping sistemik yang ditimbulkannya. Seperti untuk mengatasi
bronkospasme, meng-encerkan sputum, menurunkan hipereaktiviti
bronkus, serta mengatasi infeksi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai