PEBADAHULUAN
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit Tahun 2009 — 2010, PPOK
merupakan penyakit tidak menular yang menjadi prioritas program pengendalian
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL). PPOK masuk dalam
1
peringkat 10 besar kematian penyakit tidak menular rawat inap di rumah sakit
(Kemenkes RI, 2012).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Amerika Serikat pada tahun 2000 terdapat 8 juta penderita PPOK rawat jalan dan
sebesar 1,5 juta kunjungan pada Unit Gawat Darurat dan 673.000 kejadian rawat
inap. Angka kematian sendiri juga semakin meningkat sejak tahun 1970, dimana
pada tahun 2000, kematian karena PPOK sebesar 59.936 dan 59.118 pada wanita
dan pria secara berurutan. (Kemenkes RI, 2008)
4
terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Secara anatomik dibedakan tiga jenis
emfisema (Oemiat, 2003):
- Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke
perifer, terutama mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan merokok
lama
- Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata
dan terbanyak pada paru bagian bawah
- Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas
distal, duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena
perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis,
metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan
napas.
5
2.6 Diagnosis PPOK
Diagnosis PPOK antara lain (PDPI, 2003):
1 Anamnesis
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala
pernapasan
- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
- Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir
rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok
dan polusi udara
- Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
2 Pemeriksaan fisis PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
- Inspeksi
o Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
o Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
o Penggunaan otot bantu napas
o Hipertropi otot bantu napas
o Pelebaran sela iga
o Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis
leher dan edema tungkai
o Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit
kemerahan dan pernapasan pursed - lips breathing.
o Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis,
terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis
sentral dan perifer
o Pursed - lips breathing
6
Pursed - lips breathing Adalah sikap seseorang yang bernapas
dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini
terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2
yang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi
CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.
3 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rutin
Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
o Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau
VEP1/KVP ( % ). Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) <
80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %
o VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk
menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
o Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin
dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai
sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan
sore, tidak lebih dari 20%
Uji bronkodilator
o Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada
gunakan APE meter.
o Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan,
15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau
APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200
ml
o Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
7
Radiologi Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan
penyakit paru lain
Pada emfisema terlihat gambaran :
o Hiperinflasi
o Hiperlusen
o Ruang retrosternal melebar
o Diafragma mendatar
o Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop
appearance)
Pada bronkitis kronik :
o Normal
o Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus
8
- Gejala sedang pada waktu istirahat
Beta2 - agonis
Antikolinergi
Short-acting anticholinergics (SAMA)
Phosphodiesterase-4 inhibitors
9
2.9 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi (GOLD, 2015) :
1) Gagal nafas :
a) Gagal nafas kronik
b) Gagal nafas akut pd gagal nafas kronik
2) Infeksi berulang
3) Kor pulmonale kronikum ( cpc ) kompensata / dekompensata
4) Meninggal
10
BAB III
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
No. RM : 110226
Nama : Ngayami Sipayung
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 58 Tahun
Suku Bangsa : Batak/Indonesia
Agama : Kristen
Alamat :Dusun II Desa Pagar Manik, Lubuk Pakam Deli
Serdang
Status : Menikah
Pekerjaan : PNS
Tanggal Masuk : 19 Oktober 2018
II. Anamnesa
Keluhan Utama : Sesak Nafas
Telaah : OS datang ke IGD RSUD Deli Serdang,
dibawa oleh keluarganya dengan keluhan sesak
nafas yang memberat sejak satu hari SMRS,
tidak dipengaruhi oleh cuaca tetapi dipengaruhi
oleh aktivitas, os juga mengeluhkan batuk yang
sudah dialami sejak 3 tahun, memberat 1 hari
SMRS, ada dahak, tetapi sulit dikeluarkan,
riwayat merokok sejak muda, riwayat hipertensi,
dan stroke berulang.
Riwayat Pengobatan : Tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu : Stroke (+), Hipertensi(+)
Riwayat Alergi : Tidak Ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak Ada
11
- RR : 36 x/i
- Temperatur : 37.5 ˚C
3. Status Generalisata
Kepala dan Leher
Bentuk dan Posisi : Dalam batas normal
Pergerakan : Dalam batas normal
Rongga Dada dan Abdomen
Bentuk dan Ukuran : Dalam batas normal
Pergerakan : Dalam batas normal
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : 1. Inspeksi : Barrel Chest
2. Palpasi : Stem fremitus menurun
3. Perkusi : Hipersonor di lapangan kedua paru
4. Aukultasi : SP : Vesikuler, ST : Ronkhi +/+
; Weezhing +/+
Cor : BJ I, Regluer, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen : Soepel, Timpani, Bising usus (+) Normal,
Ekstremitas : Superior : Akral hangat, edema (-)
Inferior : Akral hangat (+), edema (-)
Indeks Eritrosit
MCV : 91,4 fl MCV :92,4 fl
MCH : 29,4 pg MCH : 30,0 pg
MCHC :32,1 g/dL MCHC :32,5 g/dL
12
Hitung Jenis (diff)
Basofil : 0,7 % Basofil : 0,7%
Eosinofil :0,4 % Eosinifol : 0,1%
N.segmen : 77,1 % N.Segmen :91,3%
Limfosit :13,8 % limfosit : 3,8%
Monosit :8,1 % Monosit : 4,1%
LED :20 % LED : 25%
AGD
Analisa Gas Darah (bga)
PH : - PH : 7,55 mmHg
PCO2 : - PCO2 : 38 mmHg
PO2 : - P02 :57 mmHg
BE (B): - BE (B) : 10,1 mmol/L
HCO3 : - HCO3 : 34,4 mmol/L
Total C02 :- Total CO2 : 34,3 mmol/L
Tes Rontgen :
Kesan : PPOK
13
V. Resume
A. Anamnesa
Keluhan Utama : Sesak Nafas
Telaah : OS datang ke IGD RSUD Deli Serdang, dibawa
oleh keluarganya dengan keluhan sesak nafas
yang memberat sejak satu hari SMRS, tidak
dipengaruhi oleh cuaca tetapi dipengaruhi oleh
aktivitas, os juga mengeluhkan batuk yang sudah
dialami sejak 3 tahun, memberat 1 hari SMRS,
ada dahak, tetapi sulit dikeluarkan, riwayat
merokok sejak muda, riwayat hipertensi, dan
stroke berulang.
Pada pemeriksaan dijumpai
B. Pemeriksaan Umum
Sensorium : Somnolen
Tekanan Darah : 200/130 mmHg
Frekuensi Nadi : 96x/i
Frekuensi Napas : 30x/i
Temperatur : 37.5 ˚C
Terapi :
- Furosemide 1amp/12jam
- Cefoferazone 1gr/12jam
- M.Prednisolon 1 amp/6 jam
- Amlodipine 1x 10 mg
- Salbutamol 3x4 mg
- Candesartan 1x 8 mg
- Inf Acetil Cystein
- Inf Levofloxacin
- Inf Fioramol
14
- Nebul combivent /12 jam
- Flexotide
- -Inhalasi/ 12 jam
Ventilator modus :
- Spontan Fi O2 :30 %
- Support 12x/i k? SpO2 stabil dan nafas stabil
- Diet :Makanan Cair lauk pauk
- O2 terpasang
- Monitoring Inf NGT chateter terpasang dengan baik
15
DAFTAR PUSTAKA
Global Initiative of Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). Global strategy for
the diagnosis, management and prevention of COPD; 2015.
Kementrian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI; 2008.
16