Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker serviks adalah tumor epitel ganas yang terbentuk di serviks uterus.
Sebagian besar kasus kanker serviks dapat dicegah melalui vaksinasi human
papilloma virus (HPV), penyaringan rutin, dan pengobatan lesi prakanker. Namun
karena kurang memadai protokol skrining di banyak wilayah di dunia1

Kanker serviks merupakan bagian kanker ginekologi yang menduduki


urutan pertama kanker ginekologi dan menduduki urutan kedua dari kanker pada
perempuan Secara global, kanker serviks terus menjadi salah satu kanker yang
paling umum pada wanita, yaitu menjadi urutan keempat setelah kanker payudara,
kolorektal, dan kanker paru-paru. Pada tahun 2012, diperkirakan ada sekitar
527.600 kasus baru kanker serviks dengan 265.770 kematian setiap tahun. Di
negara-negara ekonomi rendah dan menengah lebih sering terjadi, menjadi kanker
paling umum kedua dalam insiden di antara wanita dan yang ketiga paling umum
dalam hal kematian. Sebagian besar kasus dan kematian baru (sekitar 85% dan
90%,) masing-masing terjadi di daerah sumber daya rendah atau di antara
masyarakat yang secara sosial ekonomi lemah4.

Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapore sebesar 25,0


pada ras Cina; 17,8 pada ras Melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per 100.000
penduduk. Insidens dan angka kematian kanker serviks menurun selama beberapa
dekade terakhir di AS. Hal ini karena skrining Pap menjadi lebih populer dan lesi
serviks pre-invasif lebih sering dideteksi daripada kanker invasif. Diperkirakan
terdapat 3.700 kematian akibat kanker serviks pada 20063.

Di Indonesia diperkirakan ditemukan 40 ribu kasus baru kanker serviks


setiap tahunnya. Menurut data kanker berbasis patologi di 13 pusat laboratorium
patologi, kanker serviks merupakan penyakit kanker yang memiliki jumlah
penderita terbanyak di Indonesia, yaitu lebih kurang 36%. Dari data 17 rumah
sakit di Jakarta 1977, kanker serviks menduduki urutan pertama, yaitu 432 kasus
di antara 918 kanker pada perempuan2.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Serviks


Serviks merupakan bagian terendah dari uterus yang menonjol ke vagina
bagian atas. Bagian atas vagina berakhir mengelilingi serviks sehingga serviks
terbagi menjadi bagian (supravaginal) dan bagian bawah (portio). Di anterior
bagian batas atas serviks yaitu ostium interna kurang lebih tingginya sesuai
dengan batas peritoneum pada kandung kemih. Kanalis servikalis berbentuk
fusiformis dengan lubang kecil pada kedua ujungnya, yaitu orifisium interna yang
bermuara ke dalam uterus dan orifisium eksterna yang bermuara ke dalam
vagina.5

Gambar 1.1 Anatomi Serviks


2.2 Definisi

Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks


merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan
berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.2,3

2
2.3 Epidemiologi

Pada tahun 2010 estimasi jumlah insiden kanker serviks adalah 454.000
kasus. Data ini didapatkan dari registrasi kanker berdasarkan populasi, registrasi
data vital, dan data otopsi verbal dari 187 negara dari tahun 1980 sampai 2010.
Per tahun insiden dari kanker serviks meningkat 3.1% dari 378.000 kasus pada
tahun 1980. Ditemukan sekitar 200.000 kematian terkait kanker serviks, dan
46.000 diantaranya adalah wanita usia 15-49 tahun yang hidup di negara sedang
berkembang.4

Untuk wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapore sebesar 25,0


pada ras Cina; 17,8 pada ras Melayu; dan Thailand sebesar 23,7 per 100.000
penduduk. Insidens dan angka kematian kanker serviks menurun selama beberapa
dekade terakhir di AS. Hal ini karena skrining Pap menjadi lebih populer dan lesi
serviks pre-invasif lebih sering dideteksi daripada kanker invasif. Diperkirakan
terdapat 3.700 kematian akibat kanker serviks pada 2006.2

Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker


terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens
sebesar 12,7%. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah
wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk
dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.2

2.4 Etiologi
Terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa Human Papilloma
Virus (HPV) sebagai penyebab neoplasia servikal. Karsinogenesis pada kanker
serviks sudah dimulai sejak seseorang terinfeksi HPV yang merupakan faktor
inisiator dari kanker serviks yang menyebabkan terjadinya gangguan sel serviks.
Ada bukti lain yaitu onkogenitas virus papiloma hewan; hubungan infeksi HPV
serviks dengan kondiloma dan atipik koilositotik yang menunjukkan displasia
ringan atau sedang; serta deteksi antigen HPV dan DNA dengan lesi servikal.1

Human Papilloma Virus (HPV) ditemukan pada 95 % kasus kanker leher


rahim. Ada beberapa tipe HPV yang dapat menyebabkan kanker, yaitu tipe 16 dan
18 ( paling sering di Indonesia ) serta tipe 31, 34, 45, dan lain-lain. HPV dapat

3
dengan mudah ditularkan melalui aktifitas seksual dan beberapa sumber transmisi
tidak tergantung dari adanya penetrasi, tetapi juga melalui sentuhan kulit di
wilayah genital tersebut (skin to skin genital contact). Dengan demikian setiap
wanita yang aktif secara seksual memiliki risiko untuk terkena kanker leher
rahim.3

2.5 Faktor Resiko


Berikut adalah faktor resiko kanker serviks1,2 :
1 Hubungan Seksual
Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara
seksual. Beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat hubungan
seksual dan risiko penyakit ini. Sesuai dengan etiologi infeksinya, wanita dengan
partner seksual yang banyak dan wanita yang memulai hubungan seksual pada
usia muda akan meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Karena sel kolumnar
serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa maka wanita yang
berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena kanker serviks
lima kali lipat. Keduanya, baik usia saat pertama berhubungan maupun jumlah
partner seksual, adalah faktor risiko kuat untuk terjadinya kanker serviks.
2 Karakteristik Partner
Sirkumsisi pernah dipertimbangkan menjadi faktor pelindung, tetapi
sekarang hanya dihubungkan dengan penurunan faktor risiko. Studi kasus kontrol
menunjukkan bahwa pasien dengan kanker serviks lebih sering menjalani seks
aktif dengan partner yang melakukan seks berulang kali. Selain itu, partner dari
pria dengan kanker penis atau partner dari pria yang istrinya meninggal terkena
kanker serviks juga akan meningkatkan risiko kanker serviks.
3 Riwayat Ginekologis
Walaupun usia menarke atau menopause tidak mempengaruhi risiko
kanker serviks, hamil di usia muda dan jumlah kehamilan atau manajemen
persalinan yang tidak tepat dapat pula meningkatkan risiko.
4 Dietilstilbesterol (DES)
Hubungan antara clear cell adenocarcinoma serviks dan paparan DES in
utero telah dibuktikan.

4
5 Agen Infeksius
Mutagen pada umumnya berasal dari agen-agen yang ditularkan melalui
hubungan seksual seperti Human Papilloma Virus (HPV) dan Herpes Simpleks
Virus Tipe 2 (HSV 2).
6 Etnis dan Faktor Sosial
Wanita di kelas sosioekonomi yang paling rendah memiliki faktor risiko
lima kali lebih besar daripada wanita di kelas yang paling tinggi. Hubungan ini
mungkin dikacaukan oleh hubungan seksual dan akses ke sistem pelayanan
kesehatan. Di Amerika Serikat, ras negro, hispanik, dan wanita Asia memiliki
insiden kanker serviks yang lebih tinggi daripada wanita ras kulit putih. Perbedaan
ini mungkin mencerminkan pengaruh sosioekonomi.
7 Kontrasepsi Oral
Risiko noninvasif dan invasif kanker serviks telah menunjukkan hubungan
dengan kontrasepsi oral. Bagaimanapun, penemuan ini hasilnya tidak selalu
konsisten dan tidak semua studi dapat membenarkan perkiraan risiko dengan
mengontrol pengaruh kegiatan seksual. Beberapa studi gagal dalam menunjukkan
beberapa hubungan dari salah satu studi, bahkan melaporkan proteksi terhadap
penyakit yang invasif
8 Merokok
Saat ini terdapat data yang mendukung bahwa rokok sebagai penyebab
kanker serviks dan hubungan antara merokok dengan kanker sel skuamosa pada
serviks (bukan adenoskuamosa atau adenokarsinoma). Mekanisme kerja bisa
langsung (aktivitas mutasi mukus serviks telah ditunjukkan pada perokok) atau
melalui efek imunosupresif dari merokok. Bahan karsinogenik spesifik dari
tembakau dapat dijumpai dalam lendir dari mulut rahim pada wanita perokok.
Bahan karsinogenik ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama
infeksi HPV dapat mencetuskan transformasi keganasan.
9 Usia
Telah banyak penelitian menemukan bahwa insidens kanker serviks pada
usia muda makin meningkat dan tumor terlihat lebih agresif.

5
2.6 Diagnosis
A. Gejala Klinis
Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan gejala. Bila telah
menjadi kanker invasif, gejala yang paling umum adalah perdarahan (contact
bleeding, perdarahan saat berhubungan intim) dan keputihan. Pada stadium
lanjut, gejala dapat berkembang mejladi nyeri pinggang atau perut bagian
bawah karena desakan tumor di daerah pelvik ke arah lateral sampai obstruksi
ureter, bahkan sampai oligo atau anuria. Gejala lanjutan bisa terjadi sesuai
dengan infiltrasi tumor ke organ yang terkena, misalnya: fistula vesikovaginal,
fistula rektovaginal, edema tungkai.5
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Pap Smear
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal
pada pasien yang tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui
pada sekret yang diambil dari porsi serviks. Setiap wanita yang telah aktif
secara seksual sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali
setiap tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil
pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan pap smear bisa dilakukan
setiap 2 atau 3 tahun sekali.1

Tabel 2.1. Kategorisasi Diagnosis Deskriptif Pap Smear Berdasarkan


Sistem Bethesda

6
2. Pemeriksaan DNA HPV

Pap’s smear negatif disertai DNA HPV yang negatif


mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%.
Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur diatas
30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu.
DNA HPV yang positif yang ditentukan kemudian lebih dianggap sebagai
HPV yang persisten2.

3. Biopsi

Teknik yang biasa dilakukan adalah punch biopsy yang tidak


memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang menggunakan anestesi.
Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks.
Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan
memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja.5

4. Tes Schiller

Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada


serviks normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel
serviks karena adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang
mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena
tidak ada glikogen

5. Radiologi

Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan


pada saluran pelvik atau peroartik limfe1

7
2.7 Stadium
Stadium kanker serviks menurut klasifikasi FIGO1

Tabel 2.2. Stadium kanker serviks menurut klasifikasi FIGO

8
Gambar 1.2 Stadium Kanker Serviks

2.8 Penatalaksanaan
A. Metode Terapi Lesi Prakanker Serviks
Beberapa metode terapi destruksi lokal antara lain: krioterapi dengan N2O
dan CO2, elektrokauter, elektrokoagulasi, dan laser. Metode tersebut ditujukan
untuk destruksi lokal lapisan epitel serviks dengan kelainan lesi prakanker yang
kemudian pada fase penyembuhan berikutnya akan digantikan dengan epitel
skuamosa yang baru.1

a Krioterapi
Krioterapi digunakan untuk destruksi lapisan epitel serviks dengan
metode pembekuan atau freezing hingga sekurang-kurangnya -20oC
selama 6 menit (teknik Freeze-thaw-freeze) dengan menggunakan gas
N2O atau CO2. Kerusakan bioselular akan terjadi dengan mekanisme: (1)
sel‐ sel mengalami dehidrasi dan mengkerut; (2) konsentrasi elektrolit
dalam sel terganggu; (3) syok termal dan denaturasi kompleks lipid
protein; (4) status umum sistem mikrovaskular.1

9
b Elektrokauter
Metode ini menggunakan alat elektrokauter atau radiofrekuensi dengan
melakukan eksisi Loop diathermy terhadap jaringan lesi prakanker pada
zona transformasi. Jaringan spesimen akan dikirimkan ke laboratorium
patologi anatomi untuk konfirmasi diagnostik secara histopatologik untuk
menentukan tindakan cukup atau perlu terapi lanjutan1,2
c Diatermi Elektrokoagulasi
Diatermi elektrokoagulasi dapat memusnahkan jaringan lebih luas dan
efektif jika dibandingkan dengan elektrokauter, tetapi harus dilakukan
dengan anestesi umum. Tindakan ini memungkinkan untuk memusnahkan
jaringan serviks sampai kedalaman 1 cm, tetapi fisiologi serviks dapat
dipengaruhi, terutama jika lesi tersebut sangat luas.2,3
d Laser
Sinar laser (light amplication by stimulation emission of radiation), suatu
muatan listrik dilepaskan dalam suatu tabung yang berisi campuran gas
helium, gas nitrogen, dan gas CO2 sehingga akan menimbulkan sinar laser
yang mempunyai panjang gelombang 10,6u. Perubahan patologis yang
terdapat pada serviks dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu penguapan
dan nekrosis. Lapisan paling luar dari mukosa serviks menguap karena
cairan intraselular mendidih, sedangkan jaringan yang mengalami nekrotik
terletak di bawahnya. Volume jaringan yang menguap atau sebanding
dengan kekuatan dan lama penyinaran.1

B. Tatalaksana Kanker Serviks Invasif

Stadium Terapi
Stadium 0 / KIS Konisasi (Cold knife conization).
(Karsinoma in situ)
Stadium IA1 (LVSI Konisasi (Cold Knife) Bila tidak free margin
negatif) dilakukan rekonisasi atau simple histerektomi.
Histerektomi Total apabila fertilitas tidak
dipertahankan

10
Stadium IA1 (LVSI Operasi trakelektomi radikal dan limfadenektomi
positif) pelvik apabila fertilitas dipertahankan. Bila operasi
tidak dapat dilakukan karena kontraindikasi medik
dapat dilakukan Brakhiterapi
Stadium IA2,IB1,IIA1 Operatif. Histerektomi radikal dengan
limfadenektomi pelvik. (Tingkat evidens 1 /
Rekomendasi A) Ajuvan Radioterapi (RT) atau
Kemoradiasi bila terdapat faktor risiko yaitu
metastasis KGB, metastasis parametrium, batas
sayatan tidak bebas tumor, deep stromal invasion,
LVSI dan faktor risiko lainnya.
Non operatif Radiasi (EBRT dan brakiterapi)
Kemoradiasi (Radiasi : EBRT dengan kemoterapi
konkuren dan brakiterapi)
Stadium IB 2 dan IIA2  Operatif (Rekomendasi A)
 Neoajuvan kemoterapi (Rekomendasi C)
Stadium IIB  Kemoradiasi (Rekomendasi A)
 Radiasi (Rekomendasi B)
 Neoajuvan kemoterapi (Rekomendasi C)
 Histerektomi ultraradikal, laterally extended
parametrectomy (dalam penelitian)
Stadium III A III B  Kemoradiasi (Rekomendasi A)
 Radiasi (Rekomendasi B)
Stadium IIIB dengan  Nefrostomi / hemodialisa bila diperlukan
CKD  Kemoradiasi dengan regimen non cisplatin
 Radiasi
Stadium IV A tanpa Pada stadium IVA dengan fistula rekto-vaginal,
CKD direkomendasi terlebih dahulu dilakukan kolostomi,
dilanjutkan :
 Kemoradiasi Paliatif, atau
 Radiasi Paliatif

11
Stadium IV A dengan  Paliatif
CKD, IVB  Bila tidak ada kontraindikasi, kemoterapi paliatif
/ radiasi paliatif dapat dipertimbangkan.
Tabel 2.3 Penatalaksanaan Kanker Serviks Berdasarkan Stadium1,2

Keterangan tabel
Rekomendasi A: Histerektomi radikal dan pelvik limfadenektomi. Tata laksana
selanjutnya tergantung dari faktor risiko, dan hasil patologi anatomi
untuk dilakukan ajuvan radioterapi atau kemoterapi.
Rekomendasi B : ajuvan radioterapi
Rekomendasi C :Tujuan dari Neoajuvan Kemoterapi adalah untuk mengecilkan massa
tumor primer dan mengurangi risiko komplikasi operasi.

2.9 Pencegahan
Pencegahan memiliki arti yang sama dengan deteksi dini atau pencegahan
sekunder, yaitu pemeriksaan atau tes yang dilakukan pada orang yang belum
menunjukkan adanya gejala penyakit untuk menemukan penyakit yang belum
terlihat atau masih berada pada stadium praklinik. Program pemeriksaan/skrining
yang dianjurkan untuk kanker serviks (WHO): skrining pada setiap wanita
minimal satu kali pada usia 35-40 tahun. Jika fasilitas tersedia, lakukan tiap 10
tahun pada wanita usia 35-55 tahun. Jika fasilitas tersedia lebih, lakukan tiap 5
tahun pada wanita usia 35-55 tahun. Ideal atau optimal, lakukan tiap 3 tahun pada
wanita usia 25-60 tahun.2,5

Pencegahan Primer
 Menunda Onset Aktivitas Seksual
Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan berhubungan secara
monogami akan mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan.4
 Penggunaan Kontrasepsi Barier
Dokter merekomendasikan kontrasepsi metode barier (kondom, diafragma,
dan spermisida) yang berperan untuk proteksi terhadap agen virus.
Penggunaan lateks lebih dianjurkan daripada kondom yang dibuat dari kulit
kambing.4,2

12
 Penggunaan Vaksinasi HPV
Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi infeksi
Human Papiloma Virus, karena mempunyai kemampuan proteksi >90%.
Tujuan dari vaksin propilaktik dan vaksin pencegah adalah untuk mencegah
perkembangan infeksi HPV dan rangkaian dari event yang mengarah ke
kanker serviks. Kebanyakan vaksin adalah berdasarkan respons humoral
dengan penghasilan antibodi yang menghancurkan virus sebelum ia menjadi
intraseluler. Masa depan dari vaksin propilatik HPV sangat menjanjikan,
namun penerimaan seluruh populasi heterogenous dengan tahap pendidikan
berbeda dan kepercayaan kultur berbeda tetap dipersoalkan.2,4

Pencegahan Sekunder
 Pencegahan Sekunder – Pasien Dengan Risiko Sedang
Hasil tes Pap yang negatif sebanyak tiga kali berturutturut dengan selisih
waktu antarpemeriksaan satu tahun dan atas petunjuk dokter sangat
dianjurkan. Untuk pasien (atau partner hubungan seksual yang level
aktivitasnya tidak diketahui), dianjurkan untuk melakukan tes Pap tiap
tahun.3,4
 Pencegahan Sekunder – Pasien Dengan Risiko Tinggi
Pasien yang memulai hubungan seksual saat usia < 18 tahun dan wanita
yang mempunyai banyak partner (multipel partner) seharusnya melakukan tes
Pap tiap tahun, dimulai dari onset seksual intercourse aktif. Interval sekarang
ini dapat diturunkan menjadi setiap 6 bulan untuk pasien dengan risiko
khusus, seperti mereka yang mempunyai riwayat penyakit seksual berulang.4

13
BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Yusnidar
Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jalan Asahan KM 3
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan : IRT
Status pernikahan : Menikah
Status Berobat : Rawat Jalan
Tanggal Masuk : 12 Desember 2019
No. RM : 11 92 59

II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan 12 Desember 2019 Pkl. 12.00 WIB di Poli Obgyn
Rumah Sakit TK IV 01.07.01 Pematang Siantar secara autoanamesis.
a. Keluhan Utama : Keluar darah dari kemaluan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Rumah Sakit Tentara TK IV 01.07.01 Pematang
Siantar dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak 2 bulan,
frekuensi darah yang keluar tidak menentu, kadang 2 pembalut per hari
dan kadang satu pembalut perhari, awalnya keluar darah dari kemaluan
hanya saat selesai senggama, dan terasa nyeri setiap berhubungan intim
sejak 1 tahun, os juga mengeluhkan nyeri perut bagian bawah dan
menjalar sampai ke pinggang sejak 2 bulan.

Demam (-), riwayat haid teratur (+), keputihan (+), jernih, tidak
berbau, gatal dan panas sekitar kemaluan (-), mual (-), bercak darah (+),
penurunan berat badan (-). BAB dan BAK tidak ada keluhan.

14
c. Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
 Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal.
 Riwayat asma : disangkal.
 Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal.
 Riwayat kencing manis : disangkal.
 Riwayat konsumsi alkohol dan rokok : disangkal.

d. Riwayat Obstetrik :
Menikah 1x selama ± 20 tahun
P2A0
P1 = Tahun 2002. perempuan. SC. Dokter. 3500 gr. Sehat
P2 = Tahun 2006. Laki-laki. SC. Dokter. 3600 gr. Sehat

e. Riwayat Ginekologi :
Menarche saat 14 tahun. Siklus haid teratur setiap 28 hari dengan lama
haid 3-4 hari. Banyaknya haid 2-3 kali ganti pembalut. Nyeri haid (+)
sejak 1 tahun

f. Riwayat KB : KB Oral

g. Riwayat Perkawinan :
Pasien menikah 1 kali pada usia 24 tahun. Sudah menikah dengan
suami selama 20 tahun.

h. Riwayat Penyakit Keluarga


 Riwayat asma : disangkal.
 Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal.
 Riwayat kencing manis : disangkal.

i. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien sudah menikah selama ± 20 tahun yang lalu dan memiliki 2
anak. Pasien bekerja sebagai Ibu rumah tangga. Suami bekerja sebagai TNI-
AD. Biaya kesehatan ditanggung oleh BPJS.

15
III. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan 12 Desember 2019 Pkl. 12.30 WIB di Poli
Obgyn Rumah Sakit TK IV 01.07.01 Pematang Siantar
 Keadaan umum : Baik.
 Kesadaran : Compos mentis
 Vital sign
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit isi dan tegangan cukup
Respiratory rate : 24 x/menit
Suhu : 36˚C
 Status gizi : Kesan gizi baik

a. Status Internus
Kepala : Mesocephal.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-)
Hidung : Deviasi (-), secret (-)
Telinga : Nyeri tarik (-), nyeri tekan (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), faring hiperemis (-)
Leher : deviasi (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)

Toraks :
- Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicularis
sinistra, nyeri tekan .
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal.
Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan.

- Pulmo :
Inspeksi : statis, dinamis, retraksi (-).
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri.
Perkusi : sonor seluruh lapang paru.

16
Auskultasi : suara dasar vesikuler +/+, suara tambahan -/-.

- Abdomen : Tampak datar, simetris.


Ekstremitas Superior : akral dingin (-/-), udem kedua tangan (-/-)
Ekstremitas Inferior : akral dingin (-/-), udem kedua kaki (-/-)

b. Pemeriksaan ginekologi
 Pemeriksaan genitalia eksterna :
Inspeksi : massa (-) di labia mayor , hiperemis (-), fluor albus (-),
darah (+).
Palpasi :nyeri tekan (-)
 Pemeriksaan genitalia interna :
Ispeksi : Porsio tampak tidak beraturan(+), Rapuh (+), Hiperemis
(+), Mudah berdarah (+)
Palpasi : Porsio tidak licin (+), Nyeri tekan (+)

IV. Pemeriksaan Penunjang


Radiologi: 12 Desember 2019

USG : Serviks membesar ukuran 3 x 3


cm, Uterus ukuran 9 x 8 cm

Kesan : Suspek Ca Serviks

V. Diagnosis
Susp Ca Serviks

VI. Rencana Terapi


1. Asam Mefenamat Tablet 500 mg 3x1
2. Rujuk Ke Konsultan Onkologi Ginekologi

17
VII. Resume
Pasien, wanita 44 tahun Pasien datang ke Rumah Sakit Tentara TK IV
01.07.01 Pematang Siantar dengan keluhan keluar darah dari kemaluan.

Dari anamnesis didapatkan, keluhan sudah dirasakan sejak 2 bulan, awal


nya keluar darah hanya saat selesai bersenggama dan terasa sakit saat
bersenggama, dialami sejak setahun dan semakin memberat. Os juga
mengeluhkan nyeri pada perut baguan bawah dan menjalar sampai ke pinggang.

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran kompos mentis. Tekanan


darah 120/70MmHg, Nadi 80 kali/menit, regular, isi dan tegangan cukup.
Frekuensi nafas 24 kali/menit, Suhu 36°C.

Pada pemeriksaan genetalia eksterna didapatkan : Inspeksi: massa (-) di


labia mayor , hiperemis (-), fluor albus (+), darah (+). Palpasi:nyeri tekan (-),
konsistensi kenyal kesan berisi cairan. Pemeriksaan genitalia interna : Ispeksi:
Porsio tampak tidak beraturan(+), Rapuh (+), Hiperemis (+), Mudah berdarah (+).
Palpasi : Porsio tidak licin (+), Nyeri tekan (+).

VIII. Edukasi
a. Pasien diberitahu mengenai penyakitnya dan penyebab dari penyakitnya
tersebut.
b. Pasien di edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan di daerah
kewanitaannya.

18
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan data Pasien, Ny. Yusnidar, usia 44 tahun.


Pasien datang ke poli OBGYN Rumah Sakit Tentara TK IV 01.07.01 Pematang
Siantar dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak 2 bulan, frekuensi darah
yang keluar tidak menentu, kadang 2 pembalut perhari dan kadang satu pembalut
perhari, awalnya keluar darah dari kemaluan hanya saat selesai senggama, dan
terasa nyeri setiap senggama sejak 1 tahun, pasien juga mengeluhkan nyeri perut
bagian bawah dan menjalar sampai ke pinggang sejak 2 bulan dan keluhan semakin
memberat. keluhan di sertai keputihan, konsistensi encer, jernih dan tidak berbau,
riwayat demam disangkal, BAB dan BAK dalam batas normal. Sebelumnya
pasien tidak memiliki keluhan yang sama.

Pada pemeeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, Tekanan


darah 120/70mmHg, Nadi 80x/menit. Regular, isi dan tegangan cukup, frekuensi
nafas 24x/menit, dan suhu 360C

Pada pemeriksaan genitalia eksterna didapatkan: Inspeksi : massa (-)


dilabia mayor, hiperemis (-), keputihan(+), darah (+). Palpasi: nyeri tekan (-).
Pemeriksaan genitalia interna : Inspeksi : Porsio tampak tidak beraturan(+),
Rapuh (+), Hiperemis (+), Mudah berdarah (+). Palpasi : Porsio tidak licin
(+), Nyeri tekan (+)

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang di dapatkan, sesuai dengan


teori pada tinjauan pustaka mengenai tanda dan gejala kanker serviks, bahwa
untuk menegakan diagnosis secara pasti diperlukan pemeriksaan histopatologi.

Penatalaksanaan pada pasien diberikan analgetik oral yaitu asam


mefenamat tablet 3x500mg. Untuk penatalaksanaan selanjutnya diperlukan
pemeriksaan lanjutan oleh Ahli Onkologi Ginekologi menentukan stadium kanker
serviks dan penatalaksaan berdasarkan stadium kanker serviks

19
BAB V

KESIMPULAN

Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Kanker


serviks di sebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan didukung
dengan berbagai faktor resiko antara lain: hubungan seksual, karakteristik partner
seksual, riwayat ginekologis, paparan dietilstilbesterol (DES), etnis dan faktor
sosial, kontrasepsi oral, merokok, usia.

Tanda dan gejala kanker serviks, lesi prakanker asimtomatik, gejala yang
paling umum adalah perdarahan (contact bleeding/perdarahan saat berhubungan
intim) dan keputihan. Pada stadium lanjut, gejala dapat berkembang menjadi nyeri
pinggang atau perut bagian bawah karena desakan tumor di daerah pelvik ke arah
lateral sampai obstruksi ureter, bahkan sampai oliguria atau anuria.

Kanker serviks di diagnosis dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


histopatologi. Pada pemeriksaan genitalia interna, terdapat porsio bentuk tidak
beraturan, rapuh, tidak licin, hiperemis dan mudah berdarah. Untuk diagnosis
pasti dengan pemeriksaan histopatologi.

Terapi kanker serviks diberikan berdasarkan stadium kanker, dan


diberikan anti nyeri untuk mengurangi kesakitan seperti asam mefenamat tablet 3
x 500mg/oral.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Venna (2013). Management Of Cervical Cancer: Strategis For Limited –


Resource Centres A Guide For Radiation Oncologists. IAEA Human
Health Reports: Austria.
2. Kemeskes (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks.
Kemeskes:Jakarta. http://serviks.kanker.kemenkes.ac.id
3. Haryani, Septia, Defri Dan Yenita. (2012). Prevalensi Kanker Serviks
Berdasarkan Paritas Di RSUP Dr. M Djamil Padang Periode Januari
2011 - Desember 2012. Vol 5(3). http://jurnal.fl.unand.ac.id
4. WHO (2013). WHO Guidance Note Comprehensive Cervical Cancer
Prevention And Control: A Healthier Future For Girs And Women.
http://www.cancer.org
5. Wikjosastro, Hanifa Dan Gunardi, Eka Rusdianto (2010). Ilmu
Kandungan. Edisi 3. P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

21

Anda mungkin juga menyukai