Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

PPOK/COPD

OLEH :
Murni Sulastri ( 214-210-067)
Laporan Kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan Kepaniteraan
Klinik Senior
di SMF Ilmu Paru di RSUD Deli Serdang

Pembimbing
dr. Edwin Anto Pakpahan , Sp/.P

SMF ILMU PARU


RSUD DELI SERDANG
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2018
BAB I
PEBADAHULUAN
Penyakit Pam Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru
kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas
yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK
terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut selain
kebiasaan merokok yang masih tinggi juga polusi udara yang terjadi
terutama di kota besar, lokasi industri dan daerah pertambangan.
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) termasuk dalam urutan ke
sepuluh sebagai penyakit yang menjadi beban dunia (Lopez AD, et
al, 2006).
Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok yang banyak
dipastikan memiliki prevalensi PPOK yang tinggi. Namun sangat
disayangkan data prevalensi PPOK tidak dimiliki oleh Indonesia,
oleh sebab itu perlu dilakukan kajian PPOK secara komprehensip
agar pencegahan PPOK dapat dilakukan dengan baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
• Definisi PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK)/Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD) adalah penyakit paru kronik
yang ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progressif
nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK
terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau
gabungan keduanya
Epidemiologi PPOK
Secara epidemiologi, PPOK merupakan penyebab kematian
keempat tertinggi di dunia dan diperkirakan akan menjadi penyebab kematian
ke-3 di dunia pada tahun 2020.3 Pada Tahun 2004 diperkirakan terdapat 64
juta penderita PPOK di seluruh dunia dan lebih dari 3 jutanya meninggal pada
tahun 2005, setara dengan 5% dari total kematian global di tahun tersebut.
Hampir 90% dari seluruh kematian karena PPOK terjadi di negara miskin dan
berkembang.
Di 12 negara Asia Pasifik, WHO menyatakan prevalensi PPOK
sedangberat pada usia 30 tahun keatas, sebesar 6,3%, dimana Hongkong dan
Singapura mempunyai prevalensi terkecil yaitu 3,5% dan Vietnam sebesar
6,7%.4 Di Indonesia tidak ada data yang akurat tentang angka kejadian PPOK.5
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Dirjen PPM & PL di 5 rumah sakit
provinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan
Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan PPOK menempati urutan
pertama penyumbang angka kesakitan (35%), diikuti asma bronkial (33%),
kanker paru (30%) dan lainnya (2%).
Faktor Resiko PPOK
1. Merokok
2. Riwayat terpajan zat iritan (polusi)
3. Riwayat hiperaktiviti bronkus
4. Riwayat Infeksi Saluran Nafas Berulang
Patogenesis PPOK
Diagnosis PPOK
1. Anamnesis
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah
(BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
2. Pemeriksaan fisis PPOK dini umumnya tidak ada kelainan
Inspeksi
ursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertropi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan
edema tungkai
Pemeriksaan Penunjang
1. Faal Paru
2. Foto thorakS
Klasifikasi derajat keparahan keterbatasan aliran udara
pasien PPOK (VEP1 pasca-bronkodilator)

Pada pasien dengan VEP1/KVP <0.70:


GOLD 1 ringan VEP1 ≥ 80% nilai
prediksi
GOLD 2 sedang 50% ≤ VEP1 <
80% nilai prediksi
GOLD 3 berat 30% ≤ VEP1 <
50% nilai prediksi
GOLD 4 Sangat berat VEP1 < 30% nilai
prediksi
Pilihan terapi PPOK
Beta2 - agonis
Short – acting Beta2 – agonis (SABA)
Long – acting Beta2 – agonis (LABA)
Antikolinergi
Short-acting anticholinergics (SAMA)
Long-acting anticholinergics (LAMA)
Kombinasi short-acting beta2-agonists + anticholinergic dalam satu
inhaler
Kombinasi long-acting beta2-agonists + anticholinergic dalam satu
inhaler
Methylxanthines
Kombinasi long-acting beta2-agonists + ICS dalam satu inhaler
Phosphodiesterase-4 inhibitors
Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi :
1. Gagal nafas :
•Gagal nafas kronik
•Gagal nafas akut pd gagal nafas kronik
2. Infeksi berulang
3. Kor pulmonale kronikum ( cpc ) kompensata /
dekompensata
4. Meninggal
BAB III
LAPORAN KASUS
• Identitas Pasien
• No. RM : 110226
Nama : Ngayami Sipayung
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 58 Tahun
• Suku Bangsa : Batak/Indonesia
• Agama : Kristen
• Alamat :Dusun II Desa Pagar Manik, Lubuk
Pakam Deli Serdang
• Status : Menikah
• Pekerjaan : PNS
• Tanggal Masuk : 19 Oktober 2018
Anamnesa
Keluhan Utama : Sesak Nafas
Telaah : OS datang ke IGD RSUD Deli Serdang, dibawa oleh keluarganya
dengan keluhan sesak nafas yang memberat sejak satu hari SMRS, tidak
dipengaruhi oleh cuaca tetapi dipengaruhi oleh aktivitas, os juga
mengeluhkan batuk yang sudah dialami sejak 3 tahun, memberat 1 hari
SMRS, ada dahak, tetapi sulit dikeluarkan, riwayat merokok sejak muda,
riwayat hipertensi, dan stroke berulang.
Riwayat Pengobatan : Tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu : Stroke (+), Hipertensi(+)
Riwayat Alergi : Tidak Ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak Ada
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Somnolen
Tanda Vital
Tekanan Darah : 200/130 mmHg
HR : 96 x/i
RR : 36 x/i
Temperatur : 37.5 ˚C
Status Generalisata
Kepala dan Leher
Bentuk dan Posisi : Dalam batas normal
Pergerakan : Dalam batas normal
Rongga Dada dan Abdomen
Bentuk dan Ukuran : Dalam batas normal
Pergerakan : Dalam batas normal

Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax :
Inspeksi : Barrel Chest
Palpasi : Stem fremitus menurun
Perkusi : Hipersonor di lapangan kedua paru
Aukultasi : SP : Vesikuler, ST : Ronkhi +/+ ; Weezhing +/+
Pemeriksaan Penunjang
A Darah Lengkap

19 Oktober 2018 27 Oktober 2018

Hemoglobin : 15,3 g/dL Hemoglobin : 15,0 g/dL


Hematokrit : 47,6 % Hematokrit : 46,2 %
Leukosit : 15,3 10^3/ uL Leukosit : 16,1 10^3/ uL
Trombosit : 258,9 10^3/ uL Trombosit : 340,2 10^3/ uL
Eritrosit : 5,21 Juta/ uL Eritrosit : 5,00 Juta/ uL

Indeks Eritrosit
MCV : 91,4 fl MCV :92,4 fl
MCH : 29,4 pg MCH : 30,0 pg
MCHC :32,1 g/dL MCHC :32,5 g/dL
Hitung Jenis (diff)
Basofil : 0,7 % Basofil : 0,7%
Eosinofil :0,4 % Eosinifol : 0,1%
N.segmen : 77,1 % N.Segmen :91,3%
Limfosit :13,8 % limfosit : 3,8%
Monosit :8,1 % Monosit : 4,1%
LED :20 % LED : 25%

Kimia klinik Elektrolit


Ureum : 36 mg/dL Natrium : -
Creatinin : 1.0 mg/dL Kalium :-
Asam urat : 6,8 mg/dL chlorida :-
Glukosa strip : 115 mg/dL

AGD
Analisa Gas Darah (bga)
PH : - PH : 7,55 mmHg
PCO2 : - PCO2 : 38 mmHg
PO2 : - P02 :57 mmHg
BE (B): - BE (B) : 10,1 mmol/L
HCO3 : - HCO3 : 34,4 mmol/L
Total C02 :- Total CO2 : 34,3 mmol/L
Foto Thoraks
Diagnosa Banding :
PPOK EA + gagal nafas tipe 1 + CHF + Stroke iskemik
SEFIERE ASMA+ gagal nafas tipe 1 + CHF + Stroke iskemik

Diagnosa Kerja : PPOK EA + gagal nafas tipe 1 + CHF + Stroke iskemik


Penatalaksanaan
Terapi :
Furosemide 1amp/12jam
Cefoferazone 1gr/12jam
M.Prednisolon 1 amp/6 jam
Amlodipine 1x 10 mg
Salbutamol 3x4 mg
Candesartan 1x 8 mg
Inf Acetil Cystein
Inf Levofloxacin
Inf Fioramol
Nebul combivent /12 jam
Flexotide

Anda mungkin juga menyukai