240210150022
Tekstur merupakan aspek yang penting untuk penilaian mutu produk pangan.
Tekstur termasuk dalam salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen
terhadap produk pangan (Hellyer, 2004). Dalam mendapatkan tekstur makanan yang
baik dapat digunakan turunan selulose dan pemakaian CMC dapat memperbaiki tekstur
dan mampu untuk mencegah terjadinya retrogadasi (Makfoeld dkk., 2002).
Analisis tekstur dapat dilakukan menggunakan alat. Salah satu instrument yang
dapat digunakan adalah LFRA Texture Analyzer merk Brookfield. Tekstur analyzer
adalah alat yang terkait dengan penilaian dari karakteristik mekanis suatu materi. Alat
ini diperlakukan untuk menentukan kekuatan materi dalam bentuk kurva. Tekstur
analizer digunakan untuk menentukan sifat fisik bahan yang berhubungan dengan daya
tahan atau kekuatan suatu bahan terhadap tekanan (Smewing, 1999).
Hal yang perlu diperhatikan saat akan melakukan analisis dengan texture
analyzer adalah pemilihan trigger dan probe yang tepat. Trigger dan probe yang
digunakan untuk menguji material harus disesuaikan dengan karakteristik material
tersebut. Kurva hasil pembacaan texture analyzer tersebut akan merepresentasikan
data-data yang diperlukan untuk mengetahui karakteristik fisikokimia produk akhir,
sehingga kualitas tekstural produk dapat diketahui. Kurva hasil pembacaan texture
analyzer dapat dilihat pada Gambar 1 dan data-data yang dapat dibaca dari kurva
tersebut antara lain:
1. Untuk menilai daya tahan produk terhadap kerja mekanis, seperti proses
memanen buah dan sayuran.
2. Untuk menentukan sifat alir dari produk selama pemrosesan, penanganan, dan
penyimpanan.
3. Untuk menetapkan perilaku mekanis dari makanan bila dikonsumsi.
hanya terbatas pada bidang food industry saja (Zainuddin, 2012). Texture Analyzer
menjadi alat yang dapat digunakan untuk mengukur tekstur makanan. Prinsip dari
analisis tekstur adalah memberikan tekanan kepada sampel dengan menggunakan
probe dengan berbagai tipe. Terdapat dua metode dalam mengukur tekstur dari suatu
sampel, yaitu dengan mengukur besarnya gaya yang diperlukan untuk menghasilkan
deformasi secara konstan dan dengan mengukur deformasi yang disebabkan oleh besar
gaya yang konstan (Szczesniak dan Kleyn, 1963).
Karakteristik tekstur dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu karakteristik
mekanik (mechanical characteristic), karakteristik geometrik (geometrical
characteristic), dan karakteristik lainnya yang mencakup kelembaban (moisture) dan
kandungan minyak (Larmond, 1976).
Menurut de Man (2013), batasan-batasan dalam tekstur antara lain
konsistensi, kekerasan, kerapuhan dan kelekatan. Konsistensi menunjukan segi-segi
tekstur yang berkaitan dengan aliran dan deformasi. Kekerasan menunjukan ketahanan
terhadap deformasi. Kerapuhan menunjukan sifat keretakan atau kepatahan sebelum
aliran yang bermakna terjadi. Kelekatan adalah sifat permukaan yang berkaitan dengan
adesi antara bahan dengan permukaan yang berdampingan. Sedangkan menurut
Hellyer (2004), kelekatan adalah gaya yang dibutuhkan untuk menarik perangkat
tertanam atau dengan ditekan.
Berikut adalah hasil pengamatan ada pengujuan tekstur yang dilakukan pada
praktikum kali ini.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Karakteristik Mekanik Bahan Pangan
Hard
Jenis Gumm Chewi Firm Cohesiv Spring Resilli Fractur
ness
Bahan iness ness ness eness iness ence abillity
(g)
Marshm
0,581 0,520 0,572 - 0,895 1,101 0,547 -
allow 1
Marshm
0,510 0,438 0,734 - 0,859 1,677 0,551 -
allow 2
288,3
Roti 1 - - - - - - -
31
154,5
Roti 2 - - - - - - -
52
Wawan Setiawan
240210150022
Keju- 323,8
- - - - - - -
cake 1 32
Keju- 378,8
- - - - - - -
cake 2 25
Chitato
- - - - - - - 450,310
1
Chitato
- - - - - - - 380,536
2
Tortilla
- - - - - - - 659,654
Chips 1
Tortilla
- - - - - - - 618,444
Chips 2
Biskuit 1455,
- - - - - - 4,223
1 30
Biskuit 1680,
- - - - - - 4,318
2 905
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
Marshmallow merupakan kembang gula berbentuk seperti spons yang terbuat
dari gula yang dikocok hingga membentuk buih atau foam dengan bantuan gelatin
(Chu, 2005). Dua komponen yang paling penting dalam pembuatan marshmallow
adalah udara dan air. Udara berfungsi untuk meningkatkan volume dan tekstur,
sedangkan air berperan sebagai media pelarut dan pembentuk sistem gel. Berdasarkan
hasil pengamatan diatas, marshmallow memiliki nilai hardness 0.582 dan 0.510,
gumminess 0.52 dan 0.438, cohesiveness 0.895 dan 0.859, springiness 1.101 dan 1.677,
dan nilai resilience 0.547 dan 0,551. Hal ini menunjukan marshmellow tidak terlalu
keras. Nilai gumminess (kelengketan) dari marshmellow tidak terlalu tinggi. Nilai
cohesiveness menunjukkan daya kohesif yaitu gaya yang menyebabkan produk pangan
menjadi kempal, kompak, tidak mudah pisah atau tidak mudah lepas satu sama lain
(Andarwulan, 2011). Sementara nilai springiness menunjukkan nilai kekenyalan bahan
pangan tersebut dapat dikunyah didalam mulut. Sampel marshmallow menunjukan
nilai kekenyalan yang tinggi.
Hasil pengamatan roti tawar dengan menggunakan Texture Analyzer hanya
menunjukan hasil firmness sebesar 288.331 dan 154.552. Firmness dipengaruhi juga
oleh viskositas adonan suatu bahan, jika viskositas rendah maka daya patah. Tekstur
roti tawar merupakan faktor penting dalam penilaian kualitas roti tawar. Menurut
Wawan Setiawan
240210150022
Mudjajanto dan Yulianti (2004), roti tawar yang baik yaitu tekstur roti lunak dan elastis
atau nilai firmnessnya tidak terlalu tinggi.
Sampel berikutnya adalah biskuit. Tekstur biskuit ini dapat dipengaruhi oleh
bahan dasar, ketebalan cetakan dan suhu oven yang terlalu tinggi. Semakin tinggi nilai
hardness, biskuit yang dihasilkan akan semakin keras. Bedasarkan hasil pengamatan,
biskuit memiliki hardness sebesar 1455.30 dan 1680.905 serta fracturabillity sebesar
4.223 dan 4.318. Biskuit memiliki hardness (kekerasan) yang lebih besar dibandingkan
dengan marshmallow.
Menurut Szczesniak dan Kleyn (1963), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengukuran tekstur antara lain:
1. Air (semakin tinggi kadar air, maka sampel akan lebih lunak. Jika kadar
air lebih rendah, maka sampel akan keras)
2. Gula pereduksi (semakin tinggi gula reduksi maka sampel akan lebih
keras)
3. Gas atau udara lingkungan (mempengaruhi kerapuhan bahan pangan)
Salah satu faktor lain yang mempengaruhi tekstur bahan pangan adalah
porositas bahan. Porositas bahan dapat diperbesar dengan puffing. Prinsip dari
pemakasan bertekanan (puffing) terhadap bahan yang dimasak adalah perubahan suhu
dan tekanan yang terjadi tiba-tiba. Dengan adanya perubahan tekanan yang terjadi
secara tiba-tiba maka akan terjadi pemekaran produk yang dimasak yang berarti juga
bahan menjadi porus (Rahayoe, 2009).
Sampel keju cake yang juga termasuk ke dalam kategori roti panggang. Hasil
pengukuran tekstur dengan menggunakan texture analyzer menyatakan nilai firmness.
Nilai firmness dari sampel keju cake1 dan keju cake2 berturut-turut adalah 323,832 dan
378,825. Bila dibandingkan dengan sampel roti, keju cake memiliki nilai firmness yang
lebih tinggi.
Sampel yang terakhir adalah Chitato, Chitato memiliki nilai fracturability
yang cukup tingi yaitu sebesar 450.310 dan 380.536. Sampel tortilla chips mempunyai
nilai facturability sebesar 659.654 dan 618.444 di percobaan kedua. Hal ini
Wawan Setiawan
240210150022
menunjukan tingkat kerapuhan dari sampel tortilla chips lebih tinggi disbanding
sampel Chitato.
Wawan Setiawan
240210150022
DAFTAR PUSTAKA
deMan, J. M. 2013. Principles of Food Chemistry 3rd Edition. Springer, New York.
Larmond, E. 1976. The Texture Profile di dalam Rheology and Texture in Food
Quality. J. M. DeMan, P., W. Voisey., V. F. Rasper. dan D. W. Stanley
(eds.). The AVI Publishing Company Inc., Westport, Connecticut.
Makfoeld, D., Marseno, D., Hastuti, P., Anggrahini, S., Raharjo, S., Sastrosuwignyo,
S., Suhardi., Martoharsono, S., Hadiwiyoto, S., dan Tranggono. 2002. Kamus
Istilah Pangan dan Nutrisi. Kanisius, Yogyakarta.
Szczesniak, A. dan Kleyn, D. 1963. Consumer Awareness of Texture and Other Food
Attributes. Food Technology, London
Wawan Setiawan
240210150022
V. KESIMPULAN