Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM ANALISIS KADAR GULA REDUKSI, KADAR GULA TOTAL, DAN

KADAR PATI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Langen Kinanti (240210140103)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844, 779570
Fax. (022) 7795780 Email: kinantilangen@gmail.com

ABSTRACT
Carbohydrates is having the function as a source of energy. Carbohydrates analysis can be
analyzed by the Luff Schoorl methods. This method applied to food products containing sugar with
low weights molecular, and natural starch or modification. The purpose of this lab work is to analyze
reducing sugars, total sugar, and starch that are in the food materials. The highest average level of
reducing sugars and total sugar are in sample Marjan syrup, and the lowest are in sample Teh Botol
and Coca-cola. The highest average level of starch is in sample Tepung beras ketan, and the lowest is
in sample Tepung pisang.

Key words: Carbohydrate , Luff Schoorl methods, Starch

PENDAHULUAN oksidasi ferri, dan iodometri (Sukatiningsih,


2010).
Pati dan gula pereduksi merupakan salah Pati merupakan karbohidrat rantai
satu jenis karbohidrat. Karbohidrat merupakan panjang yang termasuk jenis polisakarida.
sumber kalori yang utama bagi mahluk hidup, Menurut Dziedzic dan Kearsley (1995) dalam
serta banyak ditemukan dalam berbagai bahan Suarni (2013), Pati terdiri dari dua senyawa
nabati, baik berupa gula sederhana ataupun polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin
karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi. pendapat ini diperkuat oleh Jacobs dan Delcour
Analisa karbohidrat kali ini yaitu untuk (1998) dalam Herawati (2011). Bobot molekul
mengetahui kandungan gula pereduksi dan amilosa dan amilopektin bergantung pada sumber
kandungan total gula. Semua senyawa botani amilosa yang merupakan komponen
karbohidrat tersebut dapat menentukan nilai gizi dengan rantai lurus, sedangkan amilopektin
pangan pada bahan sumber karbohidrat. Menurut dengan rantai bercabang. Amilosa merupakan
Sudarmadji (2000), karbohidrat merupakan polisakarida berantai lurus berbentuk heliks
polihidroksi aldehid atau keton serta kondensat dengan ikatan glikosidik -1,4. Titik percabangan
polimer-polimernya yang terbentuk. Rumus amilopektin merupakan ikatan -1,6. Jumlah
empiris karbohidrat adalah CnH2nOn. Karbohidrat molekul glukosa pada rantai amilosa berkisar
dapat dibagi menjadi dua yaitu karbohidrat antara 250-350 unit. Amilosa memberikan warna
sederhana dan karbohidrat kompleks. ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin
Monosakarida dan disakarida termasuk kedalam tidak bereaksi. (Aulana, 2005)
karbohidrat sederhana, sedangkan karbohidrat
kompleks adalah polisakarida. Kandungan Sebagian besar karbohidrat, terutama
karbohidrat dalam bahan pangan dapat ditentukan golongan monosakarida dan beberapa golongan
dengan berbagai metode, yaitu metode kimiawi, disakarida, mempunyai sifat mereduksi terutama
fisik, enzimatis, biokimia, maupun kromatografi. dalam suasana basa. Golongan tersebut biasa
Penentuan kandungan karbohidrat dengan cara dikenal dengan gula pereduksi, contoh dari gula
kimia didasarkan pada reaksi oksidasi cupri pereduksi diantaranya yaitu: glukosa, fruktosa,
menjadi cupro, diantaranya adalah Luff Schrool, galaktosa, laktosa dan altosa.
Munson-Walker, Lane Eynon, Nelson-Somogy, Dalam mengonsumsi suatu bahan pangan
sangatlah penting mengetahui kadar gula total
didalamnya karena akan berdampak pada kondisi ditambahkan aquades hingga tanda batas dan
kesehatan tubuh, baik itu yang memiliki suatu dihomogenkan. Selanjutnya dilakukan prosedur
penyakit contohnya diabetes atau menjaga berat penetapan.
badan. Menurut Rohman dan Soemantri (2007),
kadar gula total merupakan kandungan gula Preparasi Sampel Kadar Gula Total
keseluruhan dalam suatu bahan pangan yang Larutan gula pereduksi dipipet sebanyak
terdiri dari gula pereduksi dan gula non- 50 ml, kemudian ditambahkan 5 tetes indicator
pereduksi, jenis gula total yaitu dari golongan metil orange, 20 ml HCl 4N, dan dipanaskan
monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan dalam penangas selama 30 menit. Kemudian
polisakarida. Sehingga yang terhitung pada kadar didinginkan hingga suhu 200 C, dan dipindahkan
gula total tidak hanya gula yang dapat mereduksi kedalam labu ukur 100 ml. Larutan tersebut
saja namun gula non-pereduksi juga akan kemudian dinetralkan dengan menggunakan
terhitung. NaOH 4N, setelah netral larutan ditambahkan
Tujuan dilakukannya analisis yaitu untuk aquades hingga tanda batas. Selanjutnya
dapat menghitung kadar gula pereduksi, gula dilakukan prosedur penetapan.
total, dan kadar pati pada sampel dengan
menggunakan metode Luff Schoorl. Prosedur Penentuan Kadar
Dilakukannya perbandingan hasil analisis dengan Larutan gula peredukasi atau larutan
SNI adalah untuk mengetahui sampel bahan gula total dipipet sebanyak 25 ml, ditambahkan
pangan tersebut telah lulus syarat mutu atau 25 ml larutan Luff Schoorl, dan ditambahkan
tidak, jika tidak berarti sampel tersebut tidak batu didih yang kemudian direfluks selama 15
layak konsumsi. menit. Larutan didinginkan dan ditambahkan 10
ml KI 30%, dan 25 ml asam sulfat 6N,
METODOLOGI selanjutnya dititrasi dengan lautan thiosulfate 0,1
N hingga terbentuk warna kuning jerami dan
Bahan dan Alat ditambahkan 2 ml indikator amilum 1 %, dan
dilanjutkan titrasi dengan Na thiosulfate 0,1N
Coca-cola, Teh Botol, dan sirup Marjan, hingga terbentuk warna putih susu.
digunakan untuk analisis kadar gula pereduksi Untuk penentuan kadar gula reduksi
dan kadar gula total. Tepung pisang dan tepung ditentukan dengan perhitungan selisih dari titrasi
ketan digunakan untuk analisis kadar pati. Reagen blanko dengan titrasi sampel yang kemudian
kimia yang digunakan dan memenuhi telah hasil dikorelasi dengan tabel Luff Schoorl.
standar laboratorium yaitu Metil-Orange, NaOH, Untuk menghitung kadar gula reduksinya,
Na-Phospat, Na-Tio, Pb-Asetat, amilum, H2SO4, digunakan rumus sebagai berikut:
HCl, indikator PP, KI, aquades dan larutan Luff a =
Schoorl.
(VblankoVnatio)(ratarata standarisasi)
Instrument yang digunakan yaitu neraca
normalitas standar
analitik, penangas, pipet tetes, pipet ukur, pipet
volume, beaker glass, bulb pipet, buret,
Xa+(aBb)( XbXa)
b=
erlenmeyer asah, heat mantle, kertas saring, BaBb
kondensor, dan labu ukur. Kadar gula total atau gula pereduksi :
b
Fp 100%
Preparasi Sampel Kadar Gula Pereduksi Wsampel
Sampel ditimbang sebanyak 2,5 gram, b
kemudian dimasukkan dalam labu ukur 250 ml, Kadar pati = Fp 0,9 100
Wsampel
ditambahkan 50 ml aquades, 5 ml Pb-asetat 5% Keterangan :
(dikocok kuat selama 1 menit), 5 ml Na pospat Xa : Nilai atas*
5% (dikocok kuat selama 1 menit), ditambahkan Ba : Batas atas*
aquades kembali hingga tanda batas, kemudian Xb : Nilai bawah*
dihomogenkan dan disaring. Filtrat yang Bb : Batas bawah*
didapatkan dipipet sebanyak 50 ml, evaporasi Fp : Faktor pengenceran
sampai volume dari volume awal (dipanaskan *didapat dari table Luff Schoorl
dengan menggunakan kawat kassa diatas
kompor), kemudian didinginkan dan Preparasi Sampel Analisis Kadar Pati
dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml,
Sampel ditimbang sebanyak 3 gram sampel selain unsur gula pereduksinya oleh
dalam gelas kimia, kemudian ditambahkan 30 ml karena itu dilakukan penyaringan supaya larutan
aquades diamkan selama 1 jam sambil diaduk, yang diperoleh lebih murni. Kelebihan
selanjutnya disaring dan endapan dicuci dengan penambahan Pb-asetat dihilangkan dengan
menggunakan aquades sebanyak 250 ml, residu ditambahkannya Natrium.
dipindahkan kedalam erlenmeyer 250 ml dan Larutan dievaporasi, didinginkan, lalu
ditambahkan 200 ml HCl 2,5% dan di refluks ditambahkan aquades. Larutan tersebut
selama 2,5 jam. Kemudian didinginkan dan merupakan larutan gula pereduksi, larutan siap
dinetralkan dengan menggunakan NaOH atau uji untuk gula pereduksi selanjutnya dilakukan
H2SO4 dan menggunakan indicator PP 1%, prosedur penetapan untuk menganalisis kadar
kemudian dipindahkan kedalam labu ukur 250 gula pereduksinya. Dalam penentuan kadar
ml, tempatkan hingga tanda batas, kocok dan larutan gula pereduksi atau larutan gula total
saring. Selanjutnya dilakukan prosedur ditambahkan pereaksi Luff Schoorl dan
penetapan seperti gula total. dilakukan pemanasan atau direfluks selama 15
menit. Pemanasan ini dilakukan dengan tujuan
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk mempercepat reaksi reduksi dari
monosakariada pada gula terhadap CuO menjadi
Analisis kadar gula reduksi, gula total, Cu2O dan dalam pemanasan ditambahkan batu
dan pati menggunakan metode Luff Schoorl. didih guna untuk meratakan pemanasan dan
Metode Luff Schoorl sering juga disebut metode mencegah bumping. Setelah pemanasan
oksidas i kupri. Reaksi yang terjadi selama kemudian didinginkan dan ditambahkan larutan
penentuan karbohidrat cara ini mula-mula KI 30 % untuk mereduksi kelebihan CuO
kuprioksida yang ada didalam reagen akan sehingga I2 terlepas dan juga dilakukan
membebaskan iod dari garam K-iodida. penambahan H2SO4 6N yang bertujuan untuk
Banyaknya iod yang dibebaskan ekuivalen mengasamkan larutan karena pada suasana basa,
dengan banyaknya kuprioksida. Warna biru tua larutan thiosulfate (larutan standar) akan
iod dititrasi dengan Na-tiosulfat sampai warna tereduksi secara parsial menjadi sulfat, sehingga
biru hilang. Banyaknya iod dapat diketahui perlu dilakukan pengasaman tersebut. Warna
dengan titrasi menggunakan Na-tiosulfat. Untuk akan menjadi coklat keruh dari awalnya
mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka berwarna biru karena larutan Luff Schoorl.
diperlukan indikator amilum. Apabila larutan Kemudian dititrasi dengan larutan thiosulfat
berubah warna dari kuning jerami menjadi putih, sampai terjadi perubahan warna menjadi kuning
berarti titrasi sudah selesai. Agar supaya jerami, dimana hal ini menandakan larutan
perubahan warna kuning jerami menjadi putih tersebut telah mendekati titik ekuivalen. Sesuai
dapat tepat maka penambahan amilum diberikan dengan metode, maka ditambahkan indikator
pada saat titrasi hampir selesai. amilum 1 % dan titrasi sampai terjadi perubahan
warna larutan menjadi putih susu. Pada blanko
Analisis Kadar Gula Pereduksi dilakukan juga hal yang sama hanya saja tidak
Analisis kadar gula pereduksi dengan menggunakan sampel. Selisih titrasi blanko
menggunakan sampel teh dalam botol, sirup dengan titrasi sampel ekuivalen dengan
marjan , dan coca-cola. Gula pereduksi kuprooksida yang terbentuk dan juga ekuivalen
merupakan gula yang dapat mereduksi terutama dengan jumlah gula reduksi yang terdapat dalam
dalam suasana basa. Sampel dicuplik untuk sampel. Hal ini diperkuat oleh Rivai (2005) dan
mengetahui kadar gula pereduksi dalam sampel Underwood (1996), menyatakan bahwa karena
tersebut, penambahan aquades digunakan pada dasarnya prinsip metode Luff Schoorl
sebagai control dimana aquades tidak dapat adalah Iodometri karena menganalisa I 2 yang
bereaksi dengan larutan kimia lainnya, bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar.
sedangkan untuk penambahan Pb-asetat 5% Dimana proses iodometri adalah proses titrasi
berfungsi untuk mengendapkan partikel selain terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan.
gula pereduksi seperti protein, asam amino, Apabila terdapat zat oksidator kuat (H 2SO4)
tanin, dan asam organic pada umumnya selain dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit
juga dapat mengendapkan atau mengikat seyawa asam penambahan ion iodida berlebih akan
pengotor seperti logam dan pigmen (Efiah, membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan
2007). Sehingga disimpulkan fungsi dari Pb- membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan
asetat untuk memisahkan unsur-unsur dalam dengan banyaknya oksidator. Reaksi yang terjadi
dalam penentuan gula metode Luff Schoorl untuk penentuan kadar gula total, dan
dituliskan sebagai berikut: selanjutnya dilakukan prosedur penentuan kadar.
R-COH + 2CuO Cu2O (s) + R-COOH (aq)
H2SO4 (aq) + CuO CuSO4 (aq) + H2O (l) Analisis Kadar Pati
CuSO4 (aq) + 2 KI (aq) CuI2 (aq) + K2SO4(aq) Pada prosedur analisis kadar pati,
2 CuI2 Cu2I2 + I2 sampel dilakukan perendaman guna
I2 + 2Na2S2O3 Na2S4O6 + 2NaI mendapatkan kandungan pati murni dalam
I2 + amilum Biru tepung karena pati tidak larut dalam air. Hal ini
(Sudarmadji, 2003) diperkuat oleh Hartati (2002), bahwa pati
merupakan karbohidrat kompleks yang tidak
Analisis Kadar Gula Total larut dalam air, berwujud putih, tawar, tidak
Gula total yang merupakan kandungan berbau, dan pada tumbuhan pati digunakan untuk
gula keseluruhan dalam suatu bahan pangan baik menyimpan kelebihan glukosa dari hasil
itu gula pereduksi maupun gula non-pereduksi, fotosintesis. Kemudian dilakukan penyaringan
dan semua jenis karbohidrat dari golongan dan residu yang didapatkan ditambahkan HCl
monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan 2,5% dan direfluks. Penambahan HCl dan
polisakarida. Oleh karena itu untuk menghitung perefluksan bertujuan untuk menghidrolisis pati
kadar gula total dalam sampel, larutan gula dalam tepung tersebut dengan memecah ikatan
pereduksi diambil kemudian dilakukan inversi glikosidik di dalamnya sehingga terbentuk
sukrosa (non pereduksi) menghasilkan gula molekul pati yang lebih pendek. Setelah
invert atau gula reduksi (glukosa dan fruktosa) dipanaskan, sampel dalam erlenmeyer
sehingga dapat dilakukan analisis dengan dinetralkan dengan larutan NaOH 4N dan diberi
menggunakan metode Luff Schrool. Menurut indicator PP 1%. Pengunaan basa kuat NaOH
Poedjiadi (2007) sukrosa maupun golongan berfungsi sebagai penetral didasarkan pada
polisakarida (amilum, glikogen, dekstrin, dan penggunaan H2SO4 yang merupakan asam kuat
selulosa) merupakan non pereduksi karena tidak pada tahapan sebelumnya. Selanjutnya larutan
mempunyai gugus OH bebas yang relative, dipindahkan dalam labu ukur 250 ml, dan
karena keduanya saling terikat, sedangkan ditambahkan aquades hingga tanda batas. Untuk
laktosa mempunyai OH bebas atom C-1 pada mengetahui kadar pati dalam sampel dilakukan
gugus glukosanya, sehingga laktosa bersifat prosedur penentuan kadar, sama halnya dengan
pereduksi. penentuan kadar gula pereduksi dan gula total.
Gula invert akan mengkatalisis proses Metode Luff Schoorl mempunyai
inversi sehingga kehilangan gula akan berjalan kelemahan yang terutama disebabkan oleh
dengan cepat. Kemudian ditambahkan indicator komposisi yang konstan. Pada penentuan gula
metil orange dan HCl. Penambahan HCl ini cara Luff Schoorl, yang ditentukan bukan
berguna untuk memberikan suasana asam. Laju kuprooksida yang mengendap tetapi dengan
inversi sukrosa akan semakin besar pada kondisi menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum
pH rendah oleh karena itu dalam laju inversi direaksikan dengan gula reduksi (titrasi blanko)
dilakukan pada kondisi pH asam (pH 5). dan setelah itu direaksikan dengan sampel gula
Kemudian larutan dipanaskan selama 30 menit reduksi (titrasi sampel). Metode Luff Schoorl ini
dan didinginkan hingga suhu 200 C, kemudian baik digunakan untuk menentukan kadar
dinetralkan dengan ditambahkan NaOH, karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam
selanjutnya ditambahkan aquades hingga tanda penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode
batas. Larutan ini merupakan sampel siap uji Luff Schoorl merupakan metode terbaik untuk
mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat
kesalahan sebesar 10%.

Hasil Analisa Kadar Gula Pereduksi, Kadar Gula Total, dan Kadar Pati
Berikut adalah tabel pengamatan hasil konversi ke persamaan Luff Schoorl sehingga
diperoleh kadar gula pereduksi, kadar gula total, dan kadar pati.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kadar Gula Reduksi, Kadar Gula Total, dan Kadar Pati
Ke Sampe W Standarisa V Kadar Rata- Kadar Rata- Kadar Rata-
l l sampe si Nati Gula Rata Gula Rata Pati Rata
l (g) Natiosulfat o Pereduk Kadar Total Kadar (%) Kadar
Gula Gula
Pati
(ml) si (%) Pereduk (%) Total
(%)
si (%) (%)
A:
Coca-
20
11 cola 2,573 9,955 5,691
B:
(A1)
23,9
10,023 5,73
A:
Coca-
20
16 cola 2,537 10,092 5,76
B:
(A2)
23,9
A:
Teh
2,594 25,3
13 Botol 0,353 9,848
5 B:
(A1)
24,1 10,00
0,448
A: 6
Teh
2,527 25,2 10,13
17 Botol 0,543
3 B: 7
(A2)
24,1
A:
Sirup 22,9 93,28
15 2,55 43.862
(A1) B: 9
24,2
0,09531 42,808 93,84
A:
Sirup 23,2 41,76 94,4
19 2,52
(A2) B:
24,2
Tepun
g 3,009
12 16,2 65,92
Ketan 1
(A1) 67,02
Tepun 5
g 3,009
18 15,9 68,15
Ketan 6
(A2)
Tepun
g 3,006
14 16,6 32,15
Pisang 8
(A1) 40,63
Tepun 2
g 3,013 49,11
20 11,9
Pisang 7 4
(A2)
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2016)

Berdasarkan hasil pengamatan pada kemasan yaitu 7%. Dapat disimpulkan bahwa
tabel 1, rata-rata kadar gula pereduksi pada kadar gula total dalam teh kemasan tidak sesuai
sampel teh botol adalah 0,448%. Hal ini dapat dengan kadar minimum gula total untuk teh
disimpulkan bahwa pada sampel Teh Botol kemasan dalam SNI 01-3143-1992 yaitu
terdapat gula pereduksi (glukosa, fruktosa, minimal 6% dan tidak sesuai pula dengan yang
galaktosa, laktosa dan altosa) dalam jumlah yang tertera dalam kemasan. Hasil analisis sampel
sangat sedikit. Sedangkan kadar gula total yang Coca-cola memiliki rata-rata kadar gula
dianalisis dalam teh botol adalah 10,006%, pereduksi 10,023%, dan kadar gula total 5,73%.
sedangkan dalam gula yang tertera dalam Kandungan gula yang tertera dalam kemasan
yaitu 10%. Maka dapat disimpulkan kandungan juga dapat mempengaruhi hasil perhitungan
gula total telah sesuai dengan SNI dengan kadar pati tersebut.
minimal gula 6% dan telah sesuai dengan yang Kadar pati dalam tepung beras ketan
tertera pada kemasan 10%. Rata-rata kadar jauh lebih besar dibandingkan dengan tepung
gula reduksi dari hasil analisis sampel sirup pisang, oleh karena itu tingkat kelengketan
Marjan 42,808%, dan rata-rata kadar gula total tepung beras ketan jauh lebih tinggi karena
yaitu 93,84%. Dapat disimpulkan bahwa hasil kandungan amilopektin yang dikandungnya. Hal
praktikum telah sesuai dengan kadar minimum ini dibuktikan dengan penelitian Koswara (2009)
kandungan gula dalam sirup yang terdapat dalam yang menyatakan bahwa kandungan amilosa
SNI 3544:2013 yaitu minimum 65% namun dalam beras ketan yaitu sekitar 1-2%. Kadar pati
dalam kemasan tidak mencantumkan seberapa bukan merupakan syarat mutu dalam tepung
banyak kadar gula yang ditambahkan. Dapat pisang, karena dalam SNI 01-3841-1995 untuk
disimpulkan dari tabel 1, semakin banyak Na- syarat mutu tepung pisang pati tidak termasuk
thiosulfat yang dihabiskan dalam titrasi, semakin didalamnya, begitu pula dengan kadar pati
kecil kadar gula yang terkandung karena akan tepung beras ketan. Kadar pati menentukan
selisih dengan blanko (V blanko = 25,2 ml). kriteria mutu namun tidak sebagai syarat mutu.
Adanya perbedaan hasil analisis pada praktikum
dengan SNI dan kadar yang tertera pada KESIMPULAN
kemasan diduga karena perbedaan metode yang
mungkin dilakukan dengan praktikan atau waktu Hasil analisis sampel Coca-cola
pemanasan dan kekuatan reagen yang memiliki rata-rata kadar gula pereduksi 10,023%
digunakan. Hasil pengamatan metode Luff dan rata-rata kadar gula total 5,73%. Kandungan
Schoorl juga dipengaruhi oleh waktu pemanasan gula total dalam Coca-cola sesuai dengan SNI
dan kekuatan reagen. dengan minimal gula 6%. Rata-rata kadar gula
Berdasarkan hasil pengamatan analisis reduksi dan gula total dari hasil analisis sampel
kadar pati, rata-rata kadar pati tepung pisang sirup yaitu 42,808% dan 93,84%, Hasil analisis
sebesar 40,632%. Namun hasil analisis kadar pati ini tidak sesuai dengan kadar minimum
pada tepung pisang yang dilakukan duplo ini kandungan gula dalam sirup yang terdapat dalam
memiliki selisih yang cukup besar. Hasil analisis SNI 3544:2013 yaitu minimum 65%. Hasil
oleh kelompok 20 sebesar 49,114% sedangkan analisis rata-rata kadar gula pereduksi pada
oleh kelompok 14 sebesar 32,15% dengan selisih sampel Teh Botol 0,448%, yang berarti dalam
sekitar 16%. Menurut literatur kadar pati tepung sampel tersebut hanya terdapat sedikit gula
pisang adalah 64,69% - 67,31% (Antarlina, dkk. pereduksi. Kandungan gula total rata-rata dalam
2004). Hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil sampel yaitu 10,003%, dan 7% yang tertera
analisis kadar pati pada praktikum tidak sesuai dalam kemasan. Hasil tersebut tidak memenuhi
dengan literatur karena hasil yang didapat jauh di SNI 01-3143-1992 yaitu minimal 6% pada teh
bawah literatur. Rata-rata kadar pati tepung beras dalam kemasan.
ketan sebesar 67,025%. Berdasarkan literatur, Rata-rata kadar pati tepung beras ketan
kadar pati untuk tepung beras ketan adalah 72% dan tepung pisang 67,025% dan 40,632%.
(Sulistijani, 1998). Dapat disimpulkan bahwa Sehingga disimpulkan tingkat kelengketan
hasil analisis pada praktikum tidak sesuai dengan tepung beras ketan lebih tinggi dibandingkan
literatur. Perbedaan antara hasil analisis dengan dengan tepung pisang.
literatur dapat disebabkan oleh beberapa faktor
seperti jumlah natrium tiosulfat yang digunakan DAFTAR PUSTAKA
dalam titrasi berlebihan atau kurang, karena sulit
untuk menentukan perubaan warna yang bersifat Antarlina. 2004. Teknologi Pengolahan
subjektif yang terjadi dengan menggunakan Komoditas Unggulan Mendukung
indikator amilum. Hal ini mungkin akan Pengembangan Agroindustri di Lahan
mempengaruhi hasil perhitungan dari kadar pati. Lebak. Balai Pertanian Lahan Rawa.
Selain itu, sebagian filtrat mungkin masih tersisa Efiah, U. 2007. Pengaruh Pemberian Pb-asetat
pada dinding labu pada proses pemindahan Dosis Tinggi Terhadap Ketebalan
karena proses pembilasan dengan aquades yang Mielinn. Ischiadicus Tikus Putih
kurang sempurna. Adanya zat pengotor yang (Rattusnorvegicus). Jurnal Kedokteran
masuk ke dalam labu ukur pada saat penyaringan Brawijaya,Vol. XXIII, No. 1, Jawa
Timur.
Hartati. 2002. Analisis Kadar Pati dan Serat. SNI 01-3143-1992. Minuman Teh dalam
Kanisius Swantara, Yogyakarta. Kemasan. Badan Standarisasi Nasional,
Herawati, Heny. 2011. Potensi Pengembangan Jakarta.
Produk Pati Tahan Cerna sebagai SNI 01-3841-1995. Tepung Pisang. Badan
Pangan Fungsional. Jurnal Litbang Standarisasi Nasional, Jakarta.
Pertanian, 30(1), 2011. Balai SNI 3544:2013. Sirup. Badan Standarisasi
Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Nasional, Jakarta.
Tengah Suarni., Aqil, M., Firmansyah. 2013. Keragaman
Koswara, Sutrisno. 2009. Teknologi Pengolahan Mutu Pati Beberapa Varietas Jagung.
Beras. Ebook Pangan. Penelitian
Manikharda. 2011. Perbandingan Metode dan Pertanian Tanaman Pangan Vol. 32 No.
Verifikasi Analisa Total Karbohidrat 1. 2013. Balai Penelitian Tanaman
dengan Metode Luff-Schoorl dan Serealia, Sulawesi Selatan.
Anthrone Sulfat. Skripsi. Fakultas Sudarmaji, Slamet, dkk. 2000. Analisis bahan
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Makanan dan Pangan. Penerbit Liberty,
Bogor, Bogor. Yogyakarta.
Poedjiadi, Ana. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. UI Sudarmadji, Slamet. 2003. Analisa Bahan
Press, Jakarta. Makanan dan Pertanian. Liberty,
Rivai, H. 2005. Asas Pemeriksaan Kimia. Yogyakarta .
Universitas Indonesia, Jakarta. Sulistijani, D.A. 1999. Sehat dengan Menu
Rohman, A., Soemantri. 2007. Analisis Berserat. Jakarta : Penebar Swadaya
Makanan. Universitas Gadjah Underwood. 1996. Analisa Kimia Kuantitatif.
Mada, Jawa Tengah. Erlangga, Jakarta.
SNI 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Minuman. Badan Standarisasi Nasional, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai