Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Uretritis merupakan kondisi urologis dimana terjadi inflamasi pada uretra yang
dapat disebabkan oleh proses infeksi atau noninfeksi dengan manifestasi keluarnya
sekret, disuria, atau pruritus pada ujung uretra. Uretritis dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, maupun parasit, namun sebagian pasien dengan uretritis tidak
ditemukan penyebab yang pasti.
Sebelum tahun 1970 hampir 90% kasus uretritis belum diketahui
penyebabnya, sedangkan 10% sudah diketahui penyebabnya, yaitu Neisseria
gonorrhoeae dan Trichomonas vaginalis. Dengan semakin majunya fasilitas
diagnostik sesudah tahun 1970, penyebab uretritis sudah diketahui 75%, sedangkan
sisanya 25% lagi masih dalam taraf penelitian.
Uretritis diklasifikasikan menjadi uretritis gonokokkus dan uretritis non-
gonokokkus (atau uretritis non gonore, disingkat UNG).
Uretritis gonokokkus didiagnosis bila pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan Neisseria gonorrhoeae, sebaliknya jika tidak ditemukan N. gonorrhoeae
disebut sebagai uretritis non gonokokkus atau uretritis non gonore. Kedua klasifikasi
di atas termasuk dalam kategori penyakit dengan transmisi secara seksual.
Etiologi UNG tersering adalah Chlamydia trachomatis. Laporan WHO tahun
2001 menunjukkan bahwa infeksi oleh C. trachomatis diperkirakan 89 juta orang
per tahun di seluruh dunia.
Manifestasi klinis UNG biasanya antara 1-3 minggu setelah berhubungan
intim dengan penderita. Gejala pada pria berupa disuria ringan, perasaan tidak enak
di uretra, sering kencing, dan keluarnya duh tubuh seropurulen.
Meskipun kebanyakan penderita wanita tidak menunjukkan gejala, beberapa
diantaranya mengalami urgensi (desakan) berkemih yang lebih sering, disuria
ringan, nyeri di daerah pelvis, disparenia dan keluarnya duh tubuh dari vagina.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. EPIDEMIOLOGI
Uretritis non gonore banyak ditemukan pada orang dengan keadaan sosial
ekonomi rendah, usia lebih tua, dan aktivitas seksual yang lebih tinggi. Pria juga
ternyata lebih banyak daripada wanita dan golongan heteroseksual lebih banyak
daripada golongan homoseksual.
Di Amerika Serikat, infeksi Chlamydia adalah penyakit infeksi menular
seksual yang paling sering dilaporkan dan paling banyak terjadi pada orang
berusia 19-24 tahun. Sekitar 4-5 juta kasus infeksi Chlamydia terjadi tiap
tahunnya dengan angka prevalensi dua setengah kali dari kasus gonore. Beberapa
sekuele penting dapat terjadi akibat infeksi C. Trachomatis pada wanita; antara
lain yang paling serius adalah pelvic inflamatory disease (PID), kehamilan
ektopik, dan infertilitas. Beberapa wanita dengan infeksi servikal tanpa
komplikasi telah memiliki infeksi traktus reproduktif atas yang bersifat subklinis.
Khusus untuk kasus UNG yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis
ditemukan di setiap benua dan iklim serta tidak memiliki variasi berdasarkan
musim. Memiliki distribusi kosmpolitan dan telah diidentifikasi pada semua ras
dan strata sosioekonomi. Data terbaru menunjukkan insiden tahunan di seluruh
dunia adalah lebih dari 170 juta kasus. Faktanya, WHO memperkirakan jumlah
kasus infeksi ini mencapai hampir separuh dari seluruh kasus infeksi menular
seksual yang dapat disembuhkan. Insiden trikomoniasis adalah setinggi 56% di
antara pasien yang datang ke klinik IMS.

II. ETIOPATOGENESIS
Uretritis non gonore adalah salah satu jenis penyakit infeksi menular seksual
yang paling banyak mengenai pria, tapi dalam proporsi kasus yang signifikan
(20%-50%), patogennya tidak teridentifikasi.
Ada banyak penyebab terjadinya UNG. Berikut ini akan dijabarkan mengenai
etiologi dan patogenesis dari UNG.

2
a. Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan UNG adalah Chlamydia
trachomatis, tapi juga dapat disebabkan oleh Ureaplasma urealyticum,
Mycoplasma hominis, dan Mycoplasma genitalium. Ureaplasma urealyticum
telah terdeteksi lebih sering dan jumlah yang banyak pada laki-laki dengan
uretritis non gonokokkus nonchlamydia, khususnya laki-laki dengan UNG
nonchlamydia episode pertama.
- Chlamydia trachomatis
Chlamydia trachomatis merupakan bakteri gram negatif, nonmotil, dan
bersifat obligat intraselular. Chlamydia trachomatis penyebab UNG ini
termasuk subgrup A dan mempunyai tipe serologic D-K.
Spesies C. trachomatis mempunyai 15 serotipe, dimana serovar A, B,
dan C menyebabkan konjungtivitis kronik, serovar D sampai K
menyebabkan infeksi genital, serovar L1 sampai L3 menyebabkan
limfogranuloma venereum (LGV). Bakteri ini memasuki sel dengan
mekanisme endositosis dan bereplikasi melalui binary fission di dalam sel.
Traktus urogenital merupakan daerah yang paling sering terinfeksi oleh
C. trachomatis. Transmisi terjadi melalui rute oral, anal, atau melalui
hubungan seksual. Gejala terjadi dalam 1-3 minggu setelah infeksi. Namun
demikian, sering terjadi infeksi asimtomatik sebesar 80% pada wanita dan
50% pada pria. Koinfeksi dengan penyakit menular seksual lainnya sering
kali terjadi terutama gonore.
Penyakit infeksi ini sering tidak disertai gejala klinis sehingga sulit
untuk menilai penyebarannya. Dalam perkembangannya Chlamydia
trachomatis mengalami 2 fase, yaitu:
a. Fase 1: disebut fase noninfeksiosa, dimana fase noninfeksiosa terjadi
keadaan laten yang dapat ditemukan pada genitalia maupun
konjungtiva.
b. Fase 2: fase penularan, bila vakuol pecah kuman keluar dalam bentuk
badan elementer yang dapat menimbulkan infeksi pada sel
hospes yang baru.

3
- Ureaplasma urealyticum dan Mycoplasma hominis
Ureaplasma urealyticum merupakan 25% sebagai penyebab UNG dan
sering bersamaan dengan infeksi Chlamydia trachomatis. Dahulu dikenal
dengan nama T-strain mycoplasma. Mycoplasma hominis juga sering
bersama-sama dengan infeksi Ureaplasma urealyticum. Mycoplasma
hominis sebagai penyebab UNG masih diragukan, karena kuman ini
bersifat komensal yang dapat menjadi patogen dalam kondisi tertentu.
Ureaplasma urealyticum merupakan mikroorganisme paling kecil, gram
negatif, dan sangat pleomorfik karena tidak memiliki dinding sel yang
kaku.

- Mycoplasma genitalium
Mycoplasma sp. merupakan salah satu mikroorganisme terkecil yang
dapat berkoloni di traktur respirasi dan urogenital. Mycoplasma memiliki
13 spesies, 4 diantaranya menginfeksi traktus genital, yaitu Mycoplasma
hominis, M. genitalium, Ureaplasma parvum, dan U. urealyticum. Sekitar
40-80% wanita yang aktif secara seksual mengalami kolonisasi genital dari
ureaplasma. Organisme ini juga berperan dalam 20-30% kasus UNG.
Pasien dengan infeksi mycoplasma genitalium sering tidak
terdiagnosis, karena gejala yang timbul biasanya dikaitkan dengan patogen
lain yang lebih umum seperti Chlamydia. Seperti halnya Chlamydia, infeksi
mycoplasma genital mengakibatkan uretritis, servisitis, PID, endometritis,
salpingitis, dan korioamnionitis. Spesies lainnya dapat menyebabkan
infeksi pernapasan, artritis septik, pneumonia neonatal, dan meningitis.

b. Virus
Virus yang dapat menyebabkan UNG antara lain Herpes simplex virus dan
Adenovirus. Virus Herpes Simplex dan adenovirus hanya berperan kecil dalam
kejadian kasus UNG.

4
c. Parasit
Golongan parasit yang bisa menjadi penyebab adalah Trichomonas
vaginalis. Parasit ini merupakan protozoa yang menyebabkan kondisi yang
dinamakan trikomoniasis. Infeksi pada wanita menyebabkan timbulnya
keputihan yang berbau, berwarna kuning kehijauan, disertai pruritus, eritema,
dan dispareunia. Pada pria seringkali asimtomatis, keluhan yang muncul
berupa sekret uretra, nyeri berkemih yang terasa panas, dan frekuensi
berkemih yang lebih sering.
Manusia adalah satu-satunya natural host untuk T. vaginalis. Trofozoitnya
bertransmisi dari orang ke orang melalui hubungan seksual. Transmisi
nonseksual penyakit ini jarang. Kejadian infeksi asimtomatis setinggi 50%
pada perempuan. Laki-laki yang terinfeksi biasanya asimtomatis dan juga self-
limiting; karenanya diagnosis sering susah ditegakkan.
Trichomonas vaginalis akan menginfeksi vagina dan epitel uretra dan
menyebabkan mikroulserasi. Pada wanita, organisme ini dapat diisolasi dari
vagina, uretra, serviks, kelenjar Bartholin, dan kelenjar Skene serta buli-buli.
Pada pria, organisme ini dapat ditemukan di area genital eksterna, uretra
anterior, epididimis, prostat, dan semen. Masa inkubasi biasanya berlangsung
4-28 hari. Pada wanita, manifestasi infeksi bervariasi mulai dari carrier
asimtomatik sampai vaginitis inflamatorik. Karena peningkatan keasaman dari
vagina, gejala cenderung muncul selama atau setelah menstruasi. Kebanyakan
pria merupakan carrier asimtomatik.

d. Alergi
Ada juga dugaan bahwa UNG disebabkan oleh reaksi alergi terhadap
komponen sekret alat urogenital pasangan seksualnya. Alasan ini dikemukakan
karena pada pemeriksaan sekret UNG tersebut ternyata steril dan pemberian
obat antihistamin dan kortikosteroid mengurangi gejala penyakit.

5
III. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis pada laki-laki
Pada laki-laki, gejala dapat timbul biasanya setelah 1-3 minggu hari setelah
kontak seksual. Keluarnya sekret uretra merupakan keluhan yang sering
dijumpai, berupa lendir yang jernih sampai keruh. Keluhan yang paling umum
ialah waktu pagi hari atau morning drops, tetapi bisa juga berupa bercak di celana
dalam. Disuria merupakan salah satu keluhan yang banyak dijumpai dan sangat
bervariasi dari rasa terbakar sampai tidak enak pada saluran kencing waktu
mengeluarkan urin. Tetapi keluhan disuria tidak sehebat pada infeksi gonore.
Keluhan gatal pada saluran uretra mulai dari gatal yang sangat ringan dan terasa
hanya pada ujung kemaluan. Sebagai akibat terjadinya uretritis, timbul perasaan
ingin buang air kecil. Bila infeksi sampai pars membaranasea uretra, maka pada
waktu muskulus sfinkter uretra berkontraksi timbul pendarahan kecil. Selain itu
timbul perasaan ingin buang air kecil pada malam hari atau nokturia. Keluhan
lain yang jarang ialah adanya perasaan demam dan pembesaran kelenjar getah
bening inguinal yang terasa nyeri.
Pada pemeriksaan klinis muara uretra tampak tanda peradangan berupa
edema dan eritem, dapat ringan sampai berat. Sekret uretra bisa banyak atau
sedikit sekali atau kadang-kadang hanya terlihat pada celana dalam penderita.
Sekret umumnya serosa, seromukous, mukous, dan kadang bercampur dengan
pus. Kalau tidak ditemukan sekret bisa dilakukan pengurutan saluran uretra yang
dimulai dari daerah proksimal sampai distal sehingga mulai nampak keluar
sekret. Kelainan yang nampak pada UNG umumnya tidak sehebat pada uretritis
gonore.

6
Gambaran klinis pada wanita
Pada wanita, gejala sering tidak khas, asimptomatik atau sangat ringan. Bila
ada keluhan berupa duh tubuh genital yang kekuningan, sering ditemukan pada
pemeriksaan wanita yang menjadi pasangan pria dengan UNG. Pada
pemeriksaan klinik genital dapat ditemukan kelainan serviks, misalnya terdapat
eksudat serviks mukopurulen atau erosi serviks.

Servisitis karena Chlamydia dengan


ektopi, sekret, dan perdarahan.

V. DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Diagnosis secara klinis sukar untuk membedakan infeksi karena gonore atau
non gonore. Uretritis non gonore pada pria dikenal dengan tanda-tanda adanya
keluhan pengeluaran cairan yang mucopurulen dari uretra dan dengan kemungkinan
banyak atau sedikit, tetapi pada umumnya cairan tersebut encer. Kadang-kadang
disertai disuria, perasaan gatal pada bagian ujung uretra ataupun dengan keluhan
mikturasi yang lebih sering. Sering keluhan penderita tidak begitu menonjol
sehingga dapat menyebabkan kesukaran dalam penentuan waktu inkubasinya, tetapi
pada umumnya waktu inkubasi antara 1 3 minggu. Ada kalanya penderita dengan
pengeluaran cairan (duh tubuh) yang purulen sehingga sukar dibedakan secara klinis
dengan Uretritis gonore.
Uretritis non gonore pada wanita pada umumnya tanpa keluhan. Hasil
penyelidikan melaporkan bahwa sekitar 20% para wanita sebagai "teman
berhubungan" dari pria yang menderita Uretritis non gonore maka bila dilakukan
pemeriksaan akan dijumpai tanda-tanda infeksi dari alat genital yang bersangkutan.
Bila terjadi pengeluaran cairan dari Vagina (vaginal disharge) maka hal tersebut
pada umumnya disertai dengan trichomoniasis dan terutama disebabkan oleh
Cervitis.
B. Pemeriksaan Fisik

7
Pemeriksaan menyeluruh pada pasien dengan penyakit menular seksual,
termasuk uretritis, sangat penting dalam mengarahkan diagnosis dan terapi yang
tepat. Kuantitas discar pada uretritis dapat dikategorikan banyak (mengalir secara
spontan dari uretra), sedikit (keluar hanya jika uretra di ekspos), sedang (keluar
secara spontan, namun hanya sedikit). Warna dan karakter discharge uretra harus
diperhatikan. Lendir berwarna kekuningan atau hijau disebut sebagai lender purulen.
Lendir berwarna putih yang bercampur cairan jernih dinamakan lender mukoid.
Jika hanya lendir bening, dinamakan jernih. Adanya inflamasi pada meatus uretra,
edema penis, dan pembesaran kelenjar limfe juga harus diperhatikan.
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium secara langsung
Pemeriksaan laboratorium untuk Chlamydia trachomatis telah cepat
berkembang beberapa tahun terakhir ini. Namun penggunaan pemeriksaan
laboratorium sebaiknya disesuaikan dengaan kemampuan sarana kesehatan. Untuk
program skrining lebih disukai teknik yang menggunakan spesimen noninvasif.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk mendiagnosis UNG adalah sebagai
berikut:
1. Pewarnaan Gram adalah salah satu pemeriksaan yang lebih cepat untuk
mengevaluasi uretritis dan mengetahui ada tidaknya infeksi gonokokus.
Dianggap positif UNG bila terdapat lebih dari 4 leukosit dengan pembesaran
1000 kali.
2. Sedimen urin: kriteria diagnosis uretritis bila terdapat sekret uretra dan
terdapat 20 leukosit PMN atau lebih dua lapangan pandang dengan
pembesaran 400x dari pemeriksaan sedimen 10-15 ml urine tampung
pertama yang dikeluarkan sebelum 4 jam atau lebih.
3. Pada pemeriksaan mikroskopik sekret serviks dengan pewarnaan gram
didapatkan >30 lekosit per lapangan pandang dengan pembesaran 1000 kali.
4. Pemeriksaan spesimen dari endouretral dengan dijumpainya sel lebih dari
4/LP (400x) dilakukan dengan pewarnaan gram.
5. Pemeriksaan sediaan basah untuk menentukan Trichomonas vaginalis.
Kultur

8
Sebagai patogen intraseluler, Chlamydia trachomatis membutuhkan sistem
kultur sel untuk diperbanyak di laboratorium, sehingga kultur sel merupakan tes
standar untuk mendeteksi Chlamydia trachomatis selama bertahun-tahun,
dengan sensitivitas 4085% pada spesimen genital. Untuk kultur, spesimen dapat
diambil dengan swab berujung kapas. Spesimen harus diletakan dalam media
transport spesifik dan didinginkan selama 24 jam hingga berinokulasi pada
lempeng kultur sel.

Kultur Trichomonas vaginalis


dalam bentuk tropozoit. Tampak 4 buah
flagella dan satu nucleus.

Badan inklusi Chlamydia trachomatis


(coklat) pada media kultur McCoy.

9
Metode serologi
Pemeriksaan serologi tidak banyak digunakan untuk diagnosis infeksi
Chlamydia pada saluran reproduksi selain limfogranuloma venereum. Dengan
alasan berikut:
1. Prevalensi basal antibodi yang tinggi dalam populasi individu aktif secara
seksual yang berisiko terinfeksi C. Trachomatis, berkisar 4565% dari
individu yang diperiksa. Tingginya prevalensi seropotif pada pasien-pasien
yang asimptomatis dengan kultur-negatif diduga menggambarkan infeksi
sebelumnya sukar dideteksi dengan teknik kultur.
2. Tidak terdapat gejala permulaan pada banyak pasien dengan infeksi
Chlamydia yang menunjukan bahwa pasien lebih sering berada pada periode
ketika tak terdapat antibodi IgM atau tidak menunjukan peningkatan maupun
penurunan titer antibodi IgG sehingga parameter ini sering tak terdapat pada
awal infeksi, hal ini terutama pada wanita. Awal gejala lebih jelas pada pria
UNG, dan serokonversi atau antibodi IgM didapatkan pada sebagian besar
pria.
3. Infeksi traktus genitalia superfisial (uretritis) umumnya menghasilkan titer
antibodi mikro-IF berkisar antara 1:8 hingga 1:256, tetapi jarang lebih tinggi.
Pada pria UNG yang awalnya seronegatif, tetapi kemudian terdapat antibodi
IgG terhadap Chlamydia, 60% memiliki titer 1:8 dan 1:32, sedangkan 40%
antara 1:64 dan 1:2.
Saat ini terdapat metode otomatis untuk mendeteksi DNA atau RNA C.
Trachomatis yang diamplifikasi. Dua metode yang paling banyak digunakan
adalah ligase chain reaction (LCR) dan polymerase chain reaction (PCR).
Metode yang lainnya adalah transcription-mediated amplification (TMA).

VI. DIAGNOSIS BANDING


1. Gonore
Gonore merupakan penyakit menular seksual yang umum terjadi dan
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, menyebabkan perubahan pada
mukosa dan epitel transisional. Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam
waktu 2-8 hari setelah terinfeksi. Manifestasi umum dari infeksi gonokokkus

10
pada pria adalah uretritis. Karakteristiknya berupa sekret yang purulen atau
berawan keluar dari uretra yang membedakannya dari uretritisnon gonore.
Inflamasi membran mukosa pada uretra anterior menyebabkan rasa nyeri saat
berkemih dan terjadi kemerahan serta pembengkakan. Nyeri dan bengkak
pada testis mengindikasikan terjadinya epididimitis atau orkitis dan mungkin
akan menjadi satu-satunya gejala yang muncul. Pada wanita, 50% infeksi N.
gonorrhoeae bersifat asimtomatis. Skrining yang sesuai, diagnosis dini, dan
perawatan adalah krusial karena dapat menyebabkan komplikasi serius berupa
sterilitas. Endoserviks adalah lokasi umum terjadinya infeksi dan invasi
organisme ini. Gejala uretritis mencakup sekret mukopurulen, pruritus vagina,
dan disuria. Vaginitis tidak terjadi kecuali pada wanita prapuber atau post
menopause karena epitel vagina wanita yang sudah dewasa secara seksual
tidak mendukung pertumbuhan N. gonorrhoeae. Lokasi infeksi lainnya adalah
kelenjar Bartolin dan Skene. Organisme juga dapat menginvasi traktus
genitalia atas seperti uterus, tuba fallopi, dan ovarium menyebabkan
terjadinya Pelvic Inflammatory Disease (PID).

Gonore akut pada pria bermanifestasi


dengan adanya secret purulen seperti
krim keluar dari uretra.

VII. PENATALAKSANAAN
Pengobatan harus diberikan segera setelah diagnosis UNG ditegakkan tanpa
menunggu hasil tes Chlamydia dan kultur N. gonorrhoea. Azitromisin dan
doksisiklin memiliki efektivitas tinggi terhadap uretritis karena infeksi

11
Chlamydia, demikian pula dengan M. genitalium yang berespon sangat baik
terhadap azitromisin.
Regimen yang direkomendasikan:
Azitromisin 1 gr per oral dosis tunggal atau doksisiklin 100 mg per oral 2
kali sehari selama 7 hari.
Azitromisin merupakan golongan makrolid dengan aktivitas lebih rendah
terhadap kuman gram positif tetapi lebih aktif terhadap kuman gram negatif.
Azitromisin diindikasikan untuk infeksi klamidia daerah genital tanpa
komplikasi.
Doksisiklin adalah golongan tetrasiklin yang berspektrum luas dan
merupakan pilihan untuk infeksi yang disebabkan Chlamydia (trakoma,
psitakosis, salpingitis, uretritis, dan limfogranuloma venereum).
Regimen alternatif:
Eritromisin 500 mg diberikan dua kali sehari selama 14 hari atau ofloksasin
200 mg diberikan dua kali sehari atau 400 mg diberi sekali sehari selama 7 hari.
Eritromisin memiliki spektrum antibakteri yang hampir sama dengan
penisilin, sehingga obat ini digunakan sebagai alternatif penisilin. Eritromisin
bekerja aktif terhadap Chlamydia dan Micoplasma.
Ofloksasin merupakan golongan kuinolon yang bekerja dengan
menghambat DNA gyrase sehingga sintesis DNA kuman terganggu. Ofloksasin
digunakan untuk infeksi saluran kemih, saluran nafas bawah, gonore, uretritis,
dan servisitis non gonokokkus.
- Untuk pasien dengan UNG persisten/rekuren terapi yang diberikan berupa:
Metronidazol 2 gr per oral dosis tunggal atau Tinidazol 2 gr per oral dosis
tunggal atau Azitromisin 1 gr per oral dosis tunggal.
Penyebab UNG persisten/rekuren adalah multifaktorial. M. genitalium
terlibat dalam 20-40% kasus dan terapi UNG tidak selalu mengeradikasi kuman
ini. Karena kemungkinan risiko resistensi pada dosis tunggal azitromisin, para
ahli merekomendasikan pemberian azitromisin selama 5 hari untuk terapi M.
genitalium.

12
Metronidazol merupakan antimikroba dengan aktivitas sangat baik terhadap
bakteri anaerob dan protozoa. Spektrum antiprotozoanya mencakup Trichomonas
vaginalis, vaginosis bakterial (terutama Gardnerella vaginalis).
Pasien dengan infeksi Chlamydia harus dimonitor selama 2 minggu.
Pemberian informasi kepada pasangan, pencegahan hubungan seksual sementara
serta penyelesaian terapi dengan benar harus diperiksa. Dalam hal ini pasangan
maupun semua orang yang memiliki kontak seksual langsung dengan penderita
harus diidentifikasi dan diberikan saran untuk mendapat terapi serupa.

VIII. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus UNG antara lain:
1. Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis biasanya disertai
vas deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epidimitis adalah
trauma pada uretra posterior yang disebabkan oleh salah pengelolaan
pengobatan atau kelalaian pasien sendiri. Epididimitis dan tali spermatika
membengkak dan terasa panas, juga testis, sehingga menyerupai hidrokel
sekunder. Pada penekanan teraba nyeri sekali. Bila mengenai kedua
epididimis dapat mengakibatkan sterilitas.
2. Striktur uretra atau penyempitan pada lumen uretra, insidennya rendah pada
penderita yang mendapat pengobatan antibiotik untuk gonore.
3. Proktitis, terutama pada pria homoseks. Keluhan penderita sedikit tetapi dapat
ditemukan cairan mukus dari rektum dan tanda-tanda iritasi.
4. Servisitis. Dapat asimptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada
punggung bawah. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan
sekret mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi
servisitis akut atau disertai vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis.
5. Endometriosis. Chlamydia dapat ditemukan pada aspirat endometrial pada
kasus endometriosis dengan atau tanpa tanda-tanda salfingitis.
6. Salfingitis. Peradangan pada salping yang banyak disebabkan oleh C.
trachomatis.

13
7. Perihepatitis. Chlamydia dapat meluas dari serviks melalui endometrium ke
tuba dan kemudian ke diafragma kanan. Beberapa penyebaran menghasilkan
perihepatitis. Parenkim hati tidak diserang sehingga tes fungsi hati biasanya
normal.
8. Reiter syndrome, dikenal juga sebagai artritis reaktif, adalah kumpulan dari
tiga gejala yaitu konjungtivitis, uretritis, dan arthritis. Terjadi setelah sebuah
infeksi khususnya infeksi pada saluran urogenital atau gastrointestinal.
Patofisiologinya belum diketahui, tetapi faktor infeksi dan imun
kemungkinan terlibat.

IX. PROGNOSIS
Kadang-kadang tanpa pengobatan, penyakit lambat laun berkurang dan
akhirnya sembuh sendiri (50-70% dalam waktu kurang lebih 3 bulan). Setelah
pengobatan 10% penderita akan mengalami eksaserbasi/rekurens.

X. EDUKASI
Pasien dianjurkan untuk menjauhkan diri dari hubungan seksual atau
melakukan hubungan seksual monogami dengan mitra yang tidak terinfeksi.
Penggunaan kondom lateks pada pria, jika digunakan secara konsisten dan
benar, sangat efetif dalam mengurangi penularan infeksi menular seksual.

14

Anda mungkin juga menyukai