Long Case Ifah
Long Case Ifah
Diajukan Kepada:
dr. Fita Wirastuti, M.Sc., Sp.A.
Disusun oleh :
Munifah Ashlihati
20154011098
RM.01.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
LONG CASE ANAK
100x/menit, respirasi = 30x/menit, TD = 100/7- mmHg. Pitting edema (-),
akral hangat, nadi kuat, CRT <2. cek urin rutin hasilnya :
- Protein ++
- Darah +++
- Lekosit + 10-15
- Eritrosit >50/lp
- Silinder lekosit +
- Bakteri +
Pasien disarankan untuk mondok dan dijadwalkan untuk pemeriksaan USG ginjal.
E. Pedigree
RM.02.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
LONG CASE ANAK
70 th 60 th 65 th 59 th
35 th 33 th 50 th
40 th 35 th
Laki-laki
Perempuan
9 th 5 th
Tinggal 1 rumah
Kesan: pasien anak kedua dari pasangan ayah berumur 40 tahun dan ibu berusia 35 tahun, tidak
ada riwayat penyakit keluarga yang diturunkan dan berhubungan dengan penyakit sekarang.
G. Anamnesis Sistem
Sistem SSP : demam (-)
Sistem kardiovaskuler : tidak ada keluhan
Sistem respirasi : sesak napas (-), napas cepat (-), batuk (-), pilek (-)
Sistem gastrointestinal : muntah (-), BAB (+)
Sistem urogenital : air kemih banyak (+), warna air kemih kuning jernih (-)
Sistem integumentum : tanda peradangan (-)
Sistem muskuloskeletal : gerakan otot dan tulang bebas (+)
RM.04.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
LONG CASE ANAK
II. PEMERIKSAAN FISIK
1. KESAN UMUM : Kompos mentis
2. Tanda Utama : Nadi : 100 x/menit, isi & tegangan cukup, teratur, simetris
Suhu : 36,3OC (axila)
Pernapasan : 30 x/menit
TD : 100/70 mmHg
3. Status Gizi
a. Klinis : pasien tampak kurus
b. Antropometris
BB : 15 kg TB : 110 cm
BMI : 12,39 Usia : 5 tahun 4 bulan
Z score IMT/U : < -SD hingga -3 SD
Kesimpulan : kurus, gizi kurang.
4. Pemeriksaan Umum
a. Kulit : sianosis (-), pucat (-)
b. Kelenjar limfe regional : pembesaran (-), nyeri tekan (-)
c. Tulang : tanda radang (-), deformitas (-)
d. Sendi : tanda radang (-), gerakan bebas (+)
5. Pemeriksaan Khusus
a. Kepala :
- Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
- Mata cowong (-/-), conjungtiva anemia (-/-), sklera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-), mata merah (-/-)
- Hidung : rhinorea (-), epistaksis (-/-), napas cuping hidung (-)
- Mulut : gusi berdarah (-), hiperemis faring (-)
- Telinga : NCH (-/-)
b. Leher
Limfonodi regional teraba. Pembesaran limfonodi (-), nyeri tekan (-)
RM.05.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
LONG CASE ANAK
c. Torax
Paru :
- Inspeksi : simestris (+), retraksi (-)
- Palpasi : nyeri tekan (-), fremitus (N)
- Perkusi : sonor (+)
- Auskultasi : vesikuler (+), ronchi (-), wheezing (-)
Jantung : S1-S2 reguler, bising (-)
d. Abdomen
- Inspeksi : supel (+)
- Auskultasi : peristaltic/bising usus (+) N
- Palpasi : supel (+), nyeri tekan (-), turgor elastis kembali cepat (+), hepar
teraba 2-3 cm di bawah arcus corta, lien & ginjal tak teraba, massa tak teraba
- Perkusi : timpani (+)
e. Ekstremitas
- Akral : hangat
- Nadi kaki kuat
- Capilary refill time < 2
RM.06.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
LONG CASE ANAK
RM.07.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
LONG CASE ANAK
RM.08.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
LONG CASE ANAK
Berikut data hasil USG Ginjal :
Kesan : Ren kanan-kiri membesar hipoechoic. Batu (-) kesan GNA duplex.
RM.09.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
LONG CASE ANAK
IV. DATA DASAR
1. Anamnesis
a. Keluhan utama : anyang-anyangen
b. Batuk dan pilek (-), sesak nafas (-), pusing (-)
c. Riwayat gondongen 10 hari sebelum masuk RS, Riwayat ISK dan kejang (+) 1
tahun yang lalu
d. Riwayat pengobatan antibiotic (+) saat gondongen. Riwayat alergi obat (-)
e. Riwayat penyakit serupa pada keluarga (-), riwayat Hipertensi, DM dan ASMa/alerti
pada keluarga (-)
2. Pemeriksaan Fisik
a. KU: Kompos mentis, kesan kurus, status gizi kurang.
b. VS: Suhu: 36,3oC, nadi: 100 x/menit, pernapasan: 30x/menit, TD: 100/70 mmHg
c. Kepala: ubun-ubun cekung (-), edema palpebral (-/-), mata cowong (-/-)
d. Abdomen: BU (+) N, supel (+), hepar teraba 2-3 cm di bawah arcus costa, turgor
elastisitas kembali cepat (+), lien dan ginjal tak teraba
e. Akral hangat (+), nadi kuat (+), perfusi jaringan baik.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil pemeriksaan urin rutin terdapat hematuria, proteinuria, leukosituria dan bakteri
pada urin.
b. Hasil pemeriksaan USG : rek kanan-kiri membesar, kesan GNA duplex.
V. DIAGNOSIS KERJA
- ISK berulang
- GNA
RM.010.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
LONG CASE ANAK
VI. PLANNING
1. Planning Medikamentosa
Ampicillin 4 x 400 mg i.v
Ampicillin merupakan golongan penisilin yang dapat digunakan untuk eradikasi
kuman penyebab GNA. Dosis ampicillin 100 mg/kgBB/hari. Anak ini memiliki berat
badan 15 kg sehingga dosis yang digunakan adalah ~ 4 x 400 mg IV selama 10 hari. Jika
pemberian oral bisa diberikan Amoxicillin 50mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis
selama 10 hari. Jika alergi terhadap penisilin dapat menggunakan eritromisisn dosis 30
mg/kgBB/hari.
2. Planning Penunjang Lab
Pemeriksaan Urin Rutin, Pemeriksaan Darah Rutin dan Kimia Ginjal
Untuk mengevaluasi keberhasilan pengobatan antibiotic, dilihat apakah leukosit pada
darah dan/atau urin menurun, darah dan eritrosit pada urin berkurang, protein urin
berkurang dan bakteri urin menghilang. Dengan kemungkinan adanya hematuria
mikroskopik dan atau proteinuria yang berlangsung lama, maka setiap penderita yang
telah dipulangkan dianjurkan untuk pengamatan setiap 4-6 minggu selama 6 bulan
pertama. Bila ternyata masih terdapat hematuria mikroskopik dan atau proteinuria,
pengamatan diteruskan hingga 1 tahun atau sampai kelainan tersebut menghilang. Bila
sesudah 1 tahun masih dijumpai satu atau kedua kelainan tersebut, perlu dipertimbangkan
biopsi ginjal.
3. Planning Diet
Makanan bebas natrium bila terjadi gejala edema atau gagal jantung.
Natrium bersifat hipertonik sehingga menahan air, menyebabkan edema dan
hipertensi. Jika tidak dikendalikan maka dapat terjadi komplikasi berupa gagal jantung.
4. Planning Monitoring
Evaluasi demam dengan memonitor suhu. Bila 4-5 hari setelah pemberian obat
antibiotik tidak membaik, mungkin ada komplikasi, resistensi atau kesalahan penegakan
diagnosis. Pada pasien ini tidak ada demam, hanya keluhan berkemih yang menjadi
perhatian utama. Monitoring lebih ditekankan pada evaluasi keberhasilan pengobatan
melalui pemeriksaan lab urin dan darah rutin.
RM.011.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
LONG CASE ANAK
5. Planning Edukasi
- Tidak menahan kencing agar tidak terjadi ISK berulang
- Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) cuci tangan dengan air bersih dan sabun,
menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik, makan
buah dan sayur setiap hari, aktivitas fisik rutin, tidak merokok di dalam rumah.
- Banyak minum air putih bukan air minum yang beli dengan kemasan, karena belum
tentu bahan yang dikandung dalam minuman kemasan itu baik untuk kesehatan.
Apalagi untuk pasien dengan riwayat penyakit ginjal maka minuman kemasan akan
membeban kerja filtrasi ginjal oleh bahan-bahan pengawet atau sintetis yang
terkandung dalam minuman kemasan.
VII. FOLLOW UP
(terlampir)
RM.012.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
LONG CASE ANAK
DASAR TEORI
Gomerulonefritis Akut
Etiologi
Glomerulonefritis adalah penyakit peradangan ginjal bilateral, dimulai dari radang
dalam glomelurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan/atau hematuria1. Salah satu
bentuk glomerulonefritis akut (GNA) yang banyak dijumpai pada anak adalah glomerulonefritis
akut pasca streptokokus (GNAPS). GNA bisa juga terjadi sesudah infeksi bakteri atau virus
tertentu selain oleh Group A -hemolytic streptococci. Beberapa kepustakaan melaporkan
gejala GNA yang timbul sesudah infeksi virus morbili, parotitis, varicella, dan virus ECHO.
Diagnosis banding dengan GNAPS adalah dengan melihat penyakit dasarnya2.
Perjalanan Penyakit
Berikut ada 3 jalur pathogenesis yang mungkin menjadi penyebab glomerulonephritis :
RM.013.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
LONG CASE ANAK
2. Proses auto-imun kuman Streptokokus yang bersifat nefritogenik dalam tubuh
menimbulkan badan autoimun yang merusak glomerulus.
3. Streptokokus nefritogen dan membran basalis glomerulus mempunyai komponen
antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membrana
basalis glomerulus3.
Penegakan Diagnosis
Kriteria Klinik
o Onset akut (< 7 hari)
o Edema. Paling sering muncul di palpebra, kemudian tungkai, abdomen dan
genitalia)
o Hematuri
Makroskopik urin coklat kemerahan seperti teh
Mikroskopik
o Hipertensi
o Oliguri produksi urin kurang dari atau sama dengan 1cc/kgBB/jam
Kriteria Lab
o Darah
Titer ASO (Anti Streptolisin O)
o Urin
Hematuria mikroskopis. Darah sampai ++++, Eritrosit +++
Proteinuria sampai +++
Penatalaksanaan
Terapi obat
o Pengobatan GNAPS biasanya adalah penisilin untuk memberantas semua sisa
infeksi streptokokus, tirah baring selama stadium akut.
o Anti hipertensi bila terdapat hipertensi yang merupakan salah satu gejala dari
GNA.
RM.014.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2015
LONG CASE ANAK
Diet
o Makanan bebas natrium bila terjadi gejala edema atau gagal jantung
Edukasi
o Pemenuhan kebutuhan cairan, banyak minum air putih
o Tirah baring
o Tidak menahan kencing
Monitoring
o Dengan kemungkinan adanya hematuria mikroskopik dan atau proteinuria yang
berlangsung lama, maka setiap penderita yang telah dipulangkan dianjurkan
untuk pengamatan setiap 4-6 minggu selama 6 bulan pertama. Bila ternyata
masih terdapat hematuria mikroskopik dan atau proteinuria, pengamatan
diteruskan hingga 1 tahun atau sampai kelainan tersebut menghilang. Bila
sesudah 1 tahun masih dijumpai satu atau kedua kelainan tersebut, perlu
dipertimbangkan biopsi ginjal4.
Daftar Pustaka
1. Price & Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6, Vol 2. jakarta : EGC.
2. IDAI. (2012). KONSENSUS GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA
STREPTOKOKUS. Jakarta : Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter
Anak Indonesia.
3. Rachmadi, Dedi. (2010). Diagnosis dan Penatalaksanaan Glomerulonefritis
Akut. Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK. UNPAD, RS Hasan Sadikin.
4. PAPDI. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilid II. Jakarta :
InternaPublishing
RM.015.
Follow Up 28/10/2015 29/10/2015 30/10/2015 31/10/2015 01/11/2015 02/11/2015 03/11/2015 04/11/2015 05/11/2015
anyang- anyang- anyang- anyang- anyang- anyang-
anyang- anyang- anyangen anyangen anyangen anyangen anyangen anyangen
S KU anyangen anyangen membaik berkurang berkurang berkurang berkurang berkurang
ma/mi baik baik baik baik baik baik baik baik baik
muntah - - - - - - - - -
BAB + - + + + + - + -
BAK + + + + + + + + +
O Suhu 36,3C 36,5C 36,2C 36,1C 36,3C 36,6C 36,2C 36,2C 36,1C
Nadi 100x/mnt 94x/mnt 100x/mnt 108x/mnt 90x/mnt 98x/mnt 98x/mnt 84x/mnt 100x/mnt
Respirasi 24x/mnt 26x/mnt 25x/mnt 26x/mnt 24x/mnt 24x/mnt 28x/mnt 28x/mnt 22x/mnt
TD 110/70mmHg 100/70mmHg 100/60mmHg 90/60mmHg 100/70mmHg 100/70mmHg 90/60mmHg 100/60mmHg 100/60mmHg
CA(-) SI(-) CA(-) SI(-) CA(-) SI(-) CA(-) SI(-) CA(-) SI(-) CA(-) SI(-) CA(-) SI(-) CA(-) SI(-) CA(-) SI(-)
Kepala Mata PE(-) PE(-) PE(-) PE(-) PE(-) PE(-) PE(-) PE(-) PE(-)
Hidung NCH (-) NCH (-) NCH (-) NCH (-) NCH (-) NCH (-) NCH (-) NCH (-) NCH (-)
gusi gusi gusi gusi gusi gusi gusi gusi gusi
Mulut berdarah(-) berdarah(-) berdarah(-) berdarah(-) berdarah(-) berdarah(-) berdarah(-) berdarah(-) berdarah(-)
Leher lnn(+) NT(-) lnn(+) NT(-) lnn(+) NT(-) lnn(-) NT(-) lnn(-) NT(-) lnn(-) NT(-) lnn(-) NT(-) lnn(-) NT(-) lnn(-) NT(-)
simetris(+) simetris(+) simetris(+) simetris(+) simetris(+) simetris(+) simetris(+) simetris(+) simetris(+)
Paru Inspeksi retraksi(-) retraksi(-) retraksi(-) retraksi(-) retraksi(-) retraksi(-) retraksi(-) retraksi(-) retraksi(-)
NT(-) NT(-) NT(-) NT(-) NT(-) NT(-) NT(-) NT(-) NT(-)
Palpasi Fremitus(N) Fremitus(N) Fremitus(N) Fremitus(N) Fremitus(N) Fremitus(N) Fremitus(N) Fremitus(N) Fremitus(N)
Perkusi sonor(+) sonor(+) sonor(+) sonor(+) sonor(+) sonor(+) sonor(+) sonor(+) sonor(+)
Auskultasi vesikuler(+) vesikuler(+) vesikuler(+) vesikuler(+) vesikuler(+) vesikuler(+) vesikuler(+) vesikuler(+) vesikuler(+)
Jantung bising(-) bising(-) bising(-) bising(-) bising(-) bising(-) bising(-) bising(-) bising(-) bising(-)
Abdomen Inspeksi asites(-) asites(-) asites(-) asites(-) asites(-) asites(-) asites(-) asites(-) asites(-)
Auskultasi BU(N) BU(N) BU(N) BU(N) BU(N) BU(N) BU(N) BU(N) BU(N)
Palpasi H(tb) TE(+) H(tb) TE(+) H(ttb) TE(+) H(ttb) TE(+) H(ttb) TE(+) H(ttb) TE(+) H(ttb) TE(+) H(ttb) TE(+) H(ttb) TE(+)
Perkusi timpani(+) timpani(+) timpani(+) timpani(+) timpani(+) timpani(+) timpani(+) timpani(+) timpani(+)
A ISK, GNA ISK, GNA ISK, GNA ISK, GNA ISK, GNA ISK, GNA ISK, GNA ISK, GNA ISK, GNA ISK, GNA
inj. inj.
Ampicillin inj. Ampicillin inj. Ampicillin inj. Ampicillin inj. Ampicillin inj. Ampicillin inj. Ampicillin Ampicillin inj. Ampicillin inj. Ampicillin
P 4x400mg 4x400mg 4x400mg 4x400mg 4x400mg 4x400mg 4x400mg 4x400mg 4x400mg 4x400mg