Anda di halaman 1dari 14

2.

1 Aplikasi Ergonomi

2.1.1 Penerapan Prinsip Ergonomi dalam Kedokteran Gigi :

1. Pemilihan kursi yang digunakan dokter gigi.


a. Bentuk tempat duduk yang membantu tubuh dalam posisi yang benar dekat
dengan kursi gigi.
b. Bentuk sandaran yang mendukung punggung agar otot punggung bagian
bawah tetap tegak dan lengkungannya dipertahankan.
c. Sebaiknya ada sandaran lengan dirancang untuk mengurangi tekanan dan
kelelahan pada otot-otot punggung bagian atas, leher dan bahu dengan
membentuk sudut tegak lurus terhadap siku lengan dokter gigi.
2. Penggunaan Dental-loupe yaitu alat bantu lihat yang dapat memperbesar obyek yang
dilihat sehingga memungkinkan dokter gigi dapat duduk lebih nyaman.
3. Pencahayaan, dipilih lampu yang arah sinarnya fokus sehingga tidak menyebabkan
bayangan yang mengganggu kenyamanan pasien dan dokter gigi. Dental unit yang
dirancang secara ergonomis, tombol untuk menyalakan dan memadamkan dental light
sudah menyatu pada meja kursi dental dan juga pada assistant console. Sehingga
dengan menerapkan sistem ergonomis tersebut mudah dijangkau tanpa harus
memegang tangkai lampu yang kurang ergonomis.
4. Menggunakan sarung tangan yang sesuai dengan ukurannya, agar tidak menambah
tekanan di bagian punggung tangan dan ibu jari, yang dapat mengakibatkan CTS
(Carpal Tunnel Syndrome).

2.1.2 Bagian-Bagian dari Ergonomi


a) Visual Ergonomi
i. Surgical loupe yang dapat disesuaikan sudut deklinasi mata dapat memberikan
postur leher yang baik dan sebagai pembantu visual. Apabila prosedur yang
dikerjakan berubah, sudut deklinasi dapat disesuaikan untuk mengakomodasi
operator. Kemampuan untuk menyesuaikan sudut deklinasi menghindari
kesakitan mata, leher dan punggung. Kebanyakan dokter gigi mengatakan
bahwa tidak membutuhkan magnifikasi (pembesaran) karena penglihatan
mereka baik. tetapi, dengan penglihatan yang baik, kita cenderung untuk
membengkok bila melihat objek yang kecil sehingga dapat menyebabkan
postur tubuh yang kurang baik

1
ii. illuminasi harus sejajar dengan garis penglihatan operator.
b) Cara Duduk dan Desain Kursi
Apabila medulla spinalis tidak dipertahankan pada kurva yang aslinya,
mungkin akan terjadinya sakit pada bagian bawah punggung, leher dan bahu. cara
menduduk dengan sudut pada sendi paha kurang lebih 45˚ dan paha dalam posisi yang
abduksi dapat mengeliminasi kebanyakan risiko musculoskeletal disorder yang
berhubungan dengan waktu duduk yang lama. Pelvis harus pada keadaan yang stable
dengan orientasi yang tegak untuk mempertahankan kurva spinalis yang neutral.
Telapak kaki harus rata pada lantai dan paha dalam keadaan terdukung dan
memberikan dukungan kepada tubuh. Hal ini dapat menghindari hambatan terhadap
sirkulasi darah ke kaki dan telapak kaki.
Krusi saddle dapat memberikan posisi yang tegak ketika operator duduk.
Desain dari krusi saddle dapat mempertahankan medulla spinalis pada susunan yang
benar sehingga rasa sakit

2
c) Cara Memegang Instrumen
Cara memegang instrumen tangan atau instrumen rotatori adalah modified pen
grasp. Cara alat dipegang adalah dengan menggunakan jari tengah, jari telunjuk, dan
ibu jari. Jari telunjuk dan ibu jari berada berdekatan dengan gagang alat pada sisi yang
berseberangan, sedangkan jari tengah berada di atas leher alat. Jari telunjuk ditekuk
pada ruas kedua dan berada di atas jari tengah pada sisi yang sama dari alat. Ibu jari
ditempatkan di antara telunjuk dan jari tengah pada sisi yang berseberangan. Dengan
posisi ketiga jari yang demikian didapatkan efek tripod yang akan mencegah
terputarnya alat secara tak terkontrol pada waktu tekanan dilepaskan sewaktu
instrumentasi. Selain itu, keuntungan dari cara pemegangan instrumen ini adalah
dimungkinkan sensasi taktil oleh jari tengah yang diletakkan di atas leher alat.

d) Tumpuan dan Sandaran Jari


Tumpuan dan sandaran jari adalah menunjukkan penempatan jari manis dari
tangan yang memegang alat baik secara intra-oral atau ekstra oral untuk dapat
mengkontrol kerja alat dengan lebih baik. sandaran jari digunakan untuk
memperbesarkan aksi instrumen dan dengan memperbesarkan instrumen akan
menjadi pengungkit. Dengan cara demikian, aplikasi tekanan akan bertambah baik
dan stabilisasi alat semakin terjamin. Pergelangan tangan dan lengan operator
berperan sebagai tuas yang merupakan suatu kesatuan dengan tumpuan. Sandaran jari
bisa intra oral atau ekstra oral. Sandaran intra oral berupa:
 Konvensional. Jari manis bersandar pada permukaan gigi tetangga dari gigi
yang diinstrumentasi. Cara ini paling sering digunakan.
 Berseberangan. Jari manis bersandar pada permukaan gigi yang berseberangan
pada lengkung rahang yang sama.
 Berlawanan. Jari manis bersandar pada permukaan gigi di lengkung rahang
yang berlawanan.
 Jari di atas jari. Jari manis bersandar di atas telunjuk ibu jari tangan yang tidak
bekerja.

3
Gerak Pergelangan Tangan dan Lengan
Pada waktu instrumentasi, pergelangan tangan dan lengan bawah harus
menyatu dengan alat dan tumpun supaya pekerjaan dapat dilakukan secara efisien.
Gerakan pergelangan tangan dan lengan haruslah mulus dan efisien. kadang-kadang
pergelangan tangan terpaksa ditekukkan, namun otot-otot telapak tangan dan lengan
bawah meregang dan bergerak sebagai satu unit. Instrumentasi dengan menekukkan
pergelangan tangan atau dengan gerak jari ke atas dan ke bawah akan menyebabkan
cepat lelah dan instrumentasi tidak efektif. Selain itu, instrumentasi dengan
menekukkan pergelangan tangan atau gerak jari saja akan menyebabkan Sindrom
Karpal Tunnel dan inflamasi pada ligamen dan saraf pergelangan tangan.
Aplikasi dental ergonomis, antara lain :
1. Sudut antara paha dan betis harus membentuk sudut yang besarnya 110º atau
lebih.
2. Dokter gigi harus simetris ke depan dan punggung sejauh mungkin dari
sandaran tempat duduk, atau badan dimiringkan ke depan maksimal sehingga
10-20º, hindari memutar dan mring condong ke samping.
3. Kepala dokter gigi dapat dimringkan ke depan hingga 25o.
4. Pedal drive harus diposisikan/ditempatkan dekat dengan salah satu kaki.
5. Lengan diangkat hingga 10-25º dari sumbu horisontal.
6. Jarak antara area kerja (mulut pasien) antara dan ke mata (atau kacamata
pelindung) adalah 35-40 cm.
7. Instrumen diposisikan dengan area penglihatan dari dokter gigi pada jarak
antara 20-25 cm.
8. Lampu dari dental unit harus diposisikan di atas kepala dokter gigi, sebelum
dan saat tubuh dokter gigi bekerja, sehingga cahaya yang dihasilkan terpancar
lurus searah pandangan langsung ke dokter gigi.

4
5
2.2 Faktor Resiko Muskoloskeletal

2.2.1 Faktor penyebab sekunder dari keluhan musculoskeletal yaitu:

1. Tekanan : Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak secara
berulang-ulang dapat menyebabkan nyeri yang menetap.
2. Getaran : Getaran dengan frekuensi yang tinggi akan menyebabkan kontraksi otot
bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar,
penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
3. Mikroklimat : Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,
kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga pergerakan pekerja menjadi lamban, sulit
bergerak disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Perbedaan besar suhu yang besar
antara lingkungan dan suhu tubuh akan mengakibatkan sebagian energi yang ada di
dalam tubuh akan diigunakan untuk beradaptasi dengan suhu lingkungan. Apabila hal
ini tidak diimbangi dengan asupan energi yang cukup, suplai energi di otot akan
menurun, terhambati proses metabolisme karbohidrat dan terjadinya penimbunan asan
laktat yang dapat menyebabkan nyeri otot.

Penyebab lain yang berperan dalam terjadinya keluhan musculoskeletal Apabila


dalam melakukan tugas perawat di hadapkan pada beberapa factor risiko dalam waktu yang
bersamaan, yaitu:

1. Umur : Keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu pada usia 25-
65 tahun. Keluhan biasanya akan mulai dirasakan pada usia 35 tahun dan akan
semakin meningkat semakin bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena pada usia
setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot akan meningkat

6
2. Jenis Kelamin : Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Hal
ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria.
Prevalensi sebagian besar gangguan tersebut meningkat dan lebih menonjol pada
wanita dibandingkan pria (3:1) sehingga daya tahan otot wanita untuk bekerja lebih
rendah dibandingkan pria.
3. Kebiasaan merokok : Semakin lama dan semakin tinggi tingkat frekuensi merokok,
semakin tinggi pula keluhan otot yang dirasakan. Kebiasaan merokok dapat
menurunkan kapasitas paru-paru sehingga kemampuan untuk mengkosumsi oksigen
menurun. Apabila perawat denga kebiasaan merokok melakukan aktivitas kerja
dengan beban kerja yang tinggi, maka akan sangat mudak mengalami kelelahan otot.
4. Kesegaran jasmani : Keluahan otot jarang terjadi pada perawat yang memiliki waktu
istirahat yang cukup, tetapi perawat memiliki system kerja shift malam yang
memungkinkan tidak mendapat waktu istirahat yang cukup. Tingkat kesegaran tubuh
yang rendah akan mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot.
5. Kekuatan fisik : Secara fisiologis ada yang dilahirkan dengan struktur otot yang
mempunyai kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnya. Apabila
dengan kekuatan otot yang sama, perawat diberikan beban kerja yang tinggi, maka
cenderung perawat yang memiliki kekuatan yang lebih rendah akan mengalami cidera
otot.
6. Ukuran tubuh (antrometri) : Keluhan muskuloskeletal yang terkait dengan ukuran
tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam
menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan.

2.3 Keselamatan Kerja Dokter Gigi

Menurut Institute Occupational Safety and Health, tujuan adanya konsep keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) adalah untuk melindungi kesehatan tenaga kerja, meningkatkan
efisiensi kerja, mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit. Selain itu, dua hal
terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan kerja yaitu : perilaku yang tidak amandan
kondisi lingkungan yang tidak aman, berdasarkan data dari Biro Pelatihan Tenaga Kerja,
penyebab kecelakaan yang pernah terjadi sampai saat ini adalah diakibatkan oleh perilaku
yang tidak aman sebagai berikut:
1. Sembrono dan tidak hati – hati
2. Tidak mematuhi peraturan

7
3. Tidak mengikuti standar prosedur kerja.
4. Tidak memakai alat pelindung diri
5. Kondisi badan yang lemah
Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang tidak bisa
dihindarkan (seperti bencana alam), selain itu 24% dikarenakan lingkungan atau peralatan
yang tidak memenuhi syarat, dan 73% dikarenakan perilaku yang tidak aman.
Jika dilihat dari hal-hal fundamental dalam konsep K3 tersebut, maka sebenarnya
bukan hanya bidang-bidang yang mempunyai cakupan tenaga kerja yang banyak saja yang
perlu menerapkan konsep K3, tetapi lingkungan kerja seperti apa pun seperti kesehatan dan
jasa lainnya seharusnya menerapkan konsep tersebut terlepas dari seberapa banyak tenaga
kerja yang ada di dalamnya.
Klinik dokter gigi merupakan salah satu tempat pekerjaan di bidang kesehatan. Ada
beberapa jenis pekerja yang terlibat di dalamnya. Secara umum pekerja-pekerja tersebut
antara lain: dokter gigi, perawat gigi, apoteker, ahli radiologi, cleaning service, asisten
apoteker, petugas keamanan, dan bagian administrasi. Praktek dokter gigi merupakan salah
satu bidang pekerjaan yang banyak mengandung resiko. Alat-alat yang digunakan di
dalamnya berjumlah banyak dan cukup mengundang bahaya jika cara menggunakannya
kurang tepat. Resiko tersebut sama-sama akan ditanggung baik oleh operator maupun oleh
pekerja-pekerja lain selain dokter giginya. Berikut ini alat-alat yang digunakan pada suatu
klinik dokter gigi menurut Kosterman (2012) antara lain:
1. Dentist side : high speed, low speed, scaler, light cure, water and air spray.
2. Dental asistant side : saliva ejector, water and air spray, dan light cure unit.
3. Lampu
4. X-ray unit
5. Loop
6. Ultrasonic scaler
7. LC unit cordless
Sementara itu, resiko yang ditanggung oleh operator yaitu dokter gigi maupun pasien
sangat beragam. Bagi dokter gigi resiko utama yang dapat mengancam keselamatannya yaitu
resiko tertular penyakit berbahaya yang diderita pasiennya, contohnya penyakit hepatitis dan
penyakit menular lainnya. Selain itu resiko terluka akibat peralatan-peralatan yang biasa
digunakannya pun bisa saja terjadi mengingat peralatan praktek dokter gigi seperti high atau
low speed yang dikombinasikan dengan mata bor yang bersifat tajam dan berbahaya.

8
Sedangkan untuk pekerja-pekerja lainnya, resiko yang harus dihadapinya yaitu
kemungkinan terkena radiasi dari alat-alat radiologi yang digunakan di klinik dokter gigi.
Alat-alat tersebut banyak menggunakan sinar-sinar seperti alfa, beta, dan gamma yang dapat
mengganggu kesehatan. Menurut Aulia Ishak (2004), dua tipe energi radiasi menyebabkan
masalah kesehatan yang harus diselesaikan oleh teknisi keselamatan. Pertama energi radiasi
panas dari proses seperti pengolahan baja, dan kedua adalah radiasi alpa, beta, gamma yang
meningkatkan emisi partikel radio aktif. Sinar gamma memiliki energi yang sangat besar dan
dapat menyebabkan masalah bahan radio aktif. Salah satu masalah besar ialah adanya bahaya
penyebaran bahan radiasi yang mencemari. Beberapa substansi memilki umur paruh yang
singkat (kekuatan radio aktifnya setengah dari interval, yang singkat) dan sedikit susah. Yang
lainnya memiliki umur paruh yang panjang, mungkin terdiri dari radioaktif yang berbahaya
selama 1000 tahun.
Sementara itu cara-cara untuk mengendalikan ancaman kesehatan kerja menurut
Institute Occupational Safety and Health antara lain adalah:
1. Pengendalian teknik: mengganti prosedur kerja, menutup mengisolasi bahan
berbahaya, menggunakan otomatisasi pekerjaan, menggunakan cara kerja basah dan
ventilasi pergantian udara.
2. Pengendalian administrasi : mengurangi waktu pajanan, menyusun peraturan
keselamatan dan kesehatan, memakai alat pelindung, memasang tanda-tanda
peringatan, membuat daftar data bahan-bahan yang aman, melakukan pelatihan sistem
penangganan darurat.
3. Pemantauan kesehatan : melakukan pemeriksaan kesehatan
Bahaya potensial di Laboratorium Teknik Kesehatan Gigi dibagi menjadi lima
perantara diantaranya: Chemical agent, Physical agent, Biological agent, Psycological agent,
Ergonomical agent/Mecanical agent.
1. Chemical agent.
Bahan kimia yang berpotensi menimbulkan bahaya di Laboratorium Teknik
Kesehatan Gigi adalah:
a. Gypsum: Kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2H2O.
b. Acrylic (polimer dan monomer): Methyl metacrylate.
c. Ceramic: Feldspar (K2OAl2O3.6SiO2), Silica (SiO2), Alumina (Al2O3).
d. Logam: NiCr, CoCr, Orden (CuAl), Silver alloy, Paladium (Pd), Titanium
(TiAlV), Berilium (Be), Platinum (Pt), Cuprum (Cu), Argentum (Ag), dan lain-
lain.

9
e. Wax: Parafin (Ceresin), Getah karet/getah resin (resin alami).
f. Bahan tanam: Fosfat bonded investmen (NH4MgPO4.6H2O), Silica bonded
investmen (SiCOH)4+4C2H5OH).
g. Bahan abrasive: Al2O3 (alumina Oksida), Kapur/calcium carbonat (CaCO2), Silica
dari alumina, Besi, cobalt, magnesim, dan lain-lain.
h. Cairan electrolit (H2SO4).
i. Asap dari burn out manual.
2. Physical agent.
j. Debu
Debu merupakan salah satu sumber gangguan yang tidak dapat diabaikan.
Dalam kondisi tertentu debu merupakan bahaya yang dapat menimbulkan
kerugian besar. Tempatkerja yang prosesnya mengeluarkan debu, dapat
menyebabkan pengurangan kenyamanankerja, gangguan penglihatan, gangguan
fungsi faal paru-paru, bahkan dapat menimbulkan keracunan umum.Contoh debu
di Laboratorium Teknik Kesehatan Gigi:
 Debu metal: debu hasil gerinda logam: NiCr, CoCr, dan lain-lain.
 Debu mineral: bahan abrasive, akrilik, gypsum, debu proses sandblasting,
dan lain-lain.
Pengontrolan debu dalam ruang kerja:
Metode pencegahan terhadap transmisi ialah:
 Memakai metode basah: Lantai disiram air supaya debu tak berterbangan
di udara. Pengeboran basah (wet drilling) untuk mengurangi debu yang
ada di udara. Debu jika di semprot dengan uap air akan berflocculasi lalu
mengendap.
 Dengan alat: Scrubber, Elektropresipitator, Ventilasi umum.
 Pencegahan terhadap sumber: diusahakan debu tidak keluar dari sumber
yaitu dengan pemasangan local exhauster.
 Perlindungan diri terhadap pekerja antara lain berupa tutup hidung atau
masker.

b. Kebisingan.
Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-getaran yang
tidak teratur dan periodik, kebisingan merupakan suara yang tidak dikehandaki.

10
Manusia masih mampu mendengar bunyi dengan frekwensi antara 16-20.000 Hz,
dan intensitas dengan nilai ambang batas (NAB) 85 dB (A) secara terus menerus.
Intensitas lebih dari 85 dB dapat menimbulkan gangguan dan batas ini disebut
critical level of intensity. Kebisingan merupakan masalah kesehatan kerja yang
timbul di Laboratorium Teknik Kesehatan Gigi. Sumber kebisingan berasal dari
suara mesin gerinda dan suara kompresor pada proses sandblasting, suara mesin
trimer, dan lain-lain.
Pengaruh utama dari kebisingan terhadap kesehatan adalah kerusakan pada
indera-indera pendengar, yang menyebabkan ketulian progresif.Gangguan
kebisingan ditempat kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut:
 Gangguan Fisiologis.
Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul
akibat bising. Dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat
terganggu. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat
didengar secara jelas sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja.
Pembicara terpaksa berteriak-teriak, selain memerlukan tenaga ekstra juga
menimbulkan kebisingan. Kebisingan juga dapat mengganggu cardiac out
put dan tekanan darah.
 Gangguan Psikologis.
Gangguan fisiologis lama-lama bisa menimbulkan gangguan
psikologis. Suara yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan stress,
gangguan jiwa, sulit konsentrasi dan berfikir, dan lain-lain.

 Gangguan Patologis Organis.


Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya
terhadap alat pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian
yang bersifat sementara hingga permanent.
Pengendalian Kebisingan dilingkungan kerja.dapat dilakukan dengan cara-
cara berikut ini, yaitu :
 Menghilangkan transmisi kebisingan terhadap pekerja.Untuk
menghilangkan atau mengurangi transmisi kebisingan terhadap pekerja
dapat dilakukan dengan isolasi tenaga kerja atau mesin yaitu dengan

11
menutup atau menyekat mesin atau alat yang yang mengeluarkan bising.
Pada dasarnya untuk menutup mesin-mesin yang bising adalah sebagai
berikut:
o Menutup mesin serapat mungkin.
o Mengolah pintu-pintu dan semua lobang secara akustik.
o Bila perlu mengisolasi mesin dari lantai untuk mengurangi
penjalaran getaran.
 Menghilangkan kebisingan dari sumber suara.Menghilangkan kebisingan
dari sumber suara dapat dilakukan dengan menempatkan perendam dalam
sumber getaran.
 Mengadakan perlindungan terhadap karyawan.Usaha melindungi
karyawan dari kebisingan dilingkungan kerja dengan memakai alat
pelindung telinga atau personal protective device yaitu berupa ear plugs
dan ear muffs.
c. Getaran.
Pemaparan terhadap getaran pada umumnya berasosiasi dengan
pemaparanterhadap kebisingan, karena getaran dan kebisingan lebih sering
berasal dari sumber yang sama. Getaran dapat diartikan sebagai gerakan suatu
sistem bolak balik, gerakan tersebut dapat berupa gerakan yang harmonis
sederhana dapat pula sangat kompleks yang sifatnya dapat periodik atau
random, steady atau transient, kontinyu atau intermittent. Sistem tersebut
dapat berupa gas (udara), cairan (liquid), dan padat (solid). Partikel-partikel
darisuatu sistem (gas, cair dan padat) mempunyai karakteristik sebagai berikut
yaitu mempuanyai amplitudo, kecepatan dan percepatan (akselerasi). Getaran
dapat menimbulkan gangguan pada jaringan secara mekanik dan gangguan
rangsangan reseptor syaraf didalam jaringan. Pada efek mekanis, sel-sel
jaringan mungkin rusak atau metabolismenya terganggu. Sedangkan pada
rangsangan reseptor, gangguan terjadi mungkin melalui syarap sentral atau
langsung pada sistem autonom. Kedua mekanisme ini terjadi secara bersama-
sama.
Dampak getaran terhadap tubuh manusia sangat tergantung pada sifat
pemaparan, yaitu bagian tubuh yang kontak dengan sumber getaran. Bentuk
pemaparan dapat dibagi dalam dua katagori yaitu:

12
 Pemaparan seluruh tubuh
 Pemaparan yang bersifat segmental yaitu hanya bagian tubuh tertentu
(misalnya: lengan dan bahu) yang mengalami kontak dengan sumber
getaran. Dua gejala terutama ditemukan sehubungan dengan akibat-
akibat getaran mekanis pada lengan adalah kelainan pada peredaran
darah dan persyarafan serta kerusakan pada persendian dan
tulang.Contoh yang terjadi di Laboratorium teknik Kesehatan Gigi:
o Getaran Handpiece saat menggerinda.
o Getaran vibrator saat pengadukan atau pengecoran bahan tanam
atau gypsum.
d. Suhu Udara.
Suhu tubuh manusia yang dapat kita raba/rasakan tidak hanya didapat
dari metabolisme, tetapi juga dipengaruhi oleh panas lingkungan. Makin tinggi
panas lingkungan,

3. Biological agent.
Faktor biologi dapat berupa bakteri, jamur dan mikroorganisme lain yang
dibutuhkan atau dihasilkan dari bahan baku, proses produksi dan proses penyimpanan
hasil produksi.Contoh paparan biologi di Laboratorium Teknik Kesehatan Gigi
adalah:
Sumber infeksi: terpapar mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan lain-
lain)misalnya:
o Model cetakan yang belum didesinfeksi (bila menerima model cetakan
dari dokter gigi harus harus direndam dalam larutan desinfektan
terlebih dulu sebelum dikerjakan).
Repair denture: sebelum denture direpir harus direndam dalam larutan desinfektan,
karena base akrilik muadah ditumbuhi jamur terutama candida albicans.Penyimpanan
model harus ditempat yang kering atau tempat yang tahan kelembaban untuk
menghindari tumbuhnya jamur.Model stone/gypsum setelah dilepas dari cetakan lebih
baik direndam dulu dalam cairan desinfektan.
Bahan iritan: paparan bahan yang bisa menimbulkan iritasi pada kulit., misalnya:
polimer akrilik, larutan electropolishing, dan lain-lain.

13
4. Psycological agent.
Psycological agent meliputi: tanggung jawab pekerjaan terhadap orang lain,
beban kerja, ketrampilan, dan lain-lain.Contoh: perasaan was-was saat menunggu
hasil setelah proses praktikum, dan lain-lain.
5. Ergonomical agent.
Ergonomi adalah penerapan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-
sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama
lain secara optimal dari menusia terhadap pekerjaannya, yang manfaat dari padanya
diukur dengan efisiensi dan kesejahteraan kerja. Ergonomi merupakan pertemuan dari
berbagai lapangan ilmu seperti antropologi, biometrika, faal kerja, higeine perusahaan
dan kesehatan kerja, perencanaan kerja, riset terpakai, dan cybernetika. Namun
kekhususan utamanya adalah perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi
tata kerja dan peralatannya. Ergonomi dapat mengurangi beban kerja. Dengan
evaluasi fisiologis, psikologis atau cara-cara tak langsung, beban kerja dapat diukur
dan dinjurkan modifikasi yang sesuai antara kapasitas kerja dengan beban kerja dan
beban tambahan. Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan kerja dan
meningkatkan produktivitas.
 Disain tempat kerja: gambaran dasar untuk kenyamanan, produktifitas
dan keamanan.
 Rancangan dan arus lalulintas.
 Pencahayaan.
 Temperatur, kelembaban dan ventilasi
 Mobilisasi (aktifitas kerja).
 Fasilitas sanitasi dan drainase (tempat pembuangan limbah cair dan
padat).

14

Anda mungkin juga menyukai