Oleh
Ibnu Gholib Gandjar
Ed. Andi Suhendi
1
•Pendahuluan
• Teknik analisis SSA (AAS = atomic absorption spectrophotometry)
berdasarkan pada penguraian molekul menjadi atom (atomisasi)
dengan energi dari api atau listrik.
• Sebagian atom dapat berada pada keadaan azas (ground state), dan
kemungkinan sebagian kecil yang lain dalam keadaan tereksitasi
(exitation state), tergantung pada suhu atomisasi.
• Atom dalam keadaan azas dapat mengabsorbsi REM yang
diberikan terjadilah metoda SSA (Spektrofotometri Serapan
Atom).
• Atom yang tereksitasi dapat memancarkan (emisi) cahaya dengan
panjang gelombang yang khas untuk atom tersebut (dimana hal
tersebut terjadi pada saat kembali ke keadaan azas) terjadilah
metoda SEA (Spektrofotometri Emisi Atom).
• Suhu yang terjadi sangat tergantung dari metode atomisasi dimana
dapat digunakan nyala api ataupun listrik (graphite furnace).
2
•Tipe-tipe AAS
• Radiasi dari sumber cahaya yang dikenakan pada atom
(berasal dari atomisasi molekul) akan diserap oleh atom
tersebut.
• Besarnya energi yang diserap sebanding dengan atom yang
menyerapnya/sebanding juga dengan konsentrasi larutan
(Hk Lambert-Beer)
• Pada AAS ada 2 macam metode
1. SSA dengan nyala (Flame Atomic Absorption
Spectrophotometry)= digunakan nyala sebagai pembentuk
atom
2. SSA tanpa nyala (Non Flame Atomic Absorption
Spectrophotometry)
3
4
5
•Catatan dari diagram Partikel Atom
Na dan Mg
1. Skala energi adalah linier dalam elektron volt (eV)
dimana orbital 3s diberi nilai 0
2, Skala diperlebar sampai 5,2 eV, dimana diatas 5,2 eV
menyebabkan electron 3s1 lepas maka atom Na berubah
menjadi ion Na (Na+)
3. Garis horisontal menunjukkan tingkat energi dari orbital
yang dimiliki atom tersebut
4. Pada atom Na orbital p terpecah menjadi dua tingkat
sedang pada atom Mg tidak terpecah kondisi singlet dan
terpecah menjadi 3 tingkat yang energinya berbeda
(sangat kecil) pada kondisi triplet.
6
•Sebab Terpecahnya Orbital 3 p
• Spin elektron pada porosnya menimbulkan
medan magnet
• Pergerakan orbital juga menimbulkan medan
magnet
• Jika arah kedua medan magnet tersebut
berlawanan maka akan saling tarik menarik
dan jika searah (pararel) akan tolak menolak
• Konsekuensinya adalah energi milik elektron
yang spinnya berlawanan dengan pergerakan
orbital menjadi lebih kecil dibanding yang
searah sehingga terjadilah keadaan dimana
ada 2 orbital yang berbeda energinya
(terpecah)
• Hal yang sama terjadi pada orbital d dan f
namun perbedaan energinya sangat kecil dan
tidak terdeteksi
7
Spektra atom Na : garis-garis kembar dua
8
Diagram tingkat energi atom Mg(1s2 2s22p6 3s2)
9
•Spektra Atom Mg
• Pada atom magnesium terdapat 2 elektron terluar
maka terjadi keadaan tereksitasi singlet dan triplet
dengan energi yang berbeda (singlet 2852 oA, dan
triplet 4571 oA). Kemungkinan transisi singet-triplet
Atom Na
Catatan
Pada atom Na dan ion Mg1+ terjadi garis kembar dua (dublet), sedang
pada atom Mg terjadi garis tunggal (singlet) dan garis kembar tiga (triplet)
11
Hubungan antara jumlah atom dalam keadaan
tereksitasi dan dalam keadaan azas
Persamaan Boltzmann
12
Apakah nyala atau energi listrik yang digunakan untuk
mengatomisasi atom TIDAK MENYEBABKAN ATOM
DALAM KEADAAN TEREKSITASI ?
13
Pj/Po = 6/2 (karena pada 3p ada 6 dan pada 3s ada 2
keadaan kwantum dengan energi yang sama).
14
Permasalahan pada SSA
1. HK L.B berlaku untuk sinar yang monokramatis.
Pada spektrofotometri absorbsi molekuler, digunakan sumber sinar yang
kontinyu misalnya lampu tungsten atau lampu hidrogen
(monokromatis, lebar pita ± 5-10 nm) tetapi karena hal tsb masih lebih
sempit dari pita serapan molekul dari senyawa yang dianalisis, maka Hk-
LB dapat terpenuhi
2. Pada spektrofotometri serapan atom jika kita menggunakan sumber sinar
kontinyu maka Hk LB tidak terpenuhi karena pita serapan atom yang
dianalisis jauh lebih sempit ( < 1A) dari pita monokromatis sumber sinar.
Walaupun pada SSA terjadi pelebaran pita serapan atom maka sumber
sinar kontinyu TIDAK DAPAT DIGUNAKAN
3. Pengukuran resapan pada SSA adalah spesifik sebab:
- Garis serapan atom sangat sempit
- Energi - energi transisi elektronnya sangat khas
- Kecil dan lebarnya garis spektrum serapan atom menimbulkan
masalah pada pengukuran resapan atom.
4. Terjadinya pelebaran pita serapan
15
Peristiwa Pelebaran Pita Serapan Atom
a. Pelebaran Dopler
Rumus :
Dimana :
λο : adalah panjang gelombang yang seharusnya
T : Lebar garis spectra seharusnya
M : BM nat yang dianalisis
16
•b. Pelebaran Lorentz
• Pelebaran Lorentz disebabkan oleh adanya tabrakan-tabrakan
antar molekul dalam nyala. Akibat tabrakan-tabrakan tersebut
maka terjadi perubahan (penurunan) tingkat energi azas
sehingga terjadi pelebaran garis puncak serapan
• Adapun besarnya pelebaran pita serapan atom akibat pelebaran
Dopler dan Lorentz adalah :
17
5. Pada serapan atom pita serapan sangat sempit (0,02-
0,05 oA) maka TIDAK ADA MONOKROMA-
TOR atau pemilih panjang gelombang yang mampu
memberikan pita sinar yang sesempit itu.
2. Spektroskopi emisi
Sampel (Source flame) Pemilih λ Detektor
Pencatat
SS
19
SISTIM PERALATAN PADA SSA DAN SEA
1. SSA
20
Susunan alat pada Spektrofotometri Emisi Atom
21
22
•A. SUMBER SINAR (SS)
1. Lampu katoda berongga
23
24
•Lampu katoda berongga
• Katoda berbentuk silinder berongga, permukaannya
dilapisi dengan suatu unsur.
• Tabung lampu diisi dengan gas mulia (neon atau argon)
26
A. 2. Elekrodeless discharge lamp
27
•EDL
• Dibuat dengan melekatkan sejumlah kecil
logam, iodine atau garam iodida, dan argon
dengan tekanan rendah pada tabung kwarsa kecil.
• Tabung tersebut ditempatkan didalam silinder
keramik dimana terdapat kumparan dari generator
(2450 MHz).
• Jika diberikan arus listrik maka energi yang timbul
akan menguapkan mengeksitasikan atom yang
terdapat didalam tabung, sehingga terjadi spektra
pancaran yang khas
• Suhu operational sangat penting, sebelum
operasional diperlukan waktu pemanasan selama
30 menit
28
•B. Nyala
• Kegunaan
1. Merubah cuplikan dari larutan/padatan menjadi
uap(vaporisasi)
2. Mengubah molekul menjadi uap atom
(atomisasi)
3. Pada SEA (spektrofotometri emisi atom) nyala
digunakan untuk mengeksitasi atom
• Syarat :
1. Memberi suhu yang cukup tinggi (perbandingan
gas pembakar dan oksidan)
2. Spektranya tak menggangu analisis baik SSA
maupun SEA
29
30
Susunan kimia nyala :
Perbandingan banyaknya gas bahan bakar dengan gas
pengoksidasi
Nyala Stokiometris
Nyala yang terjadi dari perbandingan stokiometris antara
gas bahan bakar(C2H2) dan gas pengoksidasi (O2)
5O2 + 2C2H2 2CO2 + H2O
31
32
Atomisasi pada nyala (flame)
Ada 2 kemungkinan reaksi yang terjadi pada saat atomisasi :
PbO + NO + NO2 + O2
Pb + ½O2
Ca + ½O2
33
34
Temperatur maksimum nyala (oC) beberapa macam
gas pembakar dan oksidan
Oksigen 2740
Propana Udara 1900-2200
Oksigen 2600-2800
Nitro Oksida 2900
Hidrogen Udara 2000-2300
Oksigen 2550-2700
Nitro Oksida 2900
Asitelen Udara 2100-2450
Oksigen 3000-3100
35
Nitro Oksida 3000-3200
36
37
Profil Nyala
38
39
40
41
42
43
•Tanpa Nyala (non flame AAS)
• Kelebihan
• Batas deteksinya rendah
• Jumlah samplenya sedikit
44
45
46
47
48
•Gangguan-Gangguan pada SSA
1. Gangguan dari matriks cuplikan
a. Matriks menyebabkan pengendapan unsur yang dianalisis karena:
- Peristiwa hidrolisa Pengendapan Si/Sn
- Ion klorida/sulfat Pengendapan Ag/Ba
b. Sifat fisik larutan mengurangi jumlah atom dalam nyala
Sifat tersebut :
- Viskositas
- Tegangan permukaan
- Berat jenis
- Tekanan uap pelarut
49
50
2. Gangguan Kimiawi
Ada dua macam :
a. Disosiasi yang tidak sempurna
Karena terjadinya senyawa yang bersifat refractory
(sukar diuraikan dengan nyala).
Misal : 1. Garam2 fosfat (Ca), silikat, aluminat
2. Oksida logam alkali/alkali tanah.
Menghalangi terjadinya atom netral
terhambat
Ca + ½O2
51
Cara menghilangkan gangguan kimiawi
52
b. Ionisasi yang terjadi di dalam nyala
Na Na+ + e-
T tinggi
Akibatnya: mengurangi jumlah atom netral, sehingga Abs berkurang
Cara mencegahnya :
Ditambahkan “unsur penyangga ionisasi” yaitu unsur lain yang mempunyai
potensial ionisasi yang lebih rendah dari unsur yang dianalisis dalam
jumlah yang cukup besar
Contoh :
untuk analisis logam Na secara SSA perlu kepada larutan cuplikan
maupun baku ditambahkan KCl (2000-5000 ppm)
53
3. Gangguan oleh penyerapan Non-Atomik
Ada dua hal :
54
Cara :
Mula-mula diukur resapan cuplikan dengan LKB dan λ
yang sesuai = Ax
LKB diganti dengan lampu katoda hydrogen/deute-
rium, ukur resapannya misalnya =An
Jadi resapan elemen yang dianalisis = Ax – An
55
Teknik analisis dengan SSA
Cara pelarutan :
1. Dilarutkan dalam pelarut yang sesuai
2. Dilarutkan dalam asam diencerkan
3. Dilebur (dengan basa) kemudian dilarutkan
Larutan harus :
Jernih, stabil dan tidak mengandung zat pengganggu
56
•Analisis kuantitatif dengan SSA
57
•Metode Kuantifikasi
1. kurva kalibrasi;
Dalam prakteknya disarankan untuk membuat paling tidak 4 baku dan
1 blanko untuk membuat kurva kalibrasi linier yang menyatakan
hubungan antara absornbansi (A) dengan konsentrasi analit untuk
melakukan analisis. Ekstrapolasi atau pembacaan absorbansi di uar
kisaran absorbansi baku tidak direkomendasikan karena kurangnya
linieritas.
2. perbandingan langsung; As
3.Kuantifikasi 2 baku Cs x Cb
Ab
Dibuat masing-masing 2 buah larutan baku yang
konsentrasinya sedikit lebih rendah dan lebih tinggi dari
konsentrasi sampel (konsentrasi baku yang dibuat kira-kira
konsentrasi sampel – 5% dan konsentrasi sampel + 5%).
4. Cara standar adisi (cara penambahan baku)
• Metode ini digunakan untuk menghindari gangguan-
gangguan, baik gangguan kimia atau gangguan spektra.
58
Langkah penambahan standar ini diulangi dengan
menggunakan konsentrasi standar Sx yang berbeda (Sx1, Sx2, Sx3, dsb)
dan dilanjutkan dengan pembacaan absorbansinya. Proses
penambahan baku pada sampel ini disebut dengan spiking. Grafik
yang terbentuk diperlihatkan dalam gambar dibawah ini. dan
banyaknya konsentrasi analit dalam sampel dapat diperoleh dengan
ekstrapolasi balik.
Abs
x
x
x
59
•Spektrofotometer Serapan Atom berkas tunggal
(Single Beam Atomic Absorption Spectrophotometer)
60
•Spektrofotometer Serapan Atom berkas Ganda
(Double Beam Atomic Absorption Spectrophotometer)
61
Terima kasih
62