Anda di halaman 1dari 3

Resume BAB 4

Penataan Ruang Wilayah Darat

Pelaksanaan penataan ruang merupakan suatu tahapan dari proses pengembangan wilayah yang terdiri
dari perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang guna mewujudkan ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

Perbedaan utama konsep tata ruang masa lalu dengan tata ruang yang dikembangkan di abad ke-21
adalah dalam lingkup spektrum pengaturan dan pembahasannya. Konsep tata ruang lama umumnya
lebih mengatur tentang ruang secara dua dimensi yang ada di permukaan, dengan ketinggian dan
kedalaman yang terbatas. Dalam konsep tata ruang modern abad ke-21, ruang yang diatur tidak
terbatas pada darat saja, melainkan juga meliputi ruang udara, ruang laut, dan ruang dalam bumi.
seperti yang juga lebih ditegaskan dalam Undang-undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Penataan ruang adalah upaya mewujudkan tata ruang yang terencana, dengan memperhatikan keadaan
lingkungan alam, lingkungan buatan, lingkungan sosial, interaksi antar lingkungan, tahapan dan
pengelolaan pembangunan, serta pembinaan kemampuan kelembagaan dan sumber daya manusia yang
ada dan tersedia, dengan selalu mendasar pada kesatuan wilayah nasional dan ditujukan pada sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat, memelihara lingkungan hidup dan di arahkan untuk mendukung upya
pertahanan keamanan.

Pada hakekatnya timbulnya masalah penggunaan lahan disebabkan oleh kebutuhan akan sumber daya
lahan yang terus meningkat, sejalan dengan meningkatnya pembangunan, sedangkan potensi dan luas
lahan yang tersedia terbatas, dan sebagian besar telah dikuasai dan/atau dimiliki oleh orang-orang atau
badan hukum dengan berbagai bentuk hubungan hukum.

upaya pentaan ruang di Indonesia telah dimulai sejak penyusunan rencana garis besar kota dab rencana
induk kota, wilayah pusat-pusat pertumbuhan industri, tata guna hutan kesepakatan, dan sebagainya.
sementara itu, penduduk terus bertambah dan berpindah mengikuti kegiatan ekonomi dan sosial yang
membentuk tata ruangnya sendiri menurut kepentingan masing-masing. Maka berkembanglah
perkampungan di daerah yang lerengnya terjal, di tengah hutan alam, di sekitar hutan mangrove,
terumbu karang dan di sekitar kota. Berkembang pula kawasan industri dan perumahan di tengah-
tengah persawahan yang subur, di atas situs purbakala, di sepanjang jalan, sempadan sungai serta
pamtai.
Konflik pemanfaatan ruang yang mengakibatkan tidak efisiennya pemanfaatan ruang telah merangsang
tumbuhnya upaya untuk menyatukan sistem pengelolaan ruang nasional yang diharapkan dapat
meningkatkan keselarasan perkembangan antarkawasan mempercepat perkembangan kawsan
tertinggal dan meningkatkan pemerataan pembangunan antar daerah dan kawasan, memperkuat
kesatuan dan persatuan nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang menyeluruh.

Beberapa isu strategis penataan ruang (Bappenas,2006)

1. Fenomena Urbanisasi

b. Kesenjangan antar wilayah

3. Perkembangan kota yang tidak terarah

4. Pembangunan pusat-pusat permukiman di kawasan perbatasan negara

5. masih rendah partisipasi masyarakat dalam penataan ruang

6. Belum maksimalnya pemanfaatan teknologi informasi

7. Belum sepenuhnya rencana tata ruang dijadikan acuan bagi pembangunan nasional dan
pengembangan wilayah

8. Belum sepenuhnya rencana tata ruang dijadikan usaha preventif dalam proses pelestarian sumber
daya alam dan lingkungan hidup.

9. masih lemahnya kepastian hukum dan koordinasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang

Menurut Perda Kabupaten Indramayu Nomor 4 tahun 2013 tentang PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN.

Wilayah Yang Tidak Sesuai Untuk Pengembangan Perumahan Dan Permukiman

(2)
Kawasan Hutan Lindung, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a meliputi kawasan hutan lindung seluas kurang lebih 8.023 (delapan ribu dua puluh tiga) hektar tersebar di wilayah;
a.Kecamatan Losarang;
b.Kecamatan Cantigi; dan
c.Kecamatan Pasekan.
(3)
Kawasan Perlindungan Setempat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi:
a.kawasan sempadan pantai;
b.kawasan sempadansungai;
c.kawasan sekitar waduk dan situ;
d.kawasan sempadan jaringan irigasi; dan
e.kawasan ruang terbuka hijau
(4)
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf d, meliputi
kawasan suaka margasatwadan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan berada di :
a.kawasan suaka margasatwa memiliki luas kurang lebih 4 (empat) hektar berada di Desa Bulak Kecamatan
Jatibarang; dan
b.kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan meliputi :
23
1)kawasan Pulau Biawak seluas kurang lebih 15.540 (lima belas ribu lima ratus empat puluh) hektar berada di
Kecamatan Pasekan;
2)
sekitar 12 (dua belas) situs seluas kurang
lebih 12 (dua belas) hektar tersebar di
wilayah kecamatan; dan
3)
Kawasan mangrove centreseluas kurang lebih 5 (lima) hektar berada di Desa Pabean Ilir Kecamatan Pasekan.
(5)
Kawasan Rawan Bencana Alam, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf e, terdiri dari kawasan rawan
gelombang pasang dan kawasan rawan banjir.
(6)
Kawasan Lindung Geologi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf f, meliputi:
a.kawasan rawan bencana alam geologi yang terbagi dalam kawasan rawan abrasi dan kawasan rawan gerakan
tanah; dan
b.kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
(7)
Kawasan Lindung Lainnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 10huruf g terdiri dari :
a.kawasan perlindungan plasma-nutfah; dan
b.kawasan terumbu karang.

Menurut Perda Kabupaten Indramayu Nomor 1 tahun 2012 tentang PERATURAN DAERAH
TENTANGRENCANA TATA RUANGWILAYAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2011-2031

LUAS DAN BATAS WILAYAH KABUPATEN

Pasal 2

(1)Lingkup wilayah RTRWK meliputi batas yang ditentukan berdasarkan aspekadministratif mencakup:

a.wilayah daratanseluas209.942(dua ratus sembilan ribusembilanratusempat puluh dua)hektar;

Anda mungkin juga menyukai