Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Massa Jenis Zat Padat Beraturan

1.2 Tanggal Praktikum : 31 Oktober 2017

1.3 Tujuan : Menentukan massa jenis zat padat yang bentuk


beraturan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Massa Jenis


Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi
(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda
bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air).
Satuan SI massa jenis adalah kilogram per meter kubik (kg/m3). Massa jenis
berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda
dan satu zat berapapun massanya berapapun volumenya akan memiliki massa
jenis yang sama. Rumus untuk menentukan massa jenis adalah :
m
ρ = ................................................................................................. (2.1)
v
Keterangan:
ρ = massa jenis (kg/m3)
m = massa (m)
V = volume (m3)
Satuan massa jenis dalam CGS (centi, gram, sekon) adalah gram per
centimeter kubik (g/cm3) atau 1 g/cm3=1000 kg/m3. Massa jenis air murni adalah
1 g/cm3 atau sama dengan 1000 kg/m3. Selain karena angkanya yang mudah
diingat dan mudah dipakai untuk menghitung, maka massa jenis air dipakai
perbandingan untuk rumus kedua menghitung massa jenis atau yang dinamakan
“massa jenis relatif”.
Massa bahan
Massa Jenis Relatif = ...................... (2.2)
Massa air yang volumenya sama
Bobot jenis merupakan suatu jenis karakteristik, yang digunakan dalam
pengujian identitas dan kemurnian bahan obat dan bahan pembantu khususnya
sifat cairan dan zat yang berjenis malam. Penentuan berat jenis dilakukan dengan
piknometer, aerometer, timbangan hidrostatik (timbangan Mohr-Westphal) dan
cara manometrik. Massa jenis merupakan salah satu ciri untuk mengetahui
kerapatan zat. Pada volume yang sama semakin rapat zatnya maka semakin kecil
volumenya. Sebaliknya semakin renggang kerapatannya maka semakin besar
volumenya (Bredthauer,1993).
Konsep massa jenis sering digunakan untuk dapat menentukan dengan tepat
jenis suatu zat (benda) apa yang sesuai dengan kebutuhannya, misalnya dalam
industri pesawat terbang dibutuhkan suatu zat (bahan) yang kuat tetapi ringan,
maka digunakan aluminium sebagai badan pesawat (Hidayat,1979).

2.2 Penggunaan Berat Jenis


Berat jenis dapat digunakan dalam berbagai hal untuk menentukan suatu zat
antara lain :
1. Menentukan kemurnian suatu zat.
2. Mengenal keadaan zat.
3. Menunjukkan kepekaan larutan.
Dalam beberapa kasus, massa jenis dinyatakan sebagai specific gravity
atau massa jenis relatif. Umumnya digunakan untuk menyatakan massa jenis
beberapa zat, seperti air dan udara. Zat cair memiliki sifat-sifat yang unik berbeda
dengan jenis zat yang lain. Dibawah ini merupakan penjelasan dasar mengenai
hukum archimedes pada pelajaran fisika.

2.3 Bunyi Hukum Archimedes


Benda yang dicelupkan atau dimasukkan sebagian ataupun seluruhnya
kedalam suatu cairan akan mendapatkan gaya keatas sebesar zat cair yang didesak
oleh benda yang dicelupkan atau dimasukkan tadi.

2.4 Rapatan
Massa jenis/kerapatan suatu fluida dapat bergantung pada banyak faktor
seperti temperatur fluida dan tekanan yang mempengaruhi fluida. Akan tetapi
pengaruhnya sangat sedikit sehingga massa jenis suatu fluida dinyatakan sebagai
konstanta/bilangan tetap. Rapat massa (ρ) adalah suatu besaran turunan yang
diperoleh dengan membagi massa suatu benda atau zatnya dengan volumenya
(Kondo,1982).
Teori fungsi kerapatan adalah teori mekanika kuantum yang digunakan
dalam fisika dan kimia untuk mengamati keadaan dasar dari sistem banyak
partikel. Sasaran utama dari fungsi kerapatan adalah menggantikan fungsi
gelombang elektron banyak-partikel dengan kerapatan elektron sebagai besaran
dasarnya.
DFT (Density Functional Theory) menjadi sangat terkenal untuk
perhitungan dalam fisika keadaan padat sejak tahun 1970. Akan tetapi, DFT
tersebut tidak dapat dipertimbangkan cukup akurat untuk perhitungan kimia
kuantum sampai tahun 1990, ketika pendekatan digunakan dalam teori dihasilkan
perbaikan yang lebih baik. DFT kini merupakan suatu metode yang mengarahkan
pada perhitungan struktur elektron dalam berbagai bidang (Sears, F. W,1985).
Walaupun teori fungsi kerapatan memiliki dasar konseptualnya dalam
model Thomas-Fermi, DFT tidak berlandaskan pijakan teoretis yang kuat sampai
munculnya teorema Hohenberg-Kohn (HK) yang menunjukkan adanya pemetaan
satu-satu antara kerapatan elektron keadaan dasar dengan fungsi gelombang
keadaan dasar dari sistem banyak-partikel. Selain itu, teorema HK membuktikan
bahwa kerapatan keadaan dasar meminimalkan energi elektron total sistem
tersebut. Karena teorema HK berlaku hanya untuk keadaan dasar, DFT juga
merupakan sebuah teorema keadaan dasar.
Teorema Hohenberg-Kohn hanya suatu teorema keberadaan, yang
menyatakan bahwa penggambaran itu ada, tetapi tidak menghasilkan
penggambaran apapun yang tepat seperti itu. Teorema tersebut dalam
penggambaran ini dibuat pendekatan. Penggambaran yang paling terkenal adalah
pendekatan kerapatan lokal (LDA) yang memberikan pendekatan penggambaran
dari kerapatan sistem terhadap energi total. LDA digunakan untuk gas elektron
yang seragam, dikenal juga sebagai jellium.
Pada kenyataannya, teorema HK jarang digunakan secara langsung untuk
membuat perhitungan. Sebagai gantinya, implementasi teori fungsi kerapatan
yang paling umum digunakan saat ini adalah metode Kohn-Sham. Dalam
kerangka DFT Kohn-Sham, masalah interaksi elektron banyak partikel, potensial
statis eksternal direduksi menjadi sebuah masalah yang mudah dikerjakan dengan
penggantian elektron yang tidak berinteraksi menjadi sebuah potensial efektif.
Potensial efektif meliputi potensial eksternal dan pengaruh interaksi “Colomb”
antar elektron.
Dalam banyak kasus, DFT dengan pendekatan kerapatan lokal
memberikan hasil yang memuaskan jika dibandingkan dengan data eksperimen
pada daya komputasi yang relatif rendah, ketika dibandingkan dengan cara-cara
penyelesaian masalah mekanika kuantum banyak-partikel yang lain. DFT menjadi
sangat terkenal untuk perhitungan dalam fisika keadaan padat sejak tahun
1970. Akan tetapi, DFT tersebut tidak dapat dipertimbangkan cukup akurat untuk
perhitungan kimia kuantum sampai tahun 1990, ketika pendekatan digunakan
dalam teori dihasilkan perbaikan yang lebih baik. DFT kini merupakan suatu
metode yang mengarahkan pada perhitungan struktur elektron dalam berbagai
bidang. Akan tetapi, masih ada sistem yang tidak dapat dijelaskan dengan baik
dengan LDA. LDA tidak dapat menjelaskan dengan baik interaksi antar molekul,
terutama gaya van der walls (dispersi). Hasil lain yang lebih terkenal adalah perhi
tungan celah pita dalam semikonduktor, tetapi larangan ini tidak dapat
memperlihatkan kegagalan, karena DFT adalah teori keadaan dasar dan celah
pita adalah sifat keadaan tereksitasi (Bredthauer, 1993).

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Massa Jenis


Berat suatu benda dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, karena masing-
masing gravitasi bumi berbeda, maka nilainya pun akan berbeda dan tergantung
pada tempatnya. Sedangkan untuk massa dari suatu benda nilainya tetap, tidak
dipengaruhi oleh besarnya gaya gravitasi sehingga massa suatu benda diantara dua
tempat yang berbeda adalah sama.
Dari dua faktor tersebut, dapat dibuat suatu persamaan untuk mencari
berat suatu benda yaitu:
W = m. g .............................................................................................. (2.3)
Dimana:
W = berat benda (kg. m/s2)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)

2.6 Wujud Zat


Didalam kehidupan sehari-hari kita temui banyak benda. Tetapi benda-
benda tersebut dapat digolongkan menjadi tiga yaitu zat padat, zat cair, dan zat
gas.

2.7 Zat Padat


Benda padat mempunyai ciri-ciri bentuk dan volume yang tetap, hubungan
antara atom penyusunnya tetap dan teratur, gaya tarik antar partikel kuat. Gerakan
partikel hanya berupa getaran disekitar posisi tetapnya. Contohnya batu, besi dan
meja.

2.8 Zat Cair


Zat cair adalah bentuknya berubah sesuai dengan wadahnya tetapi
volumenya tetap. Jarak antar partikel tetap dan agak berjauhan satu sama lain.
Gaya tarik antar partikel lemah, gerakan partikel lebih lincah daripada gerakan
partikel pada zat padat. Contohnya air, bensin dan solar.

2.9 Zat Gas


Zat gas mempunyai ciri-ciri bentuk dan volume selalu berubah sesuai
dengan wadahnya. Jarak antar partikel selalu berubah hampir tidak ada gaya tarik-
menarik antarpartikel gas dan getaran partikel lebih bebas (Trippler, P. A,1998).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Timbangan 1 buah
2. Jangka sorong 1 buah
3. Mikrometer sekrup 1 buah

3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1. Pipa besi 1 buah
2. Kelereng 1 buah
3. Pipa PVC 1 buah
4. Balok kayu 1 buah

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Ditimbang massa dari masing-masing objek.
2. Diukur diameter bagian luar dan dalam pipa besi dan tinggi pipa besi
dengan jangka sorong masing-masing 4 kali pengukuran pada tempat yang
berbeda. Diambil harga rata-rata untuk menghitung volumenya.
3. Diukur diameter bola kelereng dengan mikrometer sekrup 4 kali
pengukuran pada tempat yang berbeda. Diambil harga rata-rata untuk
menghitung volumenya.
4. Diukur diameter bagian luar dan dalam pipa PVC dengan mikrometer
sekrup masing-masing 4 kali pengukuran pada tempat-tempat yang
berbeda. Diambil harga rata-rata untuk menghitung volumenya.
5. Diukur sisi-sisi balok kayu dengan jangka sorong masing-masing 4 kali
pengukuran pada tempat-tempat yang berbeda. Diambil harga rata-rata
untuk menghitung volumenya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Pada Kelereng
Diameter (mm)
Massa (gr) Jari-jari (cm) Volume (cm3)
Skala Utama Skala Nonius
16 0,15 8,075 2,20
16 0,19 8,095 2,22
5,64
16 0,23 8,115 2.23
16 0,18 8,09 2,21
Rata-rata 2,215

m
ρkelereng =
V
5,64 gr
=
2,215 cm3
= 2,54 gr/cm3

Tabel 4.2 Hasil Percobaan Pada Balok Kayu


Pengukuran (mm)
Massa (gr) Volume (cm3)
Panjang Lebar Tinggi
91,15 40,4 40,15 147,85
90,135 40,3 40,15 145,83
71,19
90,135 40,4 40,15 146,19
90,135 40,2 40,2 145,65
Rata-rata 146,38

m
ρbalok kayu =
V
71,19 gr
=
146,38 cm3
= 2,54 gr/cm3
Tabel 4.3 Hasil Percobaan Pada Silinder Besi
Diameter (mm) Volume Volume
Massa (gr)
r dalam r luar Tinggi luar (cm3) dalam (cm3)
10,79 12,57 99,4 49,31 36,37
11,13 12,57 99,2 49,13 38,58
89,26
11,23 12,6 99,45 49,57 38,58
11,13 12,57 99,2 48,43 39,58
Rata-rata 49,11 38,58

massa
ρsilinder besi =
Volume luar - volume dalam
89,26 gr
=
(49,11 – 38,22) cm3
= 8,19 gr/cm3

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Silinder PVC

Diameter (mm) Volume Volume


Massa (gr)
r dalam r luar Tinggi luar (cm ) dalam (cm3)
3

13,20 13,02 110,3 58,71 60,34


27,89 11,43 13,02 110,45 58,5 45,30
11,17 13,02 111,05 59,11 43,55
11,17 13,02 110,25 58,68 43,35
Rata-rata 58,82 48,08

massa
ρsilinder PVC =
Volume luar - volume dalam
27,89 gr
=
(58,82 – 48,08) cm3
= 2,59 gr/cm3
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, benda yang akan dihitung massa jenisnya adalah balok
kayu, kelereng, silinder plastik PVC, dan silinder besi. Pada percobaan balok kayu
yang diukur adalah panjang, lebar dan tinggi dengan massa yang diperoleh adalah
71,19 gr dan volume sebesar 146,38 cm3. Serta massa jenisnya sebesar 0,48
gr/cm3. Pada percobaan kelereng dengan massa yang diperoleh sebesar 5,64 gr
dan volume sebesar 2,215 cm3 dengan massa jenis sebesar 2,54 gr/cm3. Pada
percobaan silinder plastik (PVC) yang diukur adalah diameter bagian luar,
diameter bagian dalam dan tinggi. Massa yang diperoleh adalah 27,89 gr dengan
volume rata-rata bagian luar sebesar 58,82 cm3 dan volume rata-rata bagian dalam
sebesar 48,08 gr/cm3 sehingga massa jenis silinder plastik (PVC) yang didapat
2,59 gr/cm3. Pada percoban silinder besi yang diukur adalah diameter bagian luar,
diameter bagian dalam serta tinggi. Massa yang diperoleh dari silinder besi 89,26
gr dengan volume rata-rata bagian luar 49,11 cm3 dan volume rata-rata bagian
dalam sebesar 38,22 cm3 sehingga didapatkan massa jenis sebesar 8,19 gr/cm3.
Semakin besar massa dan volume yang didapat maka akan semakin besar pula
massa jenis yang didapat.
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa massa jenis setiap benda berbeda-
beda. Massa jenis ini tidak bergantung pada jumlah zat, sedikit atau banyaknya
jumlah zat. Hal ini menunjukan bahwa massa jenis merupakan ciri khas suatu zat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan tersebut dan hasil yang telah diamati, dapat diambil
kesimpulannya, yaitu:
1. Massa jenis yang didapat dari percobaan balok kayu adalah 0,48 gr/cm3.
2. Massa jenis yang didapat dari percobaan kelereng adalah 2,54 gr/cm3.
3. Massa jenis yang didapat dari percobaan Silinder Besi adalah 8,19 gr/cm3.
4. Massa jenis yang didapat dari percobaan Silinder Pipa adalah 2,59 gr/cm3.
5. Semakin tinggi massa jenis suatu benda maka semakin besar pula massa
dan volumenya.

5.2 Saran
Adapun saran untuk percobaan ini agar praktikan selanjutnya dapat
menggunakan alat pengukur lainnya seperti amper meter.

Anda mungkin juga menyukai