Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Hukum Ohm

1.2 Tanggal Prakikum : 07 November 2017

1.3 Tujuan Praktikum : 1.Mempelajari cara pemasangan multimeter


2.Mempelajari beberapa tegangan diantara
ujung ujung hambatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rangkaian Listrik


Pada dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi ketika sebuah penghantar
mampu dialiri elektron bebas secara terus menerus. Aliran yang terus-menerus ini
yang disebut dengan arus, dan sering juga disebut dengan aliran, sama halnya
dengan air yang mengalir pada sebuah pipa. Tenaga (the force) yang mendorong
elektron agar bisa mengalir dalam sebuah rangkaian dinamakan tegangan.
Tegangan adalah sebenarnya nilai dari potensial energi antara dua titik. Ketika
kita berbicara mengenai jumlah tegangan pada sebuah rangkaian, maka kita akan
ditujukan pada berapa besar energi potensial yang ada untuk menggerakkan
elektron pada titik satu dengan titik yang lainnya. Tanpa kedua titik tersebut
istilah dari tegangan tersebut tidak ada artinya. Elektron bebas cenderung bergerak
melewati konduktor dengan beberapa derajat pergesekan, atau bergerak
berlawanan. Gerak berlawanan ini yang biasanya disebut dengan hambatan.
Besarnya arus didalam rangkaian adalah jumlah dari energi yang ada untuk
mendorong elektron, dan juga jumlah dari hambatan dalam sebuah rangkaian
untuk menghambat lajunya arus. Sama halnya dengan tegangan hambatan ada
jumlah relatif antara dua titik. Dalam hal ini, banyaknya tegangan dan hambatan
sering digunakan untuk menyatakan antara atau melewati titik pada suatu titik.
Untuk menemukan arti dari ketetapan dari persamaan dalam rangkaian ini,
kita perlu menentukan sebuah nilai layaknya kita menentukan nilai massa, isi,
panjang dan bentuk lain dari persamaan fisika. Standar yang digunakan pada
persamaan tersebut adalah arus listrik, tegangan, dan hambatan. Simbol yang
digunakan adalah standar alphabet yang digunakan pada persamaan aljabar.
Standar ini digunakan pada disiplin ilmu fisika dan teknik, dan dikenali secara
internasional. Setiap unit ukuran ini dinamakan berdasarkan nama penemu listrik.
Ampere dari orang Perancis Andre M. Ampere, volt dari seorang Italia
Alessandro Volta, dan ohm dari orang Jerman Georg Simon ohm. Simbol
matematika dari setiap satuan sebagai berikut “R” untuk resistance (hambatan), V
untuk voltage (tegangan), dan I untuk intensity (arus), standar simbol yang lain
dari tegangan adalah E atau electromotive force. Simbol V dan E dapat
dipertukarkan untuk beberapa hal, walaupun beberapa tulisan menggunakan E
untuk menandakan sebuah tegangan yang mengalir pada sebuah sumber (seperti
baterai dan generator) dan V bersifat lebih umum. Salah satu dasar dalam
perhitungan elektro, yang sering dibahas mengenai satuan coulomb, dimana ini
adalah besarnya energi yang setara dengan elektron pada keadaan tidak stabil.
Satu coulomb setara dengan 6.250.000.000.000.000.000 elektron. Simbolnya
ditandai dengan Q dengan satuan coulomb. Ini yang menyebabkan elektron
mengalir, satu ampere sama dengan 1 coulomb dari elektron melewati satu titik
pada satu detik. Pada kasus ini, besarnya energi listrik yang bergerak melewati
konduktor (penghantar). Satuan energi secara umum adalah joule dimana sama
dengan besarnya work (usaha) yang ditimbulkan dari gaya sebesar 1 newton yang
digunakan untuk bergerak sejauh 1 meter (dalam satu arah). Dalam british unit,
ini sama halnya dengan kurang dari ¾ pound dari gaya yang dikeluarkan sejauh 1
ft. Masukkan ini dalam suatu persamaan, sama halnya dengan I joule energi yang
digunakan untuk mengangkat berat ¾ pound setinggi 1 kaki dari tanah, atau
menjatuhkan sesuatu dengan jarak 1 kaki menggunakan parallel pulling dengan ¾
pound. Maka kesimpulannya, 1 volt sama dengan 1 joule energi potensial per 1
coulomb. Maka 9 volt baterai akan melepaskan energi sebesar 9 joule dalam
setiap coulomb dari elektron yang bergerak pada sebuah rangkian. Satuan dan
simbol dari satuan elektro ini menjadi sangat penting diketahui ketika kita
mengeksplorasi hubungan antara mereka dalam sebuah rangkaian. Yang pertama
dan mungkin yang sangat penting hubungan antara tegangan, arus dan hambatan
ini disebut hokum ohm. Ditemukan oleh George Simon Ohm dan dipublikasikan
nya pada sebuah paper pada tahun 1827, The Galvanic Circuit Investigated
Mathematically. Prinsip ohm ini adalah besarnya arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar metal pada rangkaian, ohm menemukan sebuah
persamaan yang simple, menjelaskan bagaimana hubungan antara tegangan, arus,
dan hambatan yang saling berhubungan.
2.2 Hukum Ohm
Hukum ohm berbunyi “besarnya kuat arus yang timbul pada suatu
pengantar berbanding lurus dengan beda potensial atau tegangan antara kedua
ujung pengantar tersebut”. Hukum ohm menggambarkan bagaimana arus,
tegangan, dan tahanan yang berhubungan. George Ohm menentukannya secara
eksperimental bahwa jika tegangan yang melewati sebuah tahanan bertambah
nilainya maka arusnya juga akan bertambah nilainya. Begitu juga sebaliknya.
Hukum ohm dapat dituliskan dalam rumus sebagai berikut:
V = I . R ................................................................................................ (2.1)
Dimana:
V = Tegangan
R = Tahanan
I = Kuat arus
Hukum ohm juga menyatakan bahwa pada tegangan yang konstan, jika
nilai tahanan diperkecil maka akan diperoleh arus yang lebih kuat. Begitu juga
sebaliknya dan dapat ditulis sebagai berikut :
I = V/R .................................................................................................. (2.2)
Hukum ohm dapat diterapkan dalam rangkaian tahanan seri. Yang
dimaksud dengan rangkaian tahanan seri adalah tahanan di hubungkan ujung
tahanan yang ada pada rangkaian ke ujung atau dalam suatu rantai. Untuk mencari
arus yang mengalir pada rangkaian seri dengan tahanan lebih dari satu, diperlukan
jumalah total nilai tahanan-tahanan tersebut. Hal ini dapat dimengerti karena
setiap tahanan yang ada pada rangkaian seri akan memberikan hambatan bagi arus
untuk mengalir (Rusdianto,1999).
Resistor merupakan elemen pasif yang paling sederhana. Kita akan
memulai bahasan kita dengan memperhatikan hasil kerja fisikawan Jerman,
George Simon Ohm yang pada tahun 1827 mempublikasikan sebuah pamflet yang
memaparkan hasil-hasil dari usahanya mengukur arus dan tegangan serta
hubungan matematika diantara keduanya. Salah satu hasil yang diperoleh adalah
pernyataan tentang relasi fundamental yang saat ini kita sebut sebagai hukum
ohm. Meskipun hal ini telah ditemukan 46 tahun sebelumnya di Inggris oleh
Henry Cavendish. Pamflet yang dipublikasikan oleh George Simon Ohm banyak
menerima kritik yang tak pantas dan menjadi bahan tawaan selama beberapa
tahun setelah dipublikasikan pertama kali dan akhirnya karya itu diterima
beberapa tahun setelahnya.
Hukum ohm menyatakan bahwa tegangan pada terminal-terminal material
penghantar berbanding lurus terhadap arus yang mengalir melalui material ini,
secara matematika hal ini dirumuskan sebagai :
V = I R .................................................................................................. (2.3)
Dimana konstan proporsionalitas atau kesebandinagn R disebut resistansi.
Satuan untuk resistansi adalah ohm, dan bisa disingkat dengan huruf besar omega
Ω. Elektron-elektron bebas bergerak dalam suatu medan listrik yang memperagak-
an periode yang sama. Selama gerakan-gerakan mereka, elektron-elektron bebas
ini sering sekali disebarkan oleh medan. Uraian yang sesuai untuk gerakan
elektron jenis ini harus menggunakan metode mekanika kuantum. Disini uraian
yang termasuk sederhana sudah mencukupi. Ketika tidak terdapat medan listrik
eksternal, elektron-elektron tersebut bergerak kesegala arah dan tidak ada
transportasi muatan netto atau arus listrik. Tetapi jika digunakan sebuah medan
listrik eksternal, terjadi aliran gerakan dari gerakan-gerakan elektron sembarang
sehingga terjadi arus listrik. Tampaknya alamiah untuk menganggap kekuatan dari
arus tersebut sesuai dengan medan listrik.
Salah satu hukum fisika yang mungkin paling dikenal adalah hukum ohm,
yang menyatakan bahwa untuk suatu konduktor logam pada suhu konstan,
perbandingan antara perbedaan antara perbedaan potensial ∆V antara dua titik dari
konduktor dengan arus listrik I yang melalui konduktor tersebut adalah konstan.
Konstan ini disebut tahanan listrik R dari konduktor antara dua titik. Jadi hukum
ohm bisa dinyatakan sebagai:
∆V = R / I atau I = ∆V / R ................................................................. (2.4)
Dari persamaan itu kelihatan bahwa R dinyatakan dalam satuan SI sebagai
volt ampere atau m2 kg s-1 C-2 , dan disebut ohm (Ω). Jadi satu ohm adalah tahanan
suatu konduktor yang dilewati arus satu ampere ketika perbedaan potensialnya
dijaga satu volt diujung-ujung konduktor tersebut (Alonso,1992).
2.3 Kuat Arus Listrik
Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak didalam suatu
penghantar. Arah arus listrik (I) yang timbul pada penghantar berlawanan arah
dengan arah gerak elektron. Muatan listrik dalam jumlah tertentu yang menembus
suatu penampang dari suatu penghantar dalam satuan waktu tertentu disebut
sebagai kuat arus listrik. Jadi kuat arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang
mengalir dalam kawat penghantar tiap satuan waktu. Jika dalam waktu t mengalir
muatan listrik sebesar Q, maka kuat arus listrik I adalah:
I = Q/t ................................................................................................... (2.5)
Para ahli telah melakukan perjanjian bahwa arah arus listrik mengalir dari
kutub positif ke kutub negatif. Jadi arah arus listrik berlawanan dengan arah aliran
elektron.

2.4 Beda Potensial atau Tegangan Listrik


Terjadinya arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif dan aliran
elektron dari kutub negatif ke kutub positif, disebabkan oleh adanya beda
potensial antara kutub positif dengan kutub negatif, dimana kutub positif
mempunyai potensial yang lebih tinggi dibandingkan kutub negatif. Beda
potensial antara kutub positif dan kutub negatif dalam keadaan terbuka disebut
gaya gerak listrik dan dalam keadaan tertutup disebut tegangan jepit.

2.5 Hubungan Antara Kuat Arus Listrik dan Tegangan Listrik


Hubungan antara V dan I pertama kali ditemukan oleh seorang guru fisika
berasal dari Jerman yang bernama George Simon Ohm. Dan lebih dikenal sebagai
hukum Ohm yang berbunyi “Besar kuat arus listrik dalam suatu penghantar
berbanding langsung dengan beda potensial (V) antara ujung-ujung penghantar
asalkan suhu penghantar tetap”.
Hasil bagi antara beda potensial (V) dengan kuat arus (I) dinamakan
hambatan listrik atau resistansi (R) dengan satuan ohm.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan adalah :
1. Multimeter 1 buah
2. Power supply

3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah :
1. Baterai besar 1 buah
2. Baterai kecil 1 buah

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
3.2.1 Baterai Besar dan Kecil
1. Alat dirangkai.
2. Kabel merah pada multimeter ditempatkan ke kutub positif baterai dan
kabel hitam ke kutub negatif.
3. Tegangan diukur dengan multimeter.
4. Kuat arus (I) dihitung dengan multimeter.
5. Hambatan (R) dihitung dan dengan menggunakan rumus hukum ohm.
6. Ulang semua langkah diatas dengan menggunakan baterai kecil.

3.2.2 Power Supply


1. Resistor dimasukkan pada papan rangkaian.
2. Power supply dihubungkan dengan papan rangkaian.
3. Kemudian dihubungkan dengan kabel multimeter.
4. Diberikan tegangan pada power supply dari 0,5 V – 0,8 V
5. Hambatan diukur pada multimeter.
6. Kuat arus dihitung dengan menggunakan rumus.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Percobaan Menggunakan Baterai
No Baterai Tegangan (V) Kuat arus (A) Hambatan (Ω)
1 Baterai besar 1,5 0,174 8,6
2 Baterai kecil 1,5 0,174 8,6

Tabel 4.2 Hasil Percobaan Menggunakan Power supply


No Power supply Tegangan (V) Kuat arus (A) Hambatan (Ω)
1 A 2 0,178 11
2 B 2,5 0,106 23,5

4.2 Pembahasan
Hukum yaitu besarnya kuat arus yang timbul pada suatu pengantar
berbanding lurus dengan beda potensial atau tegangan antara kedua ujung
tegangan tersebut dan hubungan hukum ohm menggambarkan bagaimana arus
tegangan dan hambatan berhubungan. Begitu juga sebaliknya, hukum ohm dapat
dituliskan sebagai berikut : V = I × R .
(Rusdianto, 1999)
Pada praktikum ini ada hubungannya antara tegangan, arus listrik dan
hambatan. Hubungan tersebut disebut hukum ohm. Pada percobaan ini diuji besar
yang memiliki dua buah baterai yang berukuran berbeda tapi memiliki dua buah
tegangan yang sama yaitu 1,5 V. pada baterai besar dari 1,5 V pada bateraai kecil,
tegangannya seketika diberi kuat arus masing-masing 0,174 Ampere, maka
hambatan masing-masing adalah 8,6 Ω pada baterai besar dan 8,6 Ω pada baterai
kecil. Pada power supply percobaan pertama dengan besar tegangan 2 V, kuat
arus yang didapatkan 0,178 A, maka hambatannya adalah 11 Ω, sedangkan pada
percobaan kedua dengan besar tegangan 2,5 V kuat arus yang didapatkan 0,106 A
maka besar hambatannya adalah 23,5 Ω. Maka dari data tersebut dapat diketahui
bahwa semakin besar kuat arus maka semakin kecil hambatannya.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Baterai besar dan baterai kecil sama-sama mempunyai kuat arus yang
sama.
2. Apabila luas penampangnya semakin besar maka hambatannya akan
semakin kecil.
3. Tegangan semakin besar maka semakin besar pula kuat arusnya.
4. Pada baterai besar diperoleh beda potensial kuat arus dan hambatannya
sebesar 1,5 V, 0,174 A dan 8,6 Ω.

5.2 Saran
Pada percobaan yang telah dilakukan sebaiknya tidak hanya menggunakan
baterai akan tetapi bisa dengan menggunakan bola lampu. Dalam menghitung
hambatan tidak hanya menggunakan perhitungan tetapi juga bisa menggunakan
ohm meter.

Anda mungkin juga menyukai