Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum


Daya Listrik

1.2 Tanggal Praktikum


14 November 2017

1.3 Pelaksana Praktikum


Adapun pelaksana praktikum ini yaitu kelompok 3 yang beranggotakan :
1. Dedy Mustafa (160140065)
2. Eliza Nurul Adha (160140066)
3. Zuhera (160140076)
4. Melly Merniawati (160140081)

1.4 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari praktikum ini adallah sebagai berikut :
1. Mempelajari prinsip tegangan dan arus pada rangkaian seri dan paralel.
2. Menghitung dan membandingkan besarnya daya pada rangkaian seri dan
paralel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daya Listrik


Power atau daya adalah berapa besar gaya yang dapat dilakukan dalam
setiap waktu. Daya secara mekanik yang biasa digunakan di Amerika adalah
menggunakan horsepower. Daya listrik biasanya diberi satuan watt, dan bisa
dihitung dengan persamaan P = I.V. Pemakaian energi listrik sudah sangat luas,
bahkan manusia sangat sulit melepaskan diri dari kebutuhan dengan energi listrik.
Semakin lama tidak ada satu pun alat kebutuhan manusia yang tidak
membutuhkan listrik. Daya listrik didefenisikan sebagai laju hantaran energi
listrik dalam rangkaian listrik. Satuan SI daya listrik adalah watt. Arus listrik yang
mengalir dalam rangkaian dengan hambatan listrik menimbulkan kerja.
Daya listrik dihasilkan oleh tegangan dan arus. Horsepower dan watt
adalah dua hal yang berbeda namun menjelaskan hal yang sama dalam
menjelaskan persamaan fisika, dengan 1 horsepower setara dengan 747,5 watt.
Beberapa bentuk persamaan daya atau biasa disebut dengan hukum joule adalah P
= I.E, namun dengan persamaan tersebut untuk rangkaian DC bisa dihasilkan
beberapa persamaan lagi apabila disatukan dengan persamaan pada hukum ohm.
P = I.V, Hukum Joule ........................................................................... (2.1)
E = I.E, Hukum Ohm ........................................................................... (2.2)
Maka akan didapatkan persamaan hasil gabungan antara persamaan joule
dan ohm menjadi P = I2.R; P = I.E; P = V2/R dan untuk daya dengan satuan watt
biasa diberi simbol W. Daya listrik adalah banyaknya energi tiap satuan waktu
dimana pekerjaan sedang berlangsung atau kerja yang dilakukan persatuan waktu.
Dari defenisi ini, maka daya listrik (P) dapat dirumuskan :
W (Energi)
P= ....................................................................................... (2.3)
t ( waktu)

V. I. t
P= = V.I .................................................................................. (2.4)
t
P = I2.V ................................................................................................ (2.5)
V2
P= .................................................................................................. (2.6)
R
Satuan daya listrik :
Watt (W) = Joule/detik
Kilowatt (kW) = 1 kW = 1000 W
Dari satuan daya maka muncul satuan energi lain yaitu :
Jika daya dinyatakan dalam kilowatt (w) dan waktu dalam jam, maka satuan
energi adalah kilowatt jam atau kilowatt-hour (kWh). 1 kWh = 36 x 105 joule.
Dalam satuan internasional (SI), satuan daya adalah watt (W) atau setara
joule per detik (J/sec). Konversi antara satuan hP dan watt dinyatakan dengan
formula sebagai berikut :
1 Hp = 746 W = 0,746 Kw ................................................................... (2.7)
1 Kw = 1,34 hP ..................................................................................... (2.8)
Sedangkan menurut standar Amerika (US Standard), daya dinyatakan dalam
satuan horsepower (hP) atau (ft lb/sec) (Indrajat, 2007).

2.2 Energi Listrik


Energi listrik adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Maka
pengertiannya adalah kemampuan untuk melakukan atau menghasilkan usaha
listrik. Suatu energi listrik dilambangkan dengan W. Sedangkan perumusan yang
digunakan untuk menentukan besaran energi listrik adalah :
W = Q.V .............................................................................................. (2.9)
Dimana :
W = Energi listrik (Joule)
Q = Muatan listrik (coulomb)
V = Beda potensial (volt)

2.3 Hubungan Energi Listrik dengan Energi Kalor


Persamaan yang digunakan dalam menghitung energi kalor adalah :
Q = m.c (t2-t1) ...................................................................................... 2.10)
Sesuai dengan hukum kekekalan energi maka berlaku persamaan :
W = Q ................................................................................................. (2.11)
I.R.t = m.c (t2-t1) ................................................................................ (2.12)
Dimana :
I = Kuat arus (A)
R = Hambatan (Ohm)
m = Massa (kg)
c = Kalor jenis (J/kg 0C)
t1 = Suhu mula-mula (0C)
t2 = Suhu akhir (0C)

2.4 Rangkaian Hambatan Seri


Rangkaian hambatan seri adalah rangkaian yang disusun secara berurutan
(segaris). Besar kuat arus di setiap titik dalam rangkaian seri tersebut adalah sama.
Komponen-komponen listrik dinyatakan dirangkai secara seri pada saat
komponen-komponen tersebut dihubungkan secara berurutan dalams atu jalur
rangkaian. Karakteristik dari rangkaian seri yaitu :
1. Arus listrik hanya memiliki satu jalur untuk mengalir. Hal ini berarti arus
listrik yang mengalir pada tiap komponen listrik dalam rangkaian seri
memiliki besar yang sama.
2. Arus listrik yang mengalir dihambat oleh hambatan pertama setelah
melewati hambatan pertama, arus yang sama dihambat oleh hambatan
kedua, hambatan ketiga dan seterusnya. Sehingga hambatan total pada
rangkaian seri merupakan jumlah dari tiap hambatan sepanjang rangkaian
listrik.
3. Energi listrik yang diberikan sumber tegangan untuk membuat arus
mengalir didisipasi oleh tiap hambatan pada rangkaian. Hal ini berarti
jumlah tegangan pada tiap komponen listrik pada rangkaian seri sama
dengan tegangan pada sumber tegangan.
4. Karena hambatan total pada rangkaian seri merupakan jumlah dari tiap
hambatan pada rangkaian, maka rangkaian seri biasanya ditujukan untuk
memperbesar hambatan pada rangkaian.
2.5 Rangkaian Hambatan Paralel
Apabila komponen-komponen listrik dihubungkan pada dua titik yang
sama dalam rangkaian listrik, maak dapat dinyatakan bahwa komponen-
komponen listrik tersebut itu dirangkai secara paralel. Karakteristik dari rangkaian
paralel yaitu :
1. Tiap komponen terhubung pada dua titik yang sama dalam rangkaian.
Sehingga tegangan tiap hambatan memiliki besar yang sama.
2. Arus total dalam rangkaian terbagi pada cabang-cabang paralel dengan
jumlah arus yang mengalir pada tiap cabang sama dengan arus total pada
rangkaian.
3. Tegangan pada hambatan dalam tiap cabang paralel besarnya sama namun
arus yang mengalir pada tiap cabang berbeda. Sehingga besarnya arus
pada tiap cabang berbanding terbalik dengan besarnya hambatan pada
cabang tersebut.
4. Penambahan jumlah cabang paralel menyebabkan hambatan total semakin
kecil, sehingga rangkaian paralel ditujukan untuk memperkecil hambatan
(Syuri, 2005).

2.6 Sumber-Sumber Energi Listrik


Sumber energi listrik adalah benda yang dapat menimbulkan arus listrik.
Sumber energi listrik ada yang kecil dan ada yang besar. Beberapa contoh sumber
energi listrik adalah :
1. Baterai
Pada bungkus baterai biasanya tertulis 1,5 V 1 A, tulisan itu berarti baterai
tersebut mempunyai tegangan 1,5 volt dan arus listrik 1 ampere. Pelopor
pembuatan baterai sebagai sumber energi listrik adalah seorang Fisikawan Italia
bernama Alesandro Volta. Pada tahun 1800, Alesandro Volta membuat suatu
elemen yang terdiri dari lempeng seng, lempeng tembaga dan larutan asam sulfat.
2. Aki (Akumulator)
Aki tersebut dari plastik tebal dan kuat. Di dalam aki terdapat dua lempeng
timbal yang berfungsi sebagai kutub positif (+) dan kutub negatif (-). Aki juga
berisi zat kimia berupa cairan sehingga aki disebut elemen basah. Aki tidak dapat
dipakai sebagai sumber energi terus menerus. Oleh karena itu, aki harus diisi
kembali, kadang-kadang aki juga perlu ditambah air murni. Aki banyak dipakai
sebagai sumber energi listrik pada kendaraan nermotor.
3. Generator
Umumnya lisrik diperoleh dari mengubah energi kinetik melalui generator
menjadi listrik. Generator adalah sumber energi listrik yang lebih besar dibanding
dinamo. Generator dipakai pada pusat pembangkit listrik sebagai sumber energi,
generator dihubungkan dengan turbin. Turbin adalah roda besar yang berputar
cepat sekali. Energi kinetik untuk menggrakkan generator bisa diperoleh dari uap
yang dihasilkan dari pembakaran sumber energi fosil, seperti minyak, batu bara
dan gas bisa juga dari aliran air atau dari aliran udara (H. William, 2005).

2.7 Pemanfaatan Energi Listrik


Di antara peralatan listrik di rumah anda, anda mungkin mempunyai
pengering rambut, beberapa lampu, pesawat TV, stereo, oven microwave, kulkas
dan kompor listrik. Masing-masing mengubah energi listrik menjadi energi bentuk
lain, misalnya energi cahaya, energi kinetik, energi bunyi, atau energi panas.
Berapa besarnya energi listrik yang diubah menjadi energi bentuk lain? dan
berapa lajunya? Energi yang di catu pada rangkaian dapat digunakan dengan
beberapa cara yang berbeda. Motor merubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Lampu listrik merubah energi listrik menjadi cahaya. Sayangnya tidak
semua energi yang diberikan ke motor atau ke lampu dapat dimanfaatkan. Cahaya,
khususnya cahaya lampu pijar menimbulkan panas. Motor terlalu panas untuk
disentuh. Dalam setiap kasus, ada sejumlah energi yang diubah menjadi panas.
nergi listrik dapat diubah-ubah menjadi berbagai bentuk energi yang lain. Energi
listrik menjadi energi kalor, alat yang digunakan yaitu setrika listrik, ceret listrik,
kompor listrik dll Energi listrik menjadi energi cahaya, alat yang digunakan yaitu
lampu pijar, lampu neon, dll. Energi listrik menjadi energi gerak, alat yang
digunakan yaitu kipas angin, penghisap debu, dan masih banyak lagi penggunaan
energi listrik (Darmogo, 1991).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Power supply DC
2. Multimeter
3. Papan rangkaian
4. Kabel penghubung

3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Resistor 102
2. Resistor 220
3. Resistor 23
4. Resistor 1300

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut :
3.2.1 Rangkaian Seri
1. Resistor dirangkai secara seri.
2. Rangkaian dihubungkan dengan kabel penghubung ke multimeter satu ke
tanda positif (+) dan satu lagi ke randa negatif (-) untuk mengetahui
besarnya hambatan pada resistor.
3. Besar hambatan yang diperoleh pada resistor dicatat.
4. Kemudian rangkaian dihubungkan dengan kabel penghubung ke
powersupply DC dan diatur tegangannya sebesar 3 volt, untuk mengetahui
kuat arusnya.
3.2.2 Rangkaian Paralel
1. Rangkaian dirangkai secara paralel.
2. Rangkaian dihubungkan dengan kabel penghubung ke multimeter satu ke
tanda positif (+) dan satu lagi ke tanda negatif (-) untuk mengetahui
besarnya total hambatan pada resistor
3. Besar total hambatan yang diperoleh pada resistor dicatat.
4. Kemudian dihubungkan dengan kabel penghubung ke powersuppy DC dan
diatur tegangannya sebesar 3 volt, untuk mengetahui kuat arusnya.
5. Besar kuat arus yang dihasilkan dicatat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Rangkaian Seri
Adapun hasil percobaan dari rangkaian seri, yaitu :
Tegangan (V) Hambatan (Ω) Kuat Arus (A) Daya (W)
2 6,33 0,31 0,60
4 14,98 0,26 1,01
6 15,96 0,37 2,18
8 15,95 0,50 3,98
10 15,96 0,62 6,13

4.1.2 Rangkaian Paralel


Adapun hasil percobaan dari rangkaian paralel, yaitu :
Tegangan (V) Hambatan (Ω) Kuat Arus (A) Daya (W)
2 11,21 0,17 0,33
4 15,98 0,25 0,99
6 15,97 0,37 2,18
8 15,96 0,50 3,99
10 15,96 0,62 6,12

4.2 Pembahasan
Daya listrik adalah banyaknya energi tiap satuan waktu dimana pekerjaan
sedang berlangsung atau kerja yang dilakukan persatuan waktu. Daya listrik
adalah besar energi listrik yang ditransfer oleh suatu rangkaian listrik tertutup.
Daya listrik sebagai bentuk energi yang mampu diubah oleh alat-alat pengubah
energi menjadi berbagai bentuk energi lain. Misalnya energi gerak, energi panas ,
energi cahaya, dll. Selain itu, daya listrik ini juga mampu disimpan dalam bentuk
energi kimia dalam bentuk kering (baterai) maupun dalam basah (aki).
Pada percobaan ini dilakukan pengujian besar daya listrik terhadap
tegangan yang diberikan dengan menvariasikan jenis rangkaian, yaitu seri dan
paralel. Hasil dari percobaan dapat dilihat dari grafik berikut :

Hubungan antara Tegangan dengan


Daya Listrik
7

6
Daya Listrik (Watt)

4 seri
3 paralel
2

0
2 4 6 8 10
Tegangan (Volt)

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara daya listrik terhadap tegangan


Berdasarkan data grafik diatas, dapat dilihat bahwa perbandingan besar
daya yang dihasilkan pada rangkaian seri dengan rangkaian saling dekati. Dari
grafik dapat diketahui bahwa daya dan tegangan pada rangkaian paralel lebih
besar dibandingkan pada rangkaian seri menjadi energi kalor.
Pada percobaan ini dilakukan untuk mengamati besarnya hambatan total,
kuat arus, dan daya pada resistor-resistor yang dirangkai secara seri dan
paralel. Pada percobaan ini resistor yang digunakan ada 3, R1=19,1Ω; R2=
219 Ω; R3= 97,5 Ω, dengan tegangan yang sama yaitu 3 volt. Percobaan
dilakukan sebanyak 4 kali dengan resistor yang berbeda-beda. Untuk
percobaan pertama pada rangkaian seri menggunakan resistor R1 dan R3.
Dengan melakukan perhitungan secara manual diperoleh hambatan
totalnya sebesar 116,6 Ω. Kemudian dihubungkan dengan power supply
DC yang telah diatur tegangannya sebesar 3 volt sehingga diperoleh kuat
arusnya 24,94 × 10-3 A. Dengan menggunakan rumus P = V.I diperoleh
dayanya sebesar 7,48 × 10-2 watt. Untuk percobaan kedua menggunakan
resistor R1 dan R2. Dengan prosedur yang sama diperoleh hambatan
totalnya sebesar 238,3 Ω, kuat arus 12,41 × 10-3 A, dan dayanya sebesar
3,72 × 10-2 watt.
Untuk percobaan ketiga menggunakan resistor R2 dan R3, diperoleh hambatan
totalnya sebesar 316,7 Ω, kuat arus 9,37 × 10-3 A, dan dayanya sebesar 2,81 × 10-2
watt. Untuk percobaan keempat menggunakan resistor R1,R2, dan R3, diperoleh
hambatan totalnya 335,8 Ω, kuat arus 8,86 × 10-3 A, dan dayanya sebesar 2,65 ×
10-2 watt. Dari percobaan pada rangkaian seri dapat diketahui bahwa besarnya
hambatan total berbanding terbalik dengan besarnya kuat arus dan daya. Semakin
besar nilai hambatannya maka akan semakin kecil nilai kuat arus dan dayanya.
Pada percobaan rangkaian paralel resistor yang digunakan sama dengan
percobaan pada rangkaian seri yaitu R1=19,1Ω; R2= 219 Ω; R3= 97,5 Ω dengan
tegangan yang sama yaitu 3 volt. Percobaan dilakukan sebanyak 4 kali. Untuk
percobaan pertama menggunakan resistor R1,R2, dan R3. Dengan melakukan
perhitungan secara manual diperoleh hambatan totalnya sebesar 15,105Ω,
kemudian dihubungkan dengan power supply DC yang telah diatur tegangannya
sebesar 3 volt, sehingga diperoleh kuat arusnya 149 × 10-3 A, dengan
menggunakan rumus P=V.I diperoleh dayanya sebesar 44,7 × 10-2 watt. Untuk
percobaan kedua menggunakan resistor R1 dan R3. Dengan prosedur yang sama
diperoleh hambatan totalnya 16,07 Ω, kuat arus 144,1 × 10-3 A, dan dayanya
sebesar 43,23 × 10-2 watt. Untuk percobaan ketiga menggunakan resistor R1 dan
R2 diperoleh hambatan totalnya 18,05 Ω, kuat arus 134,5 × 10-3 A, dan dayanya
sebesar 40,35 × 10-2 watt. Untuk percobaan keempat menggunakan resistor R2 dan
R3 diperoleh hambatan totalnya 68,02 Ω, kuat arus 41,3 × 10-3 A, dan dayanya
sebesar 12,39 × 10-2 watt. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa besarnya hambatan total berbanding terbalik dengan besarnya kuat arus
dan daya.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan antara rangkaian seri dan
paralel dapat diketahui bahwa kuat arus yang dihasilkan pada rangkaian paralel
lebih besar dibandingkan pada rangkaian seri. Hal ini disebabkan karena
rangkaian seri adalah rangkaian yang membagi arus pada setiap komponennya
sehingga berpengaruh terhadap besarnya daya, dimana daya yang dihasilkan pada
rangkaian seri lebih kecil dibandingkan pada rangkaian paralel. Dapat juga
disebabkan karena hambatan pada rangkaian paralel lebih kecil dibandingkan
pada rangkaian seri sehingga dapat dikatakan hubungan kuat arus dan hambatan
antar rangkaian berbanding terbalik.

Grafik Hubungan Antara Tegangan Listrik


(V) dengan Kuat Arus (I) Pada Rangkaian
Seri
12

10
Tegangan Listrik (V)

6
rangkaian seri
4

0
0,31 0,26 0,37 0,50 0,62
Kuat Arus (I)

Grafik 5.1 Hubungan Antara Tegangan Listrik Dan Kuat Arus Listrik
Dari grafik 5.1 dapat dilihat perbandingan antara hambatan dan kuat arus
antara rangkaian seri dan paralel. Dari grafik dapat dilihat bahwa kuat arus pada
rangkaian seri lebih kecil dibandingkan pada rangkaian paralel. Hal ini disebabkan
karena rangkaian seri adalah rangkaian yang membagi arus pada setiap
komponennya dengan searah sedangkan paralel dengan bercabang. Dari grafik
diatas dapat diketahui bahwa hambatan dengan kuat arus berbanding terbalik,
dimana semakin besar hambatan maka akan semakin kecil kuat arus dan
sebaliknya, semakin kecil hambatan maka akan semakin besar kuat arusnya.
Grafik Hubungan Antara Tegangan
Listrik(v) Dengan Daya Listrik (P) pada
Rangkaian Seri
12
Tegangan listrik (V)

10
8
6
4 rangkaian seri
2
0
0,60 1,01 2,18 3,98 6,13
Daya Listrik (P)

Grafik 5.2 Hubungan Antara Daya Dengan tegangan listrik


Dari grafik 5.2 dapat dilihat perbandingan antara daya dengan kuat arus
antara rangkaian seri dan paralel. Dari grafik dapat diketahui bahwa daya dan kuat
arus pada rangkaian paralel lebih besar dibandingkan pada rangkaian seri, hal ini
disebabkan karena pada rangkaian paralel resistor disusun secara bercabang.
Contohnya pada percobaan daya listrik pada rangkaian paralel lebih besar karena
menggunakan banyak kabel, sedangkan rangkaian seri lebih menghemat kabel dan
menghasilkan sedikit daya. Dari grafik dapat diketahui bahwa kuat arus dan daya
berbanding lurus dimana semakin besar kuat arus maka akan semakin besar
dayanya begitu pula sebaliknya.
Grafik Hubungan Tegangan Listrik (V)
Dengan Hambatan (R) Pada
Rangkaian Paralel
12
10
tegangan listrik (V)

8
6
4 rangkaian paralel

2
0
0,17 0,25 0,37 0,50 0,62
Hambatan (R)

Grafik Hubungan Antara Tegangan


Listrik (V) Dengan Daya Listrik (P)
Pada Rangkaian Paralel
12

10
Tegangan Llisrtik (V)

6
rangkaian paralel
4

0
0,33 0,99 2,18 3,99 6,12
Daya Listrik (P)
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Kuat arus yang dihasilkan pada rangkaian paralel lebih besar dibandingkan
pada rangakaian seri.
2. Nilai dari hambatan berpengaruh pada nilai daya suatu arus yang ada.
3. Semakin tinggi tegangan yang diberikan maka semakin tinggi nilai daya
dan kuat arus yang dihasilkan.
4. Pada rangkaian seri daya yang diperoleh pada percobaan pertama adalah
0,60 watt, selanjutnya 1,01 watt, 2,18 watt, 3,98 watt dan 6,13 watt.
5. Pada rangkaian paralel daya yang diperoleh pada percobaan pertama
adalah 0,33 watt, selanjutnya 0,99 watt, 2,18 watt, 3,99 watt dan 6,12 watt.

5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya agar lebih teliti lagi dalam
pemilihan resistor dan dalam mengatur tegangan yang diinginkan sehingga tidak
terjadi kesalahan pada hasil yang diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai