Anda di halaman 1dari 7

BAB 4

Survey pendahuluan

A. Pengertian Survey Pendahuluan


Survey pendahuluan (preliminary survey) merupakan proses yang bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai risiko dari suatu unit yang akan
diperiksa. Survey pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai objek yang
diteliti tanpa melakukan verifikasi secara rinci. Tujuan dari survey pendahuluan ini untuk
lebih memahami aktivitas auditee, mengidentifikasi area/bidang yang memerlukan penekanan
khusus dalam audit, memperoleh informasi awal sebagai bahan untuk melakukan pekerjaan
lapangan, dan menetukan apakah perlu melakukan audit lebih lanjut. Dengan kata lain, survey
pendahuluan berguna untuk memahami lebih baik mengenai tujuan, proses, risiko, dan
pengendalian dari bagian/fungsi yang diaudit.
Survey pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis karyawan
dan system, namun bias juga menjadi sebuah pencarian yang tidak beraturan. Auditor internal
harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survey pendahuluan bias
produktif.

B. Langkah Survey Pendahuluan


Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh auditor untuk melakukan survey pendahuluan
adalah sebagai berikut :
1. Melakukan studi awal
Studi awal yang dilakukan auditor mencakup penelaahan atas kertas kerja tahun
sebelumnya, temuan audit, bagan organisasi, dan dokumen lain yang akan membantu
untuk lebih memahami subjek audit. Studi awal dilakukan dikantor pusat, meskipun
banyak auditor internal saat ini dapat mengakses informasi secara elektronik dari
lokasi yang jauh. Kertas kerja penugasan sebelumnya dapat menunjukan pendekatan
yang dilakukan auditor lain atas penugasan tersebut, meskipun pendekatan ini
mungkin tidak layak atau tidak diinginkan untuk audit tahun ini
2. Pendokumentasian (Documenting)
Beberapa hal yang dilakukan pada saat pendokumentasian adalah :
a. Pembuatan Daftar Pengingat
Daftar pengingat dirancang untuk membantu auditor mengorganisasikan
kertas kerja mereka dan membuat tahap audit selanjutkan lebih sederhana
untuk dikerjakan.
b. Daftar Isi Awal
Daftar isi sebaiknya disiapkan di bagian pertama kertas kerja sebelum tahap
perencanaan audit. Daftar isi akan memaksa auditor untuk mendaftar
masalah yang harus ditangani seiring dengan kemajuan penugasan dan
membuat kertas kerja.
c. Pengurangan Biaya (Cost Reduction)
Manajemen mengharapkan penugasan auditor internal akan mengurangi
biaya yang dapat mempengaruhi laba perusahaan.
d. Catatan Kesan (Record of Impression)
Catatan kesan berfungsi sebagai daftar pengingat bagi auditor ketika mereka
sedang melakukan pembicaraan rahasia dengan manajer senior. Catatan kesan
dapat membantu mengidentifikasi gejala-gejala kemunduran yang
membutuhkan perhatian khusus dan membutuhkan perbaikan dalam
hubungan dengan karyawan, kondisi kerja, manajemen, dan pengawasan.
Kesan yang perlu dicatat antara lain moral karyawan, kebiasan kerja,
organisasi & penugasan staff, supervisor, hubungan dengan organisasi lain &
daerah kera.
e. Kuesioner
Kuesioner dapat membantu auditor dalam tugas, karena penugasan audit
lebih baik dilakukan oleh orang-orang yang sangat berkualifikasi untuk
menyelesaikan dengan cepat. Kuesioner dapat memberi peluang bagi
karyawan untuk memahami diri sendiri karena berfungsi sebagai lembar
evaluasi diri yang efektif.
3. Bertemu Klien
Pertemuan auditor internal dengan manajer klien memberi peluang bagi auditor
untuk menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan. Pertemuan awal
cenderung akan menuntun arah audit, salah satunya kemungkinan kerja sama. Auditor
internal harus terbuka mengenai tujuan audit. Auditor internal harus mempunyai
keahlian dalam berhubungan dengan orang dan bekomunikasi secara efektif . Penting
bagi auditor untuk memiliki keahlian dalam komunikasi lisan maupun tulisan sehingga
dapat menyampaikan tujuan audit, evaluasi, kesimpulan, dan rekomendasi secara jelas
dan efektif.
Wawancara merupakan salah satu upaya yang dapat menunjang keberhasilan
audit. Wawancara yang sukses didasarkan pada penerapan seksama enam langkah
penting yaitu persiapan, penjadwalan, pembukaan, pelaksanaan, penutupan, dan
pencatatan.

4. Mengumpulkan Bahan Bukti


Informasi penting dapat diklasifikasikan ke dalam empat fungsi dasar manajemen
yaitu :
a. Perencanaan (Planning)
 Tentukan tujuan dan aktivitas organisasi, baik jangka panjang maupun jangka
pendek.
 Dapatkan salinan kebijakan, arahan, dan prosedur.
 Dapatkan salinan anggaran.
 Tentukan proyek atau studi khusus yang tengah berlangsung.
 Tentukan apakah rencana masa dating telah dibuat.
 Tanyakan jika ada ide perbaikan yang belum direalisasikan.
 Tentukan cara menetapkan sasaran dan siapa yang menetapkan atau yang
membantu menetapkannya.
b. Pengorganisasian
 Dapatkan salinan bagan organisasi.
 Dapatkan salinan deskripsi jabatan.
 Tanyakan hubungan dengan organisasi lain.
 Telaah tata letak fisikm catatan peralatan, serta lokasi dan kondisi aktiva.
 Tentukan perubahan organisasional apa yang akan dilakukan akhir-akhir ini
atau sejak audit terakhir.
 Dapatkan informasi mengenai ototritas yang didelegasikan dan tanggung
jawab yang diemban.
 Dapatkan informasi mengenai lokasi, sifat, dan ukuran kantor cabang.
c. Pengarahan
 Dapatkan salinan intruksi operasional bagi karyawan.
 Tanyakan kepada karyawan apakah instruksi sudah cukup jelas dan bisa
dipahami.
 Tentukan apakah rentang manajemen dan pengawasan memungkinkan arah
kerja yang memadai.
 Tentukan apakah kewenangan sama dengan tanggung jawab.
 Pada badan pemerintah, tentukan masalah penting yang akan menarik minat
legislatif atau public.
 Identifikasi hambatan bagi kemampuan organisasi untuk melaksanakan tugas
yang diembannya.
d. Kontrol
 Dapatkan salinan standart dan pedoman kerja tertulis.
 Telaah system dan alur kerja.
 Telaah data finansial historis, kenali trennya.
 Telaah operasi finansial.
 Identifikasi aktivitas atau prosedur khusus yang akan digambarkan dengan
bagan alir.
5. Pengamatan (Observing)
Pengamatan (observing) akan terus dilakukan selama survey pendahuluan dilakukan.
Manfaat dari pengamatan (observing) adalah sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan, sasaran, dan standart.
Mendapatkan gambaran tujuan aktivitas yang tepat dan kesesuaian misinya
dengan sasaran strategis perusahaan merupakan cerminan professionalism auditor
internal. Jika tujuan tidak dipahami dengan baik maka audit akan kehilangan
manfaatnya.
Auditor internal harus dapat mengetahui sarsan aktivitas yang akan mereka
periksa sebelum melakukan apa yang tertera di program audit dan melakukan
pekerjaan lapangan. Untuk hasil program, sasaran biasanya mencerminkan apa yang
ingin dicapai pihak berwenang seperti legislative, dewan komisaris, dan direktur
utama. Auditor internal yang tidak melalaporakan pencapaian tujuan dan sasaran
tidak layak disebut audit berorientasi manajemen yang efektif (effective
management oriented audit).
Auditor tidak memiliki kewenangan atau tanggung jawab untuk menetapkan
tujuan, sasaran, atau standart untuk karyawan professional. Pedoman audit
menyarankan bahwa pekerjaan auditor internal harus melibatkan pengidentifikasian
sasaran dan standart dan mengupayakan agar bisa diterima tetapi tidak memaksa. Jika
klien menyetujuinya, maka sasaran dan standart tersebut milik klien. Manajer
memiliki tanggung jawab utnuk menetapkan sasaran dan standart untuk mereka
sendiri dan karyawannya.
Saat melakukan survey, auditor internal akan senantiasa mengingat dengan
tepat tujuan, sasaran, dan standart yang seharusnya atau sedang diupayakan untuk
dimiliki organisasi klien. Auditr harus mencoba untuk menetukan apakah :
 Pernyataan formal tentang tujuan telah disiapkan untuk klien.
 Tujuan tersebut sesuai dengan rencana strategis dari organisasi suatu
rancangan besar perusahaan.
 Orang yang akan dibatasi oleh tujuan, sasaran, dan standart berpartisipasi
dalam penetapannya.
 Tujuan diketahui oleh semua pihak yang akan berpartisipasi dalam
pencapaiannya.
 Tujuan tersebut secara realistis mempertimbangkan sumber daya bagi
aktivitas.
 Tujuan tersebut menuntun aktivitas dalam menghadapi kendala dan
kendali eksternal.
 Sasaran dan standart yang ditetapkan akan memotivasi orang untuk
mencapai lebih dari apa yang bisa mereka capai
 Laporan formal dan periodic disiapkan untuk menunjukan tingkat
pencapaian tujuan dan terpenuhinya sasaran dan standart.
 Tujuan, sasaran, dan standart secara periodic dievaluasi ulang dan
didefinisikan ulang.

Kontrol-Kontrol untuk Mencapai Tujuan


Jika tujuan, sasaran, dan standart telah teridentifikasi dan disepakati maka langkah
selanjutnya adalah menentukan control apa yang seharusnya diterapkan untuk memastikan
bahwa hasil-hasil yang diinginkan akan dicapai. Auditor internal dihadapkan pada sejumlah
control potensial ketika mereka melakukan survey pendahuluan kebijakan organisasi atau
agensi, prosedur, manual, instruksi khusus, laporan daftar, registrasi formulir, pembagian
tugas, system persetujuan, pengawasan, dan lainnya. Terkadang apabila mencoba untuk
menyerap literature mengenai sejumlah control sering kali membuang waktu, karena
membaca relevansinya dengan masalah tertentu semua control ini kelihatan tidak berkaitan
dengan kenyataan.
C. Mengevaluasi resiko

Auditor Internal harus mendapatkan bukti yang cukup dan tepat untuk
menentukan bahwa tujuan kunci dari proses manajemen risiko telah tercapai dalam
memberikan opini atas kecukupan proses manajemen risiko. Dalam mengumpulkan
bukti-bukti tersebut, auditor internal mungkin mempertimbangkan prosedur audit
berikut ini:

 Melakukan riset dan review perkembangan, tren, dan informasi industri terkini
terkait dengan usaha yang dilakukan oleh organisasi, serta sumber informasi
lain yang sesuai untuk menentukan risiko dan eksposur yang dapat
mempengaruhi organisasi beserta prosedur pengendalian yang relevan.
 Mereview kebijakan perusahaan dan risalah rapat Dewan untuk menentukan
strategi bisnis organisasi, filosofi dan metodologi manajemen risiko, selera
risiko, serta penerimaan risiko.
 Mereview laporan evaluasi risiko sebelumnya yang dikeluarkan oleh
manajemen, auditor internal, auditor eksternal, dan/atau sumber lain.
 Melakukan wawancara dengan manajemen lini dan manajemen senior untuk
menentukan tujuan unit bisnis, risiko yang terkait, serta mitigasi risiko dan
aktivitas pemantauan pengendalian manajemen.
 Menyerap informasi untuk kemudian secara independen mengevaluasi
efektivitas mitigasi risiko, pemantauan, dan komunikasi risiko beserta kegiatan
pengendalian terkait.
 Menilai ketepatan garis pelaporan untuk aktivitas pemantauan risiko.
 Mereview kecukupan dan ketepatan waktu pelaporan hasil manajemen risiko.
 Review kelengkapan analisis risiko yang dilakukan manajemen serta tindakan
yang diambil untuk mengatasi isu yang diangkat oleh proses manajemen
risiko, dan menyarankan perbaikan.
 Menentukan efektivitas proses self-assessment yang dilakukan manajemen
melalui pengamatan, tes langsung atas prosedur pengendalian dan
pemantauan, pengujian keakuratan informasi yang digunakan dalam aktivitas
pemantauan, serta teknik lainnya yang sesuai.
 Mereview isu terkait risiko yang mungkin menunjukkan kelemahan dalam
praktik manajemen risiko dan, jika perlu, diskusikan dengan manajemen
senior dan Dewan. Jika auditor yakin bahwa manajemen telah menerima
tingkat risiko yang tidak sesuai (atau yang dianggap tidak bisa diterima)
dengan strategi dan kebijakan manajemen risiko organisasi, auditor harus
mengacu pada standar 2600 dan pedoman audit internal lain terkait.
D. Risiko Audit (AuditRisk)

Bukankah hampir semua yang dilakukan oleh seseorang itu memiliki risiko, begitu
juga dengan proses audit yang dilakukan oleh auditor, tentu saja memiliki risiko
tersendiri. Untuk menjelaskan apa sih risiko audit ini ? Kita sebaiknya melihat dahulu
apa tujuan auditor melakukan proses audit, bukankah tujuan auditor melakukan proses
audit adalah untuk menyatakan pendapatnya secara tepat atas laporan keuangan klien
yang diaudit yang mengandung salah saji material, sesuai dengan keyakinan yang
memadai yang dimiliki oleh auditor, jika tujuan audit seperti diatas, mungkin kita
dapat mengatakan bahwa risiko audit adalah risiko kemungkinan auditor dalam
menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien yang mengandung salah saji
material tanpa sengaja telah gagal dilakukan dengan tepat.

1. Risiko Bawaan
Mungkin beberapa hal didalam laporan keuangan rentan untuk salah saji
material, seperti halnya kas yang mungkin rentan untuk salah saji material karena
mudahnya kas untuk disalahgunakan. Berkaitan dengan risiko, kerentanan salah saji
material suatu asersi itulah yang dimaksud dengan risiko bawaan, bisa kita sebut
risiko bawaan merupakan risiko yang melekat pada suatu akun.
2. Risiko Pengendalian
Pengendalian berkaitan dengan sistem pengendalian internal suatu entitas,
tujuan adanya sistem pengendalian internal adalah untuk mencegah salah saji
material yang mungkin terjadi dalam suatu asersi dengan tepat waktu, jika
pengendalian internal bertujuan untuk itu, maka yang dimaksud dengan risiko
pengendalian adalah risiko terjadi kegagalan pengendalian internal yang tidak bisa
mencegah salah saji material yang mungkin terjadi di suatu asersi dengan tepat waktu.
Ingat bahwa risiko pengendalian melibatkan sistem pengendalian internal suatu
entitas, ketika sistem pengendalian internal suatu entitas itu baik (efektif) maka risiko
pengendalian akan rendah, sebaliknya jika sistem pengendalian suatu entitas tersebut
tidak bagus atau jelek (tidak efektif) maka risiko pengendalian akan tinggi.

3. Risiko Deteksi
Ketika seorang auditor melakukan audit terhadap suatu asersi pun terdapat
risiko tersendiri, auditor melakukan audit terhadap suatu asersi tersebut untuk
mendeteksi salah saji material yang terjadi terhadap asersi tersebut, maka yang
dimaksud dengan risiko deteksi adalah risiko auditor tidak dapat mendeteksinya.
Risiko deteksi terbagi menjadi dua, yaitu risiko prosedur analitis dan risiko pengujian
terinci.

a) Pembuatan Bagan Alir


Bagan alir memotret suatu proses. Bagan alir dapat menjadi alat yang
berguna bagi auditor karena dapat menggambarkan system dan merupakan sarana
untuk menganalisis operasi yang kompleks. Pembuatan bagan alir yang formal
seharusnya distandarisasikan dengan departemen audit. Semua auditor harus
menggunakan bentuk yang sama dan mengikuti instruksi dasar yang sama. Biasanya
akan sangat membantu bila bagan alir dikoordinasikan dengan auditor eksternal
ataupun auditor independen. Analisis yang tidak selalu bisa dicapai dangan narasi
yang rinci. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua bagan alir terperinci,
formal, dan ekstensif.
b) Pelaporan
Survei yang dilakuakn biasanya menghasilkan sejumlah informasi yang
bermanfaat. Data yang dikumpulkan dapat mengidentifikasi masalah yang dapat
membantu auditor untuk memutuskan apakah pemeriksaan lebih lanjut diperlukan.
Selama penelaahan hasil survey dengan manajemen, pelaporan temuan positif dan
negative bisa jadi kondusif bagi hubungan auditor dan klien.

Jika survey memberikan keyakinan adanya system, control, pengawasan dan manajemen
yang baik, maka bisa menjadi dasar keputusan tidak dilakukannya audit. Sumber daya audit
biasanya langka dan kebanyakan organisasi audit internal memiliki lebih banyak proyek audit
dibandingkan auditor yang akan melakukannya.
Kebanyakan auditor internal merasa perlu menerbitkan laporan audit walaupun hanya
survey yang dilakukan. Dengan informasi yang dikumpulkan selama survey, mungkin laporan
berharga bisa disiapkan. Namuan akan menjadi lebih bijak untuk secara hati-hati menguraikan
lingkup audit yang terbatas, dengan berkonsentrasi pada kecukupan, bukan pada efektivitas
control dan menunjukan dasar keputusan untuk terus melakukan audit.

Dalam situasi program audit akan disiapkan dan pekerjaan lapangan akan dilakukan yang
mungkin berguna untuk membuat ringkasan hasil survey dan melaporkannya secara informal
ke manajemen. Kadang informasi yang mencukupi akan diperoleh selama survey untuk
merekomendasikan perbaikan bahkan sebelum pengujian substantive dilakukan. Selama
penelahaan hasil survey dengan manajemen, pelaporan temuan positif dan jadi kondusif bagi
hubungan auditor dan klien. Jika hasil survey kemudian membutuhkan audit, ringkasan audit
seharusnya mencakup langkah-langkah audit yang disarankan dan rasional bagi mereka.
Auditor juga harus mengidentifikasi aktivitas yang tidak akan diaudit dan menjelaskan
alasannya. Estimasi awal untuk waktu dan kebutuhan sumber daya harus dilakukan, bersama
dengan target tanggal pekerjaan lapangan dan fase pelaporan audit.

2.3 Membuat Anggaran Survey


Memperkirakan waktu yang dibutuhkan auditor merupakan factor kunci dalam survey
pendahuluan. Waktu yang akan dialokasikan akan tergantung pada sejumlah factor. Makin
kenal auditor dengan aktivitas yang ada, maka makin sedikit waktu yang diperlukan untuk
melakukan survey. Jika audit bersifat rotasional dan kertas kerja memberikan gambaran yang
jelas mengenal tujuan, sasaran, standart, dan control operasi, bersama dengan bagan alir,
bagan organisasi, dan dokumen lainnya, yang dibutuhkan untuk memperbarui informasi
tersebut.
Perubahan signifikan dalam tujuan, prosedur, system operasi, otomatisasi, organisasi,
manajemen dan pegawai juga akan mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk mengenal
dan mengidentifikasi masalah. Semua factor harus dipertimbangkan dalam membuat
anggaran survey. Tidak ada jaminan bahwa baik orang atau tingkah laku mereka akan tetap
sama dari tahun ke tahun.
Tidak ada alasan untuk menggali verifikasi pekerjaan setiap operasi tanpa survey
pendahuluan, bahkan jika hanya menanyakan perubahan apa yang telah terjadi sejak audit
terakhir. Tidak ada standart untuk anggaran survey pendahuluan. Berdasarkan survey
informasi dari praktisi, estimasi wajar mungkin 10 persen hingga 20 persen dari total
anggaran untuk proyek audit.

Kesimpulan
Survey pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis karyawan
dan system, namun bisa juga menjadi sebuah pencarian yang tidak beraturan. Auditor internal
harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survey pendahuluan bisa
produktif. Keberhasilan dan kegagalan audit sangat tergantung pada survey. Semakin auditor
mengenal lebih jauh aktivitas maka akan semakin cepat waktu yang diperlukan untuk survey
pendahuluan.
Survey pendahuluan merupakan sarana penting untuk membuat auditor lebih
memahami tujuan, proses, risiko, dan control yang terkait dengan audit. Auditor internal
sebaiknya melakukan survey dalam tujuh langkah dasar yaitu melakukan studi awal,
mendokumentasikan, bertemu klien, mendapatkan informasi, mengamati, membuat bagan
alir, dan melaporkan.

Anda mungkin juga menyukai