Anda di halaman 1dari 3

Koreksi Refraksi

Penentuan koreksi refraktif seorang pasien dapat diperolehdengan cara


objektif atau subjektif dan paling baik dicapai melalui kombinasi kedua metode
tersebut.

Refraksi Objektif
Refraksi objektif dilakukan dengan retinoskopi. Seberkas cahaya, yang
dikenal sebagai intercept, diproyeksikan ke mata pasien untuk menghasilkan pantulan
berbentuk sama, refleks retinoskopik di pupil (Gambar 20-24). Kesejajaran antara
intercept dan refleks retinoskopik menandakan hanya ada kelainan sferis, atau
terdapat kelainan silindris tambahan dengan intercept yang bersesuaian dengan salah
satu meridian utama. Rotasi berkas yang diproyeksikan tersebut akan menentukan
mana di antara kelainan tersebut yang terjadi dan letak meridian utama lainnya pada
kasus kelainan silindris.
Intercept kemudian disapukan melintasi pupil pasien, dan efeknya pada refleki
retinoskopik dicatat (Gambar 20-25). Bila efek tersebut bergerak dalam arah yang
sama (mengikuti gerakan), ditempatkan lensa plus di depan mata pasien; dan bila
bergerak dalam arah yang berlawanan (melawan gerakan), ditambahkan lensa minus
sampai refleks pupil mengisi seluruh lubang pupil dan tidak lagi terdeteksi adanya
gerakan (titik netralisasi). Bila titik netralisasi telah tercapai, kelainan refraksi pasien
telah terkoreksi dengan suatu koreksi tambahan yang berkaitan dengan jarak antara
pasien dan pemeriksa (jarak kerja). Daya sferis, yang setara dengan kebalikan dari
jarak kerja (diukur dalam meter), dikurangi untuk mengompensasi koreksi tambahan
ini dan diperoleh koreksi refraktif pasien. jarak kerja biasanya 2/3 m, dan dengan
demikian koreksi yang harus dikurangi untuk jarak kerja biasanva 1,5 D.
Tersedia refraktor otomatis yang dapat dengan cepat menentukan refraksi
objektif, tetapi alat ini kurang bermanfaat pada anak atau orang dewasa dengan
penyakit segmen anterior yang cukup berat.
Refraksi Subjektif
Pada pasien yang kooperatif, refraksi subjektif memberikan hasil yang lebih
akurat dibandingkan refraksi objektif. Cara ini bergantung pada respons pasien
terhadap perubahan kekuatan dan orientasi lensa, menggunakan refraksi objektif atau
koreksi refraktif yang digunakan pasien saat itu sebagai titik awal. Koreksi sferis
diperiksa melalui perubahan-perubahan kecil, mula-mula dengan meningkatkan
kekuatan plus untuk mengatasi setiap usaha akomodasi sampai didapatkan bayangan
yang paling jelas. Uji duokrom dengan huruf-huruf hitam di atas latar belakang
merah dan hijau menggunakan aberasi kromatik normal mata untuk memperhalus
koreksi sferis. Bila huruf-huruf hitam pada dua belahan tabel tampak sama jelasnya,
titik akhir telah dicapai.
Silinder silang (cross cylinder) terdiri dari dua lensa planosilindris
berkekuatan sama dengan tanda berlawanan yang diposisikan tumpang tindih
sedemikian rupa sehingga sumbu-sumbu kekuatan refraksinya terletak tegak lurus
satu sama lain. Ini sebanding dengan Iensa sferosilindris yang kekuatan silindrisnya
dua kali kekuatan sferisnya dan memiliki tanda yang berlawanan. Silinder silang
memungkinkan dilakukannya perubahan perubahan kecil terhadap sumbu dan
kekuatan koreksi silindris dengan cepat.

Refraksi Sikloplegik
Dalam penentuan koreksi refrakti{ hiperopia secara total, baik dalam penatalaksanaan
esotropia anak atau penilaian kelelahan mata pada hiperopia dewasa, keberadaan
akomodasi perlu diatasi. Pada orang dewasa" hal ini biasanya dicapai dengan teknik
pengabuta (fogging) yang menggunakan lensa-lensa plus untuk mengatasi usaha
akomodasi. Jika tidak-dan selalu pada anak-akomodasi harus diistirahatkan dengan
pemberian obat sikloplegik. Cyclopentolate 1%, 1 tetes diberikan dua kali 30 menit
sebelum refraksi, mungkin sudah cukup, tetapi pada anakanak beriris hitam dan pada
penilaian awal esotropia akomodatif mungkin diperlukan salep atropine 0,5% atau
1%, diberikan dua kali sehari selama 3 hari. Orangtua harus diberitahu mengenai
gejala-gejala toksisitas atropin (demam, wajah kemerahan, dan peningkatan denyut
nadi) dan perlunya penghentian pengobatan dengan segera, pendinginan dengan
mandi, dan pada kasus yang parah membawa anak segera berobat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Ashbury T, Eva PR. General ophthalmology 17 thed. 2007.
USA: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai