Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir

Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

PERHITUNGAN REAKTIVITAS DESAIN TERAS MOLTEN SALT FAST BREEDER


REACTOR (MS-FBR)

Fitri Wulandari, Andang Widi Harto , Alexander Agung


Program Studi Teknik Nuklir, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik UGM

ABSTRAK

PERHITUNGAN REAKTIVITAS DESAIN TERAS MOLTEN SALT FAST BREEDER


REACTOR (MS-FBR). Telah dilakukan analisis netronik teras Molten Salt Fast Bredeer Reaktor
berbahan bakar leburan garam 7LiF-ThF4-PuF4 (Th232-Pu239-Pu240-Pu241-Pu242) dan dengan
pendingin 7LiF-BeF2 yang juga berfungsi sebagai secondary salt. Analisis dilakukan dengan
menggunakan paket program SRAC2003 untuk perhitungan neutronik teras. Parameter yang
diperhitungkan adalah koefisien reaktivitas teras (suhu dan void bahan bakar) dan koefisien
reaktivitas void pendingin. Molten Salt Fast Bredeer Reactor dengan spesifikasi daya elektrik
1000 MWe dengan spesifikasi reaktor berbahan bakar leburan garam 7LiF-ThF4-PuF4 (Th232-
Pu239-Pu240-Pu241-Pu242), pendingin leburan garam 7LiF-BeF2 (secondary salt), reflektor grafit
dengan teras silinder tinggi aktif 2,5m jari-jari teras 2,5m, suhu operasi normal rata-rata 1373
K(1100°C), dengan burn up 220.000 MWd/Ton. Hasil analisa diperoleh bahwa koefisien
reaktivitas suhu bahan bakar rata-rata α TF adalah pada BOL -3.12505 x 10-5 /K dan -8.82456
x 10-6 /K pada EOL. Dari hasil terlihat bahwa koefisien reaktivitas suhu bahan bakar rata-rata
dan reaktivitas void pendingin rata-rata menunjukkan nilai negatif akan tetapi untuk koefisien
reaktivitas void bahan bakar menunjukkan nilai yang positif terutama pada BOL, sehingga
dikoreksi dengan penambahan boron pada secondary salt untuk memberikan nilai yang negatif
pada koefisien reaktivitas void bahan bakar.

Kata kunci: Molten Salt Fast Breeder Reactor, 7LiF-ThF4-PuF4, 7LiF-BeF2, koefisien
reaktivitas suhu bahan bakar, koefisien reaktivitas void pendingin, BOL, EOL.

ABSTRACT
REACTIVITY CALCULATION OF CORE DESIGN OF MOLTEN SALT FAST BREEDER
REACTOR (MS-FBR). A preliminary study about Molten Salt Fast Breeder Reactor with 7LiF-
ThF4-PuF4 (Th232-Pu239-Pu240-Pu241-Pu242) fuel and 7LiF-BeF2 (secondary salt) coolant has been
performed. This study is done by using SRAC2003 computer code. This study focuses on core
reactivity coefficient (fuel temperature and void), and void reactivity coefficient of coolant 7LiF-
BeF2. Specification of Molten Salt Fast Breeder Reactor 1000 MWe in power, 7LiF-ThF4-PuF4
(Th232-Pu239-Pu240-Pu241-Pu242) fuel, 7LiF-BeF2 (secondary salt) coolant, graphite reflector,
cylinder core, effective heigth 2,5m, core radius 2,5m, average normal operation temperature
1373 K(1100°C), burn up 220.000 MWd/Ton. The value of α TF
-5
is -3.12505 x 10 /K and -
8.82456 x 10-6 /K at EOL. The value of α TF and α CV are negative value but the value of
α VF is positive at BOL. The α VF is corrected by added the boron to secondary salt to get the
F
negative value of α V .

Keywords : Molten Salt Fast Breeder Reactor, 7LiF-ThF4-PuF4, 7LiF-BeF2, core reactivity
coefficient, void reactivity coefficient, BOL, EOL

PENDAHULUAN

Penelitian mengenai MSR dikembangkan pertama kali tahun 1954 di Amerika Serikat
melalui program Aircraft Reactor Experiment, namun program ini tidak ada realisasinya.

Fitri Wulandari dkk., Fakultas Teknik-UGM 432


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

Kemudian dilanjutkan MSR Experiment (MSRE) yang berfungsi sebagai reaktor pembiak,
namun hal ini tidak berlangsung lama. Kemudian baru pada awal abad 21, Generation IV
International Forum memilih Molten Salt sebagai salah satu dari 6 reaktor maju yang siap
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dunia di masa depan. Oleh karena itu penelitian
lebih lanjut tentang MSR dengan berbagai variasi desain, terutama campuran bahan bakar dan
geometris teras mutlak diperlukan sebagai referensi dan pengayaan atas penelitian-penelitian
berikutnya.
Desain MSR bermoderator tipe blok, sebelumnya disusun untuk memenuhi salah satu
dari kebutuhan akan energi atau produksi material fisil bahan bakar (breeding). Pada desain
MSR bermoderator grafit tipe blok untuk memenuhi kebutuhan energi, biasa digunakan
campuran leburan garam NaF-ZrF4-UF4 yang hanya memiliki kemampuan breeding rendah,
sebaliknya untuk memenuhi kebutuhan breeding digunakan campuran leburan garam UF4-
ThF4-7LiF-BeF2 dimana tidak memiliki suhu keluaran pendingin sebesar jika menggunakan
leburan garam NaF-ZrF4-UF4. Hal ini tidak sesuai dengan karakteristik MSR yang diinginkan
sebagai reaktor maju dimana seharusnya mampu memenuhi kebutuhan sebagai reaktor
bersuhu tinggi (produksi hidrogen) dan hemat bahan bakar (breeding ratio tinggi). Optimasi
seharusnya bisa dilakukan apabila dilakukan variasi fraksi mol leburan garam. Leburan garam
UF4-ThF4-7LiF-BeF2 dipilih karena sudah memiliki nilai breeding ratio tinggi, sehingga jika
material fisil dan material fertil uranium divariasikan secara tepat, dalam batasan non proliferasi
tentunya, maka pembangkitan panas dari reaksi fisi bisa dinaikkan sehingga kemampuan MSR
sebagai breeder dan pembangkit listrik efektif bisa terakomodir dengan baik. Lagipula diduga
kuat bahwa Indonesia memiliki bahan tambang uranium dan thorium, sehingga kita bisa
memanfaatkannya secara maksimal.
Penelitian ini selain melakukan variasi fraksi mol bahan bakar leburan garam, juga
melakukan variasi bentuk teras. Dua parameter, variasi bahan bakar dan geometri teras, akan
digabungkan untuk mencari desain neutronik MSR yang memenuhi sasaran sebagai reaktor
maju yang efisien, bekerja dalam suhu tinggi, hemat bahan bakar, dan tentunya memiliki tingkat
keamanan tinggi.
Studi ini bertujuan untuk mendapatkan konfigurasi teras yang aman untuk operasi
Molten Salt Fast Breeder Reactor (MSFBR).
Untuk studi ini secara umum, dibatasi pada studi analisis neutronik pada teras reaktor.
Sedangkan parameter yang akan dihitung adalah koefisien reaktivitas teras (suhu dan void
bahan bakar) dan koefisien reaktivitas void pendingin.
Penelitian dilakukan dengan menyelesaikan perhitungan proses transport dan interaksi
neutron dilakukan pada tingkat sel dengan paket program SRAC [1].
Pada paket program SRAC, terdapat sub program PIJ yang melakukan perhitungan
parameter-parameter sel dengan menyelesaikan persamaan transport Boltzmann untuk neutron
dengan metoda CPM (Collision Probability Method).

Fitri Wulandari dkk., Fakultas Teknik-UGM 433


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

Pada SRAC, sistem yang diperhitungkan dibagi menjadi beberapa daerah. Setiap
daerah diasumsikan memiliki karakteristik nuklir yang homogen, tetapi daerah yang berbeda
belum tentu memiliki komposisi material yang berbeda pula. Daerah-daerah inilah yang menjadi
variabel ruang dalam collision probability method (CPM).
Secara umum, terdapat dua langkah utama yang dilakukan oleh SRAC. Pada langkah
pertama dilakukan penghitungan spektrum multigrup sel dasar dari sebuah teras untuk
mendapatkan tampang lintang grup colapsed dan terhomogenisasi. Sedangkan langkah kedua
merupakan perhitungan tingkat teras penuh dengan menggunakan tampang lintang beberapa
grup yang diberikan oleh penghitungan sel (langkah 1) untuk menghasilkan distribusi daya.
Perhitungan neutronik tingkat sel akan mempresentasikan perhitungan neutronik teras
reaktor. Jadi, jika hasil perhitungan tingkat sel memenuhi syarat keamanan desain reaktor,
maka bisa dipastikan dalam perhitungan tingkat teras pun akan memenuhi juga.
Analisa output program SRAC difokuskan pada k (keff) yang mempresentasikan kondisi
reaktor apakah subkritis, kritis atau superkritis [2].

DASAR TEORI

Reaktivitas

Jika fluks neutron dalan sel telah dapat dihitung, maka dapat dihitung parameter-
parameter penting pada reaktor nuklir. Parameter penting pertama adalah reaktivitas (ρ).
Reaktivitas dirumuskan sebagai [3] :
k −1
ρ≅ .........................................................................................(1)
k
Sedangkan faktor perlipatan untuk sebuah medium takhingga atau sebuah unit sel
dengan batas sel reflektif adalah [3] :
k ∞ = η . f . p.ε ......................................................................................(2)

Dimana :

η=
∑ (υΣ )ϕ
F f th
(3)
∑ (Σ ) ϕ
F a th th

∑ (Σ ) ϕ
f =
F a th th
(4)
∑ (Σ ) ϕ Z a th th

p=
∑ (Σ ) ϕ z a th th
(5)
∑ (Σ )ϕ Z a

ε=
∑ (υΣ )ϕ F f

∑ (υΣ ) ϕ
(6)
F f th th

Dengan :

Fitri Wulandari dkk., Fakultas Teknik-UGM 434


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

υ = jumlah neutron yang dilepaskan

Σ f = tampang lintang fisi makroskopik

Σ a = tampang lintang serapan


makroskopik
ϕ th = fliks neutron termal lokal

ϕ = fluks lokal

Indeks Z = semua zona


Indeks F = zona bahan bakar

Koefisien Reaktivitas Suhu

Dalam reaktor cepat, suhu bahan bakar berperan penting dalam memberikan efek
umpan balik reaktivitas (feedback reactivity). Studi yang paling banyak dilakukan adalah
pengaruh suhu teras reactor terhadap faktor perlipatannya. Sering ditampilkan dalam bentuk
koefisien suhu dari reaktivitas (temperature coefficient of reactivity), yang dirumuskan sebagai
berikut [3] :

1 ∂k ∞
αT = ....................................................(7)
k ∞ ∂T
Jika persamaan 2 dimasukkan ke persamaan 7, maka akan didapatkan :

1 ∂k∞ 1 ∂η 1 ∂f 1 ∂p 1 ∂ε
= + + + .....................................................(8)
k∞ ∂T η ∂T f ∂T p ∂T ε ∂T
Sedangkan faktor multiplikasi efektif (k = keff) didefinisikan sebagai berikut :
k = k eff = k ∞ PT PF .....................................................(9)

Dalam hal ini PT dan PF masing-masing adalah peluang tidak lolos keluar medium reaktor
sebagai neutron termal dan neutron cepat.

Koefisien Reaktivitas Void

Pengaruh void terhadap reaktivitas disebut dengan koefisien reaktivitas void,


dinyatakan dengan persamaan :
∂ρ 1 ∂k
αφ = = .....................................................(10)
∂φ k ∂φ
Dimana: αφ : koefisien reaktivitas void
φ : fraksi void
ρ reaktivitas
k : kritikalitas
Dimana α di sini melambangkan fraksi void, atau fraksi void dalam bahan bakar atau dalam
moderator.

Fitri Wulandari dkk., Fakultas Teknik-UGM 435


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

Koefisien void negatif menunjukkan kenaikan fraksi void akan menurunkan reaktivitas
reaktor, sebaliknya koefisien void positif menunjukkan kenaikan reaktivitas reaktor seiring
dengan kenaikan fraksi void. Untuk tujuan keselamatan reaktor diharapkan suatu reaktor
memiliki koefisien void yang negatif.

Perhitungan fluks neutron dalam teras

Fluks neutron dalam teras dihitung dengan menyelesaikan persamaan difusi neutron
multigrup sebagai berikut [4] :
→ →
⎛ → I →
⎞ → i −1 → →
∇ • D i ( r )∇ φ i ( r , t ) − ⎜ ∑ ai ( r ) + ∑ ∑ i → l ( r ) ⎟φ i ( r , t ) + ∑ ∑ l → i ( r )φ l ( r , t ) +
⎝ l = i +1 ⎠ l =1
(11)
I → →
χ i ∑ν l ∑ fl ( r )φ l ( r , t ) = 0;
l =1

Dalam hal ini, D, r, χ, ν, Σ dan φ masing-masing menyatakan konatanta difusi neutron


(cm), vektor posisi (cm), waktu (detik), fraksi neutron hasil fisi, neutron yang dihasilkan per
reaksi fisi, tampang lintang interaksi makroskopis (1/cm) dan fluks neutron (neutron/cm2/detik).
Indeks a dan f masing-masing menyatakan interaksi serapan total dan fisi. Sedangkan indeks i
dan l menyatakan kelompok neutron berdasarkan energi.
Pada penelitian ini, persamaan difusi neutron (persamaan (11)) akan diselesaikan
secara numerik dengan menggunakan paket program SRAC 2003 [1] sub program CITATION.
Parameter-parameter neutronik yang diperlukan untuk menghitung persamaan (11) untuk
perhitungan teras reaktor dihitung dengan menggunakan sub program PIJ pada paket program
SRAC 2003 [1].
Sub program PIJ yang melakukan perhitungan parameter-parameter sel dengan
menyelesaikan persamaan transport Boltzmann untuk neutron dengan metoda CPM (Collision
Probability Method). Secara garis besar metoda CPM dapat dijelaskan sebagai berikut [5] :
Persamaan transport Boltzmann adalah dalam bentuk integral adalah :

⎧ ⎡∞ ⎡ ⎛ d Ω ' ∑ s (r ' , Ω ' → Ω , E ' → E )⎞ ⎤ ⎤ ⎫


* ⎢ ∫ dE ' ⎢ 4∫∏ ⎜⎝
⎪ ⎢ ⎜ ⎟⎟ ⎥ ⎥ ⎪


ϕ (r , Ω , E ) = ∫ ⎨∂R * e
− ΣR
ϕ (r ' , Ω ' , E ' ) ⎠ ⎥ ⎥ ⎬ (12)
⎪ ⎢0 ⎥⎥⎪
⎢ + S (r ' , Ω ' , E ' )
0
⎩ ⎣ ⎣ ⎦⎦⎭
Dengan :
– ϕ (r , Ω, E ) = fluks neutron angular pada posisi r, arah Ω , dan energi E
– R = jarak antara r dan r’
r − r'
– Ω = vektor arah, dimana Ω =
R

ΣR = ∫ ∑(s, E )ds
R

0

Fitri Wulandari dkk., Fakultas Teknik-UGM 436


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

– ∑ s (r ' , Ω' → Ω, E' → E ) = tampang lintang hamburan pada titik r’ dari energi E’ dan arah Ω'
ke energi E dan arah Ω.
– S (r ' , Ω, E ) = sumber netron berenergi E dan arah Ω pada titik r’.
Dengan asumsi hamburan dan sumber bersifat isotrop, maka bila persamaan (12) diintegralkan
terhadap seluruh sudut Ω, akan didapat :

⎡∞ ⎤
ϕ(r, E) = ∫ dΩ ( ) ⎢∫ dE'[Σ s (r' , E' → E ).ϕ(r' , E') + S (r' , E )]⎥
1
4∏

4π 0
dR. exp − ΣR *
⎣0 ⎦
(13)

dimana ϕ (r, E ) = fluks netron berenergi E pada titik r, dan didefinisikan sebagai :
ϕ (r, E ) = ∫ dΩ.ϕ (r , Ω, E ) (14)
4∏
2
Melalui relasi dr’ = R dR.dΩ , persamaan (13) dapat ditulis sebagai :

⎡∞ ⎤
Σ(r, E )ϕ (r, E ) = ∫ dr'.P(r ' → r, E ) * ⎢∫ dE' [Σ S (r, E' → E ).ϕ (r ' , E') + S (r ' , E )]⎥ (15)
⎣0 ⎦
dimana

Σ(r ) ⎛ R ⎞
P(r ' → r , E ) = exp⎜⎜ − ∫Σs (s ).ds ⎟⎟ (16)
4πR ⎝ 0 ⎠
Pada SRAC, sistem yang diperhitungkan dibagi menjadi beberapa daerah. Daerah-
daerah inilah yang menjadi variabel ruang dalam collision probability method (CPM). Pada
metode CPM, fluks neutron dihitung dengan persamaan (15).
Jika fluks neutron dalam sel telah dapat dihitung, maka dapat dihitung parameter-
parameter penting pada reaktor nuklir, maka parameter-parameter sel terhomogenisasi seperti
tampang lintang serapan sel (Σa), tampang lintang fisi sel (Σf) tampang lintang hamburan sel
(Σs), tampang lintang hamburan antar kelompok energi (Σs,g→h) dapat dihitung.
Parameter-parameter ini kemudian digunakan untuk menyelesaikan persamaan difusi
neutron multigrup (persamaan (11)) untuk mendapatkan distribusi daya dan kritikalitas teras.
Perhitungan yang terakhir ini akan dilakukan oleh sub program CITATION pada paket program
SRAC.

HASIL DAN PEMBAHASAN

MSFBR merupakan suatu reaktor pembiak cepat yang beroperasi pada suhu tinggi
1373 K dengan daya keluaran 2000 MWt, menggunakan sistem leburan garam ganda, yaitu
sistem leburan garam sebagai bahan bakar yang menggunakan campuran 7LiF-ThF4-PuF4
(Th232-Pu239-Pu240-Pu241-Pu242) dan secondary salt 7LiF-BeF2 yang berfungsi sebagai pendingin.
Teras berbentuk silinder dengan reflektor grafit, tinggi aktif teras 2,5m jari-jari teras 2,5m,
dengan burn up 220.000 MWd/Ton. (Gambar 1 dan 2 ).

Fitri Wulandari dkk., Fakultas Teknik-UGM 437


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

Dalam analisa keselamatan desain reaktor maka pada penelitian ini dilakukan analisa
terhadap koefisien reaktivitas teras, yang meliputi koefisien reaktivitas suhu bahan bakar,
koefisien reaktivitas void bahan bakar dan koefisien reaktivitas void pendingin.
Koefisien reaktivitas suhu bahan bakar menjadi hal yang penting dalam keselamatan
desain reaktor. Koefisien reaktivitas suhu bahan bakar yang negatif, pada stiap kenaikan suhu
bahan bakar akan menurunkan reaktivitasnya sehingga lebih mudah dalam pengendalian
reaktor. Dari hasil penelitian MSFBR mempunyai reaktivitas suhu bahan bakar yang negatif
(Gambar 3).

Gambar 1. Gambar Teras MSFBR

Gambar 2. HE region MSFBR

Fitri Wulandari dkk., Fakultas Teknik-UGM 438


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

0.0700000

0.0600000 y = -2E-05x + 0.0802


R 2 = 0.9993 0 GWD/ton
0.0500000 y = -1E-05x + 0.0655 50 GWD/ton
R 2 = 0.9989
0.0400000 100 GWD/ton
y = -3E-05x + 0.0881
Reaktivitas

R 2 = 0.9974 150 GWD/ton


0.0300000
y = -9E-06x + 0.0471
R 2 = 0.9951 190 GWD/ton
0.0200000
y = -9E-06x + 0.0287 220 GWD/ton
0.0100000 R 2 = 0.9826
y = -9E-06x + 0.0127
0.0000000 R 2 = 0.9868
900 1100 1300 1500 1700
-0.0100000

Suhu (K)

Gambar 3. Reaktivitas Suhu Bahan Bakar

Untuk reaktor dengan bahan bakar leburan garam, koefisien reaktivitas void merupakan
satu indikasi terpenting yang mempresentasikan tingkat keamanan operasi reaktor. Jika
koefisien reaktivitas void positif maka terbentuknya void akan meningkatkan reaktivitas teras
yang berdampak pada peningkatan daya yang sangat signifikan, yang akhirnya menyebabkan
peningkatan suhu teras secara drastis. Sebaliknya, jika reaktivitas void negatif, terbentuknya
void akan menurunkan reaktivitas teras dan menurunkan daya reaktor.
Dalam suatu reaktor berbahan bakar leburan garam, void dapat terbentuk dari uap
bahan bakar yang mendidih akibat suhu operasi reaktor yang sangat tinggi dan karena
terbentuknya produk fisi yang berupa gas yang bercampur dengan bahan bakar. Tetapi jika
operasi reaktor berada sangat jauh dengan titik didih bahan bakar, maka void dalam bahan
bakar kemungkinan besar berasal dari produk fisi yang berupa gas yang bercampur bersama
bahan bakar.
Untuk memenuhi standar keselamatan, maka diharapkan desain suatu reaktor
mempunyai koefisien reaktivitas void negatif [3]. MSFBR mempunyai koefisien reaktivitas void
bahan bakar yang positif pada awal operasi (Gambar 2), kondisi tersebut kemudian dapat
diperbaiki dengan penambahan boron dengan konsentrasi 700 ppm pada secondary salt yang
mana secondary salt juga bergfungsi sebagai pendingin. Gambar 4. menunjukan grafik untuk
reaktivitas void bahan bakar dengan penambahan boron,dari gambar terlihat bahwa dengan
penambahan boron MSFBR mempunyai reaktivitas void bahan bakar negatif.

Fitri Wulandari dkk., Fakultas Teknik-UGM 439


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

0.2000000

0.1500000

0.1000000 0 GWD/ton
50 GWD/ton
0.0500000
Reaktivitas

100 GWD/ton
0.0000000
150 GWD/ton
-0.0500000 0% 20% 40% 60% 80% 100%
190 GWD/ton
-0.1000000 220 GWD/ton
Fraks i Void Bahan Bakar (%)
-0.1500000

-0.2000000

Gambar 4. Reaktivitas Void Bahan Bakar

0.0500000

-0.0500000 0% 20% 40% 60% 80% 100%


0 GWD/ton
-0.1500000 50 GWD/ton
Reaktivitas

-0.2500000 100 GWD/ton


Fraksi Void Bahan Bakar (%)
150 GWD/ton
-0.3500000
190 GWD/ton
-0.4500000 220 GWD/ton

-0.5500000

-0.6500000
Gambar 5. Reaktivitas Void Bahan Bakar Dengan Koreksi Boron

MSFBR mempunyai sistem garam ganda, yang pertama sebagai bahan bakar dan
kedua sebagai secondary salt yang berfungsi sebagai pendingin. Pendingin yang
menggunakan sistem leburan garam juga berpeluang terjadi void pada pendinginnya, untuk itu
analisa terhadap koefisien reaktivitas void pendingin juga menjadi hal yang penting. Jika
koefisien reaktivitas void positif maka terbentuknya void akan meningkatkan reaktivitas teras
yang berdampak pada peningkatan daya yang sangat signifikan, yang akhirnya menyebabkan
peningkatan suhu teras secara drastis karena reaktor kekurangan pendingin yang berfungsi
sebagai pengangkut panas. Akan tetapi jika koefisien reativitas void pendingin negatif,
berkurangnya pendingin akan menurunkan reaktivitas teras reaktor. Hasil analisa terhadap
MSFBR menunjukkan bahwa MSFBR memiliki koefisien reaktivitas void pendingin yang
negatif.(Gambar 6).

Fitri Wulandari dkk., Fakultas Teknik-UGM 440


Prosiding Seminar Nasional ke-12 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir
Yogyakarta, 12 -13 September 2006 ISSN : 0854 - 2910

0.0600000

0.0500000
0 GWD/ton
0.0400000
50 GWD/ton
Reaktivitas 0.0300000 100 GWD/ton
0.0200000 150 GWD/ton
190 GWD/ton
0.0100000
220 GWD/ton
0.0000000
0% 20% 40% 60% 80% 100%
-0.0100000
Fraksi Void Pendingin (%)
Gambar 6. Grafik Reaktivitas Void Pendingin

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :


1. Koefisien reaktivitas suhu pada reaktor MSFBR saat BOL -3.12505x10-5/K dan -
-6
8.82456x10 /K pada EOL.
2. MSFBR dapat mencapai burn up sampai 200000 MWd/ton
3. Koefisien reaktifitas suhu MSFBR bernilai negatif untuk seluruh rentang usia teras
4. Koefisien reaktivitas void bahan bakar MSFBR dengan penambahan boron pada garam
sekunder bernilai negatif untuk seluruh rentang usia teras
5. Koefisien reaktifitas void pendingin (garam) sekunder MSFBR bernilai negatif untuk
seluruh rentang operasi teras
6. Dengan demikian, MSFBR bersifat selamat melekat (inherently safe)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tsucihashi, K. et al., 1995, SRAC1995 manual, Japan.


2. Lamarsh, J.R.,1983, Introdustion to Nuclear Engineering, 2nd ed., Addison-Wesley
Publishing Company, Massachusetts.
3. Lamarsh, J.R., 1966, Introduction to Nuclear Reactor Theory, Adison-Wesley Publishing
Company, Massachusetts
4. Duderstadt, J. J. and Hamilton, L. J., 1976, Nuclear Reactor Analysis, John Wiley &
Sons, New York

Fitri Wulandari dkk., Fakultas Teknik-UGM 441

Anda mungkin juga menyukai