PENDAHULUAN
1
terhadap makanan. Seringkali anak memilih makanan yang salah terlebih lagi
jika tidak dibimbing oleh orang tuanya. Selain itu anak lebih sering
menghabiskan waktu di luar rumah sehingga anak lebih sering menemukan
aneka jajanan baik yang di jual di sekitar sekolah, lingkungan bermain ataupun
pemberian teman. Anak usia sekolah dasar selalu ingin mencoba makanan
yang baru dikenalnya.(Moehji,1986)
Cara mengobservasi yang baik adalah dengan mengaplikasi teori
perilaku dimana perilaku merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan menurut Bloom. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan
asesmen pada siswa SD terkait perilaku kebiasaan jajan di sekolah dengan
pendekatan teori Lawrence Green dan teori Health Belief Model.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Tabel 1. Perbandingan diagnosis klinis dan diagnosis komunitas.
4
Berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif, dapat ditentukan masalah
kesehatan dalam komunitas yang terpilih untuk kandidat intervensi.
3. Prioritas masalah
Dari masalah yang ada, ditentukan masalah yang paling penting dalam
komunitas.
4. Penilaian masalah kesehatan terpilih
Masalah yang terpilih dianalisa dengan mempertim bangkan faktor-faktor
yang terkait dan strategi serta fasilitas yang ada untuk rencana intervensi
5. Intervensi
Penentuan intervensi dipengaruhi oleh masalah dan sumber yang ada.
6. Evaluasi
Evaluasi penting untuk menilai pemecahan masalah melalui intervensi yang
diberikan.
5
Gambar 1. Teori Lawrence Green
Contoh:
- Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya diposyandu
dapat disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui
manfaat imunisasi bagi anaknya. (PF)
- Karena rumahnya jauh dari posyandu atau puskesmas setempat
mengimunusasi anaknya. (EF)
- Para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain di sekitar tadak
pernah mengimunisasi anaknya. (RF)
Secara matematis : B = f ( Pf, Ef, Rf )
6
gejala-gejala dan perilaku-perilaku mereka dalam merespon diagnosis
penyakit.
Teori ini dekat dengan pendidikan kesehatan dengan konsep perilaku
kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara khusus
bahwa persepsi seseorang tentang kerentanan dan kemujaraban
pengobatan dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku
kesehatannya.
Health Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh :
- Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan
- Menganggap serius masalah
- Yakin terhadap efektivitas pengobatan
- Tidak mahal
- Menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
Kelemahan dari teori ini yaitu bersaing dengan kepercayaan dan
sikap-sikap lain, dan pembentukan kepercayaan seiring dengan perubahan
perilaku.
Teori HBM ini terdiri atas beberapa konsep primer yang memprediksi
alasan masyarakat bertindak dalam pencegahan, skrining, atau kontrol
kondisi penyakit, yaitu kerentanan, keseriusan, manfaat dan tantangan
perilaku, isyarat untuk bertindak, dan efikasi diri.
Perceived Susceptibility: Kerentanan yang dirasakan yang berarti
kemungkinan seseorang dapat terkena suatu penyakit.
Perceived Seriousness: Keseriusan yang dirasakan yaitu orang
mengevaluasi keseriusan penyakit tersebut bila mereka membiarkan
masalah kesehatannya atau membiarkan penyakitnya tidak ditangani.
Perceived Benefits: Keyakinan akan keuntungan yang berarti
keyakinan seseorang akan keuntungan yang akan diperoleh apabila dia
melakukan apa yang di sarankan oleh petugas kesehatan.
Perceived Barriers: Keyakinan tentang halangan yaitu opini seseorang
dari sisi ekonomi dan sisi psikologi yang memberikan kesan negatif
terhadap apa yang akan dilakukan.
7
Cues to action: Isyarat untuk bertindak, berasal dari informasi dari
luar atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan misalnya naiehat
orang lain, media massa, kampanye, pengalaman dari orang lain yang
pernah mengalami hal yang sama dan sebagainya.
8
bermain ataupun pemberian teman. Anak usia sekolah dasar selalu ingin
mencoba makanan yang baru dikenalnya.(Moehji,1986)
9
3. Makanan jajanan dalam bentuk minuman, seperti cendol, bajigur,
cincau, es krim dan sebagainya.
10
maupun jangka panjang. Berdasarkan dari penelitian yang telah
dilakukan terhadap makanan dan minuman jajanan ditemukan berbagai
masalah yaitu: (winarno, 2004)
2. Kontaminasi mikroba
Di dalam makanan dan minuman terdapat bakteri pathogen yang
dapat mengganggu kesehatan seperti v. Cholera, salmonela,
staphylococcus, Parahaemolyticus, dll. Hal ini menunjukan pengunaan
air, penggunaan peralatan dan pengolahan yang tidak bersih serta
perlakuan pemanasan yang tidak sesuai sehingga memberikan
kesempatan kepada bakteri tersebut untuk berkembang.
3. Kontaminasi logam berat
11
atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (depdiknas,
2005).
Sehubungan dengan masalah gizi, Notoatmodjo (2005)
mendefinisikan perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) adalah
respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi
kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek
terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi),
pengelolaan makanan dan sebagainya sehubungan dengan kebutuhan kita.
Menurut Green, praktek dipengaruhi oleh 3 faktor utama, antara lain:
1. Faktor yang memudahkan/predisposisi (predisposing faktor)
Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya
praktik seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,
nilai-nilai, tradisi dan sebagainya yang berkaitan dengan kesehatan. Faktor
ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka
sering disebut sebagai faktor pemudah.
12
Predisposing Faktor:
Knowledge
Belief
Value
Attitudes
Confidence
Capacity
Demography
Enabling Faktor:
- Availabilitu of health resource Specific
- Accessibility of health resources behavior by
- Community/Government Laws, Health
individuals or
priority and commitment to health
- Health related skills by
organization
Reinforcing faktors:
Family
Peers
Teachers
Employers
Health Providers
Community Leaders
Decision maker
Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok
manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makanan yang meliputi
sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan (Khumaidi, 1989). Pada
dasarnya anak sekolah dasar menyukai jajanan di bandingkan dengan
makanan berat. Mereka menghabiskan uang sakunya untuk membeli
makanan di kantin dan pedagang kaki lima di sekitar sekolah (Setiawan,
2010).
13
2.5. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jajanan Siswa SD
1. Anak tidak sempat sarapan pagi, karena ibu tidak sempat menyiapkan
makanan atau anak tidak nafsu makan pagi.
2. Faktor psikologi anak melihat temannya jajan.
3. Faktor kebutuhan biologis anak yang perlu dipenuhi, waaupun di rumah
sudah makan. Kegiatan fisik anak di sekolah memerlukan tambahan
energi.
14
yang diperoleh dari makan malam sudah di ubah dan di edarkan
keseluruh tubuh. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya rasa lapar
pada waktu pagi.
prakteknya hal ini sangat sulit untuk dipenuhi. Namun menurut Moehji
(1986), dalam bekal tersebut harus mengandung 2 unsur utama yaitu
kalori dan protein. Unsur-unsur inilah yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah.
15
Pemberian bekal pada anak dapat memberi keuntungan antara
lain:
16
baik, anak mulai memahami jajanan yang baik untuk kesehatannya dan
yang membahayakan.
1. Keluarga
17
terkandung di dalam bahan makanan tersebut. Sehingga seringkali
makanan yang dipilih tidak memenuhi syarat sehat dan seimbang,
termasuk dalam hal pemberian jajanan pada anaknya
2. Metode Pembelajaran
3. Masyarakat
18
d. Kebersihan makanan
e. Penyakit yang timbul akibat kekeurangan atau kelebihan
gizi, dsb.
1. Kebudayaan
2. Psikologi Anak
19
Faktor psikologi anak juga mempengaruhi sikap terhadap
pemilihan jajanan. Makanan mana yang disukai atau yang tidak disukai
akan terbentuk dengan variasi psikologi yang tumbuh pada masa kanak-
kanak dan pada umumnya akan berlanjut hingga usia dewasa.
3. Lingkungan Pendidikan
20
2.5.6. Akses terhadap Penjaja Makanan dan Pemilihan Jenis Jajanan
Akses siswa terhadap penjaja makanan yang semakin banyak
ditemukan di lingkungan sekitar mereka baik sekolah maupun
lingkungan rumah, akan semakin memudahkan mereka dalam
mengkonsumsi jajanan. Selain itu para penjaja makanan menyiapkan
berbagai macam jenis jajanan dengan aneka bentuk dan rasa yang
diminati.
a. Pendidikan
Pendidikan orang tua yaitu pendidikan formal terakhir yang
diselesaikan oleh orang tua. Menurut Berg (1986), latar belakang
pendidikan seseorang sebagai unsur penting yang dapat mempengaruhi
pengetahuan gizinya, dengan harapan pendidikan lebih tinggi
mempunyai pengetahuan/informasi tentang gizi lebih baik. Namun bagi
orang pendidikan rendah belum tentu tidak mampu menyusun
21
makanan yang memenuhi nilai gizi dibandingkan dengan pendidikan
tinggi. Hal ini dikarenakan bila orang tersebut rajin mengikuti kegiatan
penyuluhan gizi, kemungkinan besar pengetahuan gizinya menjadi lebih
baik.
b. Pekerjaan
22
Orang tua dengan mata pencaharian yang relatif tetap
setidaknya dapat memberikan jaminan sosial keluarga yang relatif aman
bila dibandingkan dengan pekerjaan yang tidak tetap (Kunanto 1991
dalam Mulyani 2004).
23
2.5.9. Pengaruh Media Massa dalam Pemilihan Jajanan
24
sekolah. Padahal jajanan sekolah belum tentu baik dari segi gizi,
kebersihan maupun keamanannya.
25
BAB III
ANALISA DATA PRIMER
26
10. Apakah ada diantara teman-teman kamu yang sakit akibat jajan
sembarangan? (cue to action)
11. Apakah orang tua makan dirumah atau sering makan diluar? Jika makan
diluar, apa yang orang tua sering makan? (reinforcing factor)
12. Apakah guru kamu pernah membeli makanan jajanan di sekolah? (reinforcing
factor)
13. Jam berapa berangkat sekolah? Jam berapa masuk sekolah? (enabling factor)
14. Apakah orang tua mengatakan kamu ada alergi makanan?
15. Apakah orang tua dan guru sudah melarang membeli makanan jajanan
sekolah? Apa saja makanan jajanan yang dilarang oleh guru?
16. Setelah pulang sekolah, apakah langsung pulang kerumah atau membeli
makanan jajanan lagi?
17. Apakah teman-teman membawa bekal makanan dari rumah? (enabling
factor)
18. Apakah kamu tahu jika mencuci tangan itu penting? Apakah kamu sering cuci
tangan sebelum makan?
27
4. Siti jarang mencuci tangan sebelum makan meskipun di sekolah sudah ada
keran yang dipersiapkan untuk mencuci tangan
Nama : Virni
Umur : 10 tahun
Alamat : Jl. Sersan Sani Lrg. Mawar 4
Pekerjaan : Pelajar
Pekerjaan Orang Tua : Ayah : Pengusaha
Ibu : Pengusaha
Ada beberapa masalah dalam perilaku siswa di sekolah antara lain adalah:
1. Virni jarang mencuci tangan sebelum makan meskipun di sekolah sudah ada
keran yang dipersiapkan untuk mencuci tangan
2. Virni jarang sarapan sehingga dia lebih sering jajan di sekolah
3. Virni tidak membawa bekal karena kesibukan ibunya sehingga tidak sempat
membuatkan bekal
28
Nama : Rizky Amalia
Umur : 10 tahun
Alamat : Jl. Sersan Sani Lrg. Suka Darma
Pekerjaan : Pelajar
Pekerjaan Orang Tua : Ayah : Karyawan Swasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Ada beberapa masalah dalam perilaku siswa di sekolah antara lain adalah:
1. Rizky tidak tahu bahwa jajanan yang dia konsumsi tidak sepenuhnya bersih
2. Rizky jarang sarapan sehingga dia lebih sering jajan di sekolah
3. Rizky jarang mencuci tangan sebelum makan meskipun di sekolah sudah ada
keran yang dipersiapkan untuk mencuci tangan
29
Ada beberapa masalah dalam perilaku siswa di sekolah antara lain adalah:
1. Nadira jarang sarapan karena sering telat sekolah
2. Nadira jarang mencuci tangan sebelum makan meskipun di sekolah sudah ada
keran yang dipersiapkan untuk mencuci tangan
3. Orangtua lebih sering membeli makanan diluar ketimbang memasak sendiri
30
Nama : Ariel Sapati
Umur : 10 tahun
Alamat : Jl. Sersan Sani Komp. Patal
Pekerjaan : Pelajar
Pekerjaan Orang Tua : Ayah : Karyawan swasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Ada beberapa masalah dalam perilaku siswa di sekolah antara lain adalah:
1. Ariel diberikan uang lebih untuk jajan di sekolah
2. Ariel tetap jajan karena melihat gurunya juga membeli makanan jajanan di
tempat yang sama.
Nama : M. Ramzi
Umur : 10 tahun
Alamat : Jl. Angkatan 66
Pekerjaan : Pelajar
Pekerjaan Orang Tua : Ayah : Karyawan swasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Ada beberapa masalah dalam perilaku siswa di sekolah antara lain adalah:
1. Ramzi tidak membawa bekal karena kesibukan ibunya sehingga tidak sempat
membuatkan bekal
2. Ramzi jarang mencuci tangan sebelum makan meskipun di sekolah sudah ada
keran yang dipersiapkan untuk mencuci tangan.
31
BAB IV
PENENTUAN PRIORITAS PENYEBAB MASALAH
32
14. Perilaku tetap jajan sembarangan meskipun mereka tahu jika kamu membawa
bekal itu lebih baik dan lebih sehat.
15. Perilaku tetap jajan sembarangan meskipun beberapa diantara teman sekolah
mereka mengalami sakit perut akibat jajan sembarangan.
16. Perilaku tetap jajan karena mereka melihat gurunya juga membeli makanan
jajanan di tempat yang sama.
17. Guru di sekolah tersebut hanya melarang beberapa makanan jajanan saja
sehingga siswa masih tetap membeli makanan jajanan yang lainnya.
33
BAB V
PENETAPAN AKAR PENYEBAB MASALAH
Tidak menyukai
Tetap jajan walau teman
bekal yang
pernah sakit perut karena Diejek bila membawa
dibawakan
jajan bekal
34
Peneliti juga melakukan asesmen berdasarkan teori Lawrence Green.
teman-teman mereka
kebanyakan tidak Orangtua lebih sering
membawa bekal membeli makanan
diluar ketimbang
memasak sendiri.
jarang sarapan
dirumah gurunya juga membeli
makanan jajanan di
tempat yang sama.
kesibukan orang tuanya
sehingga tidak sempat
membuatkan bekal temannya juga jajan di
tempat yang sama.
Reinforcing factor
Sarana dan prasarana (Enabling factor)
35
BAB VI
PEMECAHAN PENYEBAB MASALAH DAN
ALTERNATIFNYA
36
4. Memberikan uang jajan secukupnya agar anak tidak menghabiskan
uangnya untuk jajan.
B. Pihak Sekolah
1. Bekerjasama dengan penjaga kantin untuk menciptakan kantin yang
sehat bagi siswa.
2. Memberikan informasi kepada warga sekolah tentang memilih
makanan yang sehat termasuk jajanan serta akibat-akibat dari
mengonsumsi makanan yang sehat.
3. Mengadakan gerakan menabung bagi siswa dengan memberikan
reward kepada pemenang yang memiliki jumlah tabungan yang
paling banyak untuk memotivasi siswa dalam kegiatan ini.
C. Dinas Kesehatan
1. Memberikan pelatihan tentang gizi seimbang dan jajanan yang aman
melalui UKS agar dapat meneruskan informasi kepada guru, siswa,
penjual jajanan, dan orang tua siswa.
2. Bekerjasama lintas sektor dengan Badan POM, LSM, dan dinas
terkait untuk memberikan penyuluhan dan pengawasan makanan
jajanan di lingkungan sekolah termasuk penjaja makanan.
6.2 Kebiasaan tidak menjaga kebersihan diri termasuk tangan dan kuku
A. Siswa SD
1. Membiasakan mencuci tangan menggunakan sabun di air mengalir
terutama sebelum makan dan sesudah makan.
B. Orang Tua
1. Menyarakan orang tua untuk membekali handsanitizer pada anak dan
menggunakannya sebelum dan sesudah makan.
2. Mengajarkan anaknya untuk membiasakan hidup bersih dan mencuci
tangan dirumah.
C. Pihak Sekolah
1. Mengajarkan bagaimana cara mencuci tangan yang benar kepada
siswa SD.
37
2. Melakukan pemeriksaan kuku setiap minggu.
38
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1995. Paduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Ditjen
Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Jakarta.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional. Bogor
39
WHO. 1996. Revised Edition: Essential Safety Requirements For Street-
Vendeed Foods.
40