Abstrak: Scabies atau kudis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabei var hominis dan produknya. Scabies merujuk pada lesi kulit yang
dihasilkan oleh kutu ini. Scabies adalah penyakit yang mudah diobati, namun gejala scabies
yang mengakibtakan gatal-gatal pada kulit masih umum menyebabkan berlakunya kesulitan
untuk diagnosis dan pengobatan yang tidak memadai kepada pasien dan juga kepada yang
terkena kontak penyakit ini, ditambah dengan langkah-langkah pengendalian lingkungan yang
tidak sempurna akan memperberat scabies. Scabies adalah ‘great clinical imitator’. Spektrum
manifestasi kulit yang luas dan gejala scabies yang umum sering mengakibatkan diagnosis
penyakit ini tertunda. Tingkat prevalensi lebih tinggi pada anak-anak dan individu yang aktivitas
seksual yang aktif.
Kata kunci: Scabies, kudis, Sarcoptes scabei var hominis, great clinical imitator, gatal pada
kulit
Abstrak: scabies or mange is a disease cause by infestation and sensitisation towards Sarcoptes
scabei var. Hominis dan its product. Scabies is the lession made by these fleas. Scabies is easy to
treat but difficult to diagnosed. This is due to the itching skin symptom shown by the disease is
too common among skin disease. Scabies can worsen if lack of medication to the patient and
others who are prone to the disease. Besides, favorable environment for the scabies to live will
cause chronic scabies in the future. Scabies known as ’the great clinical imitiator’. This is due to
the broad skin manifestation spectrum and common symptom of the disease that delayed the
diagnosis of scabies. Prevalency of the disease is higher towards kids and sexually active
individual.
Key words : Scabies, mange. Sarcoptes scabei var hominis, great clinical imitator, itching skin
Pendahuluan
Von Hebra, yaitu bapak dermatologi moden telah meletakkan pengetahuan dasar
mengenai scabies. Scabies mempunyai pelbagai penyebab dan penyebab ini ditemukan pertama
kali oleh Benomo pada tahun 1687, kemudian oleh Mellanby yang melakukan percobaan induksi
1
pada sukarelawan pada perang dunia kedua. Penyakit ini sinonim dengan masyarakat umum
dengan istilah gudik, budukan, gatal agogo dan juga ‘the itch’.1
Skabies merupakan penyakit yang umum dijumpai di Negara Indonesia. Skabies mudah
menular sehingga sering terjadi wabah pada daerah tropis, kondisi social ekonomi yang rendah,
penduduk padat atau tempat-tempat pelayanan umum seperti panti asuhan, panti jompo,
pesantren dan rumah sakit. Penderita scabies pada umumnya anak-anak dan dewasa muda,
sedangkan kelamin tidak banyak berbeda.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas. Pemeriksaan laboratorium
dengan mikroskop akan ditemukan adana terowongan dan tungau di dalam terowongan tersebut.
Skabies dapat dirawat dan prognosisnya adalah baik.1
SKENARIO
Anak berusia 9 tahun dibawa oleh ibunya ke poliklinik karena mengeluh sangat gatal
terutama pada sela jari sejak 1 minggu yang lalu. Gejala terutama terjadi pada malam hari. pasien
tinggal di asrama. Pada pemeriksaan fisik kulit ditemukan vesikel kecil dan merah.
HIPOTESIS
Gatal-gatal pada sela jari tangan anak tersebut merupakan tanda-tanda scabies.
Anamnesis2,3
Anamnesis yang akurat sangat vital dalam mengegakkan diagnosis yang tepat pada
kondisi-kondisi yang mengenai kulit. Keluhan utama tersering di antaranya adalah ruam, gatal,
bengkak, ulkus, perubahan warna kulit, dan pengamatan tak sengaja saat pasien datang dengan
keluhan utama kondisi medis lain. Pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pasien dengan
lesi kulit antara lain adalah:
Kapan pertama kali pasien memperhatikan adanya ruam? Di
mana letaknya? Apakah terasa gatal? Adakah pemicu
(misalnya pengobatan, makanan, sinar matahari dan allergen
potensial)?
Dimana letaknya benjolan? Apakah berasa gatal? Apakah
berdarah? Apakah bentuk/ukuran/warnanya berubah?
Adakah benjolan di tempat lain?
2
Bagaimana perubahan warna terjadi (misalnya pigmentasi meningkat. Ikterus, pucat)? Siapa yang
memperhatikan perubahan warna? Sudah berapa lama? Bandingkan dengan foto terdahulu.
Adakah gejala penyerta yang menunjukkan adanya kondisi medis sistemik (misalnya penurunan
berat badan, artralgia dan lain-lain)?
Gambar 1: Daerah yang sering
terinfeksi Scabies
Sumber:
Riwayat penyakit dahulu http://www.aafp.org/afp/2004/0115/afp
20040115p341-f4.jpg
Pernahkah pasien mengalami gangguan kulit, ruam dan lain-lain?
Adakah riwayat kecenderungan atopi (asma, rhinitis)?
Apakah pasien memiliki masalah dengan kulit di masa kecil?
Adakah riwayat kondisi medis lain yang signifikan? (khususnya yang mungkin memiliki
manifestasi kulit, misalnya SLE, penyakit seliaka, miositis atau transplantasi ginjal).
Obat-obatan
Riwayat pemakaian obat yang lengkap penting bagi semua jenis pengobatan., baik obat
resep ataupun alternative, yang dimakan atau topical.
Pernahkah pasien menggunakan obat untuk penyakit kulit? Pernahkah/apakah pasien
menggunakan imunosupresan?
Alergi
Apakah pasien memiliki alergi obat? Jika ya, seperti apa reaksi alergi yang timbul?
Apakah pasien mengetahui kemungkinan allergen yang lain?
Pernahkah pasien menjalani patch test atau pemeriksaan respons IgE?
Riwayat keluarga
Riwayat sosial
Bagaimana riwayat pekerjaan pasien; apakah terpapar sinar matahari, allergen potensial
atau parasit kulit? Apakah menggunakan produk pembersih baru, hewan peliharaan baru
dan lain-lain?
Apakah pasien baru-baru ini bepergian ke luar negeri?
3
Adakah pajanan pada penyakit infeksi (misalnya cacar air)?
Pemeriksaan2,3
PEMERIKSAAN FISIK
Apakah pasien sakit ringan atau berat? Apakah pasien tampak pucat, syok, berpigmen
atau demam? (Kondisi kulit serius yang mengenai daerah yang luas pada kulit biasa
menyebabkan kehilangan cairan yang membahayakan jiwa dan infeksi sekunder?)
Adakah perubahan kulit sekunder yang memperberat atau merupakan akibat dari proses
primer? Misalnya:
4
Lakukan palpasi lesi untuk mengetahui suhu, mobilitas, nyeri tekan dan kedalaman.
Periksa adanya pembesaran kelenjar getah bening yang merupakan drainase. Lakukan
pemeriksaan lengkap untuk menganalisis adanya penyakit sistemik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG3,4,5
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Diagnosis1,6,7
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Ada yang berpendapat bahawa penyakit scabies ini adalah merupakan ‘the great imitator’ kerana
dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal.
5
DERMATITIS KONTAK IRITAN
Definisi
dermatitis eksogen yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit
terutamanya yang bersifat iritan, yang mempunyai efek merusak langsung ke kulit setelah
terpapar bahan tersebut, misalnya asam, alkali atau deterjen, bahan pelarut, minyak pelumas dan
serbuk kayu.
Persamaan Perbedaan
Dapat terjadi erosi, eksoriasi Ada 2 jenis:
a) akut
-penyebabnya iritan kuat dan biasanya dari
kecelakaan
-kulit terasa pedih atau panas, eritema, vesikel
-dapat terjadi segera atau lambat (12-24jam atau
lebih)
b) kronis
-kontak iritan berulang oleh factor fisik seperti
gesekan, trauma mikro, kelembapan rendah,
panas dan dingin.
-gejala kulit kering, skuama, hyperkeratosis,
likenifikasi
Patogenesis
Bahan iritan dapat merosak membrane lemak keratinosit. Ada juga bahan iritan yang bisa
menembus ke membrane sel dan merosak lisosom, mitokondria atau komponen inti.
Kerosakan membrane akan mengaktifkan fosfolipasedan melepaskan asam arakidonat
(AA), diasilgliserida (DAG), plateletactivating factor (PAF), dan inositida (IP3). AA dirubah
menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). PG dan LT menginduksi vasodilatasi, dan
meningkatkan permeabilitas vascular sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin.
PG dan LT bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta
mengaktivasikan sel mas selepas histamine, LT dan PG lain, dan PAF, sehingga memperkuat
perubahan vascular.
6
DAG dan second messengers lain menstimulasi ekspresi gen dan sintensis protein,
misalnya interleukin-1 (IL-1) dan granulocytemacrophage colony stimulatan factor (GMCSF).
IL-! Mengaktifkan sel T-penolong mengeluakna IL-2 dan mengekspresi reseptor IL-2, yang
,emi,bulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut.
Keratinosit juga membuat molekul permukaan HLA-DR dan adesi intrasel-1
(ICAM-10). Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNFα, suatu sitokin
proinflamasi yang dapat mengaktifasikan set T, makrofag dan granulosit, menginduksi ekspresi
molekul adesi sel dan pelepasan sitokin.
Rentetan kejadian tersebut mmenimbulkan gejala peradangan klasik di tempat terjadinya
kontak di kulit berupa eritema, edema, panas, nyeri, bila iritan kuat. Bahan iritan lemah akan
menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum
korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangn fungsi sawarnya,
sehingga mempermudah kerusakan sel di bawahnya oleh iritan.
Manifestasi Klinis
Kelainan kulit tergangtung kepada jenis iritan. Gejala akau disebabkan oleh iritan yang
kuat manakala gejala yang kronis disebabkan oleh iritan yang lemah. Dermatitis kontak iritan
dapat dibagi ke beberapa jenis lagi iaitu; DKI aku, DKI akut lambat, DKI kumulatif, DKI
traumatic, DKI noneritematosa, DKI subyektif.
Pengobatan
Menghindari pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis maupun kimiawi
serta menyingkirkan faktor pemberat. Bila terjadi peradangan dapat diberi kortikosteroid topical
seperti hidrokortison. Pemakaian alat pelindung diri yang cukup perlu bagi mereka yang bekerja
menggunakan bahan iritan.
Pronogsis
Prognosis kurang baik bila iritan penyebab tidak dapat disingkirkan dengan sempurna.
Sering terjadi pada DKI kronis yang penyebabnya multifactor dan juga penderita atopi.
Definisi
Dermatitis eksogen yang timbul setelah kontak dengan allergen melalui proses sensitisasi
dan hipersensitif
Persamaan Perbedaan
Faktor usia anak kecil lebih Gejala dermatitis kontak iritan yang akut,
cenderung mengalami dermatitis dapat berupa eritema berbatas jelas, kemudian
7
kontak iritan. edema, papulovesikel, vesikel atau bula.
Gejala umumnya gatal. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan
erosi dan eksudasi.
Epidemiologi
Hanya mengenai orang yan kulitnya sangat peka (hipersensitif). Ramalam neyatakan
bahawa jumlah DKA akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah produk yang
mengandung bahan kimia yang dipakai oleh masyarakat.
Etiologi
Bahan kimia sederhana dengan berat molekul rendah merupakan penyebab DKA. Hal ini
karena bahan kimia sederhana sering merupakan allergen yang belum diproses yang dikenal
sebagai hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga
mencapai sel epidermis. Antara faktor yang berperan dengan timbulnya gejalan DKA, potensi
sensititasi allergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan oklusi, suhu dan
kelembapan lingkungan, vehikulum dan pH. Selain itu, faktor individu turut berperan seperti;
keadaan kulit pada lokasi kontak dan status imunologik.
Patogenesis
Terdapat dua fase terjadinya DKA iaitu fase sensitisasi dan fase elitasi. Pada fase
sensitisasi, konsep sinyal bahayabahawa sinyal antigenic murni suatu hapten cenderung
menyebabkan toleransi, sedangkan sinyal iritannya menimbulkan sensitisasi. Dengan demikian
terjadinya sensitisasi kontak bergantung pada adanya sinyal iritan yang dapat berasal dari
allergen kontak sendiri, dari ambang ransaing rendah terhadap respons iritan, dari bahan kimia
inflamasi pada kulit yang meradang, atau kombinasi dari ketiganya. Jadi, sinyal bahaya yang
menyebabkan sensitisasi tidak berasal dari sinyal antigenic sendiri, melainkan dari iritasi yang
menyertainya. Suatu tindakan mengurangi iritasi akan menurunkan potensi sensitisasi.
Fase elitasi pula merupakan fase kedua yang lambat dan terjadi pajanan ulang allergen
(hapten).
Manifestasi Klinis
Penderita mengeluh gatal. Kelainan kulit tergantung keparahan dermatitisnya dan
lokasinya. Untuk DKA yang akut, dimulai dengan bercak eritematosa berbatas jelasdiikuti
dengan edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula bisa pecah dan menimbulkan
erosi dan eksudasi (basah). Pada DKA yang kronis, kulit terlihat kering, berskuama, papul,
likenifikasi, mungkin ada fisur dan batasnya tidak jelas. DKA juga dapat meluas ke tempat lain
dengan cara autosensitisasi. Kawasan seperti scalp, telapak tangan dan kaki relative resisten
terhadap DKA
8
Pengobatan
Kortikosteroid diberi untuk mengatasi peradangan DKA akut dalam jangka masa yang
pendek. Selain dikompres dengan larutan garam faal atau air salisil 1:1000. DKA ringan atyau
akut cukup diberikan kortikosteroid atau makrolaktam secara topical. Pencegahan pengulangan
DKA juga harus diberi perhatian.
Prognosis
Prognosis umunya baik selagi bahan kontak dapat disingkirkan. Prognosis menjadi
kurang baik dan menjadi kronis bila terjadi bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen
(dermatitis atopic, dermatitis numularis atau psoriasis), atau terpajan oleh allergen yang tidak
mungkin disedari penderita.
URTIKARIA
Definisi
Reaksi kulit yang ditandai dengan adanya rasa gatal disertai dengan udema berbatas tegas
pada epidermis (urtika), berwarna kemerahan yang timbulnya cepat dalam waktu beberapa menit
dan menghilang perlahan-lahan dalam waktu beberapa menit sampai 24jam.
Persamaan Perbedaan
Gejala gatal Timbulnya cepat, menghilang dengan
Antara penyebab urtikaria adalah perlahan dalam beberapa menit hingga 24 jam
infeksi bakteri, jamur, infestasi
cacing dan serangga.
Epidemiologi
Dijumpai pada semua umur, dewasa lebih banyak. Rata-rata penderita berumur 35 tahun
dan jarang ditemukan penderita yang berumur kurnag dari 10 tahun atau lebih dari 60 tahun.
Penderita atopilebih mudah mengalami irtikaria dibandingkan dengan ornag normal. Tidak ada
perbedaan frekuensi jenis kelamin, baik lelaki atau perempuan, umur, ras, pekerjaan, letak
geografis, dan perubahan musim dapat mempengaruhi hipersensitivitas yang diperankan oleh
IgE. Penisilin tercatat sebagai obat yang lebih sering menimbulkan urtikaria.
Etiologi
Antara penyebab urtikaria adalah obat, makanan, gigitan serangga, fotosensitizer,
inhalan, kontakan, trauma fisik, infeksi dan infestasi parasit, psikis, genetic dan penyakit
sistemik.
9
Patogenesis
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang meningkat,
sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan cairan setempat. Sehingga
secara klinis tampak edema setempat disertai kemerahan.
Pada non-immunologik, siklik AMP memegang peran penting pada pelepasan mediator.
Faktor immunologic lebih berperan pada urtikaria yang akut daripada yang kronik.
Manifestasi Klinis
Pasien biasanya berasa gatal, rasa terbakar atau tertusuk. Terlihat eritema dan edema
setempat yang berbatas tegas, namun ada juga yang pucat dibagian tengahnya. Bentuknya bisa
papula, besarnya lentikular, nummular sampai plakat. Angiodema bisa terjadi apabila telah
mengenai jaringan yang lebih dalam sehingga dermis, jaringan submukosa atau subkutan. Pada
keadaan ini, jaringan yang sering terkena adalah muka, dengan disertai sesak nafas, serak dan
rintis.
Edema dan eritema ynag linear dikulit akibat dari terkena goresan benda tumpul disebut
dermografisme. Dapat timbul dalam waktu kurang lebih 30 menit. Urtikaria akibat tekanan akan
timbul pada tempat yang tertekan manakala urtikaria akibat penyinaran akan timbul setelah 18-
72 jam penyinaran dan berbentuk papula. Urtikaria kolinergik pula akan tibul dengan
meningkatnya suhu tubuh, emosi, makanan dan pekerjaan berat. Urtikaria jenis ini sangat gatal
dan bisa membentuk plakat. Urtikaria yang akut dan generalisata sering timbul pada urtikaria
akibat obat atau makanan.
PRURIGO
Definisi
Erupsi popular kronik dan rekurens. Terdapat berbagai macam prurigo, yang tersering
dilihat ialah prurigo hebra; yaitu penyakit kronik dimulai sejak bayi atau anak. Kelainan kulit
terdiri dari papul-papul miliar berbentuk kubah, sangat gatal, mudah diraba daripada dilihat
terutama di daerah ekstremitas bagian ekstensor.
Persamaan Perbedaan
Gejala yang sangat gatal Berlaku di bagian eksterimas ekstensor.
(Skabies di bagian lipatan kulit seperti celah
jari, siku bagian luar, lipat ketiak, areola
mamae, umbilicus, bokong, genitalia,
inguinalis)
10
Etiologi dan Patogenesis
Dianggap penyakit herideter karena sering ada saudara atau ahli keluarga yang menderita.
Ada pendapat mengatakan bahawa faktor kulit pasienyang peka terhadap gigitan serangga
menyebabkan kulit mengalami allergic. Namun, terdapat juga beberapa faktor yang bisa
terjadinya keadaan prurigo iaitu; suhu investasi parasit (Ascaris atau Oxyruris). Infeksi fokal
seperti tonsil atau saluran cerna, endokrin atau allergic makanan selain bisa didasari oleh faktor
atopi.
Manifestasi Klinis
Sering terjadi pada anak yang berumur diatas satu tahun. Kelainan yang khas adalah
terdapat papul-papul miliar tidak bewarna, berbentuk kubah dan lebih mudah diraba daripada
dilihat. Erosi, ekskoriasi, krusta, hiperpigmentasi dan likenifikasi dapat terjadi akibat daripada
garukan yang terus-terusan. Infeksi sekunder dapat terjadi dan apabila telah kronis, kulit yang
sakit akan terlihat lebih gelap kecoklatan dan likenifikasi.
Ekstremitas bagian ekstensor dan simetrik merupakan tempat predileksi pertama. Namun,
ia dapat meluas ke daerah bokong dan perut serta muka. Manakala, apabila terkena bagian
lengan dan tungkai, bagian distalnya akan lebih parah jika dibandingkan dengan daerah
proksimal.
Kalenjar getah bening tidak selalunya terjadi infeksi dan tidak nyeri, namun bisa
membesar dan teraba lebih lunak. Pembesaran ini dikenal dengan nama Bubo prurigo. Penderita
sering murung atau marah karena kurnag tidur, dan bisa kurang nafsu makan dan dapat terjadi
anemia dan malnutrisi.
Istilah prurigo mitis digunakan bagi menyatakan penyakit prurigo yang ringan. Prurigo
mitis terbatas di ekstremitak ekstensor dan sembuh sebelum akhil baligh. Manakala prurigo
feroks (agria) untuk prurigo yang berat, lokasinya lebih luas dan berlanjut sampai dewasa.
Pengobatan
Tidak terdapat pengobatan yang jelas. Cuma bisa menghindari penyebab prurigo seperti
gigitan serangga, mengobati infeksi local, memperbaiki hygine pasien atau lingkungan.
Pengobatan berupa simptomatik iaitu dengan mengurangi gatal dengan member sedative.
Contohnya; dengan member sulfur 5-10% secara topical dalam bentuk obat kocok atau
salep. Bagi mengurangkan gatal dapat diberikan mentol 0.25-1% atau kamper 2-3%. Bila terjadi
infeksi sekunder, antibiotic topical diberikan.
Prognosis
Sebahagian besar sembuh sendiri setelah mencecah usia pubertas.
PEDICULOSIS KORPORIS
Definisi
Infeksi kulit disebabkan oleh Pediculus humanus var.corporis yang berlaku di bagian badan.
11
Persamaan Perbedaan
Dapat menular melalui pakaian Dapat timbul infeksi sekunder dengan
Gejala gatal pembesaran kelenjar getah bening regional.
Epidemiologi
Sering menyerang dewasa yang berhigiene buruk seperti penggembala karena mereka
jarang mandi dan mengganti pakaian. Penyakit ini sering disebut vagabond. Hal ini karena, kutu
tidak melekat pada kulit tetapi melekat pada serat kapas di sela-sela lipatan pakaian dan hanya ke
kulit untuk menghisap darah. Penyakit ini tersebar secara kosmopolit, sering didaerah yang
beriklim dingin karena orang memakai baju tebal dan jarang dicuci.
Etiologi
Pediculus humanus var. corporis terdiri dari species jantan dan betina. Yang betina lebih
besar dan lebar jika dibandingkand engan yang jantan. Siklus hidup dan warna kutu ini sama
dengan yang ditemukan di kepala.
Patogenesis
Kelainan kulit timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilang kan rasa gatal. Rasa
gatal disebabkan pengaruh air liur dan ekskreta dari kutu pada waktu menghisap darah.
Manifestasi Klinis
Umumnya ditemukan bekas-bekas garukan pada badan karena gatal berkurang apabila
digaru. Infeksi sekunder dengan pembesaran kalenjar getah bening regional.
Pengobatan
Krim gameksan 1% yang dioles tipis di tubuh dan didiamkan selama 24 jam setelah itu
diminta mandi. Jika belum sembuh, diminta untuk mengulangi pemakaian 4 hari kemudian.
Emulsi benzyl benzoate 25% dan bubuk malathion 2% boleh digunakan juga. Penatalaksaan lain
adalah dengan merebus pakaian dan mensterika pakaian untuk membunuh telur kutu dan kutu
yang ada pada pakaian. Infeksi sekunder dapat diobati dengan antibiotic sistemik dan topical.
Prognosis
Baik jika higenis dijaga.
WORKING DIAGNOSIS
12
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
tungau Sarcoptes scabei varietas hominis. Infestasi tersebut menyebabkan berbagai macam
gambaran klinis pada kulit dan gejala pruritus terutama malam hari. Pruritus merupakan hasil
reaksi hipersensitivitas tipe IV (tipe lambat). Penegakan diagnosis pasti apabila ditemukan
tungau, telur atau skibala pada pemeriksaan mikroskopik, tetapi hasil pemeriksaan tersebut
sering kali negative. Karena sulitnya menemukan tungau maka secara klinis diagnosis scabies
dapat ditegakkan apabila terdapat trias, yaitu lesi kulit pada daerah predileksi berupa
burrow/terowongan, papul, pustule, vesikel atau nodul, gatal terutama malam hari dan terdapat
riwayat sakit serupa di dalam satu rumah atau kontak.1,8-11
Epidemiologi9-11
13
Penyakit ini ditemukan hampir di semua Negara di dunia dengan prevelansi yang
bervariasi. Di beberapa Negara yang sedang berkembang, prevelansi scabies sekitar 6-27% dari
populasi umum dan cenderung tinggi pada anak usia sekolah serta remaja. Contoh yang dapat
dilihat adalah dari statistic dari Divisi Dermatologi Anak Unit Rawat Jalan RSU Dr. Soetomo
tahun 2003 sebanyak 80 penderita dari lingkungan usia anak 1-14 tahun.
Dikatakan bahawa setiap siklus 30 tahun terjadi scabies. Banyak factor yang
menyebabkan penularan penyakit scabies ini. Antaranya adalah sosioekonomi yang rendah,
hygiene yang buruk, hubungan seksual yang promiskuitas, kesalahan diagnosis dan
perkembangan dermografik dan ekologik. Scabies juga tergolong dalam penyakit akibat
hubungan seksual.
Etiologi9-11
Permulaan penularan penyakit scabies adalah dengan Sarcoptes scabiei betina yang sudah
dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva, yang dikenali sebagai Sarcoptes scabiei var.
animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak
memelihara binatang peliharaan misalnya anjing. Terdapat pelbagai penyebab penularan
penyakit scabies ini. Antara cara penularan atau tranmisi penyakit ini adalah:
14
Gambar 9 : Sarcoptes scabiei
Sumber: http://www.lindane.com/images/content-scabies.jpg
Sarcoptes scabiei termasuk dalam filum Arthropoda kelas Arachinida, ordo Ackarima,
super family Sarcoptes. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor
dan tidak bermata. Betina lebih besar daripada jantan dan bentuk dewasa mempunyai 4 pasang
kaki, 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut sedangkan pada yang jantan
pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan perekat.
Setelah kopulasi yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih
dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang
telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3milimeter
sehari sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sehingga mencapai jumlah 40 atau 50.
Bentuk betina yang dibuahi dapat hidup berbulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam
waktu 3-5hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal di
dalam terowongan tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai
dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.
15
Gambar 10: Siklus hidup Sarcoptes scabiei
Sumber: http://www.healthy-oil-planet.com/images/Scabies_LifeCycle.gif
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau scabies tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Tungau tetap dapat hidup 2-3 hari pada pakaian atau handuk.
Inkubasi memerlukan waktu 1 bulan setelah infestasi, kemudian disertai pruritus. Infeksi ulang
akan berlaku diikuti oleh hipersensitivitas dalam 24 jam. Pada saat itu berlaku kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekuder.
Terdapat beberapa gejala penting yang dapat membedakan penyakit ini dari gejala penyakit
yang lain. Antaranya adalah:
Pruritus nokturna
Gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi
pada suhu yang lebih lembab dan panas
16
Ada terowongan (kunikulus)
Berlaku di tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan,
berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu
ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimorf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan
tempat dengan stratum korneum yang tipis yaitu di sela jari tangan, pergelangan tangan
bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae, umbilicus,
bokong, genitalia eksterna pria dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki.
Menemukan tungau
Gejala paling diagnostic. Dapat dtemukan satu atau lebih stadium hidup tungau
tersebut.Tungau di bagian terowongan yang terhasil di kulit.
17
Gambar 11: Tanda-tanda pasti penyakit Skabies
Sumber: http://www.skinsheen.com/skin-home-remedies-for-scabies-1552.aspx
Penatalaksaan
18
MEDIKA MENTOSA1,9,12
Perawatan yang selalu dilakukan adalah dengan menggunakan obatan anti scabies dan juga anti
histamine untuk mengurangi gejala gatal. Obatan anti scabies ini tidak toksis dan tidak iritatif
serta mampu membunuh semua stadium Sarcoptes scabieae.
Tabel 4 : jenis obat yang digunakan untuk menangani penyakit scabies.
Salap 2-4 : obat ini murah dan aman :tidak membunuh stadium telur
: pemakaian obat ini adalah minimal :memberikan bau belerang dan iritasi
selama 3 hari
Benzil benzoate :dalam bentuk lotion : mengurangkan gatal
emulsi 20% :efektif untuk semua stadium : jangan diberikan kepada anak
: tidak iritasi bawah 6 tahun
:pemakaian obat adalah selama 3
malam
Scabicid, Scabex :efektif untuk semua stadium : neurotoksik (SSP)
: pemakaian selama 2 malam : Jangan diberikan kepada anak-anak
dan wanita hamil
Sulfur presipitat :lebih aman untuk bayi, wanita hamil :setelah 24 jam penggunaan, cuci
7% dan menyusui untuk penggunaan berikutnya
:efektif bila digunakan 3 hari berturut-
turut
Krotamiton : digunakan topical : berlaku iritasi kulit
(eurax) : dalam sediaan krim/lotion 10%
19
:berfungsi sebagai skabisid
:efektif jika digunakan 24jam
Malathion : lotio 0.5% : hati-hati dengan efek toksik- cuci
: suatu pestisida organofosfat setelah 24 jam
Ivermektin :mula-mula digunakan sebagai obat :berlaku gangguan GIT, rasa lelah
anticacing/ onkoserkariasis dan sedasi.
: terutama untuk pasien scabies
dengan HIV
:diberikan sebagai dosis tunggal (oral)
Komplikasi9-11
Komplikasi-komplikasi yang akan timbul dan akan menjadi penyulit diagnosis adalah
infeksi sekunder
: akibat garukan yang kronis, akan menghasilkan gejala impetigo. Impetigo adalah
penyakit kulit superficial yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus dan
Staphylococcus. Impetigo sering mempersulit skabies dan menghasilkan pengerasan
kulit dan pustula yang tergores.
:Selulitis juga dapat terjadi, mengakibatkan pembengkakan dan kemerahan lokal yang
menyakitkan
: diserang demam.
: berlaku perluasan pustular
Scabies berkrusta
: sangat mudah berjangkit dan susah untuk diobati
: akan menyerang golongan yang mempunyai tahap imun yang rendah seperti:
Orang dengan kondisi kesehatan kronis yang melemahkan sistem kekebalan tubuh,
seperti HIV atau leukemia kronis
Orang yang sangat sakit, seperti orang di rumah sakit atau fasilitas perawatan
Orang tua di panti jompo
Furunkulosis
: penyakit radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih daripada sebuah disebut
furunkulosis. Karbunkel ialah sekumpulan furunkel.
:disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
20
dermatitis kontak
:berlaku akibat pengobatan sendiri untuk penyakit scabies
: akibat daripada reaksi hipersensitiviti daripada penggunaan obat.
Prognosis1,11
Dengan terapi yang adekuat, penyakit ini prognosisnya baik kecuali pasien mempunyai kelainan
imunologik.
Pencegahan9
Terapi umum yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit scabies daripada menular adalah:
kebersihan perorangan
: tidak berkongsi pakaian, handuk dan sebagainya
: menukar pakaian dalam atau linen dengan kerap, membasuh dengan air panas dan
detergent dan dikeringkan dengan mesin pengering baju dengan haba yang tinggi.
kebersihan lingkungan
obati keluarga dan kontak personal
memeriksa haiwan pemeliharaan agar bebas dari tungau
gejala pruritus mungkin akan masih menetap hingga 2-3 minggu akibat terdedah kepada
reaksi hipersensitiviti daripada pemakaian obat anti-skabies.
PENUTUP
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Infestasi tersebut menyebabkan berbagai gambaran
klinis pada kulit dan gejala pruritus terutama malam hari. Pruritus merupakan hasil dari reaksi
hipersensitivitas tipe IV (tipe lambat). Skabies merupakan problem kesehatan yang cukup serius
terutama pada komunitas padat seperti asrana, pesantren, panti dan rumah perawatan. Penyakit
ini didapatkan di seluruh dunia dan merupakan penyakit endemis terutama di Negara-negara
sedang berkembang dan beriklim tropis seperti Indonesia.5,11
21
KESIMPULAN
Hipotesis diterima. Gatal-gatal pada sela jari tangan anak laki-laki berusia 5 tahun tersebut
merupakan tanda-tanda scabies.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A., Hamzah M., Aisah S. Pedikulosis, scabies, creeping eruption. Penyakit
kulit parasit hewani. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007.
2. Jaya D.P., Dany F. Diagnosis lesi kulit, anamnesis dan pemeriksaan kulit. Sistem
kulit. Pemeriksaan Fisik dan Anamnesis Klinis. 3rd ed. Buku Kedokteran EGC. 2010.
3. Gleadle J. Anamnesis and physical examination of skin. History and Examination at a
Glance. 10th ed. Blackwell Science Ltd. 2007.
4. Garcia LS., Bruckner DA. Arachnida. Sarcoptes Scabei. Diagnostic Medical
Parasitology. 5th ed. Elsevier Science Publishing Co., Inc. 2008.
5. Sari E.Y.E., Susetiati D.A., Hartati F. Uji diagnostic scabies. Berkala Kesehatan
Klinik. Vol. XIV, No 1, Juni 2008; 41-46. ISSN 0854-2805.
6. Oxford Concise Medical Dictionary. 7th edition. Oxford university press :2007
7. Mark H.B, Fletcher A.J, Jones T.V, Porter R. The Merck Manual Of Medical
Information Dictionary. 4th home edition. Pocket books reference; 2007.
8. Hadidjaja P. Gandahusada S. Sarcoptes scabei. Pembagian filum arthropoda
arachnida. Atlas Parasitologi Kedokteran. 1st ed. PT Ikrar Mandiriabadi, Jakarta.2010.
9. Chen Y.A., Christopher T. Scabies. Parasitic Infection. Dermatology Infection. The
Toronto Notes. 27th ed. Toronto Notes for Medical Students, Inc. Toronto, Ontario,
Canada. 2011.
10. Wahab A.S., Trastotenojo M., Pedit B. U., Prasetyo A. Araknidisme. Skabies.
Penyakit mikotik dan parasitic. Buku Ajar Pediatri Rudolph. 20th ed. Vol.1. Buku
Kedokteran EGC. 2006.
22
11. Zulkarnain I., Listiawan M.Y., Setyaningrum T. Kadar imunnoglobulin E-spesifik
terhadap tungau debu rumah pada penderita scabies nonatopi anak. Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin. Vol 19 no. 2 Augustus 2007; ISSN 1978-4279.
12. Zunilda D.S., Hedi R.D. Antihistamin dan alergi. Farmakologi dan Terapi. 5th ed.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007.
SASARAN PEMBELAJARAN
23