Anda di halaman 1dari 83

PEDOMAN PELAYANAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

INFEKSI RS MATA PADANG EYE CENTER

TAHUN 2014/2015

1
DAFTAR ISI

Surat Keputusan Direktur Tentang PPI ……………………………… 4


BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………... 7
A. Latar Belakang ………………………………………………….. 7
B. Tujuan…………………………………………………………….. 8
C. Ruang Lingkup …………………………………………………. 9
D. Batasan Operasional ………………………………………….. 9
E. Jenis Penyakit Menular ………………………………………. 12
1. AIDS …………………………………………………. 12
2. SARS ………………………………………………… 14
3. TBC ………………………………………………….. 18
4. MRSA ……………………………………………….. 20
F. Kegiatan PPIRS ……………………………………………. 22
1. Surveilens …………………………………………… 22
2. Kebersihan Tangan ………………………………... 41
3. APD …………………………………………………… 45
4. CSSD …………………………………………………. 51
5. Dekontaminasi ………………………………………. 58
6. Kwaspadaan standart dan berdasarkan transmisi……. 60
7. Management RISK PPI …………………………….. 61
8. Kohorting …………………………………………….. 65
9. Pengelolaan Kebersihan lingk …………………….. 69
10. Pengelolaan linen …………………………………. 72
11. Antibiogram …………………………………………. 76
12. Upaya kesehatan karyawan ………………………. 77
13. Pemeriksaan swab dan kultur …………………….. 70
BAB II STANDART KETENAGAAN ……………………………… 91
A. Kualifikasi Ketenagaan ……………………………………... 91

2
B. Uraian Tugas ……………………………………………………. 92
C. Distribusi Ketenagaan …………………………………………. 96
BAB III STANDART FASILITAS ………………………………………. 97
A. Fasilitas bagi Petugas ………………………………………. 97
B. Fasilitas bagi Pelayanan ……………………………… 97
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ……………………………… 99
BAB V LOGISTIK ……………………………………………………….. 106
BAB VI KESELAMATAN KERJA ……………………………………… 107
BAB VII KESELAMATAN PASIEN ……………………………………. 111
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU …………………………………… 113
BAB IX PENUTUP ………………………………………………… 120
Lampiran – lampiran
Lamp 1.Gambar penanganan tumpahan darah
Lamp 2. Tabel desinfeksi
Lamp 3. Tabel cara membuat larutan clorin
Lamp 4. Tabel ASA score
Lamp 5. Tabel Daftar tilik penyakit menular
Lamp 6. Tabel daftar tilik penggunaan APD

3
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RS MATA PADANG EYE CENTER

NOMOR: ........
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN
PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RS MATA PADANG EYE CENTER

DIREKTUR RS MATA PADANG EYE CENTER

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Mata Padang Eye Center maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan yang bermutu tinggi dari setiap gugus tugas/ unit
pelayanan yang ada;
b. bahwa pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan
salah satu gugus tugas/ unit pelayanan di Rumah Sakit Mata Padang
Eye Center yang harus mendukung pelayanan rumah sakit secara
keseluruhan maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang bermutu tinggi.
c. bahwa agar pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya Surat Keputusan Direktur
tentang Kebijakan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi
Rumah Sakit Mata Padang Eye Center sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a,
b dan c, perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumah
Sakit Mata Padang Eye Center

4
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Keputusan Pengurus PT. Muda Medika Mandiri Nomor 2071-
Ps/STRUKTUR-RSPR/VII/2013 tentang Penetapan Struktur
Rumah Sakit Mata Padang Eye Center.
3. SK Pengurus PT. Muda Medika Mandiri Nomor: 0914-
Ps/ANGKAT.DIR.RSPR/XII/2008 tentang Pengangkatan dr Rahmi
Puspita Genie sebagai Direktur RS Mata Padang Eye Center PT.
Muda Medika Mandiri Periode.........
4. SK Direktur RS Mata Padang Eye Center No. 4600/PR-
Kep.Dir/VIII/2013 Tentang Kebijakan Pelayanan RS Mata Padang
Eye Center.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RS MATA PADANG EYE CENTER
Tentang PEDOMAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI RS MATA PADANG EYE CENTER
Kedua : Pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi RS MATA
EYE CENTER sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan pencegahan
dan pengendalian infeksi dilaksanakan oleh Direktur RS MATA
PADANG EYE CENTER.
Keempat : Kepala pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi wajib
mensosialisasikan keputusan ini ke seluruh karyawan di Pelayanan
pencegahan dan pengendalian infeksi.

5
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di .......tanggal ........


RS ........

Dr. .......
Direktur,

6
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit, perlu
dilakukan pengendalian infeksi, diantaranya adalah pengendalian infeksi
nosokomial. Infeksi nosokomial masih banyak dijumpai di rumah sakit dan
biasanya merupakan indikator bagi pengukuran tentang seberapa jauh rumah sakit
tersebut telah berupaya mengendalikan infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial dipelopori oleh Nightingale,
Simmelweis, Lister dan Holmes melalui praktek-praktek hygiene dan penggunaan
antiseptik. Tantangan dalam pengendalian infeksi nosokomial semakin kompleks
dan sering disebut disiplin epidemiologi rumah sakit.
Kerugian ekonomik akibat infeksi nosokomial dapat mencapai jumlah
yang besar, khususnya untuk biaya tambahan lama perawatan, penggunaan
antibiotika dan obat-obat lain serta peralatan medis dan kerugian tak langsung
yaitu waktu produktif berkurang, kebjiakan penggunaan antibiotika, kebijakan
penggunaan desinfektan serta sentralisasi sterilisasi perlu dipatuhi dengan ketat.
Tekanan-tekanan dari perubahan pola penyakit infeksi nosokomial dan
pergeseran resiko ekonomik yang harus ditanggung rumah sakit mengharuskan
upaya yang sistematik dalam penggunaan infeksi nosokomial, dengan adanya
Komite Pengendalian Infeksi dan profesi yang terlatih untuk dapat menjalankan
program pengumpulan data, pendidikan, konsultasi dan langkah-langkah
pengendalian infeksi yang terpadu. Keberhasilan program pengendalian infeksi
nosokomial dipengaruhi oleh efektivitas proses komunikasi untuk menyampaikan
tujuan dan kebijakan pengendalian infeksi tersebut kepada seluruh karyawan

7
rumah sakit baik tenaga medis maupun non medis, para penderita yang dirawat
maupun berobat jalan serta para pengunjung rumah sakit Mata Padang Eye Center
Upaya pengendalian infeksi nosokomial di Rumah Sakit Mata Padang Eye
Center
bersifat multidisiplin, hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang
tinggi untuk mematuhi prosedur aseptik, teknik invasif, upaya
pencegahan dan lain-lain.
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme
pertahanan yang rendah supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat
mempengaruhi kejadian infeksi supaya lebih bijaksana
4. Design: rancang bangun ruang bedah serta unit-unit lain berpengaruh
terhadap resiko penularan penyakit infeksi, khususnya melalui udara
atau kontak fisik yang dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup
memadai.
5. Device: peralatan protektif diperlukan sebagai penghalang penularan,
misalnya pakaian pelindung, masker, topi bedah dan lain-lain.

B. Tujuan .
1. Tujuan umum .
Meningkatkan mutu pelayanan Rumah sakit Mata Padang Eye Center
melalui pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh
semua departemen /unit dengan meliputi kualitas
pelayanan,management resiko,clinical governace,serta kesehatan dan
keselamatan kerja .
2. Tujuan Khusus
 Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPIRS dalam
melaksanakan tugas,wewenang dan tanggung jawab secara
jelas.

8
 Menggerakan segala sumber daya yang ada dirumah sakit dan
fasilitas kesehatan lain secara efektif dan efisien.
 Menurunkan angka kejadian infeksi dirumah sakit secara
bermakna.
 Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan PPIRS
Mata Padang Eye Center
C. Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan Pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi :
 Kewaspadaan standart dan berdasarkan transmisi
 Pelayanan surveilens PPI
 Hand Higiene sebagai bariier protection.
 Penggunaan APD
 Pelayanan CSSD
 Pelayanan Linen
 Pelayanan Kesehatan karyawan
 Pelayanan Pendidikan dan edukasi kepada staf,pengunjung dan pasien
 Pelayanan pemeriksaan baku mutu air bersih dan IPAL bekerja sama dengan
IPSRS.
 Pelayanan pengelolaan kebersihan lingkungan
 Pelayanan management resiko PPI
 Antibiogram dan pola kuman RS Mata Padang Eye Center
 Penggunaan bahan single use yang di re-use

D. Batasan operasional.
Pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi kegiatan sbb :
I. Konsep dasar penyakit
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia
termasuk indonesia ,ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal dari(
Community acquaired infection)atau berasal dari( Hospital Acquired
infektion). Karena seringkali tidak bisa secara pasif ditentukan asal infeksi
maka istilah infeksi nosokomial (Hospital Acqured infeksi) diganti (HAIs)
yaitu healthcare –assosiated infections dengan arti lebih luas tidak hanya
terjadi dirumah sakit juga bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga

9
tidak terbatas pada pasien namun infeksi juga dapat terjadi pada petugas
yang didapat saat melakukan tindakan medis atau perawatan . Batasan
a. Kolonisasi :
merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen
infeksi,dimana organisme tersebut hidup,tumbuh dan berkembang
biak,namun tanpa disertai adanya respon imun atau gejala klinis.Pada
kolonisasi tubuh pejamu tidak dalam keadaan suspectibel pasien dan
petugas dapat mengalami kolonisasi dengan dengan kuman patogen
tanpa mengalami rasa sakit tetapi menularkan kuman tersebut ke orang
lain (sebagai carrier).
b. Infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme dimana terdapat respon imun tetapi tidak disertai gejala
klinik.
c. Penyakit infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik.
d. Penyakit menular
Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu
orang ke orang lain secara langsung maupun tidak langsung.
a. Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi pada manusia ,dapat berupa bakteri,virus,riketsia,jamur, dan
parasit.ada 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu :
virulensi,patogenesis,jumlah dosis obat.
b. Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat
hidup,tumbuh,berkembang biak dan siap ditularkan pada orang
lain,reservoir yang paling umum adalah
manusia,binatang,tumbuhan,tanah,air dan bahan bahan organik.pada

10
manusia sehat permukaan kulit,selaput lendir saluran
napas,pencernaan dan vagina meripakan reservoir yang umum.
c. Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan
reservoir ,pintu keluar meliputi saluran napas,pencernaan,saluran
kemih dan kelamin,kulit,membran mukosa,trasplacenta dan darah
serta cairan tubuh lainnya.
d. Transmisi adalah bagaiman mekanisme penularan meliputi (1)
kontak; langsung dan tidak langsung,(2) droplet ,(3) airborne ,(4)
Vehicle ;makan,minuman,darah,(5) vektor biasanya bnatang pengerat
dan serangga.
e. Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki tubuh
pejamu (yang supectibel) dapat melalui saluran
pernapsan,pencernaan.perkemihan atau luka.
Pencegahan.

3. ILI (Infeksi Luka Infus)

1. Infeksi luka infus harus memenuhi minimal 1 dari kriteria sbb :


a) Hasil kultur positif dari arteri atau vena yang diambil saat operasi.
b) Terdapat bukti infeksi dari arteri atau vena yang terlihat saat operasi atau berdasarkan bukti
hispatologik.
c) Pasien minimal mempunyai 1 gejala dan terlihat tanda berikut tanpa ditemukan penyebab
lainnya :
 Demam (>38° C) ,nyeri,eritema,atau panas pada vaskular yang terlihat.
 Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskular tumbuh >15 koloni mikriba.
 Kultur darah tidak dilakukan atau hasil negatif.
d) Adanya aliran nanah pada vaskular yang terlihat.
e) Untuk pasien ≤ 1 tahun,minimal mempunyai 1 gejala dan tanda berikut tanpa ditemukan

11
penyebab lain :
 Demam (>38°C rektal),hipotermia (<37 °C),apneu,bradikardia,letargia,atau
nyeri,atau panan pada vaskular yang terlibat dan
 Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskulartumbuh >15 koloni mikroba
 Kultur tidak dilakukan atau hasil negatif
Petunjuk pelaporan ILI :
 ILI purulen dikonfirmasi dengan hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung
kateter,tetapi bila hasil kultur negatif atau tidak ada kultur darah maka dilaporkan
sebagai ILI bukan sebagai IADP.
 Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah sebagai IADP bila tidak ditemukan infeksi
lain dari bagian tubuh.
 Infeksi intravaskular dengan hasil kultur darah positif dilaporkan sebagai IADP
 Penggantian IV LINE untuk dewasa dilakukan setiap 3 (tiga) hari sekali, sedangkan
IV LINE untuk bayi dan anak-anak setiap 5 (lima) hari sekali.
A. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
B. Jika pasien terpasang infus dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
C. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden
terpenuhi.
D. Golden standart penegakan kasus infeksi adalah melalui kultur darah ,setiap 3 bulan sekali
dilakukan kultur 3 responden setiap ruangan.
Cara menghitung ILI
Numerator x 1000 = ..........%
Denominator
Jumlah kasus ILI x 1000 = ........ %
Jumlah hari pemakaian alat

Populasi beresiko ILI :


1) Semua pasien yang menggunakan iv line dengan kurun waktu 2x24 jam.

12
2) Lama penggunaan kateter ,lama hari rawat ,pasien dengan
immunocompromise,malnutrisi,luka bakar atau lukaoperasi tertentu.

Pencegahan ILI :
1) Lakukan kebersihan tangan aseptik sebelum melakukan tindakan.
2) Gunakan teknik aseptik saat melakukan tindakan.
3) Ganti set infus dan dressing setiap 3 hari sekali atau setiap kali diperlukan (lembab atau
kotor )
Lepas atau hentikan akses pemasangan kateter vena sentral sesegera mungkin jika tidak
diperlukan lagi.
5. ILO (Infeksi Luka Operasi)

Pengertian ILO
a. ILO superfisial terjadi bila insisi hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan )
b. ILO profunda bila insisi terjadi mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fasia dan
lapisan otot)
c. ILO organ bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai rongga dalam tubuh.
Kategori operasi :
1) Operasi bersih,adalah operasi dilakukan pada daerah /kulit yang pada kondisi pra
bedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus
respiratorius,gastroinestinal,orofaring,urinarius,atau traktus biliaris atau operasi
terencana dengan penutupan kulit primer atau tanpa pemakaian drain tertutup.
Kebijakan
a. Kriteria ILO superfisial :
- Infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan operasi.
- mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan)-
- Terjadi hal 2 sbb:
 Drainase bahan purulen dari insisi superficial
 Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang diambil secara aseptic

13
dari tempat insisi superficial.
 Sekurang kurangnya terdapat :
- satu tanda atau gejala infeksi sbb: rasa nyeri, pembengkakan yang terlokalisir, kemerahan,
atau hangat pada perabaan.
- insisi superficial terpaksa harus dibuka oleh dr bedah dan hasil biakan positif atau tidak
dilakukan biakan. Hasil biakan yang negatif tidak memenuhi kriteria ini.
 Diagnosi ILO superficial oleh dokter bedah atau dokter yang menanggani pasien tersebut.
b. Faktor Risiko ILO
- Kondisi pasien sendiri, misal usia, obesitas, penyakit berat, ASA Score, karier MRSA,
lama rawat pra operasi, malnutrisi, DM, penyakit keganasan.
- Prosedur operasi : Cukur rambut sebelum operasi, jenis tindakan, antibiotik profilaksis,
lama operasi, tindakan lebih dari 1 jenis, benda asing, transfusi darah, mandi sebelum
infeksi luka operasi.
c. Survey dilakukan 30 % dari populasi setiap ruangan perawatan.
d. Jika pasien tindakan operasi dari luar rumah sakit tidak dilakukan survey.
e. Survey dilakukan pada pasien baru sampai beberapa hari hingga jumlah responden terpenuhi.

Kategori resiko :
1. Jenis luka
 Luka bersih dan bersih kontaminasi skor : 0
 Luka bersih kontaminasi dan kotor skor : 1
Keterangan :
- luka bersih : nontrauma ,operasi luka tidak infeksi,tidak membuka saluran
pernapasan dan genitourinari.
- Bersih kontaminasi : operasi yang membuka saluran pernapasan dan
genitourinari .
- Kontaminasi luka terbuka : trauma terbuka .
- kotor dan infeksi : trauma terbuka,kontaminasi fecal.

14
2. Lama operasi : waktu mulai dibuka insisi sampai penutupan kulit.
Setiap jenis operasi berbeda lama opearasinya
 Lama operasi sesuai atau kurang dengan waktu yang ditentukan. Skor 0
 Bila lebih dari waktu yang ditentukan skor : 1.
3. ASA score .
 ASA 1-2,skor :0
 ASA 3-5, skor :1
= X/Y x 100%
X : jumlah kasus infeksi yang terjadi dalam waktu tertentu.
Y : jumlah pasien operasi pada waktu tertentu.
Pencegahan ILO :
1. Pra bedah..
a. Persiapan pasien sebelum operasi.
 Jika ditemukan tanda -tanda sembuhkan dulu infeksinya sebelum hari operasielektif dan
jika perlu ditunda sampai tidak ada infeksi.
 Jangan memotong bulu mata , pencukuran hanya dilakukan bila daerah sekitar operasi
terdapat rambut yang dapat mengganggu jalannya operasi (pemotongan dilakukan 1 jam
sebelum operasi dengan menggunakan gunting
 Kendalikan kadar gula darah pada pasn diabetes dan hindari kadar gula darah yang terlalu
rendah sebelum operasi.
 Sarankan pasien untuk berhenti merokok min 30 hari sebelum hari elektif operasi.
 Anjurkan pasien untuk mencuci muka terlebih dahulu
b. Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah :
 Kuku harus pendek dan jangan menggunakan kuku palsu.
 Lakukan kebersihan tangan bedah dengan chlorhexidine 4 % setelah kebersihan tangan
tangan harus tetap mengarah ke atas dan dijauhkan dari tubuh agar air mengalir dari ujung
jari menuju siku,keringkan tangan dengan handuk steril ,pakai saung tangan dan gaun steril.

15
c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi.
 Anjurkan agar melapor jika terdapat tanda infeksi agar mendapatkan pengobatan.
d. Profilaksis anti mikroba .
 Pemberian anti mikroba hanya bila diindikasikan dan pilihlah yang paling efektif terhadap
patogen yang umum yang menyebabkan ILO pada operasi jenis tersebut yang
direkomendasikan.
 Berikan dosis profilaksi awal melalui intravena 1 jam sebelum operasi sehingga sat
dioperasi konsentrasi bakterisida pada serum dan jaringan maximal.

2. Intra Bedah.
a. Ventilasi .
 Pertahankan tekanan (+) ruangan kamar bedah .
 Jangan menggunakan fogging dan sinar UV dikamar operasiuntuk mencegah ILO.
 Pintu kamar bedah harus selalu tertutup kecuali diperlukan untuk lewatnya peralatan bedah.
 Batasi jumlah orang yang masuk kamar bedah.
b. Membersihkan dan desinfeksi permukaan lingkungan.
 Bila tampak darah atau cairan tubuh lain gunakan chlorine 0,5 % dan biarkan 10 menit
kemudian bersihkan cairan tadi .
 Tidak perlu pembersihan khusus /penutupan kamar bedah setelah selesai operasi kotor.
 Pel dan keringkan lantai kamar bedah dengan menggunakan detergennt normal.
c. Sterilisasi instrumen bedah.
 Sterilisasikan instrumen bedah sesuai petunjuk.
 Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang harus digunakan segera seperti
instrumen jatuh saat operasi.
d. Pakaian bedah /drapes .
 Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung bila memasuki kamar bedah saat operasi
berjalan .
 Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut dikepala.

16
 Jangan menggunakan caver shoes untuk mencegah ILO Ganti gaun bila tampak kotor dan
terkontaminasi percikan cairan tubuh pasien.
 Gunakan gaun dan drape yang kedap air.
e. Teknik aseptik dan bedah.
 Lakukan teknik aseptik saat melakukan pemasangan infus
 Siapkan peralatan dan larutan steril sasaat sebelum digunakan.
3. Paska Bedah;
 Jika terjadi rembesan darah atau cairan pada daerah operasi segera laukakan penggantian
verban.
 Lakukan mobilisasi sedini mungkin.
 Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan bergizi.

II. Kebersihan tangan.

Pedoman menkebersihan tangan telah memberikan anjuran tentang


kapan dan bagaimana melakukan kebersihan tangan atau menggosok tangan
untuk pembedahan, telah mengalami perubahan secara cepat pada masa 15
tahun terakhir, dengan munculnya AIDS pada tahun 1980 an.

Kebersihan tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan
kebersihan tangan memakai sabun antimicrobial (Pereira, Lee dan Wade
1990).

Pittet dan kawan-kawan pada tahun 2000, melaporkan hasil penelitian


tentang kepatuhan tenaga kesehatan dalam menkebersihan tangan, bahwa ada
4 alasan mengapa kepatuhan menkebersihan tangan masih kurang, yaitu:

 Skin irritation
 Inaccessible handwashing supplies
 Being too bussy
 No thinking abut it

17
Kepatuhan menkebersihan tangan di ICU (Spraot, I,J, 1994) kurang dari 50%,
sedangkan Galleger 1999 melaporkan bahwa kepatuhan menkebersihan
tangan tersebut :

Individu Patuh % Tidak Patuh %


Dokter 33 67
Perawat 36 64
Tenaga kesehatan lainya 43 57
Mahasiswa perawat 0 100

Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang


tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular dan
penyebaran mikroorganisme multiresisten serta diakui sebagai kontributor
yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002), hal ini
disebabkan karena pada lapisan kulit terdapat flora tetap dan sementara yang
jumlahnya sangat banyak.

Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga akar
rambut, tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan dicuci dan
digosok keras. Flora tetap, berkemungkinan kecil menyebabkan infeksi
nosokomial, namun lapisan dalam tangan dan kuku jari tangan sebagian besar
petugas dapat berkolonisasi dengan organisme yang dapat menyebabkan
infeksi seperti : s.Auresus, Basili Gram Negative, dan ragi. Sedangkan flora
sementara, ditularkan melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lainya,
atau permukaan yang terkontaminasi. Organisme ini hidup pula pada
permukaan atas kulit dan sebagian besar dapat dihilangkan dengan
mencucinta memakai sabun biasa dan air. Organisme inilah yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial (JHPIEGO, 2004).

 Kebersihan tangan adalah Proses membuang kotoran dan debris


secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dan mereduksi jumlah
mikroorganisme transient dengan menggunakan bahan tertentu.
 Flora transien dan flora residen pada kulit .
Flora transien pada tangan diperoleh melalui kontak dengan pasien
,petugas lain,atau permukaan lingkungan (meja,tensi,stetoskop atau

18
toilet),organisme ini tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat saat
kebersihan tangan.Flora residen tinggal dilapisan kulit yang lebih
dalam serta didalam folikel rambut dan tidak hilang seluruhnya saat
dilakukan pencucian dan pembilasan keras dengan sabun dan air
mengalirUntungnya pada sebagian kasus ,flora residen
kemungkinan kecil terkait dengan penyakit infeksi menular melalui
udara seperti flu burung .Tangan atau kuku petugas kesehatan
dapat terkolonisasi pada lapisan dalam oleh organisme yang
menyebabkan infeksi seperti S .Aureus,batang gram negatif.
 Sabun
Produk pembersih yang bergua untuk menurunkan tegangan
permukaan sehingga membantu melepaskan kotoran,debris dan
mikroorganisme yang meempel sementara di tangan.sabun biasa
memerlukan gosokan untuk melepaskan mikroorganisme secara
mekanik,sementara sabun anti septik disamping membersihkan
juga dapat membunuh kuman
 Agen antiseptik
Bahan kimia yang digunakan untuk menghambat atau membunuh
mikroorganisme baik yang transien atau residen.
 Emolient
Cairan organik seperti gliserol,propilen glikol atau sorbitol yang
ditambahkan pada handrub berguna sebagai melunakkan kulit dan
membantu mencegah kerusakan kulit.
 Air mengalir
Air yang secara alami atau kimia yang digunakan untuk kebersihan
tangan merupakan air bersih bebas mikroorganisme ,memiliki
turbiditas rendah (jernih ,tidak berbau )

19
Tujuan.

1. Membersihkan kedua tangan dari kotoran ,

2. Mereduksi jumlah microorganisme transient


 Jenis kebersihan tangan ada 4 macam;
1. Kebersihan tangan surgical.
2. Kebersihan tangan Aseptik
3. Kebersihan tangan sosial
4. Kebersihan tangan handrub
 5 moment kebersihan tangan :
1. Sebelum menyentuh pasien.
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik.
3. Setelah tersentuh cairan tubuh pasien.
4. Setelah menyentuh pasien.
5. Setelah menyentuh lingkungan disekitar pasien

 Menggunakan 6 langkah kebersihan tangan


1. Petugas menggosok punggungdan sela-sela jari tangan kiri dengan
tangan kanan dan sebaliknya.sebanyak 4x
2. Petugas menggosok keduatelapak tangan dan sela-sela jari
sebanyak 4x.
3. Jari –jari sisi dalam dari keduatangan petugas salingmengunci
sebanyak 4x
4. Petugas menggosok ibujari berputardalam genggaman
tangankanan dan lakukan sebaliknya sebanyak 4x
5. Petugas menggosok dengan memutarujungjari– jari di telapak
tangan kiri dansebaliknya sebanyak 4x
6. Petugas menggosok dengan memutarujungjari– jari di telapak
tangan kiri dansebaliknya sebanyak

Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan tangan:

20
1. Kuku harus seujung jari tangan.
2. Cat kuku tidak diperkenankan
3. Bila tangan luka atau tidak intak ,harus diobati
dan dibalut dengan balutan yang kedap air.
4. Jam tangan dan cicncin tidak diperkenankan
dipakai

III. ALAT PELINDUNG DIRI

Protective barrier umumnya diacu sebagai Alat Pelindung Diri (APD), telah
digunakan bertahun-tahun lamanya untuk melindungi pasien dari
mikroorganisme yang terdapat pada staf yang bekerja pada suatu unit perawatan
kesehatan. Akhir-akhir ini, adanya AIDS dan HCV dan resurgence tuberkulosis
di banyak negara, memicu penggunaan APD menjadi sangat penting untuk
melindungi staf .

Termasuk Alat pelindung Diri a.l: sarung tangan, masker/respirator, pelindung


mata (perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron dan barang lainnya. Di banyak
negara kap, masker, gaun dan tirai terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang
sangat efektif, bagaimanapun, terbuat dari kain yang diolah atau bahan sintetik
yang menahan air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh) menembusnya.
Bahan-bahan tahan cairan ini, bagaimanapun, tidak tersedia secara luas karena
mahal. Di banyak negara, kain katun yang enteng (dengan hitungan benang
140/in²) adalah bahan yang sering dipakai untuk pakaian bedah (masker, kap dan
gaun) dan tirai. Sayangnya, katun enteng itu tidak memberikan tahanan efektif,
karena cairan dapat menembusnya dengan mudah, yang membuat kontaminasi.
Kain dril, kanvas dan kain dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat untuk
ditembus uap (yaitu, sulit disterilkan), sangat sukar dicuci dan makan waktu
untuk dikeringkan. Bila bahan kain, warnanya harus putih atau terang agar
kotoran dan kontaminasi dapat terlihat.

Macam APD :

1. Masker

21
2. Sarung tangan

3. Kaca mata,

4. Topi

5. Apron/celemek

6. Pelindung kaki

7. Gaun pelindung
8. Helm

1. Sarung tangan.

Tujuan memakai sarung tangan :

 Melindungi tangan dari kontak dengan darah,cairan


tubuh,secret,eksekreta,mukosa,kulit yang utuh dan benda-benda yang
terkontaminasi.

Jenis sarung tangan :

a) Sarung tangan steril:

 Digunakan di IKO, poli gigi atau poli bedah

 Digunakan saat pembedahan atau prosedur invasif

 Penggunaanya sekali pakai.

b) Sarung tangan tidak steril

 Digunakan di rawat inap, IPSRS, kebersihan

 Digunakan saat akan bersentuhan dangan cairan atau mukosa tubuh atau
bahan berbahaya

c) Sarung tangan rumah tangga

 Digunakan di linen, gizi, IPAL

 Digunakan untuk menyentuh bahan bahan yang memerlukan perlakuan


khusus (piring yg licin, mencuci linen yang tebal, dll)

22
3 saat petugas menggunakan sarung tangan :

1) Sebagai barieer protekif dan mencegah kontaminasi yang berat (saat akan
menyentuh cairan tubuh,sekresi,ekskresi,mukosa membran dan kulit yang
tidak utuh.

2) Untuk menghindari transmisi mikroba ditangan petugas ke pada pasien


(saat akan melakukan tindakan aseptik atau menangani benda – benda
yang terkontaminasi .

3) Untuk mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien


lain(saat penggunaan sarung tangan yang benar,krn sarung tangan belum
tentu tidak berlubang walaupun kecil)

Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan sarung tangan;

- Kebersihan tangan sebelum dan sesudah melepas sarung tangan.

- Gunakan sarung tangan berbeda untuk setiap pasien .

- Hindari jamahan pada benda-benda lain.

- Teknik menggunakan dan melepas sarung tangan harus dipahami.

2. Pelindung wajah.

- Tujuan : melindungi selaput lendir ,hidung,mulut,dan mata .

Jenis alat :

- Masker.

3. Masker

Jenis masker:

a. Masker bedah

 Masker yang digunakan saat pembedahan di kamar operasi

 Di ganti bila basah atau selesai pembedahan

 Masker harus bisa menutupi hidung, muka bagian bawah, rahang dan semua
rambut muka

23
 Digunakan untuk menahan tetesan keringat yang keluar sewaktu bekerja
,bicara, batuk atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan
tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut.

b. Masker biasa.

 Digunakan dalam kegiatan sehari- hari kegiatan yang menimbulkan bau (saat
pengelolaan sampah,kamar mandi,ipal dll)

 Digunakan saat menderita batuk pilek..

 Dugunakan saat timdakan perawatan yang menimbulkan bau

(personal higiene,Membantu Bab,Bak,perawatan luka)

6. Gaun.

Tujuan :

- Melindungi petugas dari kemungkinan genangan atau percikan darah atau


cairan tubuh lainnya yang dapat mencemari baju.

Jenis Gaun :

- Gaun pelindung tidak kedap air.

- Gaun pelindung kedap air.

- Gaun steril.

- Gaun non steril.

Indikasi penggunaan gaun :

- Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran /kontaminasi


pada pakaian petugas seperti ;

 Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan WC


atau Toilet

 Tindakan bedah.

6. Pelindung kaki

24
Tujuan :

- Melindungi kaki petugas dari tumpahan /percikan darah atau cairan tubuh
lainnya dan mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau
kejatuhannalkes.

- Digunakan dalam operasi

 Terbuat dari plastik yang menutupi seluruh ujung dan telapak kaki
digunakan untuk melindungi kaki dari:

a. Cairan atau bahan kimia yang berbahaya

b. Bahan atau peralatan yang tajam

7. Topi (penutup kepala)

 Digunakan untuk melindungi rambut dan kepala dari cairan tubuh atau bahan
berbahaya.

 Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala


petugas terhadap alat-alat di daerah steril dan juga sebaliknya melindingi
kepala petugas dari bahan – bahan berbahaya dari pasien.

 Digunakan saat melakukan tindakan yang memerlukan area steril yang luas
(operasi,pemasangan kateter vena sentral.)

IV. Sterilisasi

Adalah membunuh semua mikroorganisme, termasuk endospora


bakterial

AdalaPenguapan bertekanan tinggi yang menggunakan suatu otoklaf atau dry


heat dengan menggunakan oven adalah metode yang paling tersedia saat ini
yang digunakan untuk proses sterilisasi.

Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metode sterilisasi yang


paling murah dan efektif, tetapi juga paling sulit untuk dilakukan

25
secara benar (Gruendemann dan Mangum 2001). Pada umumnya
sterilisasi ini adalah metode pilihan untuk mensterilisasi instrumen
dan alat-alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan
kesehatan. Bila aliran listrik bermasalah, instrumen-instrumen dapat
disterilisasi dengan sebuah sterilisator uap nonelektrik dengan
menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya sebagai
sumber panas.

Kondisi Standar Sterilisasi Panas

Sterilisasi uap (Gravitas): Suhu harus berada pada 121ºC; tekanan


harus berada pada 106 kPa; 20 menit untuk alat tidak terbungkus 30
menit untuk alat terbungkus. Atau pada suhu yang lebih tinggi pada
132ºC, tekanan harus berada pada 30 lbs/in²; 15 menit untuk alat
terbungkus.
Catatan: Setting tekanan (Kpa atau lbs/in²) dapat agak berbeda
bergantung pada sterilisator yang digunakan. Bila mungkin, ikuti
anjuran pabrik.
Panas kering:

 170ºC selama 1 jam (total cycletime-meletakkan instrumen-


instrumen di oven, pemanasan hingga 170ºC, selama 1 jam dan
kemudian proses pendinginan 2-2,5 jam), atau
 160ºC selama 2 jam (total cycle time dari 3-3.5 jam).
Ingat:

 Waktu paparan mulai hanya setelah sterilisator telah mencapai


target
 Jangan memuat sterilisator untuk alat tidak terbungkus dengan
metode ini lebih pendek, hanya butuh waktu 4 menit. Metode
kilat ini biasanya digunakan untuk alat-alat individual.

Kegiatan di unit CSD :

26
1. Unit CSSD berada diinstalasi kamar operasi
2. Jam penerimaan bahan yang akan disteril lagi dari ruangan
 Pagi pukul 09.00-10.00 WIB
 Siang pukul 14.00 -15.00 WIB
3. Ruangan CSD terdiri dari 4 area, seperti yang terlihat pada. Area ini
adalah:

1. a. area penerimaan/pembersihan “hal-hal kotor”,

Di area ini, peralatan kotor diterima, dibongkar dicuci, dibilas dan


dikeringkan.

Area penerimaan/pembersihan “hal-hal kotor” harus memiliki:

 sebuah konter penerimaan;1

 dua sinks bila mungkin (satu untuk membersihkan dan satu untuk
membilas) dengan suplai air bersih; dan

 sebuah konter peralatan yang bersih untuk pengeringan

27
b. area kerja “bersih”
Di area kerja bersih, peralatan bersih:
 diperiksa barangkali ada catat atau kerusakan;
 dipak (bila terindikasi), baik disterilisasi maupun DTT; dan
 dikirim untuk disimpan seperti dalam bentuk dipak atau diangin-anginkan untuk
dikeringkan dan dimasukkan dalam wadah steril atau DTT.

Area kerja bersih harus mempunyai:


 meja besar;
 rak-rak penyimpanan peralatan bersih dan yang sudah dipak; dan
 sterilisator uap tekanan tinggi, oven panas tinggi, steamer, atau boiler.
c. area penyimpanan peralatan bersih, dan
Simpanlah peralatan bersih di area ini. Staf CSD juga harus memasuki CSD melalui
area ini. Lengkapi peralatan area ini dengan:
 rak-rak (lebih baik tertutup) untuk menyimpan peralatan bersih, dan ruangan
tersendiri.

d. area penyimpanan steril atau DTT.

Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau DTT
di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.
 Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di kabinet atau
rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup lebih baik karena hal ini
melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu dan debris. Rak-rak terbuka
dapat diterima apabila area ini punya akses terbatas dan urusan rumah tangga dan
ventilasi terkontrol.)
 Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain tiras
(lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.
 Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan
dengan jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 15-20
cm dari dinding luar.
 Jangan mempergunakan kardus
28 untuk tempat penyimpanan. (Kardus melepaskan
debu dan debris serta dapat menjadi sarang serangga.)
 Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan bahwa
4. Area Penyimpanan Steril atau DTT

Simpanlah pak-pak yang sudah disterilisasi dan wadah tertutup yang steril atau
DTT di area ini, pisahkan dari daerah suplai steril pusat.

 Batasi akses ke area penyimpanan ini dan/atau simpanlah peralatan di kabinet


atau rak-rak yang tertutup. (Rak-rak atau kabinet yang tertutup lebih baik
karena hal ini melindungi pak-pak dan wadah-wadah dari debu dan debris.
Rak-rak terbuka dapat diterima apabila area ini punya akses terbatas dan
urusan rumah tangga dan ventilasi terkontrol.)
 Menjaga area penyimpanan tetap bersih, kering, bebas debu dan bebas kain
tiras (lint-free) sesuai dengan jadwal urusan rumah tangga reguler.
 Pak-pak dan wadah-wadah dengan peralatan steril atau DTT harus disimpan
dengan jarak 20 hingga 25 cm dari lantai, 45-50 cm dari langit-langit, dan 15-
20 cm dari dinding luar.
 Jangan mempergunakan kardus untuk tempat penyimpanan. (Kardus
melepaskan debu dan debris serta dapat menjadi sarang serangga.)
 Buatlah tanggal dan rotasi suplai. Proses ini berfungsi sebagai peringatan
bahwa paket itu rentan atas proses kontaminasi dan menghemat ruang
penyimpanan, tetapi hal ini tidak menjamin sterilitas.
 Pak-pak akan tetap steril sepanjang integritas paket itu dipertahankan.
 Wadah-wadah steril atau DTT tetap dalam kondisi tersebut hingga dibuka.
 Barang steril dan DTT dari area ini didistribusikan

29
Sistem Shelf Life:
 Shelf life dari peralatan steril yang dipak terkait dengan peristiwa dan bukan
terkait dengan waktu. Sebuah peristiwa dapat membahayakan integritas dan
efektivtas pak tersebut.
 Peristiwa yang dapat membahayakan atau menghancurkan sterilitas pak
mencakup berbagai penanganan, berkurangnya integritas pak, penetrasi
kelembaban, dan kontaminasi udara.
 Sterilitas hilang ketika pak telah terkoyak di pembungkusnya, telah basah,
terjatuh di lantai, berdebu atau tidak tersegel.
 Shelf life sebuah pak steril akan bergantung pada kualitas pengepakan, kondisi
selama penyimpanan dan pengangkutan, dan jumlah penanganan sebelum
digunakan.
 Menyegel pak-pak steril di kantong-kantong plastik dapat mencegah
kerusakan dan kontaminasi.
 Sebagian besar peristiwa yang berkontaminasi terkait dengan penanganan pak
secara berlebihan atau kurang tepat. Idealnya sebuah peralatan harus ditangani
tiga kali: (1) ketika mengeluarkan dari sterilizer cart dan menempatkan di rak
penyimpanan, (2) ketika mengangkutnya ke tempat peralatan itu akan
digunakan, dan (3) ketika memilihnya dibuka untuk digunakan.

Lima faktor yang kemungkinan besar menghancurkan sterilitas atau


membahayakan efisiensi barier bakterial atas materi yang sedang dipak
adalah:

 Bakteri di udara
 Debu
 Kelembaban
 Berlubang, pecah atau terkoyak segelnya

30
 Terbukanya pak tersebut.
 Sebelum menggunakan peralatan yang telah disimpan, periksalah pak tersebut
untuk memastikannya tidak terkontaminasi.

Penanganan dan Pengangkutan Instrumen dan Peralatan Lainnya


 Pisahkan instrumen dan peralatan lain yang bersih, steril, dan DTTdari
peralatan kotor dan peralatan yang harus dibuang. Jangan memindahkan atau
menyimpan peralatan ini bersama-sama.
 Memindahkan instrumen dan peralatan lain yang steril dan DTT ke prosedur
atau ruang operasi dengan kereta tertutup atau wadah dengan penutup untuk
mencegah kontaminasi.
 Pindahkan suplai dari seluruh karton dan kotak pengiriman sebelum
membawa suplai ini ke dalam ruang prosedur, ruang operasi, atau area kerja
CSD yang bersih. (Shipping boxes mengeluarkan debu dan menjadi tempat
bersarang serangga yang dapat mengontaminasi area ini.)
 Mengangkut suplai dan instrumen kotor ke area penerimaan/pembersihan di
CSD dengan tong sampah tertutup dan antibocor.
 Mengangkut sampah yang terkontaminasi ke tempat pembuangan dengan tong
sampah tertutup dan antibocor.
 (Untuk informasi tambahan berkenaan dengan penanganan dan pengelolaan
peralatan yang akan dibuang)

Pemeriksaan indikator mutu sterilisasi :

1. Indikator mekanik

2. Indikator Kimia

3. Indikator biologi

4. Indikator mikrobiologi

31
Sumber : Perkins 1983

V. Dekontaminasi
merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan sarung
tangan yang telah tercemar. Hal penting sebelum membersihkan
adalah mendekontaminasi alat dan benda lain yang mungkin terkena
darah atau duh tubuh. Segera setelah digunakan, alat harus direndam
di larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Langkah ini dapat
menginaktivasi HBV, HCV, dan HIV serta dapat mengamankan
petugas yang membersihkan alat tersebut (AORN 1990; ASHCSP
1986).

Sudah lebih dari 20 tahun, dekontaminasi terbukti dapat mengurangi derajat


kontaminasi oleh kuman pada instrumen bedah. Misalnya, studi yang
dilakukan oleh Nyström (1981) menemukan kurang dari 10 mikroorganisme
pada 75% dari alat yang tadinya tercemar dan dari 100 mikroorganisme pada
98% alat yang telah dibersihkan dan didekontaminasi. Berdasarkan
penemuan ini, sangat dianjurkan agar alat dan benda-benda lain yang
dibersihkan dengan tangan, didekontaminasi terlebih dulu untuk
meminimalkan risiko infeksi .

Proses desinfeksi barang use yang di reuse

Proses desinfeksi alat medis dapat dikategorikan menjadi :

Tingkat Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat


resiko
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad dijaga : digunakan
dalam jaringan atau DDT -bungkusan alat untuk
steril,rongga,aliran harus kering. tindakan
darah -kemasan tidak invasif.
robek
-Bungkusan
harus dibuat

32
dengan
menghambat
bioefektif
selama
penyimpanan.
.simpan alat
steril pada area
steril guna
melindungi dari
kontaminasi
lingkungan.
-Alat steril yang
tidak dibungkus
harus segera
dipakai

Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada Alat yang


kritis dengan selaput steam/termal daerah bersih berhubungan
lendir dan dengan dan kering guna dengan
cairan melindungi dari respiratori :
desinfektan kontaminasi -LM
tingkat tinggi lingkungan laringeal
mask.
-endotrakeal
non kinkin.
Non Alat yang kontak Bersihkan Simpan dalam -alatnon
kritis dengan kulit alat dengan keadaan bersih invasif
menggunakan ditempat yang equipment:
detergent dan kering * Bedpan
air .jika dan urinal.
menggunakan * Manset
desinfektan tekanan
gunakan yang darah.
compatibel * bed
*
Termometer.
* Tourniket
* Tensi
meter

33
B. Desinfeksi lingkungan rumah sakit
- Permukaan lingkungan : lantai, dinding dan permukaan meja, trolly
didesinfeksi dengan detergen netral
- Lingkungan yang tercemar darah atau cairan tubuh lainnya dibersihkan
dengan desinfeksi tingkat menengah

VI. Kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi

Pedoman-pedoman baru yang dikeluarkan oleh CDC pada tahun 1996


meliputi hal-hal sebagai berikut.namun yang terbaru menyatukan
universal precaution dab body substance isolasi (BSI) menjadi
kewaspadaan isolasi dengan komponen sbb :

 Pencegahan /kewaspadaan standar, diterapkan pada semua


klien dan pasien yang mengunjungi fasilitas layanan
kesehatan, meliputi :

- Kebersihan tangan.

- Penggunaan APD (alat pelindung diri )

- Peralatan perawatan pasien.

- Pengendalian lingkungan.

- Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen.

- Kesehatan karyawanan /perlindungan petugas kesehatan.

- Penempatan pasien.

- Higiene respirasi/etika batuk.

- Praktek menyuntik yang aman.

34
KOMPONEN UTAMA DAN PENGGUNAANNYA

Komponen utama Pencegahan Baku dan penggunaannya terdapat


dalam Tabel 2-1. Penggunaan pelindung (barier) fisik, mekanik, atau
kimiawi di antara mikroorganisme dan individu, misalnya ketika
pasien rawat inap atau petugas layanan kesehatan, merupakan alat
yang sangat efektif untuk mencegah penularan infeksi (barier
membantu memutuskan rantai penyebaran penyakit). Contohnya,
tindakan berikut memberikan perlindungan bagi pencegahan infeksi
pada klien, pasien dan petugas layanan kesehatan serta menyediakan
sarana bagi pelaksanaan Pencegahan Baku yang baru:

 Setiap orang (pasien atau petugas layanan kesehatan) sangat


berpotensi menularkan infeksi.
 Kebersihan tangan—prosedur yang paling penting dalam
pencegahan kontaminasi silang (orang ke orang atau benda
terkontaminasi ke orang).
 Pakai Sarung Tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit
yang terluka, selaput lendir (mukosa), darah atau duh tubuh
lainnya atau instrumen yang kotor dan sampah yang
terkontaminasi, atau sebelum melakukan prosedur invasif.

VI. Management Resiko PPI

Pengelolaan rumah sakit yang begitu komplek permasalahan


,memerlukan perhatian dan tindakan yang baik .Terutama pencegahan
dan pegendalian infeksi yang merupakan acuan mutu rumah
sakit,sehingga memerlukan tindakan yang baik.

Oleh sebab itu kita harus tahu dulu :

35
1. Resiko adalah :

 Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada


pencapaian tujuan (AS/NZS 4360:2004)
 Efek ketidak pastian tujuan (ISO 3100:2009)
2. Management Resiko adalah :

 Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan


peluang –peluang sambil mengelola efek yang tidak diharapkan.
(AS/NZS 4360:2004)
 Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan
organisasi berkaitan dengan resiko (ISO 3100:2009)

II. Identifikasi Resiko

Adalah proses mengenal ,menemukan dan mendiskripsikan


resiko .

Hal pertama yang dilakukan untuk mengelola resiko adalah


mengidentifikasi ,identifikasi ini juga dibagi 2 secara Proaktif dan
Reaktif.

a. Identifikasi secara proaktif.adalan kegiatan identifikasi yang


dikakukan proaktif mencari resiko yang menghalangi rumah sakit
mencapai tujuan.Jika faktor resikonya belum muncul dan bermanifestasi
metoda yang dapat dilakukan dengan cara,audit,brainstorming,pendapat
ahli,FMEA,analisa swot.

b. Identifikasi secara Reaktif adalah kegiatan identifikasi setelah resiko


muncul dan bermanifestasi dalam bentuk insiden dan gangguan .Metoda
yang digunakan adalah pelaporan insiden.tentu saja kita akan

36
melaksanakan prinsip identifiksi proaktif karena belum menimbulkan
kerugian.

III. Analisa Resiko .

Adalah proses untuk memahami sifat resiko dan menentukan peringkat


resiko,analisa dilakukan dengan cara menilai :

1. seberapa sering peluang resiko muncul,


2. berat ringannya dampak yang ditimbulkan
tabel

Descripsi 1 2 3 4

Jarang Intermediate Sering Selalu


terjadi

Frekuensi

Probability

Dampak

occurence

Setelah skor peluang dan dampak/konsekuensi dikalikan tujuannya


mendapatkan peringkat sehingga dapat menentukan skala prioritas
penangannnya .

Tabel.

Peringkat Resiko .

1. Ekstrim ( 15-25)

37
2. Tinggi (8-12)

3. Sedang (4-6)

4. Resiko rendah (1-3)

IV. Evaluasi Resiko.

Adalah proses membandingkan antara hasil analisa resiko dengan


kriteria resiko untuk menentukan apakah resiko dan /besarnya dapat
diterima atau ditolelir.Sedangkan kriteria resiko adalah kerangka acuan
untuk mendasari pentingnyaresiko dievaluasi .Dengan evaluasi resiko
ini setiap resiko dilelola oleh orang yang bertanggung jawab sesuai
denga resiko,dengan demikian tidak ada resiko yang terlewat.

V. Penanganan Resiko

Adalah proses memodifikasi Resiko :

1. Menghindari resikodengan memutuskan untuk tidak memulai


atau melanjutkan aktivitas yang menimbulkan resiko.
2. Mengambil atau meningkatkan resiko untuk mendapatkan
peluang(lebih baik,baik)
3. Mengubah kemungkinan.
4. Menghilangkan sumber infeksi.
5. Mengubah konsekuensi.
6. Berbagi resiko dengan pihak lain.
7. Mempertahankan resiko dengan informasi pilihan

38
VII. Ruang Isolasi (kohorting)
A. Penerapan Isolasi Precaution di Rumah Sakit
Isolation precaution merupakan bagian integral dari program pengendalian
infeksi nosokomial

Tujuan

Isolation Precaution bertujuan untuk mencegah transmisi mikroorganisme


pathogen dari satu pasien ke pasien lain dan dari pasien ke petugas kesehatan atau
sebaliknya. Karena agen dan host lebih sulit dikontrol maka pemutusan mata
rantai infeksi dengan cara Isolation Precaution sangat diperlukan.

VIII. Pengelolaan kebersihan lingkungan Rumah Sakit

Pengelolaan rumah tangga meliputi pembersihan umum rumah sakit


dan klinik, yang meliputi lantai, dinding, alat-alat, meja, dan
permukaan lain. Maksud pengelolaan rumah tangga adalah :
 mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat menulari pasien,
tamu, staf, dan masyarakat sekitar,
 mengurangi risiko kecelakaan, dan
 mengupayakan lingkungan yang bersih dan menyenangkan
untuk pasien dan staf

Umumnya ruangan-ruangan di rumah sakit dan klinik, seperti ruang


tunggu dan kantor administrasi, tergolong risiko rendah sehingga
cukup dibersihkan dengan sabun dan air. Sedangkan beberapa
ruangan seperti toilet/WC, pembuangan darah atau duh tubuh lain,
tergolong risiko tinggi memerlukan disinfektan seperti klorin 0.5%
atau fenol 1% yang ditambahkan pada larutan pembersih (SEARO
1988). Penggunaan disinfektan selain sabun dan air dianjurkan pula
di ruangan-ruangan seperti ruangan operasi, kamar pulih, dan ruang
perawatan intensif.

IX. Peralatan yang single use yang di Re-use

39
Dengan berkembangnya teknologi dan tuntutan patient safety,maka
peralatan yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung sangat
mempengaruhi keselamatan pasien.Hal ini terkait kontaminasi yang
ditimbulkan jika digunakan kembali , oleh sebab itu dilakukan aturan
peralatan yang use dan re-use sbb;

1. Peralatan yang use (sekali pakai)

 Berupa benda tajam

 Yang bersentuhan langsung dengan cairan tubuh pasien

 Yang penggunaannya dilakukan secara septic.

 Dibagi menjadi peralatan kritikal,semi kritikal dan non kritikal.

Kategori Alat-alat medis :

Tingkat Penerapan Proses Penyimpanan Contoh alat


resiko
Kritis Alat yg Sterilisasi Sterilisasi harus -Alat yang
masuk,penetrasi steam,sterad dijaga : digunakan
dalam jaringan atau DDT -bungkusan alat untuk
steril,rongga,aliran harus kering. tindakan
darah -kemasan tidak invasif.
robek -
-Bungkusan endoskopidan
harus dibuat assesoris
dengan yang dipakai
menghambat dlm tindakan
bioefektif invasif:
selama - alat ERCP
penyimpanan. -
.simpan alat Laparoskopi
steril pada area -
steril guna Broncoskopi
melindungi dari - instrument
kontaminasi bedah/operasi
lingkungan.
-Alat steril yang
tidak dibungkus
harus segera

40
dipakai

Semi Alat yang kontak Sterilsasi Simpan pada Alat yang


kritis dengan selaput steam/termal daerah bersih berhubungan
lendir atau dengan dan kering guna dengan
cairan melindungi dari respiratori :
desinfektan kontaminasi -LM laringeal
chlorine 0,5 lingkungan mask.
% -endotrakeal
non kinkin.
Non Alat yang kontak Bersihkan Simpan dalam -alatnon
kritis dengan kulit alat dengan keadaan bersih invasif
menggunakan ditempat yang equipment:
detergent dan kering * Bedpan dan
air .jika urinal.
menggunakan * Manset
desinfektan tekanan
gunakan yang darah.
compatibel * bed
*Termometer.
* Tourniket
* Tensi meter
* Pot obat
pasien.

Batas penggunaan alat medis

Alat medis Frekuensi Dengan Proses kontrol


penggunaan melihat
ulang&proses
Laringeal 40x 1. Catat jumlah re-use
mask Steam pada kartu
pemeliharaan .
2. Setelah 40x alat
langsung dibuang.
3. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Nasal 5x 4. Catat jumlah re-use
spray steam pada kartu

41
pemeliharaan .
5. Setelah 40x alat
langsung dibuang.
6. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Endotracea 40x 7. Catat jumlah re-use
tube non Steam pada kartu
kinkin pemeliharaan .
8. Setelah 40x alat
langsung dibuang.
9. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Respiratory 30x 10. Catat jumlah re-use
valve Steam pada kartu
pemeliharaan .
11. Setelah 30x alat
langsung dibuang.
12. Bila alat rusak
sebelum waktunya
segera dibuang
Beast
pump

3. hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi

1. Alat instrumen yang dapat disterilisasi ulang adalah :


a. Fisik peralatan setelah proses sterilisasi ulang peralatan tidak berubah
keutuhan, fungsional, baik perubahan fisik, kimia biologis.
b. Proses pembersihannya mampu menjamin membersihkan semua jenis
kotoran biologis dari setiap pemakaian yang sebelumnya dan peralatan
bebas dari zat Pyrogenis, Tes Pyrogenisitas dari pabrik
c. Bahan yang digunakan tidak menimbulkan zat toksik akibat reaksi
kimia dengan pelarut atau zat pembersih
d. Produsen alat yang bersangkutan menerapkan siklus-siklus peralatan
bersertifikat yang merupakan cara-cara yang telah ditentukan dan
diabsahkan untuk pemastian kesterilan, uji-uji untuk keutuhan
kemasan, pemeriksaan dan pengendalian prosedur dengan pencatatan
pemakaian alat tersebut
2. Semua permohonan untuk memakai kembali peralatan disposible/Re-use
atau sekali pakai saja harus tercatat, diketahui dan disetujui oleh PPI(ICN)

42
RSPB untuk memungkinkan pengembangan protokol langkah demi
langkah untuk proses ulang
3. Tidak ada peraturan dan undang-undangf untuk indonesia dan prosedur
untuk menangani alat-alat yang sudak kadaluarsa, hal ini akan
dikonsultasikan ke HICMR sesuai dengan kondisi

X. Pengelolaan linen

Memroses linen terdiri dari semua langkah yang diperlukan untuk


mengumpulkan, membawa, dan memilih (menyortir) linen kotor
dan membinatu (mencuci, mengeringkan, melipat, atau
membungkus), kemudian menyimpan dan mendistribusikannya.
Memroses linen secara aman dari berbagai sumber adalah suatu
proses yang rumit. Prinsip-prinsip dan langkah-langkah utamanya
tercantum dalam Staf yang ditugasi untuk mengumpulkan,
membawa dan memilih linen kotor harus sangat berhati-hati.
Mereka harus memakai pakaian tebal atau sarung tangan rumah
tanggauntuk mengurangi risiko perlukaan oleh jarum atau benda
tajam, termasuk pecahan gelas . Staf yang bertanggung jawab
terhadap pencucian barang kotor harus memakai sarung tangan
utiliti, alat pelindung mata, dan apron plastik atau karet.

XI. Pengelolaan Lingkungan dan bangunan

Upaya pengendalian lingkungan adalah berbagai upaya yang


dilakukan untuk dapat mengendalikan berbagai faktor lingkungan
(Fisik, biologi, dan sosial psikologi ) di RS dengan cara :

 Meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi


mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas,
pengunjung dan masyarakat di sekitar sarana kesehatan
sehingga infeksi nosokomial dapat di cegah dengan
mempertimbangkan cost efektif
 Menciptakan lingkungan bersih aman dan nyaman
 Mencegah terjadinya kecelakaan kerja

43
Ruang lingkup pengelolaan lingkungan :

1. KONSTRUKSI BANGUNAN
2. UDARA
3. AIR
4. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
5. PEMBERSIHAN LINGKUNGAN DI R.GIZI
6. PEMBERSIHAN DI RUANG LAUNDRY

Konstruksi dan renovasi bangunan harus memperhatikan .

1.Pengertian
Cara melakukan perubahan bentuk, penambahanruanganpadalokasi
tertentuyang meliputi design interior,eksterior, civil dan medical.

Definisi dari kegiatan konstruksi :


Tipekegiatan renovasi ada4 type:
a.Tipe A pemeriksaan dan kegiatan pemeliharaan umum.
Termasuknamuntidakterbataspada:penghapusanubinlangit-
langituntukinspeksivisual(terbataspada1genteng
per5m2),lukisan(tetapitidakpengamplasan);mencakupinstalasidinding;
kerjatrimlistrik;pipa kecil;setiapkegiatanyang
tidakmenghasilkandebuataumemerlukanpemotongandindingatauakses
ke langit-langitselain untukinspeksi visual.
b.Tipe b skala kecil dan jangka pendek,yang menghasilkan debu
sedikit.
Termasuk,tetapitidakterbataspada,instalasipemasangankabeltelepondan
komputer,akseskeruangchase,memotongdinding atau langit-langitdi
manamigrasi debu dapat dikendalikan.
c. Tipe c kerja apapun yang menghasilkan debu sedang atau tingkat
tinggi.Termasuk,tetapitidakterbataspada,pembongkaranataupenghapus
ankomponenbangunanbuilt-inatau rakitan, pengamplasan dindinguntuk
lukisan ataumencakup dinding, meliputi penghapusan lantai
/wallpaper, ubindancaseworklangit-
langit,konstruksidindingbaru,ductworkkecil
ataupekerjaanlistrikdiataslangit- langit, kegiatan pemasangan kabel
utama.
d. Tipe d penghancuran besar dan proyek konstruksi
Termasuk,tetapitidakterbataspada,penghancuranberat,penghapusansiste
mplafonyanglengkap,dan konstruksi baru.

44
2. Tujuan.
Menurunkan terjadinya kontaminasi infeksi yang diakibatkan pembangunan
dan renovasi bangunan.

3. Kebijakan

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4


Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi
 Areakanto  Perawatanpasie  UGD
r ndantidak  RecoveryRo  Areaklinis
 Tanpapasi tercakupdalam oms  KamarOperasi
en/area Grup3 atau4  Labor
resikorend  Laundry  Farmasi
ahyang  Gizi
tidakterdaf  ManajemenMat
tar erial
dimanapu  Penerimaan/Pe
n mulangan
 Laboratoriumti
dakspesifik
sepertiGrup3Ko
ridorUmum(ya
ng
dilewatipasien,s
uplai,dan linen)

b. Pedoman kontrol infeksi.


Kelas I - Jalankanpekerjaan
denganmetodeuntukmeminimalkanpeningkatandebudariopera
sikonstruksi
- Menggantigentenglangit-langituntukinspeksivisualsecepatnya
Kelas II - Penyediaanaktifberartiuntukmencegahdebuudaramenyebarank
eatmosfir
- Segelpintuyangtidakdigunakandenganlakban.
- Konstruksiyangmengandunglimbahsebelumditransportasiharu
sdalamwadahtertutuprapat.
- Pelbasah/atauvakumdenganvakumHEPAber-filiter.
- Tempatkanlapkakidipintumasukdankeluardariareakerjadanme

45
nggantiataudibersihkansaattidakadalagi proseskerja.
- IsolasisistemHVACdidaerahmanapekerjaanyangsedangdilaku
kan/kohort dengan tekanan negatif
- Usapcaseworkdanpermukaanhorizontalsaat proyekselesai.
Kelas III  IsolasisistemHVACdi wilayahdi
manapekerjaantengahdilakukanuntuk
mencegahkontaminasidarisistem saluran.
 Lengkapisemuabarrierspembangunansebelumkonstruksi
dimulai.
 Jagatekananudaranegatifdalamtempatkerjamenggunakan
unit ventilasisaringanHEPAataumetodelainuntuk
mempertahankantekanannegatif.Keselamatanumumakan
memonitortekananudara
 Jangan
menghilangkanbarriersdariareakerjasampaiproyeklengka
pdibersihkan.
 Pelbasahatau
vakumduakaliper8jamperiodekegiatankonstruksiatausesu
aiyangdiperlukandalamrangka untuk
meminimalkanjejak.
 Singkirkanbahanpenghalangdenganhati-
hatiuntukmeminimalkanpenyebarankotorandanpuing-
puingyang
terkaitdengankonstruksi.Bahanbarrierharusdiusapbasa,V
akumdenganmenggunakanHEPAatauberikan
kabutairagarlembabsebelumdisingkirkan.
 Tempatkanlimbahkonstruksidalamwadahtertutuprapatseb
elumditransportasi.
 Tempatkankesetkakidipintumasukdan
keluardariareakerjadandigantiataudibersihkansaattidakad
alagi aktifitaskerja
 Usapcaseworkdanpermukaanhorizontalsaatproyektelahse
lesai.
Kelas IV - IsolasisistemHVACdi wilayahdi
manapekerjaantengahdilakukanuntukmencegahkontaminasisy
stemsaluran.
- Lengkapisemuabarrierspembangunansebelumkonstruksidimul
ai.
- Jagatekananudaranegatifdalamtempatkerjamenggunakanunit
ventilasisaringanHEPAataumetodelainuntuk
mempertahankantekanannegatif.Keselamatanumumakanmem
onitortekananudara
- Berisegelpadaluban,pipa,salurandantusukanuntuk
mencegahmigrasidebu.
- Bangunanteroomdanmengharuskansemuapersonilmelewatirua
ngan.Pelbasahatau vakumHEPAanteroomtiap hari.
- Selamapembongkaran,kerjayangmenghasilkandebuataubekerj
adilangit-langit,sepatusekalipakaidanbaju
harusdipakaidandibuangdianteroomketikameninggalkanareak
erja.
- Janganmenghilangkanbarriersdariareakerjahinggaselesaiproy
ekdibersihkan

46
- Singkirkanbahanpenghalanghati-
hatiuntukmeminimalkanpenyebarankotorandanpuing-
puingyangterkait dengankonstruksi.

XII. Antibiogram
Dengan pemeriksaankultur akan didapatkan hasil resistensi kuman
terhadap antibiotika yang digunakan untuk menentukan pola kuman
rumah sakit

XIII. Pengelolaan bahan atau obat kadaluwarsa


Bekerja sama dengan farmasi dalam melakukan pengawasan obat atau
bahan yang telah kadaluwarsa
XIV. Upaya pencegahan dan kesehatan karyawan

Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat kerja,juga dapat


menstransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan lain.

Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa


riwayat pernah terinfeksi apa saja dan status imunisasinya,imunisasi yang
dianjurkan hepatitis B,bila memungkinkan haemophilus
influenza,campak,tetanus,difteri,rubella,mantoux test.Alur pasca pajanan
harus dibuat dan dipastikan dipatuhi untuk HIV,HBV,HCV.

Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang didapatkan


dari rumah sakit.meliputi :

1. Monitoring dan suppprt kesehatan petugas.


2. Edukasi pada seluruh staf rumah sakit tentang PPIRS
3. Vaksinasi dan imunisasi bila dibutuhkan .
4. Menyediakan antivirus profilaksis.
5. surveilens ILI mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut
dari manusia ke manuasia.
6. terapi dan follow up
7. Rencanakan pertugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran resiko bila
terkena infeksi.
8. upayakan support psikososial.

B. Tujuan:

1. Menjamin keselamatan petugas dilingkungan rumah sakit.


2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan.
3. Mencegah KLB.

47
Unsur yang dibutuhkan .

1. petugas yang berdedikasi.


2. SPO yang jelas dan tersosialisi dengan baik.
3. Koordinasi yang baik antar unit.
4. Penanganan pasca pajanan infeksius.
5. Pelayanan konseling dan privasi.
Pelaksanaan :

a. Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi hepatitis B,


iminisasi masal dan diulang tiap 5 tahun pasca imunisasi .
b. Management pasca pajanan.
- tes pada pasien sebagai sumber pajanan.

- tes HBS Ag dan Anti HBs petugas.

- Pemberian immunoglobulin hepatitis B pasca pajanan sebelum 48


jam

C. Evaluasi

1.dilakukan sebelum dan sesudah pajanan.


2.Status imunisasi .
3.Riwayat kesehtan yang lalu.
4.Terapi saat ini.
5.Pemeriksaan fisik.
6.Pemerisaan lab dan radiologi.
7.Edukasi :
 SPO PPI
 Kewaspdaan isolasi
 Kewaspadaan transmisi
8. Pelaporan yang meliputi :
 Informasi resiko ekspos.
 Alur mangemen dan tindak lanjut.
A. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.

1. Pada mata : Bilas dengan air mengalir selama 15 menit.


2. Pada Kulit : Bilas dengan air mengalir selama 1 menit.
3. Pada Mulut : segera kumur-kumur selama 1 menit
4. Lapor ke komite PPI atau K3RS atau dokter karyawan

B. Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum bekas

48
Orang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber HbsAg (-) Sumber tidak diketahui
Tidak divaccin HIBG 1x dan Beri vaksinHB Bila sumber merupakan
diberikan vaksin HB resiko tinggi,dapat
diperlakukan sebagai sumber
HBsAg
Pernah diberi vaksin Tes untuk HBs: Tidak ada Tidak ada pengobatan
tapi tidak diketahui 1.jika titernya cukup pengobatan
serokonversinya tidak perlu perlu
terapi.
2.jika tidak cukup
titernya beri boosster
HB dalam waktu 7
hari.
Diketahui non HBIG 1x(dalam Tidak ada Jika sumbermerupakan
serokonversinya waktu 72 jam)+ 1x pengobatan resiko tinggi dapat
dosis vaksin diperlakukan sebagai sumber
HB(dalam waktu 7 HbsAg (+)
hari)
Tidak diketahui Tes untuk HBs : Tidak ada Tes untuk anti HBs :
serokonversinya 1.jika (-) obat seperti pengobatan 1.jika (-) ,obati seperti non
non serokonversi. serokonversi.
2.jika titer tidak 2.jika titer tidak cukup
cukup HBIG 1x + booster vaksin HB.
booster vaksin HB 3.jika tter cukup tidak perlu
dan ulangi diobati.
pemeriksaan setelah
4 minggu.
3.Jika titer
cukup,tidak perlu
diobati
-HBIG (Human B imunoglobulin)dosis untuk dewasa 400 unit.
-Titer (antibodi) yang sudah cukup berada pada level 10 mIU/ml

C. Pengobatan jika sumber positif HIV sbb :

Orang yang terkena Sumber positif HIV Sumber Sumber tidak diketahui
negatif
HIV
HIV(-) Rujuk ke dokter Tidak ada Konsultasi dengan spesilais
internis aagar pengobatan mikrobiologi /internist mungkin
mendapatkan diobati seperti pasien HIV (+),jika
nasehat. resiko tinggi.

49
Setelah kejadian
diketahui dari pasien
HIV (+) staf harus
dirujuk kefasilitas
post exposur
propilaksis(PEP)
dalam waktu 2 jam
setelah pajanan.
Tes ulang saat itu 6
minggu,3,6dan 12
bulan .

Saran :
Lakukan pencegahan
penularan .

Tunda proses
kehamilan selama 3
bulan.

Jangan memberikan
donor darah .

Suntikan zidovudine
selama 4 minggu
(250 mg 3x/hari)
atau 150 mg
2x/hari(untuk tablet)

Tidak perlu
pemberian
pengobatan
propilaksis

HIV (+) Tidak


perlu
diobati

50
D. Pengobatan jika sumber (+) Hepatitis C
Orang yang terkena Sumber HbsAg (+) Sumber Sumber tidak diketahui
HbsAg (-)
Hepatitis C negatif Berikan nasehat Tidak Tidak perlu diobati konsul dokter
untuk melakukan perlu internist jika perlu.
pemeriksaan 0,3,6,12 diobati
bln pemeriksaan
HVC dengan PCR
dan diperiksa LVT
untuk mengetahui
status infeksinya

Sarankan untuk
meminalkan
penularan

Tidak ada
chemopropilaksis
tersdia ,rujuk pada
dokter penyakit
menular

51
E. . Petunjuk penggunaan ARV

1. ARV harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam.


2. Termasuk didalamnya pajanan tehadap darah,cairan
serebrospinal,semen,vagina,amnion dari pasien dengan positif HIV.
3. Tes HIV diulang setelah 6 minggu ,3 bulan dan 6 bulan.

F. . Status HIV pasien.

Pajanan Tidak diketahui Positif Positif Rejimen


Resiko tinggi
Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu Tidak perlu -
PPP PPP
Mukosa/kulit Pertimbangkan Berikan Berikan AZT
tidak utuh rejimen 2 obat rejimen 2 rejimen 2 300mg/12 jam
obat obat x 28 hari,3TC
150 mg/12 jam
28 hari
- Tusukan Berikan rejimen Berikan Berikan AZT
benda tajam 2 obat. rejimen 2 rejimen 3 300mg/12 jam
solid obat. obat x 28 hari,3TC
150 mg/12 jam
Berikan rejimen 28 hari,Lop/r
- Tusukan 2 obat Berikan Berikan 400/100mg/12
benda tajam rejimen 3 rejimen 3 jam x28 hari.
berongga obat obat

XV. Pemeriksaan swab dan kultur,merupakan saran pemeriksaan swab kuman pada

a. lantai,dinding dan ,AC

b. Tangan petugas gizi dan perawat ruang rawat inap.

c. Kultur darah pada surveilens ILI

52
BAB II

STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Ketenagaan.

Jenis ketenagaan menurut Peraturan Pemerintah RI tahun No .32 Tahun 1996


tentang tenaga kesehatan
No Jenis tenaga Pendidikan formal sertipikat Jumlah
1 Dokter Anestesi PPI lanjut 1
spesialis
2 ICN D-3 PPI dasar 1/150 TT
3 Perawat D-3 Cssd 1
4 Sanitasi linen D-3 Management 1
linen
5 Sanitasi gizi D-3 Management 1
Gizi
6 farmasi D-3 1

Kualifikasi ketenagaan PPI

1. Karyawan yang berminat dalam bidang PPI.


2. Minimal pendidikan D3
3. Mempunyai sertipikat PPI (basic maupun advand)
4. Bekerja purna waktu
B. Uraian Tugas :

B.1. Direktur.

 Membentuk Komite dan TIM PPIRS dengan surat keputusan


 Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upya PPI
 Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana
termasuk anggaran yang dibutuhkan.

53
 Menentukan kebijakan PPI
 Mengadakan evaluasi kebijakan PPI berdasarkan saran dari panitia PPIRS
 Dapat menutup suatu unit perawatan /instalasi yang dianggap potensial
menularkan penyakit untuk beberapa waktu sesuai saran dari PPIRS.
 Mengesahkan SPO untuk PPIRS.

B.2. IPCO ketua komite PPI

B.2.1 Kriteria IPCO ;

- Ahli atau dokter yang berminat dalam PPI

- mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.

- memiliki kemampuan leadership.

Tugas IPCO sbb;

 Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi.


 Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilens.
 Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola resistensi
antibiotika.
 Bekerjasama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilens infeksi
dan deteksi dini KLB.
 Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang
berhubungan dengan prosedur terapi.
 Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan lain dalam merawat pasien.

B.2 IPCN

B.2.1Kriteria IPCN :

54
- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI

- Memiliki komitmen di bidang PPI

- Memiliki pengalaman sebagai kepala Ruangan atau setara.

- Memiliki kemampuan leadership,inovatif dan confident

- Bekerja purna waktu.

B.2.2 Uraian tugas :

 Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang


terjadi diruang perawatan.
 Memonitor pelaksanaan PPI,penerapan SPO,kepatuhan petugas dalam
menjalankan kewaspaan isolasi.
 Melaksanakan surveilens infeksi dan melaporkan kepada panitia PPIRS.
 Melaksanakan pelatihan PPIRS.
 Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama sama panitia PPI
memperbaiki kesalahan.
 Memonitor kesehatan petugas sesuai gugus tugas .
 Bersama panitia menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan
konsultasi PPI
 audit. PPI termasuk pentalaksanaan limbah,laundry,Gizi dengan
menggunakan daftar tilik.
 Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiótica yang rasional.
 Membuat laboran surveilens.
 Memberikan saran desain ruangan RS agar sesuai dengan prinsip PPI.
 Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI
dan aman penggunaannya.
 Melakukan pertemuan berkala termasuk evaluasi kebijakan.

55
 Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan SDM PPIRS.
 Menerima laporan dari TIM PPIdan membuat laporan kepada direktur.
 Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap
tindakan tindakan yang menyimpang dari SPO.
 Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada KLB.
 Menyusun dan mentapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
 Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS agar kebijakan dapat dipahami dan
dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
 Membuat SPO PPI
 Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.

B.4 . IPCLN

B.4.1 Kriteria IPCLN :

- Perawat dengan pendidikan min D3 dan memiliki sertifikasi PPI.

- Memiliki komitmen di bidang PPI

- Memiliki kemampuan leadership

B.4.1.1 Tugas IPCLN :

 Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilens setiap pasien diruang


perawatan kemudian menyerahkan nya pada IPCN saat pasien pulang.
 Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB.
 Memonitor kepatuhan petugas dalam menjalankan standart isolasi
 Berkoordinasi dengan unit terkait lain.Melakukan pengawasan terhadap
tindakan tindakan yang menyimpang dari SPO.

56
 Melakukan investigasi menetapkan dan melaksanakan infeksi bila ada
KLB.
 Bekerja sama dengan TIM PPI dalam melakukan investigasi masalah
KLB (HAIs).
 Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara PPI.
 Memberi konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit .

B.5.Tugas Anggota laboratorium

 Melaksanakan penyuluhan dan pendidikan tentang materi materi yang


berkaitan dengan pengendalian infeksi nosokomial kepada petugas
laborat.
 Membantu pelaksanaan pemeriksaan swab atau kultur pasien
 Memantau pemeriksaan laboratorium sesuai SPO
 Melaksanakan tugas lain dari ketua panitia pengendali infeksi nosokomial.
B.6. Tugas Anggota linen:

 Memisahkan linen infeksius dan non infeksius


 Melaksanakan pemeriksaan swab linen bersih.
 Memantau penggunaan bahan desinfektan sesuai aturan.
 Memantau kegiatan hand higiene diruang linen.
B.6. Tugas Anggota gisi :

 Memantau kegiatan hand higiene diruang gizi.


 Membantu pelaksanaan pemeriksaan bahan makanan dan swab petugas
gisi.
 Memantau penggunaan bahan desinfektan gizi.
B.7. Tugas Anggota IPSRS :

 Memantau pelaksanaan hand higiene petugas IPSRS.

57
 Memantau penggunaan bahan desinfektan.
 Membantu mempersiapkan uji air bersih,limbah dan kuman diruang
tertentu.
 Memantau proses pembakaran incenerator.
 Menyiapkan bahan2 hasil pemeriksaan laboratorium

C. Distribusi Tenaga.

Komite PPI merupakan unit pelayanan yang melakukan kegiatan secara


komprehensif dari setiap unit pelayanan di rumah sakit ;
 IGD,Poli rawat jalan,Unit Rawat inap,
Sekretariat,akuntansi,IPSRS,Gizi,linen,farmasi, ruang operasi

58
BAB III

STANDART FASILITAS

A. Fasilitas bagi petugas.


1. Denah
Ruangan PPIRS terintegrasi dengan ruangan perkantoran dengan komite lain
Rumah sakit
Digedung IKO lantai 2 .

2. Standart Fasilitas.

No Fasilitas Jumlah
A Fisik /bangunan
Gedung perkantoran lantai 3 1

B Peralatan
Meja 1
Kursi 3
Komputer 1
Line internet 1
Almari kaca 1
Peralatan tulis 2
Buku perpustakaan PPI 10

B. Fasilitas pelayanan .

1. Menyusun kebutuhan pendidikan dan pelatihan petugas kesehatan ,petugas


laboratorium,relawan dan pihak lain.
2. Memastikan ketersediaan perlengkapan yang diperlukan untuk menerapkan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang direkomendasikan dan tindakan-
tindakan keamanan biologis (APD)
3. Mempersiapkan fasilitas sesuai dengan kebutuhan dan memastikan bahwa
fasilitas tersebut telah ditetapkan .

5. Melindungi petugas kesehatan dengan memastikan SPO PPI sudah ada dan
dipatuhi (cmplience kebersihan tangan )

59
6. Mengembangkan strategi triage untuk pasien yang berpotensi berpenyakit
menular,dengan menyediakan lokasi diluar ugd,sebagai tempat pemeriksaan
awal ,identifikasi sebagai pengobatan darirat,pasien yang perlu dirujuk untuk
penatalaksaanselanjutnya.

60
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Merupakan langkah- langkah pelayanan pencegahan dan pengendalian Infeksi di


masing – masing unit kerja sbb :

1. Tata laksana pelayanan unit surveilens


a. Penanggung jawab
- ICN
- IPCLN ruangan yang dilakukan surveilens
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form survei harian PPI
- Form survei bulanan PPI
- Form PPI
c. Tata laksana pelayanan
- ICN mengumpulkan IPCLN untuk diberikan pengarahan suveilens
- ICN membagikan form survei harian ,bulanan dan form SPO
- IPCLN melakukan monitoring survei harian sesuai ruangan.
- ICN melakukan konfirmasi bila terjadi infeksi saat survei ,dan
divalidasi oleh dokter penaggungjawab pasien.
- ICN merekap hasil survei harian yang dilakukan oleh IPCLN.
- ICN melaporkan hasil survei kepada Komite PPI.
- Komite PPI melaporkan hasil surveilens kepada Direktur
- Dan dilaporkan kepada DKK setempat
2. Tata laksana pengambilan swab dan kultur.
a. Penanggungjawab.
- ICN
- Petugas yang dilakukan survei (swab tanga petugas)
- Petugas IPSRS
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form permintaan swab
- Ruangan perawatan
- AC
- Pasien

61
c. Tata laksana pelayanan
- ICN mengajukan pemeriksaan swab dan kultur pada dokter
penanggung jawab pasien, kemudian mengajukan permohonan
pemeriksaan kepada petugas laborat.
- ICN dan IPCLN mempersiapkan pasien atau petugas yang akan
dilakukan swab / kultur.
- Mendampingi petugas laborat dalam melaksanakan swab atau kultur.
- Jika hasil sudah jadi maka mereka melaporkan kepada komite PPI.
3. Tatalaksana monitoring kebersihan lingkungan
a. Penanggung jawab
- ICN, IPCLN
- Petugas kebersihan (SSC)
b. Perangkat kerja
- Buku pedoman pembersihan
- Daftar bahan-bahan desinfeksi
c. Tatalaksana pembersihan
- ICN dan SSC melakukan pertemuan rutin, membahas dan evaluasi
kinerja staf SSC
- Memberikan evaluasi bahan desinfeksi yang relevan dan ramah
lingkungan
- Memberikan pengarahan cara pembersihan tumpahan darah atau
cairan tubuh
- Memberikan pengarahan cara pembersihan lantai, dinding dan ruangan
- Memberikan pengarahan pembersihan tumpahan darah atau cairan
tubuh pasien.
- Memberikan pengarahan penggunaan APD
4. Tatalaksana Pelayanan CSSD
a. Penanggung jawab
- ICN, petugas ruangan
- Petugas CSSD
- Administrasi CSSD
- Petugas OK
b. Perangkat kerja
- Kalibrasi autoclave
- Buku expedisi sterilisasi ruangan dan CSSD
- Kertas indikator bouwie dict tes
- Indikator mekanik

62
- Kertas indikator kimia `
c. Tatalaksana pelayanan CSSD
- Petugas ruangan yang akan mensterilkan alat mengisi dibuku expedisi
diruangan yang bersangkutan dan buku expedisi di OK
- Petugas CSSD memberikan identifikasi peralatan atau instrumen
sesuai ruangan yang mensterilkan
- Sebelum melakukan proses sterillisasi petugas CSSD melalukan
bouwie dict tes pada mesin autoclav terlebih dahulu (untuk
mengetahui kesiapan mesin autoclave .
- Jika hasil bouwdict tes baik petugas CSSD memberikan indikator
kimia pada setiap peralatan yang akan disterilkan
- Petugas CSSD melakukan penyetirilan sesuai SPO
- Setelah selesai proses sterilisasi lihat indikator kimia, jika hasil baik
lakukan penyimpanan peralatan yang sudah steril dialmari
- Petugas ruangan yang akan mengambil sterilisasi dicocokan dengan
buku expedisi ruangan dan CSSD
- Setiap minggu petugas CSSD melakukan uji mikro biologi terhadap
hasil sterilisasi
5. Tatalaksana Linen
a. Penanggung jawab
- Petugas linen
- Petugas ruangan
b. Perangkat kerja
- Linen
- Buku penyerahan linen kotor
- Buku penyerahan linen bersih
c. Tatalaksana linen
- Petugas ruangan mengantarkan linen kotor setiap pagi
- Petugas linen mencocokan linen kotor yang diantarkan petugas
ruangan ditulis pada buku penyerahan linen kotor
- Petugas linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
- Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan clorin
0,5% dan deterjen selama 10 menit
- Kemudian lakukan pencucian sesuai SPO
- Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai.
- Penyediaan linen 2 x shift untuk menjaga ketersediaan linen
- Menyediakan kebutuhan linen seluruh Rumah Sakit.

63
- Swab linen bersih
6. Tatalaksana formularium antibiogram
a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- Komite farmasi
- SMF
- Petugas laborat
b. Perangkat kerja
- Pasien yang akan dilakukan kultur
- Form surveilens PPI
c. Tata laksana
- Surveilens PPI untuk pengambilan kultur dilakukan Tiap 6 bulan .
- ICN mengajukan pemeriksaan sesuai kebijakan surveilen yang
diindikasikan untuk dilakukan pemeriksaan kultur kepada dokter
penaggung jawab
- Medis memberikan advist untuk dilakukan pemeriksaan kultur pasien.
- Petugas laborat melakukan pengambilan sample dan proses
selanjutnya sesuai SPO kultur
- Bila hasil telah jadi,petugas petugas laborat memberikan hasil kepada
ruangan yang mempunyai pasien(dokter penanggung jawab ) dan
kpian kepada ICN
- ICN merekap dan menganalisa hasil kultur masing – masing kegiatan.
- Hasil dibahas dikomite PPI dan selanjutnya diteruskan kepada direktur
dan SMF

7 . Pelayanan kesehatan karyawan.

a. Penanggung jawab
- Komite PPI
- HRD
b. Perangkat kerja
- Buku /data pemeriksaan kesehatan yang ada di HRD
- Data kesehatan karyawan.
c. Tata laksana
- HRD mengeluarkan pemberitahuan pemeriksaan kesehatan setiap hari
ulang tahun.

64
- Komite PPI mengidentifikasi unit yang harus dilakukan pemeriksaan
kesehatan
Ruang kohort airborne : petugas dilakukan pemeriksaan TB setiap 3
bulan sekali
Ruang iko dan icu : petugas dilakukan pemeriskasaan
TB,Hepatitis B setiap tahun
Sekali.
Unit Gisi : pemeriksaan tipoid tiap 1 tahun sekali
- Karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai ketentuan.
- Hasil diidentifikasi
- Bersama HRD melakukan analisa dan pencatatan kesehatan.
- Komite PPI dan HRD melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan
karyawan kepada direktur dan SMF.
7. Pelayanan renovasi bangunan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Papan pemberitahuan sedang dilakukan renovasi bangunan
- Pemeriksaan swab lantai
- Analisa dampak lingkungan (kebisingan dan debu)
- Papan/ alat penghalang renovasi.
c. Tata laksana
- Tim pembangunan memberitahukan kepada PPI dan IPSRS bahwa
akan dilakukan renovasi bangunan.
- Bersama mengidentifikasi dampak :
 kebisingan,debu.
 Lokasi resiko ( rendah,sedang,tinggi)
 renovasi
- Melakukan isolasi kegiatan dengan memasang papan pemberitahuan
renovasi,alat penghalang disekeliling area renovasi
- Edukasi kepada staf yang melewati area pembangunan agar
dimengerti.
- Setelah selesai pembangunan bagunan dibiarkan selama 1 bulan untuk
mengetes kesiapan bangunan ,selama didiamkan dilakukan tes swab
lantai dan didinding ruangan,jika hasil baik setelah periode 1 bulan
ruangan boleh digunakan

65
Selesai renovasi

Diamkan selama
1 bln dan uji swab

Hasil baik Hasil tak baik

Ruangan siap
Desinfeksi dinding
digunakan
dan lantai dengan
larutan chlorine 0,5 %

Lakukan swab ulang

Hasil baik ruangan siap


digunakan

8. Pelayanan pembuatan ruang kohort


a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
- IPSRS
b. Perangkat kerja
- Ruangan bertekanan negatif ( exhaust fan dan ventilasi)
- APD ( terutama masker bedah rangkap 3)
c. Tata laksana
- Komite PPI mengajukan pembuatan ruangan kohort kepada direktur.
- Setelah ada disposisi kepada TIM pembangunan (IPSRS)

66
- Dilakukan pembuatan ruangan kohort yang bertekanan negatif
- Syarat dan denah terlampir

9. Pelayanan pemeriksaan baku mutu air dan lPAL


10. Kebersihan tangan
a. Penanggung jawab
- Ketua komite PPI
b. Perangkat kerja
- Alkohol handrub
- Air mengalir
- Wastafel
- Towel
- Sabun
- Clorhexidine 2% dan 4 %
c. Tata laksana
- Penyiapan SPO kebersihan tangan dan gambar kebersihan tangan
- Edukasi pada seluruh staf rumah sakit
- Audit kepatuhan kebersihan tangan mulai dari kepala
ruang,dokter,baru staf pelaksana
- Laporan audit kebersihan tangan

67
BAB V

LOGISTIK

Tata cara logistik PPIRS

1. Perencanaan barang.
a. Barang rutine :
- Kertas HVS,tinta printer,bolpoint,form survei harian,form survei
bulanan,form SPO surveilens,buku tulis.
- Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutine :
- Proposal pemeriksaan kultur dan swab
- Pengadaan leaflet dan banner kebersihan tangan,etika
batuk,pencegahan dan pengendalian infeksi tanggung jawab bersama.
2. Permintaan barang.
a. Barang rutine disampaikan pada bagian logistik rutine rumah sakit.
b. Barang tidak rutine disampaikan terlebih dahulu pada direktur untuk
dimintakan persetujuan.
3. Penditribusian

68
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

A. Kewaspadaan, upaya pencegahan & pengendalian infeksi meliputi :


a. Pencegahan dan Pengendalian PPI
b. Keamanan pasien, pengunjung dan petugas
B. Keselamatan dan Kesehatan kerja Pegawai Melakukan pemeriksaan kesehatan
meliputi ;
a. Pemeriksaan kesehatan prakerja
b. Pemeriksaan kesehatan berkala
c. Pemeriksaan kesehatan khusus diunit beresiko :
 csd,iko,icu,laboratorium,Radiologi,sanitasi gizi,linen
d. Pencegahan dan penanganan kecelakaan kerja (tertusuk jarum bekas).
e. Pencegahan dan penanganan penyakit akibat kerja
f. Penanganan dan pelaporan kontaminasi bahan berbahaya
g. Monitoring ketersediaan dan kepatuhan pemakaian APD bagi petugas
h. Monitoring penggunaan bahan desinfeksi
C. Pengelolaan bahan dan barang berbahaya
a. Monitoring kerjasama pengendalian hama.
b. Monitoring ketentuan pengadaan jasa dan barang berbahaya.
c. Memantau pengadaan, penyimpanan dan pemakaian B3
D. Kesehatan lingkungan kerja Melakukan monitoring kegiatan :
a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
b. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
c. Penyehatan air
d. Pengelolaan limbah
e. Pengelolaan tempat pencucian
f. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
g. Disinfeksi dan sterilisasi

69
h. Kawasan Tanpa Rokok
E. Sanitasi rumah sakit Melakukan monitoring terhadap kegiatan ;
a. Penatalaksanaan Ergonomi
b. Pencahayaan
c. Pengawaan dan pengaturan udara
d. Suhu dan kelembaban
e. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
f. Penyehatan air
g. Penyehatan tempat pencucian
F. Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan Melakukan pemantauan
terhadap ;
a. Program pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dan nonmedis
b. Sertifikasi dan kalibrasi peralatan medis dan nonmedis
G. Pengelolaan limbah padat, cair dan gas
a. Limbah padat yang meliputi
i. Limbah medis/klinis
ii. Limbah domestik/sampah non medis
iii. Limbah infeksius
b. Limbah cair
c. Limbah gas

H. Pendidikan dan pelatihan PPI


a. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal meliputi :
- Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana.
- Pelatihan penanggulangan bencana.
- Simulasi penanggulangan bencana
- Pelatihan penggunaan APD
- Pelatihan surveilens

70
- Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi
- Pelatihan pemadaman api dengan APAR.
- Pelatihan bagi regu pemadam
- Pelatihan ( training of trainer )spseialis penanggulangan kebakaran
- Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3.
- Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu.
b. Mengikut sertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan Jasa atau
Intansi lain bagi personil K3.
c. Upaya promotif dan edukasi
 Hand higiene menjadi kebutuhan dan budaya disemua unit pelayanan.
 Kedisiplinan Penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya
 Surveilens
- Kepatuhan kebersihan tangan.
 Upaya promotif PPI :
- Pemasangan anjuran kebersihan tangan disetiap ruangan publik atau
wastafel
- Pemasangan cara menggunakan dan melepas APD,
- Pemasangan promotif kepatuhan membuang sampah sesuai jenisnya .
- Sosialisasi PPI pada karyawan baru dan mahasiswa praktek
- Pemasangan gambar etika batuk
 Peningkatan pelayanan Pusat sterilisasi .
- Upaya pemusatan sterilisasi rumah sakit hanya di CSSD
- Penyediaan 3 indikator mutu sterilisasi
 Pembuatan ruang kohort :
- Kohort kontak infeksi
- Kohort droplet infeksi
- Kohort air borne infeksi
- Kohort imunosupresif
 Peningkatan kewaspadaan standart disemua unit pelayanan.

I. Pengumpulan, pengelolaan dokumentasi data dan pelaporan


Meliputi :

71
a. Mengagendakan laporan dan rencana kerja PPI
b. Mengarsipkan surat keluar dan surat masuk.
c. Mengarsipkan semua dokumen berkaitan dengan kegiatan PPI
d. Mendokumentasikan setiap kegiatan.
e. Memberikan rekomendasi berkaitan dengan PPI kepada Direksi baik
diminta atau tidak.

72
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN

Upaya keselamatan pasien melalui kegiatan KKPRS adalah :


1. Ketepatan identifikasi pasien
1.1 Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO.
2. Peningkatan komunikasi efektif
2.1 Melakukan komunikasi efektif SBAR pada saat :
2.1.1 Komunikasi antar perawat
2.1.2 Komunikasi perawat dengan dokter
2.1.3 Komunikasi antar petugas kesehatan lainnya yang bertugas di
Rumah Mata Padang Eye Center.
2.2 Menggunakan komunikasi SBAR :
2.2.1 Saat pergantian shift jaga.
2.2.2 Saat terjadi perpindahan rawat pasien.
2.2.3 Saat terjadi perubahan situasi atau kondisi pasien.
2.2.4 Saat melaporkan hasil pemeriksaan,efek samping
terapi/tindakan atau pemburukan kondisi pasien melalui
telepon kepada dokter yang merawat.

3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai


3.1 Melaksanakan SPO Independent Double chek,Obat kewaspadaan
tinggi pada obat-obat yang termasuk dalam daftar obat HAM.
3.2 Memberikan obat sesuai dengan prinsip 6 BENAR.

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi


5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
5.1 Melakukan pengisian formulir data pemantauan surveilens :
5.1.1 Infeksi luka infus
5.1.2 Infeksi luka operasi superfisial
5.1.3 VAP ( Ventilator aquired pneumonia)
5.1.4 Kepatuhan kebersihan tangan.
5.2 Melakukan pemantauan kegiatan pengendalian infeksi.
5.3 Melakukan pelaporan dan analisa kejadian infeksi.
5.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa kejadian infeksi.
5.5 Melakukan evaluasi kegiatan pengendalian infeksi .

73
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.
6.1 Melakukan pencegahan pasien jatuh dengan assessment risiko dan
tindak lanjut kepada pasien yang dirawat .
6.2 Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi .
6.3 Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang terjadi di
masing-masing unit pelayanan.
6.4 Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi.

74
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

A. SISTEMPENCATATANDANPELAPORAN

a. Penerapansystempencatatan dan pelaporan diRS Mata Padang Eye Center


mempunyai
tujuan:
Mendapatkan data untuk memetakan masalah – masalah yang berkaitan
dengan keselamatan pasien
Sebagaibahanpembelajaranuntukmenyusunlangkah-
langkahagarKTDyangserupa tidakterulang kembali

Sebagaidasaranalisisuntukmendesainulangsuatusistemasuhanpelayananpas
ien menjadilebihaman
Menurunkanjumlahinsiden keselamatan pasien(KTDdanKNC)
Meningkatkanmutu pelayanan dan keselamatanpasien
b. RS Mata Padang Eye Center mewajibkan agarsetiap insiden keselamatan
pasien dilaporkan kepada komite keselamatan pasien rumah sakit
c. Laporan insiden keselamatan pasien diRS Mata Padang Eye Center bersifat:
- Non punitive (tidakmenghukum)
- Rahasia
- Independen
- Tepatwaktu
- Berorientasipadasistem
d. Pelaporan insidenkeselamatanpasienmenggunakanlembarLaporanInsiden
Keselamatan Pasien yang berlaku diRS Mata Padang Eye Center dan
diserahkan kepada KomiteKeselamatanPasienRS Mata Padang Eye Center.
Bagian/unit mencatat kejadian IKP di buku pencatatan IKP masing-masing.

75
e. Laporan insiden keselamatan pasien tertulis secara lengkap diberikan kepada
komite keselamatan pasien dalamwaktu :
- 1 x 24 jamuntuk kejadian yang merupakan sentinelevents
(berdampakkematianatau kehilangan
fungsimayorsecarapermanen).Apabila pelaporansecara tertulisbelum
siap,pelaporanKTDdapatdisampaikan secara lisan terlebih dahulu.

- 2 x 24 jam untuk kejadian yang berdampak


klinis/konsekuensi/keparahan tidak signifikan, minor, dan moderat.
f. Tindaklanjutdaripelaporan:
- Tingkatrisiko
rendahdanmoderat:investigasisederhanaolehbagian/unityang
terkaitinsiden(5W:what,who,where,when,why).
- Tingkat risikotinggidan ekstrim: RootCause Analysis (RCA)yang
dikoordinasi oleh komite keselamatan pasien.
a. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingka trisiko
merah(ekstrim) maka komite keselamatan pasien segera melaporkan kejadian
tersebut kepada direksi RS Mata Padang Eye Center dan PT Muda Medika
Mandiri.
b. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunya itingkat risiko
kuning(tinggi) maka komite keselamatan pasien segera melaporkan kejadian
tersebut kepada Direksi RS Mata Padang Eye Center.
c. Komite keselamatan pasien RS Mata Padang Eye Center melakukan
rekapitulasi laporan insiden keselamatan pasien dan analisisnya setiap tiga
bulan kepada direksi RS Mata Padang Eye Center

76
B. PENERAPAN INDICATOR KESELAMATAN PASIEN.

a. Komite Keselamatan Pasien RS Mata Eye Center menetapkan indicator


keselamatan berdasarkan atas pertimbanganhigh risk, high impact, high
volume,prone problem.
b.Komite Keselamatan Pasien RS Mata Padang Eye Center menjelaskan
definisioperasional,frekuensipengumpulan data,periode analisis,
caraperhitungan,sumberdata,targetdan penanggungjawab.
c. Komite Keselamatan Pasien RS Mata Padang Eye Center bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan dan kesinambungan penerapan indicator keselamatan
pasien
d.Komite Keselamatan Pasien RS Mata Padang Eye Center
bertanggungjawabdalamprosespengumpulandata, analisis dan
memberikanmasukan kepada Direksiberdasarkan pengkajiantersebut.
e. Indikator dikumpulkan dan dianalisis setiap bulan. Setiap tiga bulan
indicator dianalisis dan difeed back kan kepada unit terkait.
f. Jumlah indicator keselamatan pasien perlu ditinjau ulang setiap 3 tahun sekali

C. ANALISIS AKAR MASALAH


a. Dalam rangkameningkatkanmutudankeselamatanpasien,RS Mata Padang Eye
Center menerapkan metode rootcauseanalysis(RCA) atau analisa aka
rmasalah,yaitu suatu kegiatan investigasiterstrukturyang bertujuanuntuk
melakukanidentifikasipenyebabmasalah dasardanuntukmenentukan tindakan
agarkejadian yangsama tidakterulang kembali.
b. RCA dilakukan pada insiden medis kejadian nyaris cedera dan KTD yang
sering terjadi di RS Mata Padang Eye Center.

c. RCA dilakukan padasetiap kejadian sentinelevents.


d.Insiden keselamatan pasien yang dikatagorikan sebagai level tinggi dan ekstrim
diselesaikan dalam kurun waktu paling lama 45hari dan dibutuhkan tindakan

77
segera yang melibatkan Direksi.
e. Agar penemuan akar masalah dan pemecahan masalah mengarah pada sesuatu
yang benar,maka perlu dibentuk tim RCA yang berunsurkan:dokter yang
mempunyai kemampuan dalam melakukanRCA,unsur keperawatan,danSDM
lainyang terkait dengan jenis insiden keselamatan pasien yangterjadi.
f. Dalam melakukan RCA langkah langkah yang diambil adalah membentuk tim
RCA, observasi lapangan, pendokumentasian,wawancara, studi pustaka,
melakukan asesmen dan diskusi untuk menentukan faktor kontribusi dan aka
rmasalah.
g. Hasil temuan dari RCA ditindak lanjuti,direalisasi dan dievaluasi agar
kejadian yang sama tidak terulang kembali
STANDAR DAN INDIKATOR MUTU KINERJA KLINIK

1. Standar Mutu Klinik: RSPR harus mampu memberikan pelayanan yang

terbukti aman bagi semua orang yang berada didalamnya baik pasien

maupun karyawan dari segala bentuk kejadian yang dapat timbul karena

proses pelayanan.

2. Indikator Mutu Klinik:

1). Indikator Non Bedah

a). Angka kejadian infeksi jarum infus

b). Target surveilens angka kejadian infeksi <1,5%

c). Tersedianya Bahan- bahan desinfeksi yang sesuai rekomendasi dan

aman bagi lingkungan.

d). Dilakukannya kegiatan pemantauan

78
e). Hasil swab : tangan,dinding dan lantai,AC yang

memenuhi standart (SPM)

f). Hasil kultur : Pus dan darah

2) Unit CSSD :

a). - indikator bouwie dict tes,kimia dan mikrobiologi dilaksanakan

dan hasilnya baik

b). - maintence autoclave .

c). Kalibrasi Autoclave external baik

d). Indikator mekanik,kimia,biologi

3) Upaya kesehatan :

a). Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi

kebutuhan petugas.

b). Terlaksananya pemasangan leaflet kebersihan tangan disetiap

ruangan ,wastafel dan ruangan publik.

c). Edukasi PPI pada calon karyawan .

d). Edukasi PPI pada karyawan

e). Hasil survei menjadi informasi disetiap unit pelayanan melalui

sistem informasi rumah sakit

f). Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala

g). Terlaksananya ruangan kohort dimarkisa 1 atau durian .

h). Tersediannya APD yang diperlukan

79
i). Terlaksananya survei complience kebersihan tangan tangan pada

perawat senior

j). Penyehatan lingkungan

k). Ruangan dan lingkungan yang bersih

l). Sampah dibuang sesuai jenisnya

m). Incenerator berfungsi dengan baik (semua sampah yang dibakar

menjadi abu)

n). Terlaksananya formularium antibiotika.

3. Indikator mutu lingkungan

1). Hasil uji baku mutu air dan limbah yang dihasilkan sesuai dengan

perundangan yang berlaku (UU Lingkungan, PP, PMK, Perprop,

Perda)

2). Ketersediaan instalasi pengolah limbah baik padat maupun cair.

3). Ketersediaan pengolahan limbah infeksius

4). Pelaksanaan UKL dan UPL dari Rencana Pengelolaan Lingkungan

Penurunan Angka Kuman di area pelayanan khusus

B. Formulasi dari indikator-indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut

a) Kelompok Pelayanan Non-Bedah

1) Angka infeksi karena Jarum Infus

𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝐾𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛𝐼𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖𝐾𝑢𝑙𝑖𝑡𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎𝐽𝑎𝑟𝑢𝑚𝐼𝑛𝑓𝑢𝑠𝑝𝑒𝑟𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛
x 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎℎ𝑎𝑟𝑖𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔𝑖𝑣𝑙𝑖𝑛𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛𝑖𝑡𝑢

80
2) Angka infeksi luka operasi x 100 %

Total penderita yang dioperasi dalam satu bulan

81
BAB IX

PENUTUP

Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan


pencegahan dan pengendalian infeksi bukanlah urusan mereka yang bertugas di unit
PPIRS saja. Namun juga tanggung jawab semua pihak yang berada di Rumah Sakit
Mata Padang Eye Center.
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka Pencegahan dan
pengendalian infeksi adalah upaya-upaya edukasi PPI kepada staf ,pasien dan
pengunjung Rumah sakit.,sehingga dapat merubah perilaku yang sehat,penyaiapan
sarana dan prasarana PPI .upaya pencegahan dan pengendalian infeksi disadari atau
tidak memerlukan dana yang besar sehingga memerlukan dukungan penuh dari
management rumah sakit.
Demikianlah pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi
Rumah Sakit Mata Padang Eye Center,lebih baik mencegah dari pada mengobati.

Padang ,....................

Direktur

Dr Rahmi Puspita Genie

82
XVI. Landasan Hukum

1. Undang Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009tentang Rumah sakit.

2. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor.129/MenKes/SK/2008 tentang standart


minimal pelayana Rumah Sakit.

3. Surat Edaran direktur Pelayanan Medik nomor HK.03.01/II/3744/ 08 tentang


Pembentukan komite dan Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi di rumah Sakit.

4. Undang undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

5. Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1995 tentang tenaga kesehatan.

6. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999


tentang standart pelayanan Rumah sakit.

7. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1575/Menkes/2005 tentang Organisasi dan


tata kerja Departemen Kesehatan.

83

Anda mungkin juga menyukai