Anda di halaman 1dari 20

Makassar, 25 Februari 2013

MAKALAH
PERAN INSTITUSI PENDIDIKAN DOKTER DALAM MENCERDASKAN
KEHIDUPAN BERNEGARA

KELOMPOK C:

“MELASMA”
Mengenai 4 Dimensi :
1. KEILMUAN
2. KEMAHASISWAAN
3. KEORGANISASIAN
4. KEISLAMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Peran Institusi Pendidikan Dokter
dalam mencerdaskan kehidupan bernegara”, yang merupakan salah satu tugas
Follow Up BEM dalam rangka pengkaderan mahasiswa angkatan 2012 Fakultas
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia dapat terselesaikan dengan baik. Dan
tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. yang
telah membawa kita dari alam yang penuh kebodohan ke alam yang penuh
kepintaran.
Dalam penulisan makalah ini kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak yang telah
membaca makalah ini dan khusunya bagi tim penyusun sendiri. Semoga setelah
membaca makalah ini dapat memperluas pengetahuan pembaca mengenai Peran
Instiurusi Kedokteran dalam mencerdaskan kehidupan bernegara.

Makassar, 25 Februari 2013.

Tim Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
A. KEILMUAN
B. KEMAHASISWAAN
C. KEORGANISASIAN
D. KEISLAMAN
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diwujudkan dalam
bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
pelayanan kesehatan yang bermutu. Institusi kedokteran, mahasiswa kedokteran,
dan dokter yang berakhlak mulia sebagai suatu komponen mempunyai peranan
yang sangat penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan
kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan.
Pada dasarnya pendidikan kedokteran bertujuan untuk meningkatkan mutu
kesehatan bagi seluruh masyarakat. Di lain pihak kemajuan dalam dunia
pendidikan mengenai kecerdasan bangsa dengan sendirinya menyebabkan
kesadaran masyarakat meningkat termasuk di bidang kesehatan baik sebagai
individu maupun kelompok. Oleh karena itu diperlukan pengaturan dalam bidang
pendidikan kedokteran karena hal itu merupakan mata rantai utama dalam
pelayanan kesehatan. Pendidikan kedokteran harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, khususnya hal yang terkait dengan mahalnya biaya
pendidikan kedokteran yang pada ujungnya berdampak pada mahalnya biaya
kesehatan yang harus ditanggung oleh masyarakat. Dampak tersebut tentu saja
membawa dampak yang tragis terutama bagi masyarakat miskin, yang semakin
sulit mengakses pelayanan kesehatan dengan kualitas yang memadai sehingga
perlu adanya peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen
pendidikan kedokteran. Hal ini diperlukan untuk menghadapi tantangan sesuai
tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Oleh karena itu perlu
dilakukan pembaharuan pendidikan kedokteran secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan.
Ilmu kedokteran secara bertahap berkembang di berbagai tempat terpisah.
Pada umumnya masyarakat mempunyai keyakinan bahwa seorang yang terkena
musibah dan sakit tidak mampu menolong dirinya sendiri. Ia memerlukan
pertolongan dari orang lain setidaknya dari keluarganya atau dari orang yang
dianggap mampu memberikan perawatan serta penyembuhan. Dokter di masa
dulu, apapun sebutannya, merupakan profesi yang mempunyai kedudukan tinggi
di masyarakat. Di berbagai suku, ilmu yang dimiliki dapat bercampur dengan
berbagai fenomena termasuk yang gaib sehingga menghasilkan sebuah seni
pengobatan yang sulit diajarkan. Dengan filosofi semacam itu pula masyarakat
modern masih melihat keberadaan dokter sebagai profesi yang mulia dan
terhormat di jajaran sosialnya.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami mengangkat masalah peran
institusi pendidikan dokter dalam mencerdaskan kehidupan bernegara. Tim
Penulis mencoba memaparkan apa tujuan dan fungsi institusi pendidikan dokter,
bagaimana meningkatkan kualitas dari instansi pendidikan dokter, dan bagaimana
mengukur parameter institusi pendidikan dokter.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa tujuan dan fungsi institusi pendidikan dokter?
2. Bagaimana meningkatkan kualitas dari instansi pendidikan dokter?
3. Bagaimana peran institusi pendidikan kedokteran dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa?
4. Bagaimana peran mahasiswa kedokteran dalam meningkatan kualitas
bangsa?
5. Bagaimana pandangan islam mengenai ilmu pendidikan kedokteran?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui apa tujuan dan fungsi institusi pendidikan dokter
2. Mengetahui bagaimana meningkatkan kualitas dari instansi pendidikan
dokter
3. Mengetahui bagaimana peran institusi pendidikan kedokteran dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Mengetahui bagaimana peran mahasiswa kedokteran dalam
meningkatkan kualitas bangsa
5. Mengetahui bagaimana pandangan islam mengenai ilmu pendidikan
kedokteran

D. Manfaat Penelitian
Makalah ini, bukan hanya berguna bagi bagi penulis saja tetapi juga
sebagai bahan referensi ilmiah dan sumbangan pengetahuan bagi instansi
pendidikan, khususnya pendidikan dokter, serta member manfaat bagi para
pembaca tentang apa yang anda sumbangkan lewat ide penulis melalui makalah
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEILMUAN
1. Tujuan dan Fungsi Institusi Pendidikan Dokter
Pendidikan kedokteran Indonesia selalu berjuang untuk terus
mengembangkan ilmu pengetahuan sekuat-kuatnya dalam usaha melaksanakan
misi negara yang tertuang dalam UUD 1945: ....mencerdaskan kehidupan
bangsa... Dalam rangka mewujudkan visi bangsa Indonesia yang sejahtera,
pendidikan kedokteran Indonesia tidak boleh mengurung diri, menutup dari
pergaulan internasional, atau kerjasama-kerjasama internasional. Keinginan untuk
menyejahterakan kehidupan bangsa diharapkan memberikan landasan filosofis
pendidikan kedokteran untuk bersifat inklusif dan bertumpu pada kebenaran
universal.
Pada hakekatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional
mempunyai fungsi pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan dan pengembangan
potensi diri. Persatuan Indonesia. Oleh karena itu mutu pendidikan kedokteran di
Indonesia diharapkan setara antara fakultas kedokteran di Banda Aceh sampai
dengan di Jayapura. Dimasa mendatang diharapkan tidak ada perbedaan mutu
lulusan pendidikan kedokteran karena proses pendidikan yang berbeda mutunya.
Pendidikan kedokteran diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang
sama bagi setiap warga negara untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya
secara optimal.

2. Meningkatkan Kualitas dari Institusi Pendidikan Dokter


Ketika ilmu kedokteran semakin berkembang, dokter melakukan
porfesinya tidak lagi sendiri, dan semakin dilengkapi dengan berbagai peralatan
termasuk sarana rumah sakit. Keberhasilan pengobatan suatu penyakit tergantung
pada derajat penyakit, tingkat kompetensi dokter ,dan sarana dan prasarana
penunjangnya serta tingkat teknologinya. Dalam situasi ini perkembangan
kedokteran semakin menggunakan ilmu pengetahuan kedokteran dibanding seni
pengobatan, walaupun tidak meninggalkannya sama sekali.
Pendidikan modern dokter yang lebih mengutamakan ilmu pengetahuan
dimulai dari calon peserta didik yang diseleksi mengikuti kaidah-kaidah akademis
dengan menetapkan tingkat kemampuan akademik. Ambang batas ini lebih tinggi
dari rata-rata nilai calon peserta didik untuk cabang ilmu selain pendidikan
kedokteran. Disamping penilaian kemampuan keilmuan, di berbagai tempat
dilakukan seleksi tambahan berupa profil psikologi agar peserta dapat dipilih yang
cocok untuk menjadi seorang dokter.
Sistem seleksi ketat ini penting agar mendapat peserta didik yang bermutu
tinggi sehingga proses belajar mengajar berjalan optimal, dan menghasilkan
lulusan yang mampu menerapkan ilmu kedokteran secara benar, baik, dan
mempunyai integritas yang tinggi sehingga mendapat kepercayaan masyarakat.
Ada proses rumit yang harus dilalui dengan berbagai ujian selama proses
pendidikan kedokteran. Dalam usaha menjadi spesialis, proses pengujian semakin
mendalam dan rumit sehingga menghasilkan lulusan yang jumlahnya relatif
sedikit dan mempunyai kemampuan tinggi, dengan privilege spesifik untuk
menangani masalah kesehatan seorang pasien.
Dalam rangka meningkatkan kompetensi dokter dan dokter gigi, serta
dokter spesialis diperlukan program pendidikan kedokteran yang terstruktur.
Dalam melaksanakan program pendidikan kedokteran yang terstruktur diperlukan
lahan pendidikan antara lain rumah sakit. Fungsi rumah sakit di zaman modern
juga tidak sesederhana zaman dulu karena saat ini rumah sakit selain sebagai
sarana pengobatan juga berfungsi sebagai sarana pendidikan bagi tenaga
kesehatan dan penelitian.

3. Mengukur Parameter Institusi Pendidikan Dokter


Parameter penilaian mutu pendidikan yang telah dikembangkan saat ini
adalah melalui mekanisme penjaminan mutu eksternal untuk institusi dengan
system akreditasi. Data menunjukkan bahwa sementara ini baru 16 FK yang
berakreditasi A, 12 akreditasi B, 4 akreditasi C, dan sisanya masih belum
melaksanakan akreditasi. Sebagian institusi yang telah terakreditasi mengalami
kadaluwarsa akreditasnya. Mekanisme lain untuk menjamin mutu lulusan yang
melambangkan kualitas penyelenggaraan pendidikan adalah uji kompetensi. Dari
penyelenggaraan UKDI sampai saat ini ditemukan kondisi bahwa 8 FK
berkontribusi terhadap 50% jumlah retaker, sementara 8 FK lainnya terhadap 25%
sisanya. Hasil UKDI memiliki hubungan yang cukup bermakna dengan
akreditasi institusinya. Data ini memperlihatkan fakta disparitas yang cukup besar
diantara institusi penyelenggara pendidikan dokter.
B. KEMAHASISWAAN
Mahasiswa kedokteran sebagai mahasiswa kesehatan, baik itu yang nantinya akan
berprofesi sebagai dokter tentunya kita mengalami berbagai tantangan yang berbeda-beda
sesuai dengan profesinya. Namun, kita menghadapi kondisi yang sama saat ini, yaitu
kondisi bangsa yang belum sehat secara sempurna, yaitu tren sakit fisik-mental-sosial
yang masih mengkhawatirkan, khususnya sakit secara mental dan sosial, yang apabila
dibiarkan maka tidak lama lagi kita akan menyaksikan kengerian di depan mata. Sakit
mental dan sosial akan menggeser budaya bangsa yang selama ini terkenal dengan sifat-
sifat kebaikannya. Sifat gotong royong, toleransi tinggi, dan lain sebagainya, hanya akan
menjadi sejarah. Para dokter dan tenaga kesehatan lainnya harus berkontribusi untuk
mencegah terjadinya hal ini.Dokter dan tenaga kesehatan harus merevitalisasi peran
komprehensif pengabdiannya. Kontribusi pengabdian dokter dan tenaga kesehatan
lainnya untuk penyehatan fisik harus dilakukan secara terintegrasi dengan proses
penyehatan mental dan sosial bangsa.
Saat ini, apabila tenaga kesehatan diharapkan dapat melakukan intervensi
menyeluruh terhadap permasalahan kesehatan bangsa (fisik--mental-sosial), mungkin
akan muncul skeptisisme di tengah masyarakat. Khususnya untuk profesi dokter dan
perawat yang selama ini lebih terlihat pada upaya penyehatan fisi, sehingga sikap skeptis
ini wajar ditunjukkan oleh masyarakat. Proses reduksi peran tanpa disadari terjadi dan
telah berlangsung sekian lama, ternyata telah membuat fungsinya hanya sekedar menjadi
agent of treatment.
Para dokter telah terjebak pada rutinitas profesionalisme yang sempit.Banyak
dokter yang akhirnya lebih concern bahwa ilmu kedokteran hanyalah mempelajari segala
sesuatu tentang penyakit.Akibatnya kewajiban untuk menyehatkan rakyat hanya sekadar
menganjurkan minum vitamin, mineral, tonik, dll, serta mengobati pasien yang
sakit.Dokter lupa bahwa selain melakukan intervensi fisik, juga harus berperan dalam
intervensi mental dan sosial di tengah masyarakat. Dokter dalam kiprahnya seyogianya
menetapkan trias peran dokter: sebagai agent of treatment, agent of change dan agent of
development. WHO baru tahun 1994 mengidentifikasi kiprah ini dan menyebutnya
sebagai “The Five Star Doctors” yaitu: Community leader, Communicator, Manager,
Decision maker dan Care provider.
Begitu juga dengan profesi perawat, yang merupakan mitra terdekat dokter dalam
melayani masyarakat. Pertanyaan yang penting sekarang adalah siapkah perawat
menyandang perubahan paradigma dari yang hanya tugas rutin berdasarkan intruksi
dokter secara konvensional ke arah profesional berdasarkan kerja team atau mitra kerja?
Sebutan Mitra tidak hanya sebuah slogan tetapi dapat melakukan dialog/ diskusi tentang
pasien, semua demi pasien yang dirawat.karena sebagai mitra dokter, perawat haruslah
mampu bersama dokter menjadi gerakan pembaharu demi kesejehteraan masyarakat.
Karena hakekat pelayanan adalah memenuhi kebutuhan paling dasar pasien sesuai
maslow, dan sekaligus mampu/ kompeten melaksanakan tindakan keperawatan yang
didasarkan atas hasil pengkajian yang mendalam, cermat serta akurat berdasarkan
masalah keperawatan yang ada.
Selain profesi dokter, tantangan ke depan juga dialami oleh para ahli gizi.
Indonesia memiliki 4 masalah utama tentang gizi saat ini.Masing-masing memiliki
dampaknya terhadap kemiskinan.Pertama, kekurangan zat besi atau anemia gizi besi
(AGB), dikenal dengan penyakit kurang darah atau anemia.Kedua, penduduk Indonesia
kekurangan zat yodium.Ketiga, kekurangan vitamin A (KVA) yang dapat menimbulkan
kerusakan mata. Keempat, kekurangan energi dan protein (KEP) dan kekurangan energi
kronis (KEK).
Kompleksitas masalah gizi di Indonesia menuntut profesionalisme yang tinggi
tentu saja didukung oleh pengetahuan, ketrampilan bahkan sikap profesional yang kuat.
Bagi seorang ahli gizi harus dapat menyumbangkan ilmunya dalam mengatasi masalah
gizi ganda yang saat ini dihadapi di Indonesia dimana dalam saat bersamaan masalah gizi
kurang belum dapat teratasi dengan baik, di lain pihak masalah gizi lebih mulai
meningkat dan cukup mengkhawatirkan.
Pada dasarnya dokter dan tenaga kesehatan lainnya adalah para cendikiawan yang
dalam menjalankan profesinya langsung berhadapan atau berada di tengah masyarakat
yang dibekali nilai profesi yang menjadi kompas dalam segala tindakannya. Nilai profesi
itu antara lain adalah kemanusiaan (humanism), etika (ethics) dan kompetensi
(competence).
Di Indonesia, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi
terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air
bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat,
perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan
masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Sehingga jelas, bahwa peran-peran ke depan untuk profesi kesehatan ini tidak hanya
menyembuhkan "si sakit" namun, berupaya untuk mewujudkan masyarakat yang bersifat
proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya
penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat.
Sebagai mahasiswa, kita harus menyadari bahwa banyak "pr" yang harus kita
kerjakan nanti ke depannya. Setelah melihat sekilas gambaran profesi kita nanti, hal apa
yang harus kita pahami dan persiapkan agar tidak canggung menjalani kehidupan di
masyarakat yang real nantinya, karena tidak mungkin kan kita menjadi nmahasiswa terus
dan tidak berkarya? sebagai mahasiswa, kita memiliki tiga peran utama sebagai Iron
stock, Agent of change dan moral force.
1. Mahasiswa kedokteran sebagai Iron Stock
Mahasiswa merupakan generasi penerus masa depan. Tentunya pengembangan
potensi dan peningkatan kualitas diri perlu dipersiapkan dan ditingkatkan. Langkah
strategis yang dapat diterapkan oleh mahasiswa kedokteran adalah:
a. Pengembangan wawasan berupa seminar, kajian, dan dialog tokoh yang terutama
berkenaan dengan “ Menuju Indonesia Sehat 2010” ataupun materi-materi
lainnya.
b. Mengikuti pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kompetensi diri,
contohnya mengikuti organisasi kemahasiswaan yang ada di kampus FK UGM,
seperti BEM FK, TBMM, HIMAGIKA, HIMIKA, ataupun yang lainnya.
2. Mahasiswa kedokteran Sebagai Agent of Change
Mahasiswa sebagai agen perubah.Perubahan yang dilakukan pun tidak
direalisasikan secara sporadis, tapi terpola dan terkoordinasi. Langkah Strateginya adalah:
a. Mahasiswa Kedokteran sebagai pemuda berintelektualitas tinggi dan
cendekiawan muda tentunya harus bergerak secara sistematis dan sesuai
kebutuhan bukan karena eksistensi semata. Analisa setiap masalah yang ada baik
itu dalam sektor pembangunan dan kesehatan perlu dilakukan.Bentuknya bisa
dalam bentuk polling maupun riset/penelitian.Penelitian adalah nyawa dalam
ilmu kedokteran, karena ilmu ini terus berkembang. Tentunya kita nantinya akan
berlatih melakukan penelitian untuk tugas akhir dengan bimbingan dosen.
b. Penelitian yang menghasilkan hasil yang signifikan dapat melahirkan kebijakan
baru terutama dalam bidang, sehingga mahasiswa kedokteran dapat bergerak
sesuai dengan kompetensinya masing-masing dan secara professional. Salah satu
contohnya adalah mahasiswa praktisi kesehatan dapat bergerak dalam hal
peningkatan kualitas pelayanan dan fasilitas kesehatan
3. Mahasiswa kedokteran sebagai Moral Force
Seperti yang telah disinggung di atas, berbagai aktifitas mahasiswa kedokteran
dalam kancah pergerakan nasional yang dilandasi oleh moral force telah tercatat dalam
sejarah Indonesia. Banyak sekali kiprah mahasiswa yang telah menorehkan tinta emas
bagi perjuangan bangsa. Dimulai dengan pergerakan Budi Utomo tahun 1908, kemudian
dilanjutkan dengan Sumpah Pemuda tahun 1928, dan puncaknya pada tahun 1945 dimana
mahasiswa pada masa itu memegang motor kendali bagi terlaksananya Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
Namun, harapannya tak hanya memorial belaka mengingat kontribusi mahasiswa
kedokteran dalam perjuangan bangsa Indonesia dahulu, tapi semangat dan kemauan untuk
berubah harus tetap dipelihara dan ditularkan agar tetap terjaga
C. KEORGANISASIAN
Saat ini Kesehatan sudah dinilai masyarakat menjadi sebuah Industri yang
mahal, kesehatan bukan lagi dilihat sebagai sebuah ‘bakti negara’ kepada
masyarakat, sebuah ‘kerja sosial’ kepada bangsa tapi sebagai cara cari duit
sebanyak-banyaknya. Jarang kita menemui sosok seperti Dokter
Tjiptomangoenkoesomo yang berdiri sendirian melawan penyakit Pes, dan
menyelamatkan seorang perempuan kecil dimana ibu dan bapaknya tergeletak
mati kena wabah pes, anak itu kemudian dinamai ‘Pesyati’ atau kita temui sosok
seperti Dokter Oen Boen Ing (dikenal sebagai dokter Oen) di Solo, yang kadang-
kadang membayar biaya pengobatan pasien-nya yang miskin, ia menghormati
pasiennya walaupun pasiennya itu tukang becak yang kena sakit paru-paru basah.
Bahkan di tahun 1950-an ada seorang dokter yang total mengabdi di masyarakat,
ia membawa mobil van yang ada baling-balingnya, dan ia mengobati masyarakat
dengan gratis.
Dokter di masa lalu bekerja dengan ‘rasa manusia’, tapi sekarang banyak
dokter bekerja dengan duit, menjadi dokter adalah untuk kekayaan, bukan untuk
mengabdi, sumpah dokter tidak lagi dibaca sebagai sebuah perjuangan
kemanusiaan tapi lebih hanya sekedar deretan ‘bunyi’. Kenapa ini bisa terjadi?
Salah satu jawabannya adalah ‘Mahalnya biaya pendidikan kedokteran’
untuk masuk ke Fakultas Kedokteran saja bisa mencapai 250 juta, belum biaya-
biaya lain, seperti biaya latihan operasi, praktikum, SPP dan sebagainya. Sehingga
praktis Fakultas Kedokteran hanya bisa masuk ke dalam lingkaran orang-orang
kaya.
Sudah sejak lama sistem gengsi sosial masyarakat kita meletakkan
pendidikan ‘Kedokteran’ sebagai Supreme Academica, sebagai Lambang Gengsi,
sebagai Modal Sosial Terbesar untuk masuk ke dalam masyarakat, gara-gara
gengsi sosial inilah kemudian masyarakat salah kaprah melihat fungsi sebenarnya
dokter dalam tugas-tugas kemanusiaan.
Tingginya biaya kuliah, ditambah sikap mentalitas busuk yang
menganggap gelar dokter hanya sebuah gengsi sosial membuat keadaan tambah
buruk, di perkotaan tumbuh industri kesehatan yang mahal sementara pelayanan
terhadap kesehatan kaum miskin bisa dikatakan minim. Penawaran politik terbaik
hanya diberikan pada politisi seperti ‘kartu kesehatan’ padahal penawaran ‘kartu
kesehatan’ hanyalah usaha untuk menghajar industri kesehatan yang mahal di
hilirnya bukan di hulu, Penghancuran mafia dunia kesehatan hulunya adalah
menghancurkan biaya mahal sekolah kedokteran. Dengan menggratiskan biaya
kuliah dan ditanggung negara sehingga dengan sendirinya akan terbentuk barisan
dokter yang membalas jasanya pada negara dengan berbakti pada rakyat.
Padahal kesehatan amat penting dalam kerja masyarakat, fungsi dokter
merupakan indeks paling tinggi selain fungsi guru di dalam pengembangan
pembangunan kemanusiaan yang diukur melalui indikator HDI (Human
Development Indeks) jadi adalah wajar bila ke depan dipikirkan untuk
membebaskan biaya Pendidikan Kedokteran secara total di sekolah-sekolah
negeri.
Institusi kedokteran ini diharapkan lebih memberikan kesempatan bagi
anak-anak tukang becak, anak sopir angkot, anak tukang sayur dan anak-anak
rakyat yang orang tuanya tak mampu berhak atas pendidikan di negeri ini, dan
dunia kedokteran bukan lagi dunia anak orang kaya. Bila ini terjadi kita bukan
saja mendapatkan jumlah tenaga yang banyak untuk menjaga kesehatan
masyarakat, tapi juga mencetak jutaan generasi cerdas di Indonesia, karena
seringkali dokter adalah ‘pemimpin di tengah masyarakat’ terpencil.
Berapa banyak anak-anak tukang becak, anak-anak tukang batu, anak-anak
tukang es, anak-anak sopir angkot yang ingin sekolah kedokteran tapi tidak
memiliki biaya, maka dengan adanya politik anggaran ini akan menjawab
tanggung jawab terbesar negara terhadap konstitusi “Mencerdaskan kehidupan
bernegara”.
Kelak bila politik anggaran ini berhasil, para dokter yang sejati bukannya
mereka yang naik mobil mewah ke Rumah sakit-rumah sakit mahal, tapi mereka
yang berada bersama rakyat berjuang atas nama kemanusiaan. Dengan begitu
pula, upaya mencerdaskan kehidupan bernegara bisa direalisasikan secara merata,
tidak hanya bagi kalangan menengah ke atas tetapi juga masyarakat kalangan
bawah.
D. KEISLAMAN
Pada abad ke-9 M hingga ke-13 M, dunia kedokteran Islam berkembang
begitu pesat. Sejumlah Rumah Sakit besar berdiri. Pada masa kejayaan Islam,
Rumah Sakit tak hanya berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan para
pasien, namun juga menjadi tempat menimba ilmu para dokter baru.
Sekolah kedokteran pertama yang dibangun umat Islam adalah sekolah
Jindi Shapur di Baghdad pada masa Khalifah Al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah.
Begitu juga Era kejayaan Islam telah melahirkan sejumlah tokoh kedokteran
terkemuka, seperti Al-Razi, Al-Zahrawi, Ibnu-Sina, Ibnu-Rushd, Ibn-Al-Nafis,
dan Ibn- Maimon.
Rumah Sakit terkemuka pertama yang dibangun umat Islam berada di
Damaskus pada masa pemerintahan Khalifah Al-Walid dari Dinasti Umayyah
pada 706 M. Namun, rumah sakit terpenting yang berada di pusat kekuasaan
Dinasti Umayyah itu bernama Al-Nuri.
Dengan adanya berbagai kemajuan di dunia Islam dalam bidang
kedokteran termasuk melahirkan banyak tokoh terkemuka, sehingga banyak
kalangan melakukan penelitian serta sangat jelas kontribusi Islam dalam dunia
kedokteran dunia. Beberapa kontribusinya di antara lain:
a. Bakteriologi
Ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi bakteri. Dokter Muslim
yang banyak memberi perhatian pada bidang ini adalah Al-Razi serta Ibnu
Sina.
b. Anesthesia
Suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan
dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Ibnu Sina tokoh yang memulai mengulirkan ide menggunakan anestesi
oral. Ia mengakui opium sebagai peredam rasa sakit yang sangat manjur.
c. Surgery
Bedah atau pembedahan adalah adalah spesialisasi dalam kedokteran yang
mengobati penyakit atau luka dengan operasi manual dan instrumen.
Dokter Islam yang berperan dalam bedah adalah Al-Razi dan Abu al-
Qasim Khalaf Ibn Abbas Al-Zahrawi.
d. Ophthamology
Cabang kedokteran yang berhubungan dengan penyakit dan bedah syaraf
mata, otak serta pendengaran. Dokter Muslim yang banyak memberi
kontribusi pada Ophtamology adalah lbnu Al-Haytham (965-1039 M).
Selain itu, Ammar bin Ali dari Mosul juga ikut mencurahkan
kontribusinya. Jasa mereka masih terasa hingga abad 19 M.
e. Psikoterapi
Serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan
untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang. Dokter
Muslim yang menerapkan psikoterapi adalah Al-Razi serta Ibnu Sina.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Di Indonesia, pendidikan kedokteran telah dibuka di tingkat fakultas
kedokteran di universitas. Saat ini kurikulum pendidikan kedokteran di Indonesia
menganut sistem pembelajaran berdasarkan pendekatan atau strategi SPICES
(Student-centered, Problem-based, Integrated, Community-based, Elective/ Early
clinical Exposure, Systematic). Saat ini terus berkembang dengan menggunakan
kurikulum berbasis kompetensi.
Ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku sebagai kompetensi
yang didapat selama pendidikan merupakan landasan utama bagi dokter Indonesia
untuk dapat melakukan tindakan kedokteran dalam upaya pelayanan kesehatan
sesuai dengan jiwa UUD 1945 dan Pancasila.

B. Saran
Pendidikan kedokteran Indonesia harus memberikan akses pada seluruh
rakyat dengan asas pemerataan dan keadilan yang mencerminkan sila "Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia". Oleh karena itu perlu membuka
kesempatan bagi lulusan SMA terbaik dan mempunyai minat tinggi dari daerah
yang tergolong remote area untuk menjadi peserta didik pendidikan kedokteran
tanpa harus melalui persaingan bebas dengan lulusan SMA di kota-kota besar.
Di sisi lain, atmosfir kehidupan secara global telah diwarnai dengan
kapitalisme, dan hal ini diperparah dengan masuknya budaya kapitalisme tersebut
ke dalam ruang-ruang pendidikan. Padahal pendidikan merupakan faktor yang
sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter.
Oleh karena itu, untuk kembali memunculkan karakter dokter yang ideal,
diperlukan sebuah sistem pendidikan yang jauh dari kapitalisme dan bisa
mendekatkan mahasiswanya dengan rakyat jelata seperti yang dilakukan para
dokter masa lalu sehingga mereka bisa peka dan mengerti tentang penderitaan
rakyat banyak. Untuk memaksimalkan peran dokter dalam memajukan bangsa ini,
diperlukan pembentukan karakter dokter yang kuat, dimana mereka dididik bukan
hanya menjadi sosok profesional tetapi juga menjadi sosok cendikia dengan tidak
melupakan sejarah kepahlawanan para dokter masa lalu, dimana spirit mereka
harus tetap bisa dimiliki oleh dokter-dokter masa sekarang sehingga peran dokter
untuk kemajuan bangsa bukan hanya menjadi kenangan atau harapan tetapi dapat
terejawantahkan dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://lama.manajemen-
pendidikankedokterankesehatan.net/index.php/component/content/article
/91-pelatihan-eksekutif/naskah-akademik-ruu-pk/264-1-landasan-filosofis
2. www.asosiasi ilmu pendidikan kedokokteran indonesia [AIPKI].com
3. http://rumahbuku.weebly.com/5/post/2013/01/kedokteran-islam.html

Anda mungkin juga menyukai