Anda di halaman 1dari 4

Arief Setiawan

Universitas Gunadarma
arief_setiawan7@ymail.com
Hp. 085770367539

Bambu Pengganti Baja dan Kayu yang kian Langka

Pemilihan bahan bangunan yang tepat sering kali menjadi masalah kita dalam
pembangunan rumah tinggal. Kian langkanya bahan bangunan seperti kayu dan baja
menjadikan harga bahan bangunan tersebut menjadi mahal dan selalu mengalami
kenaikan dari waktu ke waktu, Oleh karenanya diperlukan adanya alternatif bahan yang
murah, mudah didapatkan, namun memiliki kekuatan yang tinggi serta ramah
lingkungan. Nah, bambu adalah solusi yang tepat sebagai alternatif bahan bangunan
yang kian langka terutama kayu dan baja.
Siapa sih yang tak kenal bambu? Tanaman ini tidak asing lagi bagi kita, karena
sering dijumpai hampir diseluruh wilyah Indonesia. Alasan bambu menjadi alternatif
bahan bangunan yang kian langka karena: (1) Ketahanannya yang luar biasa, ditebang
satu akan tumbuh seribu, bahkan rumpun bambu yang telah dibakar masih bisa tumbuh
lagi. Yang lebih menghebohkan lagi, baru – baru ini saya baca dari sebuah artikel,
ternyata bambu menjadi satu-satunya tanaman yang masih bisa bertahan hidup setelah
ledakan bom nuklir Hiroshima dan Nagasaki di kedua kota tersebut. Luar biasa bukan?
Oleh karenanya daya tahan tanaman ini haruslah kita manfaatkan secara maksimal. (2)
Pertumbuhannya yang cepat, Berdasarkan data sekunder yang ada, pada masa
pertumbuhan bambu tertentu dapat tumbuh vertikal 5 cm per jam, atau 120 cm per hari
berbeda dengan pohon kayu hutan yang baru siap ditebang dengan kualitas baik setelah
berumur 40-50 tahun, tetapi bambu dengan kualitas baik dapat diperoleh pada umur 3-5
tahun saja. Hal ini bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah hutan kita yang kian
gundul. Kebutuhan akan kayu yang tinggi membuat hutan kita di eksploitasi berlebih,
belum lagi pembalakan liar, pembukaan lahan, dan bencana alam seperti kebakaran
hutan membuat hutan kita menyusut pesat tiap tahunnya.
Mungkin sejak dulu para insinyur-insinyur kita sudah memikirkan apa sih bahan
alternatif yang tepat pengganti kayu yang kian langka dan eksploitasi baja yang merusak
alam. Mungkin beton kah? Saya rasa tidak juga, walapun beton mudah dicetak seperti
yang kita inginkan namun material ini tak seringan baja, proses pembuatannya lama dan
akan menghasilkan banyak limbah ketika penghancuran bangunan yang sudah tak layak
huni. Nah, bambu merupakan solusi utamanya. Untuk dijadikan bahan bangunan bambu
bisa di olah terlebih dulu atau bisa juga dijadikan bahan bangunan secara langsung atau
utuh.

Yang Pertama, olahan bambu sebagai bahan bangunan. Salah satu olahan bambu
untuk dijadikan bahan bangunan adalah Laminasi. Laminasi adalah penyatuan beberapa
lapis bambu dengan lem pada kedua sisinya kemudian diberi tekanan. Bambu dengan
bentuk aslinya yang berongga, tidak prismatis, serta tampangnya berupa lingkaran
tentunya cukup sulit untuk dijadikan material yang kita inginkan. Namun dengan
Laminasi, memungkinkan penggabungan antara beberapa elemen dengan tampang
empat persegi panjang menjadi satu kesatuan. Jika sudah begini, kita bisa
membentuknya sesuai kebutuhan kita seperti membuat kolom atau balok dengan
berbagai profil. Untuk lebih jelasnya kita lihat saja gambarnya.

Jadi, pada intinya olahan bambu dengan proses laminasi bisa menghasilkan
kolom atau balok yang biasa dibuat oleh baja atau kayu dengan kualitas tinggi, Sungguh
luar biasa bukan.
Olahan bambu selanjutnya adalah dengan dianyam. Mungkin sudah banyak yang
tahu, anyaman bambu bisa dijadikan penutup dinding pada rumah-rumah semi
permanen. Namun, sebenarnya tak hanya rumah semi permanen, rumah permanen pun
bisa menggunakan penutup dinding menggunakan bambu dengan diplester
menggunakan semen sehingga lebih kuat dan awet. Mungkin agak membingungkan,
untuk lebih jelasnya mari kita lihat gambarnya.

Selain lebih murah dari batu bata atau beton ringan yang biasa dipakai, bambu
mempunyai daya serap terhadap panas yang rendah. Jadi, jika dinding rumah kita dibuat
seperti ini tentunya akan lebih adem.

Pemanfaatan bambu sebagai material yang ramah lingkungan selanjutnya adalah


dengan memanfaatkannya secara utuh atau langsung. Dapat kita ketahui, kebanyakan
dari rumah-rumah semi permanen bermaterial utama kayu, mulai dari balok, kolom,
dinding, kuda-kuda, rangka atap, bahkan pondasi pada rumah panggung. Mengapa
demikian? Tentu saja karena rumah semi permanen dibuat untuk jangka waktu yang
relatif pendek (sementara) dan agar mudah dibongkar ulang serta ketidakpastian si
pembuat menetap disuatu daerah. Namun, tidak dapat dipunkiri, hal ini bisa dikatakan
pemborosan karena harga kayu yang kian melambung tinggi dari waktu ke waktu. Jadi
apalah gunanya? Walapun Indonesia Negara dengan hutan terluas kedua didunia
setidaknya kita ikut melestarikan dengan mengurangi kebutuhan akan kayu. Untuk itu
diperlukan alternatif lain seperti mengganti kayu yang biasa digunakan menggunakan
bambu.
Bambu adalah bahan alam (tumbuhan) yang berongga, tidak prismatis, serta
tampangnya berupa lingkaran, dengan bentuk seperti itu siapa bilang tak bisa dijadikan
material secara utuh? Justru bentuknya yang unik ini bisa dimanfaatkan sebagai bahan
utama pada rumah-rumah semi permanen, rumah bambu ataupun rumah sejenisnya.
Hamper semua struktur bangunan seperti balok, kolom, dinding, kuda-kuda serta rangka
atap bisa dibuat dengan bambu secara utuh. Berbagai alasan pun muncul, seperti
harganya yang lebih murah dibanding kayu yang biasanya, mudah didapat, serta
bentuknya yang unik akan menambah nilai estetika pada bangunan. Berikut merupakan
contoh rumah semi permanen dengan hamper semua strukturnya menggunakan bambu.

Anda mungkin juga menyukai