BAB. I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
KRL Jabodetabek KRL Jabotabek (yang sekarang dikenal bernama KA
Commuter Jabodetabek) adalah jalur kereta rel listrik yang
dioperasikan oleh PT KAI Divisi Jabotabek sebelum berubah nama
menjadi PT KAI Commuter Jabodetabek. KRL Jabotabek telah
beroperasi sejak tahun 1976, yang melayani rute komuter di wilayah
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Serpong, dan Parung
Panjang. KRL yang melayani jalur ini terdiri dari dua kelas, yaitu
kelas ekonomi dan kelas commuter line yang menggunakan
pendingin udara.
Hingga saat ini sering dijumpai pada jam-jam berangkat kerja
maupun pulang kerja menggludaknya penumpang KRL Jabodetabek
dari berbagai relasi, mulai dari KRL Ekonomi maupun KRL AC
Commuter Line. Menggludaknya penumpang membuat KRL AC
membuat pintu otomatisnya tidak bias ditutup karena penumpang
yang menggantung di pintu. Namun, yang paling menyorot
perhatian hingga saat ini adalah menggludaknya penumpang KRL
Ekonomi mulai dari berdesak-desakan, bergelantungan di pintu
bahkan tidak sedikit dari mereka yang memilih naik di atap KRL
asalkan bisa terangkut sampai tujuan. Karena tidak dapat
dipungkiri, mayoritas pengguna KRL Ekonomi adalah kalangan
menengah kebawah mulai dari pelajar, mahasiswa, pedagang,
kariyawan yang kebanyakan dari mereka lebih tertarik dengan tarif
dibanding dengan kenyamanan. Yang menjadi fenomena saat ini
adalah sebagian dari mereka yang
lebih tertarik naik diatap
gerbong dibanding duduk nyaman di dalam gerbong. Berbagai
alasan diutarakan mereka mulai dari hobi, kebanggaan tersendiri
sampai karena terdesak tidak kebagian tempat. Kelompok ini sering
disebut atapers. Berbagai upaya pemerintah telah ditegakan mulai
dari papan peringatan akan bahaya naik di atap, penyemprotan cat,
pintu koboi bahkan bandul beton masih belum bisa membasmi
Atapers hingga saat ini. Hal ini disebabkan karena tidak ada pilihan
lain, karena pengguna KRL lebih banyak kalangan menengah
kebawah yang lebih tertarik dengan KRL ekonomi sedangkan saat
ini armada ekonomi yang ada makin berkurang malah ada rencana
untuk di tiadakan.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini ialah untuk mengetahui bagaimana
fenomena Atapers yang ada di KRL Ekonomi Jabodetabek dan
bagaimana solusi terbaiknya.
C. Landasan Teori
1. Sejarah Berdirinya KRL Jabodetabek
PT KAI Commuter Jabodetabek adalah salah satu anak
perusahaan di lingkungan PT Kereta Api (Persero) yang dibentuk
sesuai dengan Inpres No. 5 tahun 2008 dan Surat Menneg BUMN No.
S-653/MBU/2008 tanggal 12 Agustus 2008.
Pembentukan anak perusahaan ini berawal dari keinginan para
stakeholdernya untuk lebih fokus dalam memberikan pelayanan
yang berkualitas dan menjadi bagian dari solusi permasalahan
transportasi perkotaan yang semakin kompleks.
PT KAI Commuter Jabodetabek ini akhirnya resmi menjadi anak
perusahaan PT Kereta Api (Persero) sejak tanggal 15 September
2008 yaitu sesuai dengan Akte Pendirian No. 415 Notaris Tn.
Ilmiawan Dekrit, S.H.
Kehadiran PT KAI Commuter Jabodetabek dalam industri
jasa angkutan KA Commuter bukanlah kehadiran yang tiba-tiba,
tetapi merupakan proses pemikiran dan persiapan yang cukup
panjang. Di mulai dengan pembentukan Divisi Angkutan Perkotaan
Jabotabek oleh induknya PT Kereta Api (Persero), yang memisahkan
dirinya dari saudara tuanya PT Kereta Api (Persero) Daop 1 Jakarta.
Setelah pemisahan ini, pelayanan KRL di wilayah Jabotabek berada
di bawah PT Kereta Api (Persero) Divisi Angkutan Perkotaan
Jabotabek dan pelayanan KA jarak jauh yang beroperasi di wilayah
Jabodetabek berada di bawah PT Kereta Api (Persero) Daop 1
Jakarta.
Dan akhirnya PT Kereta Api (Persero) Divisi Angkutan
Perkotaan Jabotabek berubah menjadi sebuah perseroan terbatas,
PT KAI Commuter Jabodetabek. Setelah menjadi perseroan terbatas
perusahaan ini mendapatkan izin usaha No. KP 51 Tahun 2009 dan
izin operasi penyelenggara sarana perkeretaapian No. KP 53 Tahun
2009 yang semuanya dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan
Republik Indonesia.
Tugas pokok perusahaan yang baru ini adalah
menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa angkutan kereta
api komuter (untuk selanjutnya disebut Commuter saja) dengan
menggunakan sarana Kereta Rel Listrik di wilayah Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang (Serpong) dan Bekasi (Jabodetabek) serta
pengusahaan di bidang usaha non angkutan penumpang.
2. Rute dan Stasiun
Saat ini ada 6 rute utama KRL Jabotabek yang aktif.
3. Armada KRL
Saat ini jumlah armada KRL Jabodetabek sebanyak 486
unit, 110 KRL Ekonomi dan sisanya KRL AC.
a.
KRL Ekonomi
Salah satunya adalah KRL Rheostatik KRL buatan Nippon Sharyo,
Jepang ini mulai beroperasi di track Jabodetabek sejak tahun 1976.
KRL buatan tahun 1976 hanya memiliki 4 pintu per keretanya. Lalu
pada tahun1978- 1983-1984 datang lagi KRL sejenis tetapi memiliki
6 pintu perkeretanya. Barulah pada tahun 1986-1987 datang lagi
KRL sejenis namun berbody stainless steel dan memiliki kabin yang
semi-streamline. KRL Rheostatik buatan tahuyn 1986-1987 sempat
menjadi pionir KRL Pakuan Express AC hingga sekitar tahun 2002
karena digantikan oleh KRL AC hibah dari Jepang. Walaupun usia
KRL ini sudah agak tua,
83-84
KRL Rhesotatik 1976
KRL AC
Diantaranya adalah KRL eks Tei seri 6000 KRL ini adalah KRL
yang diimpor dari operator Kereta Bawah Tanah (Subway) milik Biro
Transportasi Pemerintah Daerah Tky (Tei), dalam rangka
kerjasama strategis Indonesia-Jepang saat itu. Meramaikan jalur
b. KRL Ekonomi
D. Metode Penelitian
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini terbagi menjadi dua
jenis, yakni data primer dan data sekunder.
Data Primer
Data primer dalam penelitian diperoleh dengan mengamati objek
secara langsung yakni dengan menaiki KRL Ekonomi Jakarta Bogor
pada jam sibuk serta wawancara dengan petugas keamanan
penyebrangan stasiun dan beberapa Atapers
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari beberapa referensi penulisan ilmiah,
dan artikel pada internet yang memiliki tema yang sama.
BAB. II
ANALISIS
KRL Ekonomi adalah salah satu moda transportasi pilihan
utama bagi para komuter Jabodetabek. Sekitar 550 ribu komuter
setiap harinya mengandalkan jasa KRL Ekonomi. Selain cepat juga
Karena harga tarif yang mencolok dibanding harga tarif KRL AC
yakni jika tarif KRL Ekonomi mulai dari Rp. 1000 hingga2000
sedangkan tarif KRL AC mulai dari Rp. 5500 hingga Rp. 7000.
Karena tidak dapat dipungkiri sebagian besar pengguna jasa KRL
merupakan kalangan menengah kebawah yang rela berdesak
desakan, bergelantungan di pintu gerbong, di sambungan antar
gerbong, dan di atas gerbong yang tentu membahayakan nyawa
mereka. Karena golongan menengah kebawah lebih tertarik dengan
tarif murah dibanding kenyamanan, asalkan bisa terangkut sampai
tujuan mereka pasrah dengan kondisi KRL Ekonomi setiap harinya
pada jam berangkat maupun pulang kerja. Yang sekarang menjadi
sorotan utama dan tak kunjung usai adalah komunitas pengguna
KRL Jabodetabek yang naik diatas gerbong. Berbagai alasan mereka
utarakan dan komunitas ini biasa disebut dengan Atapers. Berasal
dari kata Atap (maksudnya atap gerbong) dan imbuhan ers yang
berarti pecinta.
A. Alasan Atapers naik di atas gerbong
Meski pemerintah sudah berupaya membasmi atapers
demi keselamatan mereka sendiri, namun mereka tak kunjung jera.
Berdasarsarkan wawancara dari berbagai Atapers, berbagai alasan
mereka utarakan diantaranya
Walaupun usia KRL ini sudah agak tua, KRL ini merupakan seri yang
paling tahan banting & ga pernah rewel dalam kebutuhan onerdil
walaupun kurang perawatan. Dulunya pintu KRL ini dapat dibukatutup secara otomatis tetapi akibat tangan2 gatel penumpang yang
suka ganjel2 pintu, maka sekarang banyak pintu yang sudah rusak
dan tak berfungsi. Jumlah KRL ini dari semula 120 unit sekarang
hanya tersisa 110 unit. 10 unit lainnya jadi besi kiloan akibat
Saat ini kita baru bisa mengangkut 400.000 orang per hari,
ungkapnya. Muhammad Maruf, 27, pengguna KRL,mengakui tingkat
kenyamanan armada terus berkurang. Dia menceritakan, armada
KRL ekonomi terkesan dipaksakan meskipun tidak layak beroperasi.
BAB. II
ANALISIS