Anda di halaman 1dari 2

3 Hal yang Membuat MU dapat Mengalahkan Ajax Amsterdam

Manchester United (MU) berhasil menutup musim dengan cukup baik. Walaupun harus terseok-seok di
Liga Utama Inggris dengan hanya menempati peringkat ke-6, namun 3 trofi berhasil direbut oleh The
Red Devils.

Setelah trofi Community Shield dan Piala Liga Inggris dini hari tadi, trofi juara Liga Eropa menjadi
tambahan yang sangat berarti bagi skuat asuhan Jose Mourinho ini. Juara Liga Eropa menjadikan mereka
mendapat tiket jatah Liga Champions musim ini.

Sebaliknya, Ajax Amsterdam menutup kampanye hebatnya di Liga Eropa dengan anti klimaks. Kekalahan
ini membuat mereka nihil gelar musim ini. Sesuatu yang sebenarnya sulit diterima menilik gaya
permainan menghibur dan menyerang kepunyaan mereka.

Sebenarnya apa saja kunci kemenangan MU atas Ajax tadi pagi. Paling tidak saya melihat 3 hal yang
menjadi kunci kemenangan MU atas Ajax :

Pertama, MU tampil lebih efektif. MU boleh saja menang tetapi statistik pertandingan memperlihatkan
sebaliknya. Penguasaan bola Die Amsterdammers unggul jauh atas MU dengan 67% berbanding 33%.
Ajax juga unggul dari shots of target yang mencapai 6 kali disbanding MU yang hanya 1 kali.

MU tampil lebih efektif, karena dengan penguasaan bola sekecil itu, shots on target mereka dengan 4
kali kesempatan lebih unggul dari Ajax yang hanya 3 kali.

MU dengan formasi 4-5-1 dengan membiarkan Marcus Rashford sendirian di depan, terlihat lebih suka
menunggu kesempatan serangan balik dan memanfaatkan kepanikan lini pertahanan Ajax ketika
diserang.

Hasilnya nyata, pada menit ke-18, Paul Pogba yang melepaskan tendangan pertamanya ke gawang Ajax
yang dikawal Onana membuat bekt tengah Ajax Sanchez membelokkan bola keras Pogba, hasilnya
Onana hanya bisa melihat gawangnya bergetar karena bola yang susah diprediksi.

Gol kedua MU juga menunjukkan hal tersebut. Hanya mendapat 2 kali tendangan sudut, Mkhitaryan
berhasil menggandakan keunggulan di menit ke-48 dari skema tersebut. Ajax sendiri terlihat tak
berbahaya, walaupun mendapat hingga 5 kali kesempatan tendangan sudut.

Kedua, kecerdasan dan pengalaman Mourinho terlihat jelas unggul atas Bosz. Sepak bola membosankan
khas Mourinho terlihat dengan jelas tadi pagi. Sepak bola yang menegaskan bahwa anda tak perlu sering
menyerang untuk memenangkan pertandingan.

Pelatih Ajax pun harus mengakui hal tersebut. “Saya pikir pertandingan tadi membosankan. Kami akan
belajar banyak dari kekalahan ini” kata Peter Bosz.

Tak dapat dipungkiri bahwa Bosz terlihat terlalu percaya diri dengan gaya bermain mereka. Sehari
sebelum permainan, Peter Bosz mengatakan bahwa dia tidak akan mengubah gaya bermain mereka
yang disebut dengan gaya Ajax, menguasai bola dan menyerang.

Ini menunjukkan kelas kedua pelatih yang berbeda. Inter Milan pernah dibawa Mourinho meraih Treble
dengan memainkan sepak bola membosankan dan menaklukan tim dengan sepak bola menyerang
mumpuni seperti Barcelona dan Bayern Muenchen.
Di Liga Inggris, Chelsea di tangan Mou tidak peduli dianggap tidak menghibur permainannya, yang
penting dapat juara mengalahkan tim-tim atraktif seperti Arsenal ataupun duo Manchester.

Bosz lupa bahwa melawan Mourinho dengan hanya bermodalkan gaya Ajax, maka hanya akan
bertanding untuk kalah. Bosz harus melakukan pendekatan yang bervariasi dan lebih berani.

Pertahanan MU dibuat terlihat berlapis oleh MU pagi tadi, 4 bek sejajar Mu tiba-tiba berubah menjadi 5
ketika Mkhitaryan, Fellaini ataup Pogba turun jauh ke belakang, sulit ditembus. Pengalaman melatih di
Italia membuat Mou tahu benar untuk lekas bertahan, palagi ketika sudah unggul.

Varian-varian berbeda yang dapat dengan mudah diaplikasian di lapangan menjadi keunggulan pelatih-
pelatih hebat musim ini, seperti Antonio Conte (Chelsea), Allegri (Juventus) dan tentu saja Mourinho.
Peter Bosz rasanya perlu waktu untuk menyamai nama-nama di atas.

Ketiga, motivasi yang lebih kuat membuat pembeda. Jika Ajax bermain hanya untuk gelar trofi Liga
Eropa. MU bermain dengan motivasi berlipat ganda, demi Liga Eropa dan juga jatah Liga Champions.
Meski terlihat membosankan, anak-anak MU bermain dengan konsentrasi tingkat tinggi.

Paul Pogba seperti memperlihatkan bahwa jika tidak menang di sini, maka kehadirannya sebagai pemain
termahal dunia di MU akan sia-sia. Nama-nama seperti Mata, Rooney, Mkhtaryan naturnya bukan di
Liga Eropa tetapi di Liga Champions, dan inilah jalannya.

Pembelian-pembelian mahal lainnya seperti Darmian, Blind dan Bailly juga seperti ingin menunjukkan
keberadaan mereka ditambah dengan pemain-pemain muda sepert Rashford dan Lingard yang dipuji
setinggi langit tetapi harus menerima kenyataan hanya bermain di kasta kedua kompetisi Eropa. Hal ini
sangat memotivasi mereka.

Ajax di bawah Bosz sepertinya sudah puas dengan jatah Liga Champions langsung melalui Eredivisie, hal
ini jelas membuat motivasi kedua tim jelas berbeda yang dampaknya juga terlihat di lapangan.

Dari ketiga hal ini, saya berpikir MU memang lebih pantas juara, namun respek dan hormat juga pantas
diberikan kepada Ajax karena permainan menghibur yang mereka tunjukkan sepanjang kompetisi ini.

Selamat MU !

Anda mungkin juga menyukai