Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Petrologi adalah bidang Geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan
dan kondisi pembentukannya, kata Petrologi itu sendiri berasal dari bahasan Yunani
yaitu petra yang berarti batu. Dalam petrologi membahas tentang tiga jenis umum
dari batuan berkaitan dengan tipenya, yaitu batuan beku, sedimen, dan metamorf.
Dalam hal ini akan dikaji berbagai macam singkapan yang berada di kawasan Palu,
Donggala di provinsi Sulawesi Tengah yang secara astronomi terletak antara 00º 50’
30,3” LS 119º 49’ 03,3” BT hingga 00º 47’ 10,8” LS 119º 34’ 03,0” BT dan
mempunyai sebaran batuan yang cukup banyak.
Kegiatan Field Trip telah dilakukan di Daerah Palu, Donggala, dan Vatu tela
Sulawesi Tengah. Di tempat ini praktikan diharapkan dapat mendeskripsikan secara
langsung singkapan batuan, mulai dari pengambilan data serta dokumentasi,
pengambilan sampel, hingga penyusunan laporan. Praktikan dituntut agar dapat aktif
di lapangan, baik dalam segi kerja kelompok, pembagian tugas masing-masing
individu, dan kerja mandiri.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh praktikan di daerah penelitian,
terdapat berbagai macam jenis singkapan batuan dengan berbagai bentuk serta
kandungan mineralnya yang beragam. Terutama pada batuan Beku dan batuan
Metamorf.
Hal utama yang melatar belakangi pelaksanaan kegiatan praktikum lapangan
ini adalah sebagai persyaratan kelulusan mata kuliah Petrologi. Yang merupakan mata
kuliah wajib dalam Program Studi Geologi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Tadulako.

1
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud praktikum
Maksud praktikum ini adalah agar dapat :
 Mengamati batuan beku berdasarkan warna, tekstur batuan, struktur batuan,
dan komposisi/komponen penyusun batuan.
 Mengamati batuan metamorf berdasarkan tekstur, struktur, dan perubahan
yang terjadi pada mineral penyusunnya.

1.2.2 Tujuan praktikum


Tujuan praktikum ini adalah agar dapat :
 Mengambil data koordinat tiap stasiun pengamatan
 Melakukan pengamatan litologi
 Mengambil sampel batuan tiap stasiun pengamatan
 Mengambil foto tiap stasiun pengamatan
 Membuat laporan Field Trip Matakuliah Petrologi.

1.3 Waktu, Lokasi, dan Kesampaian di Daerah


Waktu pelaksanaan kegiatan pengamatan dilakukan selama 2 hari (terhitung
dari tanggal 10 – 11 Desember 2016). Lokasi pengamatan terletak di kota Palu dan
Kabupaten Donggala yang terdiri dari beberapa daerah pengamatan. Pengamatan di
kota Palu terletak di daerah Watutela. Pengamatan di kabupaten Donggala terletak di
daerah Buluri, Loli, Air terjun Loli Tasiburi, Donggala, Tanjung Karang, Salubomba,
dan Tolongano. Kesampaian daerah dan lokasi pengamatan dapat ditempuh dengan
kendaraan roda dua dan roda empat dengan kondisi jalan beraspal baik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mineral

2
1. Pengertian Mineral
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.

2. Sifat Fisik Mineral


Sifat fisik suatu mineral berhubungan erat dengan struktur kristal dan
komposisi kimianya. sehingga dengan mempelajari sifat-sifat fisisnya kita dapat
membuat beberapa deduksi mengenai struktur kristal dan komposisi kimianya. Sifat
fisika dari mineral dapat/banyak digunakan dalam segi-segi teknik karena pemakaian
mineral di dalam industri terutama tergantung pada sifat fisisnya; misalnya
pemakaian intan sebagai pengasah yang baik, disebabkan oleh karena kekerasannya
yang luar biasa sedangkan pemakaian kwarsa pada alat-alat elektronik. Selain itu
sifat-sifat fisis ini juga berguna dalam segi-segi praktis, karena sifat-sifat fisis banyak
menolong kita di dalam penentuan mineral.
Dari uraian di atas ternyata sifat-sifat fisik mineral dapat dianggap penting
dalam 3 (tiga) aspek yaitu : aspek ilmiah, aspek teknik dan aspek penentuan
(determinasi). Sifat-sifat fisik yang perlu diperhatikan untuk keperluan determinasi
adalah sbb:

a. Warna Mineral
Warna mineral adalah warna yang kita tangkap dengan mata jika mineral
tersebut terkena sinar. Pada umumnya warna mineral ditimbulkan karena
penyerapan babarapa jenis panjang gelombang yang membentuk cahaya putih,
jadi warna itu timbul sebagai hasil dari pada cahaya putih yang dikurangi oleh
beberapa panjang gelombang yang terserap. Misalnya mineral yang berwarna
gelap adalah mineral yang secara merata dapat menyerap seluruh panjang
gelombanng pembentuk cahaya putih.

3
Sebab-sebab yang menimbulkan warna di dalam mineral bergantung
berbagai hal antara lain:
1. Komposisi Kimia. Contoh : Warna biru dan hijau pada mineral-mineral
copper/tembaga sekunder.
2. Struktur Kristal dan ikatan atom. Contoh : Polymorph dari carbon; intan
tidak berwarna dan transparan sedangkan grafit berwarna hitam dan
opaque.
3. Pengotoran dari pada mineral. Contoh : Calcedon yang berwarna.

b. Kilap (Luster)
Kilap (luster) merupakan suatu sifat optis yang mempunyai hubungan yang
erat dengan peristiwa pemantulan dan maupun pembiasan.
Dua jenis utama dari apda Kilap (luster) yang biasa dimiliki 3 oleh mineral-
mineral dikenal dengan sebutan :
1. Kilap logam (Luster metallic)
2. Kilap bukan logam (luster non metallic)
Jika kita tidak dapat/sulit menarik batasan yang nyata/tegas/jelas diantara
dua jenis kilap di atas, maka kita nyatakan dengan kilap setengah logam (luster
sub metallic).
Hubungan antara kilap dengan indeks bias adalah sbb :
1. Kilap Logam ; mineral-mineral yang dapat menyerap pancaran sinar
secara kuat, karena disebabkan oleh sifat opaque atau hampir opaque
walaupun mineral-mineral berbentuk sebagai fragmen-fragmen yang
tipis (sesungguhnya sudah cukup tembus cahaya bagi sinar infra merah).
Kilap logam dipunyai pada umumnya oleh mineneral- mineral yang
berindeks bias lebih besar dari 3 (tiga) terdiri dari logam-logam murni
dan kebanyakan dari kelompok sulfida.
Contoh :
 Antimonite (Sb)
 Galena (Pbs)
 Pyrite (FeS2)
 Chalcopyrite (CuFeS2)

4
2. Kilap setengah logam (Luster sub metallic) : terdiri dari mineral-mineral
transparant dan translucent dengan indeks bias antara 2,6-3,0.
Contoh :
 Cuprite (Cu2O), n = 2,85
 Cinnabar (HgS), n = 2,91
 Hematite (Fe2O3), n = 3,00

3. Kilap bukan logam : Umumnya terdiri dari beberapa jenis-jenis antara


lain :
a. Kilap kaca (Vitreous luster), didirikan oleh mineral-mineral yang
mempunyai indeks bias antara 1,9-1,3 meliputi 70% dari semua mineral yang kita
kenal termasuk hampir semua silikat, oxylate (carbonate, pospat, sulfat dsb), halida,
oksida dan bidroksida dari unsure-unsur ringan seperti Mg dan Al.
Contoh :
 Fluorite (CaF2), n = 1,4
 Kwarsa (SiO2), n = 1,54
 Calcite (CaCO3),
b. Kilap Intan (Diamond Luster/Adamantin Luster: Didirikan oleh mineral
–mineral yang mempuyai indeks bias antara 1,9 - 2,6.
Contoh :
 Zirconium (ZrSiO4), n = 1,92
 Cassiterite (SnO2), n = 1,99 – 22,09
 Intan/ diamond (C), n = 2,4 – 2,46
c. Kilap Lemak (Grease Luster), kilap lilin (waxy luster), kilap sutera
(Silky luster), kilap mutiara (pearly luster) adalah merupakan variasi dari kilap bukan
logam yang disebabkan oleh sifat permukaan yang dapat memantulkan sinar.
Permukaan belahan dari halite (NaCI) mempunyai kilap kaca dalam keadaan
segar, tetapi akan berubah menjadi kilap lemak atau lilin apabila sudah tersingkap di
udara bebas.

5
Kilap sutra, dihasilkan oleh mineral-mineral yang terjadi dari kumpulan serat-
serat yang sejajar seperti asbes Mg(Si4O18(OH)8 dan beberapa varietas dari gypsun
(CaSO42H2O).
Kilap mutiara dihasilkan oleh mineral-mineral yang transparan dengan
struktur kisi berlapis dan mempunyai lembaran tipis yang sempurna, dihasilkan oleh
pantulan bagian bawah permukaan.
contoh : Talk, Mika, Gypsum, dengan kristal kasar.
d. Kilap Damar (resineous luster), merupakan kombinasi antara warna
kuning atau cokelat dengan indeks bias antara 1,8-2,6.

c. Cerat
Cerat atau warna gores adalah warna yang kita dapatkan bilamana mineral
kita goreskan pada keping porselin yang kasar permukaannya atau warna mineral
bila ditumbuk halus. Banyak mineral yang mempunyai warna yang sama dengan
warna goresnya seperti cinuabar berwarna merah, magnetit berwarna hitam dan
sebagainya. Dan adapula mineral yang mempunyai warna gores yang berbeda
dengan warna mineralnya seperti hematite berwarna abu-abu – hitam goresnya
merah, pyrite warna kuning pucat-kuning warna goresnya hitam dan sebagainya.
Kebanyakan mineral transparan dan translucent mempunyai gores berwarna
putih. Mineral-mineral berwarna gelap dengan kilap bukan logam biasanya
mempunyai gores yang lebih terang dari warna mineralnya, sedangkan mineral-
mineral dengan kilap logam sering mempunyai gores lebih gelap dari warnna
mineralnya.

d. Belahan (Cleavage)
Belahan adalah kecenderungan suatu mineral yang karena pengaruh
mekanis, seperti pemukulan atau penekanan akan terbelah-belah dan tidak hancur
pada arah yang tertentu, sehingga didapatkan permukaan yang rata dan licin atau
dengan kata lain jika suatu kristal/mineral mengalami suatu gaya atau strain dan
melampaui batas elastisitas dan plastisnya, maka akan terbelah sejajar dengan

6
permukaan mineral atau pecahnya sepanjang permukaan yang berhubungan
struktur kristalnya.
Berdasarkan kwalitas belahan, maka belahan mineral dapat dikelompokkan
menjadi :
1. Belahan sempurna (perfect), dijumpai pada mineral yang belahannya
sepanjang bidang belahan dengan permukaan licin dan berkilauan, sulit
terbelah kecuali pada bidang belahannya. Contoh : Kalsit (CaCO3) dan
Muskovit (KAl2Si3O10(OH)2).
2. Belahan bagus (Good), mineral dengan belahan bagus apabila terbelah
memanjang bidang belahan, tetapi dapat pula secara melintang. Contoh :
Feldspar.
3. Belahan tertentu (distinct), kebanyakan dapat dilihat sepanjang bidang
belahan, tatapi juga dijumpai pada kedudukan lain, akibatnya permukaan
belahan itu sendiri jarang ada yang besar. Contohnya : Scapolite
4. Belahan tidak jelas (indistinct), memberikan pecahan yang nampak seperti
belahan, dalam pemeriksaan yang teliti digolongkan sebagai belahan.
Contoh : Beryl (Be3Al2(Si6O18).
Sedangkan berdasarkan arah belahannya terhadap kedudukan
kristalografinya, maka dapat dibagi atas :
1. Belahan satu arah, dijumpai pada mineral yang berbentuk pipih. Contoh :
Mika Group.
2. Belahan dua arah, dijumpai pada mineral-mineral berbentuk prismatic.
Contohnya : Pyroksin Group, Amphibol Group, Feldspar dll.
3. Belahan 3 arah, dijumpai pada mineral-mineral Rhombohedral dan
Orthorombik.
Contohnya :
 Mineral Orthorombik : Barite (BaSO4), Anhydrite (CaSO4), Celestite
(SrSO4).
 Mineral Rhombohedral : Calsite (CaCO3), Dolomite (CaMg(CO3)2),
Magnesite (MgCO3), Siderite (FeCO3).
4. Belahan 4 arah, dijumpai pada mineral-mineral isometric dan tetragonal.
Contoh : Mineral Isometrik : Fluorite (CaF2), Diamond (C)
Mineral Tetragonal : Scapolite

7
5. Belahan 6 arah, dijumpai pada mineral-mineral isometric.
Contoh : Sphalerite (ZnS), Sedalite (Na4(AlSiO4)3Cl)

e. Pecahan (Fracture)
Pecahan adalah keretakan mineral yang didapat tidak melalui suatu bidang
tertentu, sehingga arah pecahan tidak teratur dan tidak rata.
Pecahan dari mineral dapat dibedakan atas :
1. Concoidal fracture, apabila pecahannya secara melengkung (menyerupai
kurva dan permukaannya licin). Contohnya : Kwarsa (SiO2), Fiter, Opal,
Obsidian.
2. Hacklysfracture, apabila pecahannya menyerupai gigi, seperti pecahan besi,
tajam-tajam dan tidak teratur. Contoh : Silver (Perak) Ag, Copper (Tembaga)
Cu, Iron (Besi) Fe.
3. Even, bidang pecah agak kasar, tetapi kecil-kecil masih mendekati bidang
datar. Contoh : Mika.
4. Uneven atau irregular fracture, apabila pecahannya kasar dan permukaannya
tidak teratur. Contoh : Cerargyrite (AgCl), Gypsum (CaSO42H2O).

f. Kekerasan (Hardnes)
Kekerasan mineral umumnya didefenisikan sebagai daya tahan suatu
mineral terhadap suatu goresan (scratching). Biasanya secara praktis dalam
bidang mineralogi untuk mendapatkan kekerasan suatu mineral dilakukan dengan
cara menggoreskan mineral satu terhadap mineral yang lainnya.
Untuk menguji mineral yang lasim ditentukan dengan menggunakan skala
kekerasan dari Mohs seorang sarjna Australia yang menyusun skala menurut
tingkat kekerasan relatifnya mulai dari kekerasan yang terlunak sampai yang
keras (kekerasan 1-10) pada tahun 1822. Penentuan keras mineral ialah dengan
skala Mohs manakah yang memberikan cerat/goresan pada mineral yang

8
diselidiki dan manakah yang tidak. Jadi, kalau satu mineral dapat dicerat dengan
skala keras 7 (kwarsa) tetapi tidak dapat dicerat dengan skala keras 6 (feldspar),
maka keras mineral tersebut ialah 6,5 atau antara 6 dan 7. Penentuan
mineral tersebut harus sependek mungkin (0,5cm) dan harus searah, mengingat
bahwa kekerasan mineral pada arah yang berbeda dapat berbeda pula nilainya.
Kenyataan ini erat hubungannya dengan arah-arah kristalografinya, umpamanya
pada mineral kyanit yang berbentuk batang pada arah panjangnya dengan keras
antara 4–5 sedang tegak lurus padanya mempunyai keras 7.
Penentuan keras mineral selain dengan cara penceratan tersebut dapat pula
dengan cara-cara pengasahan (grinding method), penggoresan (abrasion Method)
cara penekanan (indenting method), sehingga nilai kekerasan tersebut dapat
berbeda-beda menurut cara yang digunakan.
Kekerasan mineral disusun dari 1 sampai 10 sesuai tingkat kekerasannya
adalah sbb :
Tabel 2.1. Skala Kekerasan Mineral

Kekerasan
Nama Mineral Komposisi Mineral Keterangan
(Hardness)
1 TALK Mg3Si4O10(OH)2 Tergores kuku

2 GIPSUM CaSO42H2O Tergores kuku

3 KALSIT CaCO3 Tergores pecahan botol

4 FLUORIT CaF2 Tergores pisau lipat

5 APATIT Ca5(PO4)3F Tergores gelas

6 ORTOKLAS KAlSi3O8 Tergores kikir baja

7 KUARSA SiO2

8 TOPAS Al2(SiO4)(F7OH)2

9 KORUNDUM Al2O3
10 INTAN C

9
Cara menentukan kekerasan dilakukan dengan menggoreskan mineral skala
keras Mohs pada mineral yang kita selidiki. Agar tidak merusak mineral-mineral
skala keras, dalam penentuan kekerasan kita dapat memulai menguji kekerasan
mineral yang diselidiki dengan mineral skala keras yang paling keras dalam hal
ini adalah intan dan selanjutnya secara bertahap kita turunkan pengujian dengan
mineral skala keras seperti tersebut tadi. Jadi kekerasan mmineral skala keras
yang dipakai untuk mengujinya.
Jangan hanya menguji pada muka mineral saja, uji juga bagian muka
lainnya sebab kemungkinan mineral tersebut kekerasannya tidak seragam pada
segala arah.
Jika kita berada di lapangan, dapat mengadakan tes pengujian kekerasan
pada batas-batas tertentu dengan mempergunakan perbandingan sbb :

 Kuku jari-jari kekerasan (H) = 2 -2,5


 Tang Logam kekerasan (H) = 3,0
 Kikir baja kekerasan (H) = 6,5
 Intan kekerasan (H) = 10
 Pecahan Botol kekerasan (H) = 5,5

g. Kekenyalan (Tenacity)
Kekenyalan merupakan sifat dalam dari suatu mineral yang merupakan daya
tahan mineral terhadap usaha pemecahan, pemotongan, dan lengkungan atau
sobekan pendek.
Kekenyalan mineral dapat dibedakan menjadi :
1. Brittle : Mineral dapat hancur atau menjadi seperti tepung. Contoh : Arsenit
(AS), Bismut (Bi).

10
2. Sectil : Mineral dapat dipotong menjadi lembaran tipi dengan
mempergunakan pisau lipat. Contoh : Argentite (Ag2S), Chalcocite (Cu2S),
Bismuth (Bi).
3. Malleable : Mineral dapat ditempa menjadi lembaran atau lempengan tipis.
Contoh : Gold (Au), Silver (Ag), Copper (Cu), Platinium (Pt)
4. Flexible : Mineral dapat dibengkokan/dilengkungkan, tetapi bila gaya yang
bekerja pada mineral tersebut sudah tidak ada, mineral tersebut tidak dapat
kembali pada keadaan semula (seperti sebelum dibengkokkan). Contoh :
Brucite Mg(OH)2, Chlorite Mg3(Si4O10)(OH)2Mg3(OH)6, Talk Mg3(OH)2Si4O10.
5. Elastic : Mineral bila dibengkokkan dapat kembali pada keadaan semula bila
gaya yang bekerja sudah tidak ada lagi. Contoh: Muscovit KAL2(ALSi3O10)
(OH)2, Biotit K(Mg,Fe)3ALSi3O1O(OH)2.
6. Ductil : Mineral dapat digores dengan kawat. Contoh : Gold (Au), Silver
(Ag), Copper (Cu).

h. Transparancy
Transparancy adalah merupakan sifat yang dimiliki oleh beberapa mineral
yaitu kemampuan suatu mineral untuk memindahkan cahaya.
Diapanaety dapat dikelompokkan menjadi:
1. Transparan : apabila suatu mineral diletakkan benda di bawahnya, maka
benda tersebut dapat dilihat dengan jelas. Contoh : Kuarsa, Muskovit.
2. Translucent : Suatu mineral dapat memindahkan cahaya, tetapi benda yang
berada di bawahnya tidak dapat dilihat dengan jelas. Contoh: Gypsun, Sulfur,
Fluorite.
3. Opaque : adalah sifat suatu mineral yang tidak dapat memindahkan cahaya.
Contoh : Hemetite, Magnetite.

i. Berat Jenis (Density)

11
Berat jenis mineral adalah perbandingan antara bobot mineral dengan bobot
air dengan volume yang sama. Jika mempunyai berat tiga kali berat air dan
volume sama, maka mineral itu memiliki berat jenis tiga.
Kegunaan mengetahui berat jenis mineral untuk keperluan dideterminasi
dapat diambilkan contoh di dalam praktik sebagai berikut; dua buah mineral
Celestit dan Barit, keduanya mempunyai warna, kilap, cerat, sifat dalam boleh
dikatakan sama. Perbedaan terletak pada berat jenisnya yaitu celestit 3,95 dan
Barit 4,50. Pada contoh ini dapat kita diketahui betapa penting berat jenis untuk
diketahui, karena dengan meninjau sifat fisik tersebut kita sudah dapat menduga
bahwa dua mineral itu tidak sama.

j. Sifat-Sifat Magnet
Hanya beberapa mineral saja yang bersifat ferromagnetis. Diantaranya yang
paling umum adalah magnetite (Fe3O), Phyrotite dan polymorph dari
Fe2O3 magnetite. Kadang-kadang Phyrotite dan Magnetite malah dapat berbentuk
sebagai Lodstone dan Lodstone ini banyak dipergunakan pada permulaan jaman
kompas dikenal manusia.
Sebenarnya semua mineral mempunyai sifat magnetis, meskipun untuk
menunjukkan dibutuhkan suatu alat yang khusus. Mineral yang bersifat sedikit
tertarik oleh magnet dikatakan sebagai paramagnetis, Semua mineral
mengandung besi bersifat paramagnetis, tetapi juga mineral-mineral yang tidak
mengandung besi, seperti beryl, dapat juga bersifat paramagnetis.
Sifat-sifat magnetis dari mineral telah dipergunakan di dalam penyelidikan-
penyelidikan geofisis mempergunakan sebuah magnetometer, sebuah alat yang
dapat mengukur segala perubahan dari medan magnet bumi yang kemudian kita
menyatakan dalam peta. Penyelidikan magnetis ini sangat berguna untuk
menentukan suatu cebakan bijih, juga untuk mengetahui perubahan-perubahan
jenis batuan, dan untuk mengikuti formasi-formasi batuan yang mempunyai sifat

12
magnetis tertentu. Penyelidikan magnetis ini banyak manfaatnya karena
penyelidikan ini dapat juga dilakukan secara cepat dan mudah denga
mempergunakan sebuah pesawat udara.

k. Sifat Listrik
Dengan memperhatikan sifat listriknya, mineral dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu :
a. Bersifat menghantar (conductor)
b. Tidak bersifat menghantar (Non conductor)
Mineral-mineral yang bersifat menghantar dengan tipe ikatan logam,
termasuk logam murni dan beberapa dari golongan sulfide, jumlahnya sangat
sedikit bila dibandingkan dengan mineral yang bersifat tidak menghantar.
Contoh : Daya hantar hematit (Fe2O3) dua kali lebih besar pada kedudukan
tegak lurus sumbuh C dari pada kedudukan sejajar sumbuh C.
Mineral-mineral yang tidak menghantar, kemungkinan dapat bermuatan
listrik disebabkan oleh perubahan temperature yang dikenal dengan
Byroelectricity, dapat pula bermuatan listrik karena penekanan, disebut
Byezoelectricity juga dapat bermuatan listrik disebabkan oleh penggosokan
(frictional electricity).

l. Sifat Radioaktif
Sifat radio aktif dari mineral berhubungan erat dengan adanya uranium dan
thorium (beberapa unsur, seperti potassium dan rubidium, juga mempunyai sifat
radioaktif yang lemah, hanya dapat dideteksi dengan alat yang cukup peka). Atom
uranium dan thorium merupakan disintegrasi secara sepontan dengan kecepatan
tetap yang tidak dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan.

13
m. Sifat-Sifat Fisik Yang Lain
1. Rasa
Mineral-mineral yang dapat larut dalam air atau air liar dapat memberikan
rasa yang khas bagi mineral-mineral yang bersangkutan :
a. Asin seperti pada halite (NaCl).
b. Pahit seperti pada epsonite (MgSO4. 7H2O)
c. Dingin seperti pada chilisalpeter/tawas (KAl3(OH)6(SO4)2

2. Bau
Kebanyakan mineral dalam keadaan kering atau baru/segar tidak memberikan
bau, tetapi pada beberapa mineral akan memberikan bau khususnya kalau
mineral tersebut digosok, dibasahi, direaksikan dengan asam dan lain-lain,
seperti :
a. Bau bawang putih, seperti pada minera-mineral As
b. Berbau lobak, seperti pada mineral-mineral Se
c. Berbau belerang, pada mineral belerang (S)
d. Berbau arang, seperti pada batubara dan aspal dll.

3. Rabaan
Jenis-jenis rabaan yang umum dikenal adalah sebagai berikut:
a. Rabaan seperti lemak, umpama mineral tale
b. Rabaan kasar, seperti pada kapur.
c. Rabaan licin, seperti pada sepioli.
d. Melekat kalau diraba, seperti pada mineral kaolin, tanah diatomie
(diatomit)

Beberapa Mineral Yang Umum Dijumpai

14
1. Gipsum : Berwarna jernih (tak berwarna) sampai kuning pucat, kilap vitreus,
belahan satu arah, umumnya punya pecahan tidak rata dan tajam-tajam, mudah
dibelah-belah tipis, kekerasan dua, berat jenis=2,3. Rumus kimia CaSO42H2O
2. Belerang : Belerang mempunya rumus kimia S; berwarna kuning belerang, kilap
vitreus hingga buram, belahan tidak ada, pecahan konkoidal, hingga tidak rata,
kekerasan 1,5-2,5 dan berat jenis 2,1, cerat putih hingga putih kekuningan.
3. Limonit : Berwarna merah hingga merah kecoklatan, belahan tidak ada, pecahan
konkoidal kadang-kadang tajam-tajam, cerat merah cokelat (sama dengan warna
mineral), kekerasan 1-3, berat jenis 5-5,5. Rumus kimia Fe2O3H2O.
4. Muskovit : Rumus kimia KAl(AlSi3O10)(OH)2. Berwarna cokelat atau tidak
berwarna/jernih, kilap vireus, sutera, mutiara, belahan satu arah, pecahan tidak
rata, merupakan lembaran-lembaran tipis, fleksibel, ceratnya putih, kekerasan
dua, berat jenis 2,6.
5. Plogopit : Berwarnna cokelat hingga kekuningan, kilap vitreus hingga mutiara,
cerat putih, BJ=2,8-3, rumus kimia KMg3(AlSi3O10)(OH)2.
6. Garnierite : Rumus kimia (Ni,Mg)6(OH)6Si4O11H2O, berwarna hijau, belahan
tidak jelas, pecahan tidak rata hingga konkoidal, kekerasan 2-3, berat jenis 2,3-
2,8, cerat puth kehijauan.
7. Kalsit : Rumus kimia CaCO3, warna beraneka ragam : hijau jernih, kebiruan,
tidak berwarna, putih suram, belahan tiga arah, pecahan tidak rata, cerat putih,
kekerasan=3, berat jenis 2,7.
8. Opal : Rumus kimia SiO2nH2O, berwarna puth, tidak berwarna, kilap lemak,
belahan tidak ada, pecahan konkoidal, kekerasan=5-6,5. Berat jenis 1,9-2,2.
9. Piroksin : Piroksin (augit) rumus kimia Ca(Mg, Fe, Al)(Al, Si)2O6 berwarna hijau
hingga hitam, kilap vitreus, belahan dua arah, pecahan tidak rata hingga
konkoidal, kekerasan 5-6, berat jenis 3,2-3,5.

15
10. Hornblende : Ca2Na(MgFe2)4(Al, Fe, Ti)Si6O22(O, OH)2, warna hijau hingga
hitam, kilap vitreus, belahan dua arah, pecahan konkoidal-tidak rata, kekerasan
5,5-6, BJ = 2,8-3,2.
11. Kwarsa : Rumus kimia SiO2, pada umumnya tidak berwarna (bening), sering
beraneka ragam warnanya akibat pengaruh pengotoran, kilap vitreus, pecahan
konkoidal, berat jenis = 2,6.
12. Ortoklas : Rumus kimia KAlSi3O8, tidak berwarna atau keputihan hingga merah
bata/merah daging, kilap vitreus, belahan dua arah sempurna menyudut 90 o,
pecahan tidak rata, kekerasan=6, BJ=2,57.
13. Oligoklas : Rumus kimia (AlSi3O8)(CaAl2Si2O8) , umumnya berwarna merah bata,
kilap vitreus, belahan dua arah sempurna, pecahan tidak rata, kekerasan=6, berat
jenis=2,6-2,7
14. Olivin : Rumus kimia (Mg, Fe)2SiO4, berwarna hijau botol-kekuningan, kilap
vitreus, pecahan konkoidal, kekerasan 6,5-7, berat jenis = 3,3-3,4.

2.2 Batuan
Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda, tidak
mempunyai komposisi kimia tetap.
Secara umum batuan dibedakan atas 3 bagian yaitu batuan beku, batuan
sedimen dan batuan metamorf.
2.2.1 Batuan beku
Batuan beku adalah batuan penyusun kerak bumi yang terbentuk dari hasil
pembekuan magma/lava atau hasil kristalisasi dari mineral dan sering disebut batuan
primer.
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah
bersifat mudah bergerak (mibile), bersuhu antara 900oC-1100oC dan berasal atau

16
berbentuk pada kerak bumi bagian bawah hingga selubung bumi bagian atas. Batuan
beku yang dapat dibedakan berdasarkan : Tekstur, Komposisi mineral, Struktur.
a. Tekstur Batuan Beku
Tekstur adalah sifat dan hubungan antar butir mineral yang satu dengan yang
lain dalam pembentuk batuan beku yang berhubungan dengan ukuran, bentuk dan
susunan dari mineral pembetuknya.
Dalam batuan beku ukuran butir mineral menurut HEINRICH, 1956 dapat
dibagi dalam 4 kelompok yakni :
 Berbutir halus (fine grane) < 1 mm
 Berbutir sedang (medium grane) 1 mm – 10 mm
 Berbutir kasar (coarse graine) 1 cm – 3 cm
 Berbutir sangat kasar (very coarse graine) > 3 cm
Berdasarkan ukuran butirnya, tekstur batuan beku dapat dibagi atas:
 Tekstur fanerik (berbutir kasar), apabila kristal-kristal mineral
penyusunnya tampak jelas dan dapat dibedakan dengan mata biasa, tanpa
menggunakan mikroskop.
 Tekstur afanitik (berbutir halus), apabila butiran kristal-kristal mineral
penyusunnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata
biasa sehingga hanya dapat diliihat dengan menggunakan mikroskop.
 Tekstur porfiritik, apabila kristal-kristal mineral penyusunnya merupakan
percampuran antara mineral berbutir kasar dan halus.
b. Struktur Batuan Beku
Yang dimaksud dengan struktur batuan beku adalah kenampakan umum atau
bentuk dari susunan batuan beku yang meliputi :
 Struktur massive (kompak) adalah susunan mineral-mineral yang
tersusun secara kompak dalam suatu batuan beku, tidak menunjukkan
adanya pori-pori.

17
 Struktur vesikuler dan amygdaloidal yaitu struktur yang memperlihatkan
adanya lubang-lubang akibat pelepasan gelembung-gelembung gas dari
magma.
c. Komposisi mineral, yakni mineral-mineral yang membentuk batuan beku dan
ditentukan oleh komposisi magma yang membentuknya. Mineral penyusun
batuan beku berdasarkan peranannya dapat dikelompokkan atas:
 Mineral utama adalah mineral-mineral penyusun utama batuan beku
sehingga dapat menentukan tipe batuan dan merupakan mineral yang
dominan untuk batuan tgersebut. Yang termasuk mineral utama adalah
kuarsa, feldspar, piroksin, hornblende, biotit (mika hitam), muskovit
(mika putih) dan olivin.
 Mineral pelengkap adalah mineral yang terdapat cukup banyak dalam
suatu batuan, tetapi tidak selalu seperti halnya mineral utama. Mineral
pelengkap ini dapat pula berupa mineral sekunder yaitu mineral yang
terbentuk dari hasil pelapukan atau proses metamorfisme atau sirkulasi
batuan.
 Mineral tambahan merupakan mineral yang terdapat dalam suatu batuan
yang jumlahnya tidak begitu banyak, kira-kira lebih kecil dari 5%, dari
volume batuan seperti apatit, magnetit, zirkon dll.
Susunan atau urutan kristalisasi magma dikenal dengan nama Bowen’s
Reaction Series. Seri bagian kiri disebut discontinous reaction series karena tiap
mineral yang terbentuk mempunyai struktur kristal yang berbeda. Pada seri bagian
kanan, reaksi berlangsung terus menerus sehingga disebut continous reaction series.

18
d. Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku dapat dikelompokan menjadi menjadi tiga yakni :
1. Batuan beku dalam (plutonic rock), yaitu batuan beku yang terbentuk dari
kristalisasi magma yang terjadi pada tempat yang dalam dengan pembekuan
lambat dan tekanan besar. Tekstur batuan plutonik fanerik (butir mineral kasar)
dapat diamati dengan mata telanjang dan warna batuan tergantung pada
banyaknya kandungan mineral yang ada, jika berwarna terang disebut sebagai
leucocratic dan apabila berwarna gelap disebut sebagai melanocratic. Contoh
batuan beku dalam: granit, granodiorit, diorit, sianit, monsonit, dunit, gabro,
diabas, dan peridotit,

2. Batuan beku korok / gang (hypabysal rock). Batuan beku korok adalah batuan
yang terbentuk di antara batuan plutonik dan batuan vulkanik. Tekstur batuan
beku korok adalah porfiritik, kristal mineral pembentuknya sebagian dapat dilihat
langsung dengan mata telanjang dan sebagian hanya dapat diamati bila
menggunakan mikroskop. Contoh batuannya: granit pofiri, sianit pofiri, monsonit
porfiri, diorit porfiri dan gabro porfiri.

3. Batuan vulkanik / extrusive / batuan beku luar. Batuan beku vulkanik, yaitu
batuan beku yang terbentuk dari kristalisasi magma yang terjadi di permukaan
dengan pembekuan cepat. Tekstur afanitik, mineral penyusunnya tidak dapat

19
dibedakan dengan mata telanjang. Contoh batuannya riolit, trakit, fonolit, latit,
dasit, andesit, basal, obsidian, batu apung (pumice), dan pegmatit.

BATUAN BEKU YANG UMUM DIJUMPAI


EKSTRUSIF RIOLIT ANDESIT BASALT PERIDOTIT
INTRUSIF GRANIT DIORIT GABRO

KOMPOSISI:
1. Silika 72% 59% 50% 45%
2. Al-Oksida 14% 17% 16% 4%
3. Fe-Oksida 3% 8% 11% 12%
4. Mg-Oksida 1% 3% 7% 31%
5. Lainnya 10% 13% 16% 8%

MINERAL Kuarsa Amfibol Ca-felspar Olivin


UTAMA Feldspar Plagioklas (plagioklas) Piroksin
Piroksin
MINERALTAMBAHAN Muskovit Piroksin Olivin Plagioklas
Biotit Amfibol
Amfibol
WARNA Terang Abu-abu Abu-abu gelapHijau gelap
terang atau sampai hitam sampai hitam
Hijau terang

20
Klasifikasi Batuan Beku Menurut IUGS

2.2.2 BATUAN SEDIMEN


Batuaan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil proses
sedimentasi/pengendapan , baik secara mekanik maupun secara kimia dan organik.
Batuan sedimen diklasifikasi atas:
A. Batuan sedimen detrital/klastik

21
Batuan sedimen detrital adalah batuan sedimen yang berasal dari hasil
transportasi padat yang berasal dari pelapukan, tersusun dari berbagai mineral dan
partikel batuan dan hasil rombakan.
Tekstur batuan sedimen klastik dipengaruhi oleh ukuran butir, bentuk butir
dan susunan butir/komposisi.

Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik


(Menurut skala wenworth)
Diameter (mm) Partikel/fragmen Material lepas Material tersemen
> 256 Boulder/bongkah Boulder gravel Konglomerat
64 – 256 Couble Couble gravel Granule konglomerat
4 – 64 Pebble Pebble gravel
2–4 Granule Granule gravel
1–2 Butir pasir sangat kasar Pasir sangat kasar Butir pasir sangat kasar
0,5 – 1 Butir pasir kasar Pasir kasar Butir pasir kasar
0,25 – 0,5 Butir pasir sedang Pasir sedang Butir pasir sedang
0,125 – 0,25 Butir pasir halus Pasir halus Butir pasir halus
0,0625 – 0,125 Butir pasir sangat halus Pasir sangat halus Butir pasir sangat halus
0,004 – 0,0625 Partikel lanau Lanau (silt) Batu lanau
> 0,004 Partikel lempung Lempung (clay) Batu lempung

Catatan :
Untuk partikel berukuran antara 2 – 256 mm yang runcing membentuk
batuan breksi dan apabila bulat membentuk konglomerat.

Komposisi dari batuan sedimen terdiri atas :


 Fragmen, yakni merupakan komponen-komponen besar dalam batuan.
 Matriks, yaitu merupakan komponen yang lebih halus dan sebagai penyusun
utama batuan sedimen (massa dasar).

22
 Semen, yaitu merupakan hasil dari larutan kimia yang sering mengalami
kristalisasi, antara lain karbonat (kalsit), silika (kuarsa), dan oksida besi.
Beberapa batuan sedimen klastik yang umum dijumpai di lapangan, antara
lain :
a. Konglomerat : terbentuk dari hasil konsilidasi pada material kerikil-kerikil bundar
atau kerakal yang direkat oleh semen antara lain silika, oksida besi atau kalsium
karbonat.
b. Breksi : tersusun dari fragmen-fragmen runcing dari batu yang disemen oleh
beberapa material yang lebih halus.
c. Batu pasir : terbentuk dari konsilidasi butir-butir pasir dengan disemen oleh
material yang sama biasanya adalah salah satu diantaranya yaitu silika, oksida
besi dan karbonat.
d. Serpih : adalah lempung yang kompak, memiliki struktur perlapisan yang tipis
(mudah terbelah) dan disusun oleh terutama mineral kuarsa dan lainnya yang
berukuran lempung.
e. Batupasir : banyak mengandung butiran pasir dari mineral kuarsa, feldspar dan
kalsit. Batupasir terdiri dari batupasir murni dan batupasir campuran dengan lanau
dan lempung.
f. Batulanau : batuan sedimen yang berukuran halus, mengandung mineral-mineral
kuarsa, feldspar dan lain-lain.
g. Batu sedimen pyroklastik berupa : breksi vulkanik, aglomerat, tufa lapili, dan
tufa.
h. Batu sedimen tektonik berupa :
 Breksi sesar : terjadi akibat pengerusan pada waktu terjadi patahan (sesar),
dimana fragmen-fragmen, matriks dan semen berasal dari batuan yang
tersesarkan.
 Breksi perlipatan : terbentuk oleh adanya penggeseran antara lapisan batuan.
 Breksi collapse : terbentuk akibat adanya reruntuhan di dalam kerak bumi.

23
B. Batuan sedimen non klastik
Batuan sedimen non klastik adalah batuan sedimen yang berasal dari
pembentukan secara kimia dan secara organik atau kristalisasi larutan kimia misalnya
kalsium, potasium dan magnesium.
Batuan sedimen kimia dan organik terdiri dari:
a. Batugamping : penyusun utamanya adalah kalsium karbonat (CaCO3) atau kalsit.
b. Dolostone : tersusun dari mineral dolomit yang mengandung unsure Fe/Mg dan
rumus kimia.
c. Batu rijang (chert) : batuan silika berbutir halus tersusun oleh tumbuhan/cangkang
radiolarian.
d. Batubara : terbentuk oleh akumulasi sisa-sisa tumbuhan dalam bentuk
gambut(peat), lignit, bituminous dan antrasit.
e. Yasper : semacam rijang merah yang mengandung mineral hematite, dapat pula
terjadi karena proses hidrotermal.
f. Travertin : tersusun oleh komponen kalsium karbonat yang sulit larut dalam air
murni, semacam batugamping yang terbentuk dari hasil pelarutan air yang
mengandung CO2, dimana unsure-unsur gamping tersebut terendapkan kembali.
Contohnya : stalaktit dan stalakmit.
g. Batu evaporit, contohnya : Gypsum, anhydrite, dan batu garam (Na Cl).

2.2.3 Batuan metamorf


Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk karena adanya proses
metamorfisme, yaitu perubahan batuan yang sudah ada menjadi batuan metamorf
karena perubahan tekanan dan temperature yang besar serta aktivitas larutan kimia
a. Struktur batuan metamorf, terdiri dari :
 Struktur foliasi adalah suatu kenampakan dari batuan yang pecah-pecah menurut
bidang yang sejajar dengan permukaan mineral, akibat perbedaan sifat dari
mineral itu sendiri.

24
 Struktur unfoliasi adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya mineral
pipih tetapi mineral butiran.
 Struktur kataklastik adalah struktur yang terbentuk karena adanya gaya
kinetik/dinamik.
b. Tekstur batuan metamorf terdiri dari :
 Kristaloblastik : tekstur yang memperlihatkan adanya perubahan
bentuk/komposisi mineral sehingga tekstur asal tidak terlihat lagi.
 Palimset/sisa/relik : tekstur asli batuan asal masih kelihatan.
c. Macam-macam batuan mertamorf :
 Marmer : hasil metamorfisme dari batuan sedimen karbonat seperti batugamping
dan dolostone (batudolomit), penyusun utamanya berupa butir-butir mineral kalsit
yang saling mengisi (interlocking).
 Geneis : berbutir kasar, struktur folisi, mengandung lensa-lensa kecil dari mineral
butiran, seperti kuarsa, feldspar, dan hornblende.
 Skis : struktur folisi, tersusun dari mineral-mineral yang berlembar-lembar seperti
mika, klorit, talk, dan hornblende, kebanyakan susunannya sejajar. Skis terdiri
dari : skis klorit, skis hornblende, dan skis talk.
 Batu sabak : berbutir halus dan mudah terbelah, struktur folisi, sehingga dapat
dijadikan lembaran-lembaran tipis. Komposisi utamanya terdiri dari klorit, serisit
dan kuarsa.
 Filit : berbutir halus, struktur foliasi terbentuk dari pemanasan dengan tegangan
selama metamorfisme dan banyak mengandung mika,chlorit, kuarsa, magnetit
dan zircon.

d. Tipe-tipe Metamorfisme
Proses metamorfisme dapat dibagi menjadi tiga golongan, antara lain :
1. Metamorfisme Sentuh

25
Proses metamorfisme yang terjadi oleh penerobosan magma, dapat juga disebut
metamorfisme thermal atau kontak. Factor yang paling berpengaruh adalah panas
dari intrusi magma, sedang tekanan relatif rendah. Metamorfisme sentuh dapat
dibagi menjadi 3 golongan :
a. Pyrometamorfisme, proses metamorfisme yang langsung berhubungan dengan
proses magmatisme.
b. Pneumatolysa, terbentuk karena pengaruh gas-gas panas yang berasal dari
magma yang sedang yang dapat merubah sekelilingnya dan membentuk
mineral-mineral baru.
c. Hydrothermal, metamorfisme yang terjadi akibat adanya larutan atau cairan
panas yang terjadi pada waktu intrusi.
2. Metamorfisme Dinamo
Disebut juga metamorfisme kinetik atau dislokasi. Terbentuk oleh adanya proses
pergeseran lapisan bumi. Faktor yang paling berperan adalah tekanan, namun
karena tekanan yang sangat tinggi akan diikuti pula oleh kenaikan temperatur.
Contoh : milonit, phyllonit.
3. Metamorfisme Regional (daerah)
Metamorfisme regional berkembang pada daerah yang luas dan oleh pengaruh
tekanan dan temperatur yang tinggi, dapat berhubungan dengan gerakan-gerakan
lempeng. Pengaruh tekanan dan temperatur yang sangat tinggi dapat
menyebabkan terbentuknya mineral-mineral tekanan, seperti : serisit, muskovit,
dll.

26
Gambar: memperlihatkan batuan asal yang mengalami metamorfisme tingkat
rendah – medium dan tingkat tinggi (O’Dunn dan Sill, 1986).
BAB III
METODELOGI

3.1 Alat dan Bahan


1. Palu geologi
2. Kompas geologi
3. Lup
4. Kamera
5. Plastik sampel
6. Kertas HVS
7. Buku catatan geologi
8. Alat tulis lengkap
9. Larutan HCL 0,1 M
10. Baterei Alkalin (A2)
11. GPS
12. Senter
13. Jas hujan
14. Obat-obatan pribadi

3.2 Metode dan Tahapan Fieldtrip


Metode yang dilakukan dalam kegiatan field trip ini adalah metode
pengambilan data secara langsung dilapangan.
Adapun tahapan kegiatan field trip ini, sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Sebelum turun lapangan, terlebih dahulu mempersiapkan mental, alat dan
bahan yang akan digunakan di lapangan.

27
2. Tahap kegiatan
Hasil akhir dari kegiatan ini adalah untuk membuat laporan Petrologi yang
dilakukan di daerah Palu – Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.
Untuk mendapatkan hasil tersebut maka dilakukan beberapa kegiatan sebagai
berikut :
1. Melakukan pengambilan data lapangan
2. Melakukan pengambilan sampel
3. Melakukan pengambilan foto singkapan
4. Melakukan pengamatan litologi

3. Analasis data
Data-data yang diolah adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsi batuan.
2. Melakukan foto batuan secara megaskopis.

28
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Geologi Regional Lembar Palu


a. Fisiografi dan Geologi Struktur
Secara fisiografi daerah Palu terdiri dari pematang timur dan pematang barat.
Keduanya berarah utara-selatan dan terpisahkan oleh Lembah Palu (Fossa Sarina).
Pematang barat didekat Palu tingginya lebih dari 2000 meter, tetapi memasuki daerah
Donggala menurun hingga muka laut. Pematang timur dengan tinggi puncak dari 400
meter hingga 1900 meter, dan menghubungkan pegunungan di Sulawesi Tengah
dengan Lengan Utara.

29
Struktur di daerah ini didominasi oleh Lajur Sesar Palu-koro yang berarah
utara barat laut. Bentuknya yang sekarang ialah menyerupai Terban yang dibatasi
oleh sesar-sesar hidup, diantaranya yang bermata air panas di sepanjang
kenampakannya pada permukaan. Sesar-sesar dan kelurusan lainnya yang setengah
sejajar dengan arah lajur Palu terdapat di pematang timur. Sesar naik berkemiringan
ke timur dalam kompleks batuan metamorf dan dalam formasi Tinombo menunjukan
akan sifat pemampatan pada beberapa diantaranya sesar yang lebih tua. Sesar
termudan yang tercatat terjadi pada Tahun 1968 didekat Tambo, timbul setelah ada
gempa bumi, berupa sesar normal berarah barat laut yang permukaan tanahnya turun
5 meter. Pada bagian yang menurun, daerah pantai seluas kira-kira 5 kilometer
peersegi masuk ke dalam laut.

b. Kompleks Batuan
Batuan Tertua pada daerah yang dipetakan adalah metamorf dan tersingkap
hanya pada pematang timur yang merupakan intinya. Kompleks itu terdiri daeri sekis
amfibolit, sekis, gneiss, dan pualam. Sekis banyak terdapat di sisi barat, sedangkan
gneiss da pualam banya terdapat di sisi timur. Tubuh-tubuh intrusi tak terpetakan,
umumnya selebar kuarang dari 50 meter, menerobos kompleks batuan metamorf,
dengan berjangka dari diorite hingga granodiorite. Umur metamorfisme tidak
diketahui secara pasti, tetapi boleh jadi pra-Tersier. Bouwer (1947) berpendapat,
bahwa sekis yang tersingkap di seaantero Sulawesi sebagian berumur Paleozoikum.

c. Formasi Tinombo Ahlburg (1913)


Rangkaian ini tersingkap luas, baik di pematang timur maupun barat. Batuan
ini menindih kompleks batuan metamorf secara tidak selaras. Di dalamnya
terkandung rombakan yang berasal dari batuan metamorf. Endapan itu terdiri dari
serpih, batupasir, konglomerat, batugamping, rijang radiolarian dan batuan gunung
api, yang diendapkan di dalam lingkungan laut.

30
Di dekat intrusi terdapat sabak dan batuan terkersikkan, dan lebih dekat pada
persentuhan terbentuk filit dan kuarsit. Bagian pematang barat mengandung lebih
banyak batu pasir rijang dari pada tempat lain. Diabas, spilit, dan andesit diselatan
Donggala dan di Selatan Kasimbar dipetakan dengan endapan itu. Rombakan batuan
gunung api biasanya terdapat di dalam batupasirnya. Batugamping diamati hanya
sebagai lapis-lapis tipid dalam rangkaian sedimen tersebut. Kadar (Dit.Geol)
mengenal Discocylina sp., Nummulites sp., Alvolina sp., Miliolidae, Asterocylina
sp., Assilina sp., Operculina sp., Globorotaloid, Globigerina, dan ganggang
gampingan, yang menunjukkan akan umur Eosen. Umur-umur fosil terakhir ini
adalah Eosen Tengah hingga atas. Calciphaerula innominate yang ditemukan dalam
klastika batugamping di interpretasikan oleh Socal sebagai suatu fosil rombakan dari
Formasi Kapir. Batuan-batuan itu serupa dengan formasi Tinombo yang menyerupai
flysch yang telah diberikan oleh Bouwer (1934), dikira-kira 55 kilometer sebelat
timur laut Labuan Baj, intrusi-intrusi Kecil yang diuraikan diatas juga menerobos
endapan ini.

d. Molasa Celebes Sarasin dan Sarasin (1901)


Batuan ini terdapat pada ketinggian lebih rendah pada sisi-sisi kedua
pematang, menindih secara tidak selaras formasi Tinombo dan komplek batuan,
mengandung rombakan yang berasal dari formasi-formasi lebih tua, dan terdiri dari
konglomerat, batupasir, batulumpur, batugampingan koral, dan napal, yang semuanya
hanya mengalami pengerasan yang lemah. Didekat kompleks batuan metamor pada
bagian barat pematang timur endapan itu terutama terdiri dari bongkah-bongkah kasar
dan diendapkan didekat sesar.

e. Aluvium dan Endapan Pantai

31
Kerikil, pasir, lumpur dan batugamping koral terbentuk dalam lingkungan
sungai, delta, dan laut dangkal merupakan sedimen termuda di daerah ini. Endapan
itu boleh jadi seluruhnya berumur Holosen. Didaerah dekat tanjung karang terumbu
koral membentuk bukit-bukit rendah.

f. Geologi ekonomi.
Petunjuk akan adanya mineralisasi ditemukan di daerah Palu. Sebuah bongkah
dari urat kuarsa yang mengandung sulfide Tembaga dan malakhit dijumpai di sungai
di tenggara Baulause.
Di daerah palu khususnya Donggala ditemukan banyak bahan bangunan seperti
granit, gneiss, pualam, batugamping koral, pasir dan kerikil. Daerah Palu merupakan
daerah yang memiliki potensi gempa yang sangat tinggi. Gempa bumi dengan
kekuatan 7 SR, dengan kedalaman pusat 36-75 kilometer teah tercatat (R.Soetadi,
1965). Oleh Karena erosi yang sangat kuat pada topografi yang masi muda,
terbentuklah kipas-kipas alluvium yang luas, yang terdiri dari kerikil kasar dan pasir
pada kaki pegunungan di kedua belah sisi Lembah Palu.

4.2 Satuan Litologi


Satuan Litologi di daerah Palu dapat dikelompokan menjadi 5, yaitu :
1. Alluvium dan endapan pantai ( kerikil. Pasir, lumpur dan batugamping
koral).
2. Molasa Celebes Sarasin dan Sarasin (1901) (konglomerat, batupasir,
batulumpur, batu gamping koral, dan napal (sebagian mengeras lemah)).
3. Formasi Tinombo Ahlburg (1913) (serpih, batupasir, konglomerat, batuan
vulkanik, batugampingan, dan rijang, termasuk filit, sabak dan kuarsit dekat
pada intrusi-intrusi (terutama batuan vulkanik)).

32
4. Kompleks batuan metamorfis (sekis mika, sekis amfibolit, gneiss, dan
pualam).
5. Granit dan Granodiorit.

Table 3.1 Satuan Litologi batuan di wilayah Kota Palu

No. Umur Satuan Litologi


1 Holosen Aluvium lumpur, lempung, pasir,
kerikil dan kerakal
2 Pliosen-Pleistosen Formasi Molase konglomerat, batupasir,
Sulawesi batulanau dan batulempung,
batugamping koral, tufa,
serpih hitam dan napal
3 Pliosen Granit granit dan granodiorit
4 Eosen Batuan bersifat andesitic
Vulkanik
5 Eosen-Oligosen Formasi serpih, batupasir, batu lanau,
Tinombo konglomerat, batuan
vulkanik, batugamping dan
rijang, termasuk pula filit,
batusabak dan kuarsit
6 Mesozoikum Kompleks Sekis mika, sekis ampibolit,
Metamorf genes dan pualam.

4.3 Analisis Keterdapatan Batuan dengan Kondisi Pembentukannya


Telah diamati beberapa generasi intrusi. Yang tertua adalah intrusi andesit dan
basalt kecil-kecil disemenanjung donggala. Intrusi-intrusi ini mungkin adalah
saluran-saluran batuan vulkanik didalam Formasi Tinombo. Intrusi-intrusi Kecil
(selebar kurang dari 50 meter) umumnya terdiri dari diorite, porfir diorite,
mikrodiorit, dan granodiorite menerobos Formasi Tinombo, yakni sebelum endapan
molasa, dan tersebar luas di seluruh daerah. Granit dan granodiorite yang telah
terpetakan tercirikan oleh fenokris feldspar kalium sepanjang hingga 8 cm.
penanggalan kalium/argon telah dilakukan oleh Gulf Oil Company terhadap dua

33
contoh granodiorite dari daerah ini. Intrusi yang tersingkap di antara Palu-Donggala
memberikan penanggalan 31,0 juta Tahun pada Analisa K/Ar dari feldspar. Yang
lainnya adalah suatu intrusi yang tidak dipetakan, terletak kira-kira 15 km timur-laut
Donggala, tersingkap dibawah Koral Kuarter, memberikan penanggalan 8,6 juta
tahun pada Analisa K/Ar dari Biotit.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, berikut sample batuan yang diambil
dari lapangan :
1. Batuan Piroklasitk.
Keterdapatan Batuan ini yaitu di Stasiun 01 dan stasiun 02.
a. Tuffa Lithic

Foto 4.1 Sampe Batuan (Tuffa Lapili)


Lokasi keterdapatan Batuan Piroklastik ini di tebing daerah tipo berada pada
sta.01, dengan koordinat pada sta.01 yaitu119 ̊49’03,2” BT dan 00˚50’35,3” LS. Ciri-
ciri batuan ini yaitu merupakan jenis batuan Piroklastik, nama batuan Tufa Lithic,
warna segar abu-abu warna lapuk kecoklatan. Terbentuk dari batuan vulkanik dari
formasi Tinombo Tekstur Fragmental, Struktur Massive, Ukuran Lapili ( d = 6 – 24
mm).
Kondisi pola/model Tufa ini posisinya berada dipinggir jalan atau pada tebing
Tipo. Dengan dimensi singkapan panjang 33 meter, lebar 12 meter dan tinggi 10
meter. Berikut model singkapan satuan sekis ini pada sta.01 yang berada dipinggir
jalan atau pada tebing Tipo.

34
Foto 4.2 Kenampakan singkapan Tuffa lithic pada sta stasiun 01

Genesa pembentukan batuan Tuffa Lithic ini merupakan batuan piroklastik


yang disusun oleh material hasil gunung api yang banyak mengandung debu vulkanik
dan mineral gelas, dengan warna putih kekurangan, abu-abu dan kuning kecoklatan.
Kegunaan digunakan sebagai timbunan.

b. Breksi Vulkanik

Foto 4.3 Sampel Batuan (Breksi Vulkanik)

Batuan ini memiliki warna segar abu-abu gelap dan warna gelap abu-abu
terang memiliki tekstur dengan ukuran butir membentuk Block (untuk yang
berbentuk menyudut) dan Bomb (untuk yang membentuk membulat) berukuran lebih
besar dari 32 mm, bentuk butir Menyudut, yaitu memiliki sudut-sudut pada
permukaannya, Kompaksi Kompak, permukaannya kuat, keras dan padat.
Mempunyai struktur Breksi Volkanik, ukuran butir lebih besar dari 32 mm (Block),
memiliki massa dasar kristal halus dan fragmen batuan beku Andesit (st 02).
Proses pembentukan batuan piroklastik diawali oleh meletusnya gunungapi,
mengeluarkan magma dari dalam bumi diakibatkan dari energi yang sangat besar

35
yaitu gaya endogen dari pusat bumi. Magma yang dikeluarkan oleh gunung itu
terhempas ke udara, kemudian terlempar dan menytu dengan batuan-batuab lain yang
telah ada permukaan bumi sehingga magma tersebut membungkus dan bercambur
dengan batuan lainnya yang biasa disebut Xenoklin.
Berikut kenampakan singkapan pada st 02 dengan panjang kurang lebih
sekitar 30 meter dan tinggi 10 meter.

Foto 4.4 Kenampakan singkapan Breksi Vulkanik pada st 02

2. Batuan Beku
Keterdapatan Batuan Ini yaitu pada Stasiun 03 dan 04 dan 07.
a. Andesit

36
Foto 4.5 Sampel Batuan (Andesit)

Batuan ini adalah batuan Ekstrusif. Tersusun atas mieral-mineral halus dengan
struktur massif. Berwarna abu-abu. Batuan ini termasuk batuan insitu.

Foto 4.6 Singkapan Batuan Andesit stasiun 03

Batuan beku andesit ini terletak di sebelah kiri ruas jalan dari arah palu-
donggala dengan Azimut N 65° E dengan panjang singkapan 20 meter dan tinggi 10
meter, pada singkapan terdapat adanya hancuran yangg di akibatkan oleh adanya
zona sesar geser (palu-koro).

b. Diorit Kuarsa dan Diorit


Batuan ini memiliki warna hitam bercak putih, dan warna lapuk coklat.
Kristalinitas holokristalin, dengan tekstur batuan faneritik, bentuk kristal Euhedral,
relasi Inequigranular dengan komposisi mineral kuarsa, plagioklas, biotit, dan
mineral-mineral berwarna gelap lainnya.

37
Foto 4.7 Sampel Batuan (Diorit Kuarsa)

Batuan ini terletak tepat di kedua sisi Air terjun Desa Loli. Dengan koordinat
00 ̊ 45’ 26,8” LS dan 119˚ 46’ 27,9” BT. Nampak jelas patahan-patahan disepanjang
singkapan. Hal ini dikarenakan adannya zona sesar yang melewati daerah air terjun
tersebut. Ini juga bisa dikarenakan proses vegetasi yang ada disekitar singkapan
batuan. Berikut kenampakan singkapan pada stasiun 04.

38
Foto 4.8 Singkapan batuan pada stasiun 04

3. Batuan Sedimen
Batuan sedimen terdapat di tiga lokasi yaitu pada stasiun 05, 06 dan stasiun
08. Masing masing dengan koordinat 00 ̊ 42’ 39,1” LS dan 119˚ 46’ 11,9” BT kota
Donggala, 00 ̊ 39’ 22,9” LS dan 119˚ 44’ 20,9” BT tanjung karang, 00 ̊ 47’ 10,8” LS
dan 119˚ 34’ 23,0” BT Tolongano.
a. Lempung Silisifikasi
Warna lapuk coklat, warna segar coklat, tekstur tdak berlapis. Komposisi
mineral 100 % silika. Lokasi singkapan pada stasiun 05 terdapat diruas kiri jalan
poros Palu-Donggala dengan azimuth N 18º E dengan Elevasi 3 m. panjang
singkapan kurang lebih 20 meter dengan tinggi 9 meter. Seperti pada foto gambar 4.9.

39
Foto 4.9 Singkapan batuan pada stasiun 06

b. Gamping Coral
Ciri-ciri batuan ini merupakan batuan sedimen non klastik, warna segar putih
susu, warna lapuk kecoklatan, Fragmen batu pasir kasar, sortasi baik, Komposisi
Mineral yaitu Kalsit kalsim Karbonat (CaCO3).

Foto 4.10 Sampel Batuan (Gamping Coral/gamping Terumbu)


Lokasi singkapan stasiun 06 berada di atas ketinggian 57 mdpl. Dengan
azimuth N 65º E. Dengan panjang singkapan 30 meter dan tinggi 15 meter. Diduga
batuan ini dulunya bekas laut dalam namun Karena adanya proses tektonik sehingga
terjadinya pengangkatan yang membuat gamping coral ini tersingkap.

40
Foto 4.11 Singkapan Batuan pada stasiun 06

c. Batupasir dan Lempung


Pada stasiun 08 ditemukan batupasir dengan warna segar Coklat dan warna
lapuk putih kecoklatan dengan sisipan urat kuarsa bertekstur klastik dan struktur
berlapis, dengan komposisi mineral yaitu Silica 100%. Begitu juga dengan
batulempung yang memiliki warna segar coklat gelap dan warna lapuk coklat dengan
tekstur klastik dan struktur berlapis yg membedakan keduanya adalah warna dan
ukuran butirnya.

Foto 4.12 Sampel Batuan (Lempung)

Pada stasiun ini dijumpai adanya laminasi yang ditunjukan dengan adanya
perselang-selingan sedimen halus dan sedimen kasar, terdapat di pinggiran jalan
poros ruas kiri arah Donggala-Tolongano. Dengan azimuth N 221º E. Dengan
panjang singkapan 6 meter dan tinggi 5 meter.

41
BAB V
Foto 4.13 Singkapan pada stasiun 8

4. Batuan Metamorf
Lokasi singkapan di Daerah Vatu Tela Kota Palu pada stasiun 09 dengan koordinat
yaitu 00˚ 50’ 37” LS dan 119 ̊ 55’ 53,3” BT. Ciri-ciri batuan ini merupakan batuan
Metamorf Foliasi, nama batuan Metamorf, warna segar abu – abu coklat, warna lapuk
kecoklatan, struktur foliasi, tekstur schistose, Komposisi Mineral yaitu Muskovit,
Kuarsa, Plagioklas.
Lokasi singkapan masuk jauh kedalam hutan, tepat di samping sungai.
Dengan demgan azimuth N 103º E dimensi singkapan panjang 10 meter, dan tinggi 5
meter. Berikut singkapan Sekis ini pada stasiun 09.

Foto 4.14 Singkapan batuan stasiun 09.

42
Hubungan antara keempat jenis batuan yaitu batuan Piroklastik, Batuan beku,
Batuan Sedimen, dan batuan Metamorf yang berada di daerah Palu-Donggala-Vatu
tela adalah hubungan ketidakselarasan (Unconformity) karena terdapat perbedaan
umur, dan proses pembentukannya.

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Batuan-batuan yang ditemukan pada fieldtrip kali ini adalah batuan
piroklastik yaitu Tuffa Lithic dan Breksi Vulkanik pada stasiun 01 dan 02, batuan
beku Diorit, Diorit Kuarsa, dan Andesit (Travis 1955) pada stasiun 03 stasiun 04 dan
stasiun 07, batuan sedimen Lempung, Batu pasir, dan batugamping pada stasiun 05
stasiun 06 dan stasiun 08, Serta batuan metamorf yaitu Sekis pada stasiun 09.
Perbedaan batuan pada setiap stasiun disebabkan oleh proses pembentukan
dan umur batuan.

5.2 Saran
1. Agar Praktikan lebih memperhatikan dosen pembimbing saat memberikan
penjelasan di lapangan.
2. Lebih memperhatikan alat-alat lapangan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan. Seperti kerusakan atau kehilangan alat.

43
3. Praktikan lebih disiplin saat praktek di lapangan, sehingga waktu tidak
molor saat di lapangan.
4. Praktikan lebih memperhatikan hal-hal kecil yang dapat berakibat tidak baik
kepada praktikan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Wirawan, 2011. Mineral dan Batuan.


http://koleksiilmutambang.blogspot.co.id/2015/02/geologi-dasar-mineral-dan-
batuan.html. Di akses 4 Januari 2017.
RAB. Sukamto dan D. Sudana, 1973. Peta Geologi Tinjau Lembar Palu cetakan 2.
Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

44
LAMPIRAN

45

Anda mungkin juga menyukai