Anda di halaman 1dari 7

PETROLOGI BATUAN KARBONAT

DESKRIPSI : BATUAN KARBONAT CALCARENITE MENURUT PARA AHLI

Proses awal dari pembentukan suatu reservoar karbonat adalah proses sedimentasi.
Umumnya batuan karbonat akan terbentuk pada lingkungan perairan yang memiliki kriteria
sesuai untuk pembentukan karbonat seperti suhu lingkungan hangat, terdapat organisme
penghasil karbonat, dsb. Hasil dari proses sedimentasi ini akan mengahasilkan fasies karbonat
dengan variasi tekstur pengendapan, komposisi mineralogi dan kimia, bentuk hingga berasosiasi
pada distribusi dan karakteristrik ukuran pori dalam batuan. Fasies batuan karbonat berdasarkan
material pembentuknya terbagi menjadi 2 yaitu material sedimen karbonat lepas dan hasil
aktivitas organisme (Lucia, 2007).
Karakteristik yang bervariasi dari batuan karbonat seperti warna, ukuran butir,
komposisi, tekstur dan fabrik dapat dijadikan dasar klasifikasi dalam mempelajari batuan
karbonat. Klasifikasi genetik merupakan dasar yang digunakan untuk mengetahui asal usul
batuan karbonat. Berikut adalah beberapa klasifikasi batuan karbonat yang umum digunakan.

1. Klasifikasi Grabau (1904)


Klasifikasi Grabau didasarkan pada karakteristik sederhana dari suatu batugamping atau
batuan karbonat, yaitu ukuran butir penyusunnya (lihat tabel dibawah). Konsep dari klasifikasi
ini didasarkan pada metode umum seperti yang digunakan pada klasifikasi batuan sedimen
klastik. Konotasi genesa dari metode ini terkait dengan kemungkinan tingkat energi pengendapan
material karbonat (Nichols, 1999).
Klasifikasi batugamping/batuan karbonat yang paling sederhana yaitu berdasarkan ukuran butir
penyusunnya (Grabau, 1904).

2. Klasifikasi Folk (1959)


Klasifikasi ini mendasarkan pada konsep maturitas tekstur dari batuan karbonat, yang
melibatkan jenis komposisi batuan tersebut (lihat gambar dibawah). Perkembangan klasifikasi ini
dikarenakan analisa petrografi pada batugamping untuk menentukan lingkungan pengendapan
membutuhkan dasar klasifikasi lain yang lebih spesifik. Dengan mengetahui fabrik dari batuan
tersebut dapat diinterpretasikan tingkat energi dari pengendapan sedimen (Tucker, 1990).

Klasifikasi Folk (1959) berdasarkan fabrik dan komposisi batuan karbonat yang dibagi menjadi
tiga jenis utama yakni butiran (allochem), matriks (micrite), dan semen (sparite). Berdasarkan
jenis allochem nya yakni intraklas, ooid, bioklas, dan peloid maka batugamping dibagi menjadi
empat kelompok. Sebagai tambahan, batugamping in-situ yang koheren dan mempunyai struktur
organik disebut sebagai biolithites (dimodifikasi oleh Scholle dan Ulmer-Scholle, 2003).

3. Klasifikasi Dunham (1962)


Klasifikasi ini didasarkan pada fabrik batuan, tekstur, proporsi kandungan mud dalam
batuan, dan kerangka penyusun batuan baik secara mekanik maupun biologi (lihat gambar
dibawah). Penggunaan klasifikasi ini lebih umum dikarenakan sistem yang lebih sederhana dan
lebih lengkap. Pada klasifikasi ini, perbedaan penting mengenai tingkat energi pengendapan tiap
jenis batuan sangat jelas teramati karena lebih detail. Perbedaan klasifikasi ini dengan klasifikasi
sebelumnya adalah pertimbangan terhadap batuan hasil proses biologi dan pengertian
dari micrite yakni material karbonat yang berukuran < 20m (Tucker, 1990).
Klasifikasi Dunham (1962) berdasarkan fabrik dan komposisi batuan karbonat. Tiga pembagian
utama terdiri dari batugamping yang memiliki matrix supported, grain supported, dan biological
bound. Kategori keempat sebagai tambahan adalah batugamping yang telah mengalami
kristalisasi yaitu crystalline carbonate (dimodifikasi oleh Scholle dan Ulmer-Scholle, 2003).

4. Klasifikasi Embry & Klovan (1971)


Klasifikasi ini didasarkan pada karakteristik yang sama dengan klasifikasi Dunham
yakni fabrik batuan, tekstur, proporsi kandungan mud dalam batuan, dan kerangka penyusun
batuan baik secara mekanik maupun biologi. Pembuatan klasifikasi ini merupakan
penyempurnaan klasifikasi Dunham yang sebelumnya tidak membagiboundstone secara spesifik
(lihat gambar atas). Boundstone sebagai hasil kerangka organik dari koloni koral dibagi menjadi
beberapa penamaan berdasarkan jenis organisme yang menyusunnya. Dengan menggunakan
kombinasi tekstur dan komposisi, klasifikasi ini dapat memberikan informasi mengenai kondisi
pembentukan batuan tersebut (Tucker, 1990).

Klasifikasi Embry dan Klovan (1971) sebagai penyempurnaan dan modifikasi dari klasifikasi
Dunham (1962), dengan membagi boundstone menjadi empat penamaan sesuai organisme yang
menyusunnya. (dimodifikasi oleh Scholle dan Ulmer-Scholle, 2003) Skema ini menunjukkan
urutan umum dalam melakukan deskripsi batuan karbonat dari contoh setangan yang diamati saat
berada di lapangan (Nichols, 1999).
Tekstur pengendapan dalam fasies karbonat dapat dipahami dengan melakukan
pendeskripsian secara tepat serta aplikasinya diakomodir dalam klasifikasi karbonat Dunham
(1962), dimana material sedimen karbonat dilihat berasal dari material lepas atau terikat (Lucia,
2007). Dunham (1962) membagi fasies karbonat setelah melihat material penyusun awal
merupakan material lepas atau terikat pada awalnya kemudian melihat ada atau tidaknya
kandungan mud carbonate didalam fasies yang dideskripsi. Hal ini tentu akan berimplikasi pada
jenis tekstur yang terbentuk seperti penamaan fasies rudstone akan menunjukan tekstur grain
supported dan fasies floatstone akan menunjukan tekstur mud supported. Metode deskripsi dari
tekstur fasies karbonat yang terbentuk pada saat sedimentasi akan berimplikasi pada pengenalan
geometri pori dalam fasies karbonat. Tekstur grain supported akan berimplikasi pada
terbentuknya porositas intergrain diantara butiran penyusun dimana tekstur mud supported akan
berimplikasi pada terbentuknya posrositas intragrain (Lucia, 2007).
Ketidakhadiran lumpur karbonat (mud carbonate) akan mempengaruhi distribusi dan
ukuran porositas yang terbentuk pada saat pembentukan fasies karbonat. Pada fasies karbonat
yang tersusun dominan oleh lumpur karbonat namun dapat membentuk porositas intergrain,
kehadiran lumpur akan mempengaruhi ukuran porositas yang terbentuk. Selain itu, tekstur
pengendapan dimana kehadiran atau tidaknya lumpur karbonat didalam fasies karbonat akan
mempengaruhi konektivitas antar pori. Sehingga memiliki implikasi lain terhadap besarnya
permeabilitas yang terbentuk pada saat awal pengendapan (Lucia, 2007).
DESKRIPSI; BATUAN KARBONAT GYPSUM MENURUT PARA AHLI

DESKRIPSI;

Gipsum termasuk mineral dengan sistem kristal monoklin 2/m, namun kristal gipsnya masuk
ke dalam sistem kristal orthorombik. Gipsum umumnya berwarna putih, kelabu, cokelat, kuning,
dan transparan. Hal ini tergantung mineral pengotor yang berasosiasi dengan gipsum. Gipsum
umumnya memiliki sifat lunak dan pejal dengan skala Mohs 1,5 2. Berat jenis gipsum antara
2,31 2,35, kelarutan dalam air 1,8 gr/liter pada 0 C yang meningkat menjadi 2,1 gr/liter pada
40 C, tapi menurun lagi ketika suhu semakin tinggi.

PEMBENTUKAN GUYPSUM;

Gipsum memiliki pecahan yang baik, antara 66o sampai dengan 114o dan belahannya adalah
jenis choncoidal. Gipsum memiliki kilap sutra hingga kilap lilin, tergantung dari jenisnya. Gores
gipsum berwarna putih, memiliki derajat ketransparanan dari jenis transparan hingga translucent,
serta memiliki sifat menolak magnet atau disebut diamagnetit. Gipsum terbentuk dalam kondisi
berbagai kemurnian dan ketebalan yang bervariasi. Gipsum merupakan garam yang pertama kali
mengendap akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika salinitas makin
bertambah. Sebagai mineral evaporit, endapan gipsum berbentuk lapisan di antara batuan-batuan
sedimen batu gamping, serpih merah, batu pasir, lempung, dan garam batu, serta sering pula
berbentuk endapan lensa-lensa dalam satuan-satuan batuan sedimen. Menurut para ahli, endapan
gipsum terjadi pada zaman Permian. Endapan gipsum biasanya terdapat di danau, laut, mata air
panas, dan jalur endapan belerang yang berasal dari gunung api.
KLASIFIKASI;

Gipsum secara umum mempunyai kelompok yang terdiri dari gipsum batuan, gipsit alabaster,
satin spar, dan selenit. Gipsum juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat terjadinya, yaitu
endapan danau garam, berasosiasi dengan belerang, terbentuk sekitar fumarol vulkanik,
efflorescence pada tanah atau gua-gua kapur, tudung kubah garam, penudung oksida besi
(gossan) pada endapan pirit di daerah batu gamping.

PENJELASAN MENURUT PARA AHLI

Kata gypsum berasal dari kata kerja dalam bahasa Yunani , yang artinya
memasak. Disebut memasak karena di daerah Montmartre, Paris, pada beberapa abad yang lalu
orang-orangnya membakar gypsum untuk berbagai keperluan, dan material tersebut kemudian
disebut dengan plaster dari Paris. Orang-orang di daerah ini juga menggunakan gypsum sebagai
krim untuk kaki, sampo, dan sebagai produk perawatan rambut lainnya.

Karena gypsum merupakan mineral yang tidak larut dalam air dalam waktu yang lama, sehingga
gipsum jarang ditemui dalam bentuk butiran atau pasir. Tetapi ada suatu kejadian unik di White
Sands National Monument, di negara bagian New Mexico, Amerika Serikat, terdapat 710 km
pasir gipsum putih yang cukup sebagai bahan baku untuk industri drywall selama 1000 tahun.
Kristal gypsum terbesar dengan panjang lebih dari 10 meter pernah ditemukan di Naica,
Chihuihua, Mexico.
Gypsum banyak ditemukan di berbagai daerah di dunia, yaitu Jamaika, Iran, Thailand, Spanyol
(penghasil gypsum terbesar di Eropa), Jerman, Italia, Inggris, Irlandia, Manitoba, Ontario,
Canada, New York, Michigan, Indiana, Texas, Iowa, Kansas, Oklahoma, Arizona, New Mexico,
Colorado, Utah, Nevada, Paris, California, New South Wales, Kalimantan, dan Jawa Barat.

gypsum

Gypsum adalah salah satu contoh mineral dengan kadar kalsium yang mendominasi pada
mineralnya. Gypsum yang paling umum ditemukan adalah jenis hidrat kalsium sulfat dengan
rumus kimia CaSO<sub>4</sub>.2H<sub>2</sub>O. Gypsum adalah salah satu dari beberapa
mineral yang teruapkan. Contoh lain dari mineral-mineral tersebut adalah karbonat, borat, nitrat,
dan sulfat. Mineral-mineral ini diendapkan di laut, danau, gua dan di lapian garam karena
konsentrasi ion-ion oleh penguapan. Ketika air panas atau air memiliki kadar garam yang tinggi,
gypsum berubah menjadi basanit (CaSO<sub>4</sub>.H<sub>2</sub>O) atau juga menjadi
anhidrit (CaSO<sub>4</sub>). Dalam keadaan seimbang, gypsum yang berada di atas suhu
108&nbsp;F atau 42&nbsp;C dalam air murni akan berubah menjadi anhidrit.

Anda mungkin juga menyukai