Anda di halaman 1dari 13

LABORATORIUM PENGUKURAN HF

NOMOR PERCOBAAN : 03
JUDUL PERCOBAAN : RECEIVE SIGNAL LEVEL VIA SPECTRUM ANALYZER PADA
KOMNBINASI ANTENNA DIPOLE DENGAN ANTENA DIPOLE

KELAS / GROUP : TT-5C / Group - 02


NAMA GROUP : 1. Graha Ester ( 13150300 )
2. Hafidh Delastirta Ekagiri ( 13150300 )
3. Jeremia Ganda ( 13150300 )
4. Lutfiyah Wulandari ( 13150300 )
5. Maris Fedora ( 13150300 )
6. Maulida Aziz ( 1315030058 )
7. Nisa Karimah ( 13150300 )
8. Muhammad Faisal Ihsan ( 13150300 )
9. Novita Angrainy ( 13150300 )

TANGGAL PERCOBAAN : 26 Oktober 2017


TGL. PENYERAHAN LAP : 14 November 2017
NILAI :
DOSEN : SUKMA W, S.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2017
I. TUJUAN
1. Mengetahui cara penggunaan Signal Generator
2. Mengetahui nilai Power yang didapat

II. DASAR TEORI


Sinyal RF adalah arus bolak-balik (AC) yang terus berubah antara tegangan positif
dan negatif. Osilasi, atau siklus, dari arus bolak-balik ini didefinisikan sebagai satu
perubahan dari atas ke bawah untuk, atau sebagai perubahan dari positif ke negatif ke
positif. Panjang gelombang A adalah jarak antara dua puncak berurutan (puncak) atau dua
palung berturut-turut (lembah) dari pola gelombang, seperti yang digambarkan dalam
Gambar. Dengan kata sederhana, panjang gelombang adalah jarak yang satu siklus dari
sinyal RF sebenarnya perjalanan. Hal ini sangat penting untuk memahami bahwa ada
hubungan terbalik antara panjang gelombang dan frekuensi . Tiga komponen dari
hubungan terbalik ini adalah frekuensi ( f , diukur dalam hertz , atau Hz ) , panjang
gelombang λ , diukur dalam meter , atau m ) , dan kecepatan cahaya ( c , yang merupakan
nilai konstan 300.000.000 m / detik ) . Rumus referensi berikut menggambarkan
hubungan : λ = c / f dan f = c / λ . Penjelasan sederhana adalah bahwa semakin tinggi
frekuensi sinyal RF , semakin kecil panjang gelombang dari sinyal itu. Semakin besar
panjang gelombang dari sinyal RF , semakin rendah frekuensi sinyal itu.

Radio Frekuensi (RF) atau Gelombang Radio adalah tingkat osilasi dalam kisaran
sekitar 3 kHz sampai 300 GHz, yang sesuai dengan frekuensi gelombang radio, dan arus
bolak-balik yang membawa sinyal radio. RF merupakan unit pengukuran frekuensi
gelombang, dan sesuai dengan satu siklus per detik. Gelombang elektromagnetik di
daerah spektrum, dapat ditransmisikan dengan menggunakan generator arus bolak-balik
yang disebabkan oleh satelit. Gelombang radio ini merupakan jenis radiasi
elektromagnetik dengan panjang gelombang yang lebih besar (dan lebih jarang)
dibandingkan radiasi inframerah. Seperti semua gelombang elektromagnetik lainnya
bergerak dengan kecepatan cahaya dalam ruang hampa. Gelombang tersebut dapat
dihasilkan secara alami oleh petir atau oleh benda-benda astronomi lainnya. Gelombang
radio dapat dihasilkan untuk radio amatir, penyiaran (radio dan televisi), telepon selular,
radar dan sistem navigasi lainnya, komunikasi satelit, jaringan komputer dan aplikasi lain
yang tak terhitung lainnya. Gelombang elektromagnetik juga disebut gelombang radio
dan dikenal sebagai frekuensi radio atau gelombang radio sederhana. Gelombang radio
dapat dihasilkan arus listrik yang bervariasi dengan cepat (yaitu, frekuensi tinggi arus
listrik) dalam konduktor (seperti antena). Dari sudut pandang fisika, kurang dari
membuat gelombang RF tak terlihat oleh mata manusia.

Frekuensi gelombang ditentukan oleh osilasi atau siklus per detik. Satu siklus adalah
salah satu hertz (Hz), 1.000 siklus adalah 1 kilohertz (KHz), 1 juta siklus adalah 1
megahertz (MHz), dan 1 milyar siklus adalah 1 gigahertz (GHz). Sebuah stasiun radio
pada dial / saluran AM pada 980, misalnya, siaran tersebut menggunakan sinyal yang
berosilasi 980.000 kali per detik, atau memiliki frekuensi 980 KHz.

Sedangkan Sebuah stasiun radio dengan di bawah dial pada 710 maka siaran tersebut
menggunakan sinyal yang berosilasi 710.000 kali per detik, atau memiliki frekuensi 710
KHz.

 Antena Dipole

Antena Dipole adalah yang paling disukai banyak Amatir Radio karena
beberapa kelebihannya, yaitu murah, effisien, mudah dibuat – cukup memakai
kawat tembaga atau sejenisnya, broad-band, dan lain sebagainya. Antena Dipole
sebenarnya merupakan sebuah antena yang dibuat dari kawat tembaga dan
dipotong sesuai ukuran agar beresonansi pada frekwensi kerja yang diinginkan.
Kawat yang dipakai sebaiknya minimal ukuran AWG ( American Wire Gauge ) #
12 atau diameter 2 mm. Lebih besar akan lebih baik secara mechanical strength.
Agar dapat beresonansi, maka panjang total sebuah Dipole ( L ) adalah 0,5 x K,
dimana adalah panjang gelombang diudara dan K adalah velocity factor pada
kawat tembaga. Untuk ukuran kawat tembaga yang relative kecil ( hanya ber-
diameter beberapa mm ) jika dibandingkan setengah panjang gelombang, maka
nilai K diambil sebesar 0,95 dan cukup memadai sebagai awal start. Sehingga
rumus untuk menghitung total panjang sebuah antena Dipole adalah sbb : Dimana
: f adalah frekwensi kerja yang diinginkan. adalah panjang gelombang diudara L
adalah panjang total antena Dipole K adalah velocity factor yang diambil sebesar
0,95. Antena Dipole sebenarnya balance, sehingga sebaiknya diumpan melalui
sebuah BALUN ( singkatan dari BALance – UNbalance ) setelah sebelumnya
signal radio melalui kabel coaxial dari Transceiver. Bagaimana membuat BALUN
yang murah-meriah akan diulas Penulis pada terbitan LEMLOKTA berikutnya.
Dengan memakai BALUN, maka beberapa kelebihannya adalah : a. Performance
antena Dipole dapat ditingkatkan. b. Mengurangi TVI ( Interferensi ke Televisi ).
c. Mengurangi unbalance current. d. Mengurangi radiasi yang tidak diinginkan.
Walaupun antena Dipole termasuk balance, jika dipasang tanpa BALUN pun,
antena Dipole tsb masih bisa bekerja cukup baik. Antena Dipole mempunyai gain
0 dB. Mengenai gain antenna, penulis akan mencoba menjelaskannya dilain
kesempatan. Antena Dipole selain akan beresonansi pada fundamental
frekwensinya, antena tsb juga akan beresonansi pada kelipatan ganjil
frekwensinya. Artinya, antena Dipole yang dipotong untuk bekerja pada 40 meter
Band ( 7 MHz ) juga akan bisa dipakai untuk 15 meter Band karena 21 MHz
merupakan kelipatan 3 dari 7 MHz.

 Polarisasi Antena

Polarisasi antena adalah arah medan listrik yang diradiasikan oleh antena. Jika
arah tidak ditentukan maka polarisasi merupakan polarisasi pada arah gain
maksimum. Polarisasi dari energi yang teradiasi bervariasi dengan arah dari tengah
antena, sehingga bagian lain dari pola radiasi mempunyai polarisasi yang berbeda.

Polarisasi dari gelombang yang teradiasi didefinisikan sebagai suatu keadaan


gelombang elektromagnet yang menggambarkan arah dan magnitudo vektor medan
elektrik yang bervariasi menurut waktu. Selain itu, polarisasi juga dapat didefinisikan
sebagai gelombang yang diradiasikan dan diterima oleh antena pada suatu arah
tertentu. Polarisasi dapat diklasifikasikan sebagai linear (linier),circular
(melingkar), atau elliptical (elips).

1. Polarisasi Linier
Polarisasi linier terjadi jika suatu gelombang yang berubah menurut waktu pada suatu
titik di ruang memiliki vektor medan elektrik (magnet) pada titik tersebut selalu
berorientasi pada garis lurus yang sama pada setiap waktu.
Gambar 1. Polarisasi linier

2. Polarisasi Melingkar
Polarisasi melingkar terjadi jika suatu gelombang yang berubah menurut waktu pada
suatu titik memiliki vektor medan elektrik (magnet) pada titik tersebut berada pada jalur
lingkaran sebagai fungsi waktu. Kondisi yang harus dipenuhi untuk mencapai jenis
polarisasi ini adalah :
i. medan harus mempunyai 2 komponen yang saling tegak lurus linier
ii. kedua komponen tersebut harus mempunyai magnitudo yang sama
iii. kedua komponen tersebut harus memiliki perbedaan fasa waktu pada kelipatan ganjil
900
Polarisasi melingkar bagi menjadi dua, yaitu Left Hand Circular
Polarization (LHCP) dan Right Hand Circular Polarization (RHCP). LHCP terjadi
ketika sebaliknya 

Gambar 2. Polarisasi melingkar

3. Polarisasi Elips
Polarisasi elips terjadi ketika gelombang yang berubah menurut waktu memiliki vektor
medan (elektrik atau magnet) berada pada jalur kedudukan elips pada ruang. Kondisi yang
harus dipenuhi untuk  mendapatkan polarisasi ini adalah :
a. Medan harus mempunyai dua komponen linier orthogonal
b. Kedua   komponen   tersebut   harus   beada   pada   magnitudo  yang   sama   atau   berbeda
c. Jika kedua komponen tersebut tidak berada pada magnitudo yang sama perbedaan fasa
waktu antara kedua komponen tersebut harus tidak bernilai 0 0 atau kelipatan 1800 (karena
akan   menjadi   linier).   Jika   kedua   komponen   berada   pada   magnitudo   yang   sama   makan
perbedaan fasa diantara kedua komponen tersebut harus tidak merupakan kelipatan ganjil
dari 900 (karena akan menjadi lingkaran).

Gambar 3. Polarisasi Eclips

III. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

No. Nama Alat Jumlah


1. Signal Generator HP 8656 B 0,1-990 MHz Hewlett Packard A345430 1
2. Spektrum Analyzer Rohde & Schwartz 9 kHz – 144 MHz 1
3. BNC to Banana Cable 3
4. Antena Dipol 144 MHz 2

Gambar Alat

Gambar 4. Signal Generator HP 8656 B


Gambar 5. Spektrum Analyzer Rohde & Schwarz 9 kHz – 8 GHz

Gambar 6. Antena Dipol 144 MHz

IV. LANGKAH KERJA


1. Mengatur jarak antar antena dipole dengan antenna dipole sejauh 3m
2. Mengatur antena Tx (dipole) posisi vertical dan antena Rx (dipole) posisi vertical
3. Menyambungkan kabel Signal Generator pada antena Tx dan Frequency Analyzer pada
antena Rx
4. Menyalakan Signal Generator dan Frequency Analyzer
5. Mengatur frekuensi center Frequency Analyzer 144 MHz
6. Mengatur sudut antena Tx 0º, 90º, 180º, 270º secara bergantian terhadap antena Rx,
kemudian atur posisi Rx terhadap Tx dengan sudut yang sama
7. Mengatur keluaran Signal Generator (Tx Power) 0 dBm, 5 dBm, 10 dBm, dan 15 dBm
secara bergantian.
8. Membaca hasil pengukuran sinyal yang diterima pada spectrum analyzer
9. Lakukan kembali langkah nomor 2-8, kemudian lakukan perubahan antenna menjadi Tx
Horizontal – Rx Horizontal, Tx Vertical – Rx Horizontal, dan Tx Horizontal – Rx Vertical
10. Mengatur jarak antar antena dipole dengan antenna dipole sejauh 6m
11. Mengulangi langkah 2-9
V. ANALISA
Pada percobaan kali ini adalah melakukan pengiriman sinyal dari signal generator
dengan menggunakan antenna dipole dan diterima oleh spektrum analyzer menggunakan
antnna dipole. Antenna dipole yang digunakan dalam dua posisi, yaitu horizontal dan
vertikal.
Pada percobaan ketika antenna dipole posisi vertikal seluruhnya, yaitu di
pengirim dan penerima dapat dilihat bahwasanya pada keadaan 0° didapatkan power
output berkisar -65 dBm. Namun ketika posisi antenna dipole di sisi pengirim semakin
diputar, maka nilai power akan membesar. Hal itu disebabkan karena daya pancar yang
terdapat di sisi pengirim mengalami perubahan arah sinyal. Sedangkan, jika hanya sisi
penerima saja yang antenna dipolenya diputar, maka power output yang diterima tidak
terlalu berubah. Hal itu disebabkan, karena yang mempengaruhi besar power output lebih
kepada antenna dipole pada sisi pengirim. Power pada TX juga akan mempengaruhi nilai
power yang diterima pada spektrum.
Pada saat menggunakan antenna dipole di posisi vertikal dan horizontal di salah
satunya baik itu pengirim ataupun penerima, dapat dilihat bahwasanya nilai power output
lebih besar. Hal itu disebabkan karena posisi horizontal lebih baik dalam memancarkan
sinyal sedangkan posisi vertikal lebih baik digunakan untuk menjadi penerima. Power TX
juga akan mempengaruhi nilai power yang diterima pada spektrum.
Pada saat mengunakan antenna dipole posisi horizontal seluruhnya, yaitu di
pengirim dan penerima dapat dilihat bahwasanya pada keadaan 0° berkisar -34 dBm.
Namun, ketika posisi antena dipole di sisi pengirim diputar, maka nilai power akan
mengecil. Hal itu disebabkan karena daya pancar yang terdapat di sisi pengirim
mengalami perubahan arah pola radiasi. Sedangkan pada sisi penerima semakin diputar
nilai power yang diterima dapat berubah-rubah, hal itu disebabkan, karena penerima tidak
tepat mendapatkan radiasi dari pengirim. Dan lebih baik dari seluruh posisi antenna baik
itu pengirim maupun penirima dalam berbagai keadaan, yaitu horizontal dan vertikal
berada pada posisi 0° ataupun 180°.

VI. KESIMPULAN

1. Antena dipole memiliki pola radiasi dengan arah directional.


2. Antenna dipole lebih baik dalam keadaan vertikal, karena power yang didapat lebih
besar.
3. Antenna dipole lebih baik dalam posisi 0° dan 180°, karena saling pola radiasinya
memiliki arah yang sama.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai