Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Troubleshoot Fiber Optic Cut Pada Jaringan Fiber To The Home (FTTH)

Disusun Oleh

Anisa Azzahra

NIM

3314130005

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
TAHUN 2016

ii
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

a. Judul : Troubleshoot Fiber Optik Cut Pada Jaringan


Fiber To The Home (FTTH)
b. Penyusun
1) Nama : Anisa Azzahra
2) NIM : 3314130005
c. Program Studi : Teknik Telekomunikasi
d. Jurusan : Teknik Elektro
e. Waktu Pelaksanaan : 20 Juni 2016 19 Agustus 2016
f. Tempat Pelaksanaan : PT. Supra Primatama Nusantara
(Biznet Networks)
MidPlaza 2, Lantai 5
Jl. Jend. Sudirman 10-11 , Jakarta 1022

Jakarta, 2016
Pembimbing PNJ Pembimbing Perusahaan

(Ir.Sri Danaryani,MT.) (Dadi Triyono)


NIP.1363 0503 199103 2 001 NIK. BZ12081303

Mengesahkan,
KPS Teknik Telekomunikasi

(Sri Lestari K, ST., MT.)


NIP. 1970 0205 200003 2 001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja
lapangan (PKL) yang berjudul Penanganan Fiber Optic Putus Pada Jaringan
Fiber To The Home (FTTH) Untuk Wilayah Tebet di PT. Supra Primatama
Nusantara .
Penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma Tiga Politeknik.
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini juga merupakan kegiatan yang harus diikuti
oleh mahasiswa jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Jakarta dengan tujuan
agar mahasiswa dapat memahami dan mengerti pelaksanaan suatu pekerjaan di
lapangan serta dapat membandingkan antara ilmu pengetahuan di bangku kuliah
dengan yang ada di lapangan.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan PKL ini, sangatlah sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan laporan PKL ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Toto Supriyanto, ST., MT. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan
laporan PKL ini;
2. Dadi Triyono, selaku pembimbing PKL di PT. Supra Primatama Nusantara
(Biznet);
3. Seluruh rekan Tim Network Assurance yang telah banyak membantu dalam
usaha memperoleh data yang penulis perlukan;
4. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral;
5. Sahabat yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan
PKL ini.
Dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan ini penulis menyadari
bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi bahasa,

ii
sistematika dan penyusunan. Untuk itu penulis senantiasa mengharapkan saran
maupun kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun demi tercapainya
kesempurnaan dan perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan PKL ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, Agustus 2016

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia telekomunikasi saat ini mengalami kemajuan yang
semakin pesat. Hal ini memicu masyarakat untuk mendapatkan layanan yang
cepat, praktis, mudah, dan efisien. Kebutuhan layanan masyarakat yang terus
meningkat sehingga dibutuhkan sarana komunikasi yang mampu melayani suara,
data dan video serta membutuhkan jaringan handal yang mampu memberikan
performansi yang baik dan tidak banyak gangguan. Namun pada kondisi yang
terjadi di lapangan tidak selamanya jaringan bebas dari gangguan. Hal ini
dikarenakan beberapa faktor yang dapat terjadi baik dari alam ataupun dari
lingkungan sekitar seperti human error. Untuk menekan terjadinya gangguan
tersebut maka PT.Supra Primatama Nusantara (Biznet Networks) perlu adanya
identifikasi masalah terhadap penyebab gangguan jaringan di sisi pelanggan dan
mampu mengatasi masalah yang terjadi.
PT. Supra Primatama Nusantara (Biznet Networks) selalu berupaya membuat
inovasi baru dan meningkatkan kualitas layanan untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan. Biznet juga berupaya menghadirkan koneksi internet berkualitas dan
terjangkau untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga mampu
bersaing di level dunia. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan pergantian
jaringan lokal akses tembaga menjadi jaringan lokal akses fiber optik, pergantian
ini dikarenakan jaringan lokal akses fiber optik lebih unggul dari jaringan lokal
akses tembaga.
Fiber optik adalah salah satu media transmisi yang dapat menyalurkan
informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Teknologi
penggunaan kabel fiber optik sebagai media transmisi dalam sistem
telekomunikasi kemudian disebut JARLOKAF (Jaringan Lokal Akses Fiber).
JARLOKAF menawarkan kecepatan transfer data lebih cepat dari jaringan kabel
tembaga dan dapat menjangkau jarak yang ekstrem. Salah satu perkembangan
JARLOKAF yaitu FTTH (Fiber To The Home) yang letak titik konversi optik

1
berada di rumah pelanggan. FTTH merupakan sepenuhnya jaringan optik dari
provider ke pemakai. Multiplex dari sinyal optik dibawa ke splitter dalam sebuah
group yang hampir mendekati pemakai. Terdapat splitter optik dengan ratio yang
berbeda-beda, tetapi umumnya menggunakan ratio 1:8. Artinya sinyal multiplex
dibagi ke 8 rumah yang berbeda-beda.

1.2 Ruang Lingkup Kegiatan


Dalam penulisan laporan praktik kerja lapangan ini penulis membatasi ruang
lingkup pembahasan masalah hanya pada troubleshooting fiber optic cut yang
terjadi diantara jalur Optical Drop Point (ODP) dan ONU pada jaringan Fiber To
The Home (FTTH) .

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktik kerja lapangan ini dilaksanakan di divisi Network Assurance
PT.Supra Primatama Nusantara (Biznet Networks) yang berlokasi di MidPlaza 2,
lantai 5 Jl. Jend. Sudirman 10-11, Jakarta 1022. Waktu pelaksanaan praktik kerja
lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2016 sampai 19 Agustus 2016.

1.4 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dan kegunaan dari penulisan laporan hasil kerja praktek di PT
Supra Primatama Nusantara (Biznet Networks), divisi Network Assurance yaitu :

1.4.1 Tujuan
A. Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama
diperkuliahan ke dalam dunia kerja.
B. Mengetahui sistem kerja yang dimiliki oleh PT. Supra Primatama
Nusantara, Biznet Networks
C. Sebagai pembelajaran dan pemahaman kondisi objektif secara nyata
tentang perusahaan/industri.

2
1.4.2 Kegunaan
A. Mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui teknologi FTTx (Fiber To
The x) khususnya FTTH (Fiber To The Home).
B. Mahasiswa dapat mengetahui perangkat yang digunakan pada jaringan
FTTH
C. Mahasiswa memperoleh pengetahuan tentang permasalahan yang
sering terjadi pada jaringan FTTH.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fiber Optik
Fiber optik adalah media transmisi fisik yang terbuat dari serat kaca yang
dilapisi dengan isolator dan pelindung yang berfungsi untuk menyalurkan
informasi dalam bentuk gelombang cahaya. Serat optik membentuk kabel yang
sedemikian halus hingga ketebalan mencapai 1 mm untuk dua puluh helai serat.
Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai
saluran komunikasi. Struktur serat optic terdiri dari 3 bagian yaitu :
Core (inti)
Core adalah bagian paling utama dari serat optik, Gelombang cahaya yang
dikirim akan merambat dan mempunyai indeks bias lebih besar dari
lapisan kedua, dan terbat dari kaca. Inti (core) mempunyai diameter yang
bervariasi antara 5-50 m tergantung jenis serat optiknya.
Cladding
Cladding atau lapisan selimut merupakan lapisan luar yang melindungi inti
dan memantulkan kembali cahaya yang terpancar keluar dan kembali ke
dalam inti, Bagian ini mengelilingi bagian inti dan mempunyai indeks bias
lebih kecil dibanding dengan bagian inti, dan terbuat dari kaca.
Coating (Jacket)
Bagian ini merupakan pelindung lapisan inti dan selimut yang terbuat dari
bahan plastik elastic yang bertujuan untuk melindungi serat dari kerusakan
yang diakibatkan dari lengkungan kabel.
Ada empat macam tipe yang sering digunakan berdasarkan ITU-T
(Internationaltelecommunication Union Telecommunication Standarisation
Sector) yang dahulu dikenal dengan CCITT yaitu :
1. G.652 Standar Single Mode Fiber
2. G.653 Dispersion-shifted single mode fiber
3. G.654 Characteristics of cutt-off shifted mode fiber cable
4. G.655 Dispersion-shifted non zero Dispertion fiber

2
2.1.1 Jenis Mode Yang Dirambatkan
a. Single Mode
Mempunyai inti yang kecil (berdiameter 0.00035 inch atau 8 micron)
dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang
1300-1550 nanometer). Single mode Step Index mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
Optik Single mode Step Index memiliki diameter core yang sangat
kecil dibandingkan ukuran claddingnya.
Ukuran diameter core antara 2 nm-l0 nm.
Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar dengan
sumbu fiber optik.
Memiliki redaman yang sangat kecil.
Memiliki bandwidth yang lebar.
Digunakan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi.
Dapat digunakan untuk transmisi jarak dekat dan jarak jauh.

Gambar 2.1 Fiber Optik Single mode


Sumber: PT.Telkom Indonesia, Tbk. 2012. Dasar Sistem Komunikasi Optik [12-03-2015]
b. Multi Mode
Mempunyai inti yang lebih besar (berdiameter 0.0025 inch atau 62.5
micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang
gelombang 850-1300 nanometer). Multi mode Step Index mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
Indeks bias core konstan.
Ukuran core besar (50mm) dan dilapisi cladding yang sangat tipis.
Penyambungan kabel lebih mudah karena memilki core yang besar.

2
Sering terjadi dispersi.
Hanya digunakan untuk jarak dekat dan transmisi data bit rate
rendah.

Gambar 2.2 Fiber Optik Multi Mode


Sumber: PT.Telkom Indonesia, Tbk. 2012. Dasar Sistem Komunikasi Optik [12-03-2015]

2.2 Arsitektur Jaringan Fiber Optik yang digunakan


Jaringan lokal fiber merupakan sebuah solusi strategis bagi jaringan akses
pelanggan.Sistem jaringan lokal fiber (JARLOKAF) setidaknya memiliki 2 buah
perangkat opto elektronik (perangkat aktif), yaitu satu perangkat opto elektronik
di sisi sentral dan satu perangkat opto elektronik di sisi pelanggan. Lokasi
perangkat opto elektronik di sisi pelanggan selanjutnya disebut titik konversi optik
(TKO). Secara praktis TKO berarti batas terakhir kabel optic kearah pelanggan
yang berfungsi sebagai lokasi konversi sinyal optik ke sinyal elektronik.
2.2.1 Fiber To The Home (FTTH)
Fiber To The Home (FTTH) merupakan suatu format penghantaran
isyarat optik dari pusat penyedia (provider) ke kawasan pengguna dengan
menggunakan serat optik sebagai medium penghantaran. Pada dasarnya
modus aplikasi FTTH memiliki prinsip yang sama dengan modus aplikasi
FTTB. Perbedaannya hanya pada TKO terletak didalam rumah pengguna
dimana didalamnya terdapat satu atau lebih satuan sambungan telepon. Setiap
terminal yang terhubung dengan saluran fiber optik akan terhubung dengan
TKO tersebut menggunakan kabel tembaga FTTH merupakan
pengimplementasian dari teknologi PON.

2
Gambar 2.3 Modus Aplikasi FTTH
Sumber:. 2012. Dasar Sistem Komunikasi Optik [12-03-2015]

2.3 Ethernet Passive Optical Network (E-PON)


Ethernet Passive Optical Network merupakan tekik akses optik kecepatan
tinggi sehingga dapat digunakan pada konfigurasi point-to-multipoint. EPON
merupakan sistem akses fiber optik yang memiliki biaya efektif dan menyediakan
layanan broadband seperti suara, video, data, atau yang biasanya disebut dengan
Triple Play. EPON menggunakan fiber optik dan spliter untuk menghubungakn
OLT di Central Office dengan ONU yang terletak pada sisi pelanggan.
Splitter pasif diletakan untuk keperluan downstream dari OLT dan dapat
membagi sinyal fiber sampai 32 dengan maksimum jarak 20 km. Arsitektur ini
disebut pasif karena semua splitter dan perlatan yan berada diantara OLT dan
ONU merupakan perangkat pasif, sehingga tidak ada komponen elektronik aktif,
tidak membutuhkan power, dan mengurangi biaya pemeliharaan peralatan.
Perangkat optik pasif yang dipakai adalah konektor, pasif splitter dan fiber optik
itu sendiri. Lapis physical media dependent pada EPON dapat mendukung
maksimum 1.25 GBPS (laju data efektif 1.0 Gbps) untuk trafik downstream dan
upstream.

2
2.4 Perangkat Pada Jaringan FTTH
Perangkat yang digunakan pada jaringan Fiber To The Home (FTTH)
diantaranya adalah:
1. Optical Line Terminal (OLT)
OLT atau optical line terminal adalah elemen jaringan Fiber To
The Home (FTTH) yang menyediakan antarmuka PON menuju
IP/Ethernet dan jaringan operasi. OLT ditempatkan pada CO
(Central Office), dihubungkan ke ONU melalui PON dengan kabel
fiber, splitter dan komponen pasif lainnya. OLT memiliki dua
fungsi utama yaitu untuk mengkonversi antara sinyal listrik yang
digunakan oleh peralatan provider dengan sinyal fiber optic yang
digunakan oleh jaringan PON dan untuk proses multiplexing
dengan perangkat pada ujung jaringan.

Gambar 2.4 Optical Line Terminal (OLT)


Sumber : PT. Supra Primatama Biznet Networks
2. Optical Distribution Cabinet (ODC)
ODC (optical distribution cabinet) atau disebut Rumah kabel (RK)
adalah suatu ruang yang berbentuk kotak atau kubah yang terbuat
dari material khusus yang berfungsi sebagai tempat instalasi
sambungan jaringn optic single mode, yang dapat berisi connector,
splicing, maupun splitter dan dilengkapi ruang manajemen fiber

2
dengan kapasitas tertentu pada jaringan akses optic pasif (PON),
untuk hubungan telekomunikasi.

Gambar 2.5 Optical Distribution Cabinet (ODC)


Sumber : PT. Supra Primatama Biznet Networks
3. Optical Drop Point (ODP)
ODP atau optical drop point merupakan perngakat yang
menghubungkan jaringan distribusi dengan pelanggan dan ODP
dapat di letakan di indoor maupun outdoor.

Gambar 2.6 Optical Drop Point (ODP)


Sumber : PT. Supra Primatama Biznet Networks

2
4. Optical Network Unit (ONU)
Optical Network Unit (ONU) atau Optical Network Terminal
(ONT) merupakan suatu titik pembatasan, dimana merupakan akhir
dari aliran optik jaringan pembawanya dan merupakan awal dari
jaringan akses pelanggan. ONU/ONT ini dipasang di sisi
pelanggan, dimana ONU/ONT tersebut mempunyai fungsi untuk
mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik. Keluaran dari
ONU/ONT ini adalah layanan data,suara dan video.

Gambar 2.7 Optical Network Unit (ONU)


Sumber : PT. Supra Primatama Biznet Networks
5. Splitter
Splitter merupakan komponen pasif yang membagi daya optik dari
satu input serat menjadi dua atau beberapa output serat. Splitter
pada EPON dikatakan pasif sebab tidak ada komponen aktif
elektrik, hal ini berarti tidak sensitif terhadap temperatur ataupun
elemen lain yang bisa menjadi masalah dalam komponen elektrik.
Sehingga cara kerjanya membagi daya optik sama rata. Splitter
memiliki beberapa ratio yaitu 1:2, 1:4, 1:8, 1:16, 1:32. Namun
untuk teknologi E-PON yang digunakan oleh Biznet hanya splitter
1:2, 1:4, dan 1:8. Setiap jenis splitter memiliki redaman yang
berbeda-beda, seperti pada tabel dibawah ini.

2
Tabel 2.1. Redaman dari ratio splitter pada teknologi E-PON.
Ratio Nilai Redaman
1:2 2,8 4,0 dB
1:4 5,8 7,5 dB
1:8 8,8 11,0 dB

Gambar 2.8 Splitter 1:8


Sumber : PT. Supra Primatama Biznet Networks

2.5 Faktor Penyebab Gangguan pada FTTH


Serat optik mempunyai kapasitas yang besar dalam mentransmisikan data.
Hal ini tidak terlepas dari beberapa kendala yang dapat mengakibatkan
terganggunya proses transmisi. Ada beberapa penyebab utama gangguan yang
terjadi pada jaringan FTTH antara lain sebagai berikut:
2.5.1 Human Error

2.5.2 Kabel Bending / Menekuk di perumahan pelanggan


Ada dua jenis bending yaitu macrobending dan microbending.
Macrobending adalah pembengkokan serat optik dengan radius yang
panjang bila dibandingkan dengan radius serat optik. Microbending
adalah pembengkokan kecil pada serat optik akibat

2
ketidakseragaman dalam pembentukkan serat atau akibat adanya
tekanan yang tidak seragam pada saat pengkabelan.

2.5.2 Jalur Existing Yang Tidak Sesuai Standar Operasional


Jalur existing adalah jalur yang sudah diimplemetasikan ada
pelanggannya atau biasa disebut dengan jalur yang sudah ada. Ada
dua jenis jalur yaitu jalur udara dan jalur bawah tanah (ducting).
Contoh pada jalur udara yang tidak sesuai operasional salah satunya
adalah bracket pada kabel kendur atau putus sehingga kabel menjadi
lebih rendah sehingga dapat

2.5.3 Terlalu Banyak Titik Sambung


Salah satu penyebab seringnya terjadi fiber optik cut adalah karna
terlalu banyak titik sambung. Karena

2.6 PON Power Meter

2
Gambar 2.9 PON Power Meter Deviser EP300

2.7 Splicer
Alat sambung serat optik dikenal dengan sebutan fusion splicer yaitu
suatu alat yang digunakan untuk menyambung core serat optik yang
berbasiskaca yang mengimplementasikan daya listrik yang sudah dirubah
menjadi sebuah media sinar berbentuk sinar laser yang berfungsi
memanasi kaca yang putus pada core sehingga terhubung kembali secara
baik. Alat sambung splicer ini harus memliki keakuratan tinggi sehingga
pada saat penyambungan (splicing) bisa mendekati sempurna, karena
proses terjadinya pengelasan media kaca terjadi proses peleburan kaca
yang menghasilkan suatu media yang tersambung dengan utuh tanpa

2
adanya celah karena memiliki karakter media yang memiliki senyawa
yang sama. Penyambungan bisa sja tidak utuh, karena tidak mengikuti
prosedur penyambungan yang baik dan benar. Bila hal ini terjadi maka
proses penyambungan harus diulangi lagi, hingga mendekati redaman
yang sekecil-kecilnya (dibawah 0.2 dB).

Anda mungkin juga menyukai