Anda di halaman 1dari 30

PERANCANGAN JARINGAN AKSES FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN

TEKNOLOGI GIGABIT-CAPABLE PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) DI


PERUMAHAN SIRNAGALIH KENCANA KOTA TASIKMALAYA

NETWORK DESIGN OF FIBER TO THE HOME (FTTH) WITH GIGABIT-CAPABLE


PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) TECHNOLOGY IN SIRNAGALIH KENCANA
RESIDENCE TASIKMALAYA CITY

PROPOSAL PROYEK AKHIR

Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi pelaksanaan mata kuliah


Proyek Akhir

oleh :
Rayi Anugrah
6305134114

D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU TERAPAN
UNIVERSITAS TELKOM
2016
ABSTRAK
Perkembangan Teknologi sangatlah cepat dan pesat. Seiring berkembangnya teknologi
maka kebutuhan akan bandwidth pun semakin meningkat. Kebutuhan tersebut harus
diimbangi dengan adanya jaringan komunikasi yang cepat dan stabil akan kecepatan nya. Fiber
Optik adalah teknologi jaringan komunikasi yang memiliki bandwidth yang sangat besar serta
koneksi yang stabil dan dapat menunjang serta mendukung layanan akses multimedia maupun
akses internet untuk dapat meningkatan kinerja dari sebuah lembaga ataupun digunakan oleh
perseorangan sebagai media untuk mengakses jaringan internet.

Maka dari itu tentunya di butuhkan akses komunikasi yang cepat pada suatu tempat
salah satu contohnya adalah di Perumahan Sirnagalih kencana, dengan banyaknya potensi
pengguna dan tingkat kebutuhan bandwidth yang tinggi bagi setiap pengguna maka
perancangan jaringan fiber optik di Perumahan Sirnagalih kencana tentunya sangat dibutuhkan.

Proyek Akhir ini akan melakukan perancangan jaringan akses fiber optik FTTH (Fiber
to The Home) dengan menggunakan teknologi GPON (Gigabit-Capable Passive Over
Network) di Perumahan Sirnagalih Kencana. Teknologi GPON (Gigabit-capable Passive
Optikal Network) adalah sebuah teknologi jaringan akses yang menggunakan fiber optik
sebagai media transmisinya. GPON dikembangkan dan distandarisasi oleh ITU-T. Teknologi
GPON memiliki standar ITU-T G.984.2 Dengan dirancangnya jaringan FTTH dengan
teknologi GPON ini diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan bandwidth besar yang
dibutuhkan oleh layanan 3P, sehingga layanan 3P sampai ke pelanggan dengan kecepatan yang
tinggi dan stabil

Kata Kunci : GPON, FTTH, ITU-T, Fiber Optik, 3P , Bandwidth

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi terus berkembang setiap saat dengan segala kemajuan
teknologi yang semakin maju pada bidangnya. Pada saat ini, beberapa sistem komunikasi
yang sering dipakai terkadang menimbulkan bermacam masalah dari mulai akses
yang lambat dan adanya gangguan seperti halnya noise yang akan menghambat user
atau pengguna, maka saat ini pengguna membutuhkan teknologi yang lebih baik daripada
sistem komunikasi tersebut. Sistem Komunikasi Optik merupakan salah satu teknologi
yang mempunyai bandwidth yang besar serta mempunyai tingkat noise yang rendah
menjadikan teknologi ini lebih unggul dibandingkan teknologi sistem komunikasi
lainnya yang kian berkembang hingga saat ini
Maka dari itu, Proyek Akhir ini akan melakukan perancangan jaringan akses fiber
optik FTTH (Fiber to The Home) dengan menggunakan teknlogi GPON (Gigabit-Capable
Passive Over Network) terhadap Perumahan Sirnagalih Kencana. Teknologi GPON
(Gigabit-Capable Passive Optical Network) adalah sebuah teknologi jaringan akses yang
menggunakan fiber optik sebagai media transmisinya. GPON dikembangkan dan
distandarisasi oleh ITU-T. Teknologi GPON memiliki standar ITU-T G.984.2. Teknologi
GPON memiliki datarate yang besar dimana untuk upstream sebesar 1.2 GBit/s dan
downstream sebesar 2.4 GBit/s. Selain melakukan perancangan, dalam Proyek Akhir ini
juga akan melakukan pengukuran secara simulasi dan kemudian dianalisa apakah
jaringan tersebut sudah layak dan sudah sesuai dengan standar yang di tetapkan oleh PT.
Telkom Akses. Hasil dari perancangan kemudian dievaluasi kelayakan sistemnya dengan
melakukan perhitungan PLB (Power Link Budget), RTB (Rise Time Budget) serta BER
(Bit Eror Rate).

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan
Dari proyek akhir ini diharapkan akan memperoleh hasil sebagai berikut:
1. Perancangan jaringan FTTH.
2. Mengukur nilai pada parameter Power Link Budget dan Rise Time Budget yang
digunakan pada pembangunan link FTTH
3. Mengetahui efektifitas dan efisiensi jaringan FTTH berdasarkan analisis power
link budget dan rise time budget.

1.2.2 Manfaat
1. Pelanggan dapat menggunakan jaringan akses data dengan dengan konsep triple
play
2. Memahami konsep dasar perancangan jaringan Fiber To The Home.
3. Mendapatkan hasil analisis power link budget dan rise time budget FTTH yang
sesuai dengan standar telkom akses

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terkait dengan Proyek Akhir ini adalah :

1. Bagaimana cara merancang jaringan FTTH ?


2. Perangkat apa saja yang digunakan dalam perancangan FTTH ?
3. Berapa nilai Power Link Budget dan Rise Time Budget yang didapatkan?

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penulisan proyek akhir ini adalah :

1. Parameter kesuksesan berdasarkan Power Link Budget dan Rise Time Budget.
2. Studi kasus yang dilakukan penulis tentang FTTH terbatas hanya pada perumahan
sirnagalih kencana.
3. Evaluasi performansi jaringan berdasarkan Power Link Budget dan Rise Time Budget
4. Hasil perancangan menyesuaikan dengan standar PT. Telkom Akses Tasikmalaya dan
ITU-T

1.5 Metodologi

Dengan pengerjaan Proyek Akhir penulis akan menggunakan beberapa metode peneltian,
sebagai berikut :

1. Studi literature, yang mempelajari referensi bacaan dari buku-buku dan jurnal ilmiah
yang berkaitan dengan FTTH, terutama pada proyek perancangan jaringan akses ftth
ini.
2. Observasi lapangan, menentukan posisi letak lokasi dan gambaran perancangan yang
akan dilakukan.
3. Bimbingan, berdiskusi dengan dosen pembimbing dan dosen lapangan dari PT.
Telekomunikasi Indonesia saat pengerjaan proyek akhir agar tidak terjadi kesalahan.
4. Perancangan jaringan, melakukan perancangan FTTH pada daerah yang telah
ditentukan untuk mendapatkan data yang akurat.
5. Analisis masalah, menganalisa permasalahan yang terjadi pada saat di lapangan.
6. Analisa jaringan, tahapan mengukur nilai berdasarkan power link budget dan rise time
budget.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Serat Optik
Serat optik merupakan jenis kabel yang terbuat dari kaca atau plastik yang sangat kecil
dan sangat halus. Digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke
tempat lain. Cahaya yang ada di dalam serat optic tidak menembus ke luar karena indeks
bias dari kaca lebih besar daripada indeks bias di udara.

Gambar 2.1 Struktur Serat Optik

Teknologi serat optik memiliki lebar jalur (bandwidth) yang besar sehingga
kemampuan dalam mentransmisikan data menjadi lebih banyak dan cepat dibandingkan
dengan menggunkana kabel tembaga. Pada struktur dasar serat optik terdapat bagian
bagiannya :
a. Core (Inti) yang berfungsi untuk menyalurkan cahaya dimana pengiriman sinyal
dilakukan.
b. Cladding yaitu lapisan kedua setelah core, berfungsi sebagai selimut pengaman
interferensi dari luar. Cladding merupakan batas pantulan sinar yang bahannya
membuat kualitas cahaya yang memantul tetap terjaga.
c. Coating atau jaket berfungsi untuk melindungi core secara fisik dari kerusakan
yang terbuat dari bahan plastik.

Berdasatkan penyaluran sinyal cahaya secara system, serat optic terbagi menjadi 3 jenis,
yaitu

a. Step Index Single Mode digunakan untuk system trasmisi data jarak jauh.
b. Step Index Multimode digunakan untuk system transmisi jarak dekat.
c. Graded Index Multimode jenis ini cahaya mengalami penyebaran dari jalur inti.
Penyebaran cahaya akan berkumpul kembali pada jalur pusat kemudian akan sampai
pada ujung penerima secara bersamaan.
2.2 Arsitektur Jaringan Fiber Optik [4]
Secara Umum Jaringan Lokal Akses Fiber (Jarlokaf) memiliki 2 (dua) buah
perangkat opto elektronik, yaitu perangkat opto elektronik di sisi sentral dan perangkat
opto elektronik di sisi pelanggan atau disebut dengan Titik Konversi Optik (TKO).
Peletakan TKO akan menimbulkan modus arsitektur JARLOKAF yang berbeda pula,
yakni:
a) Fiber To The Zone (FTTZ) TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan, baik
di dalam kabinet dengan kapasitas besar. Terminal pelanggan dihubungkan
dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa kilometer. FTTZ umumnya
diterapkan pada daerah perumahan yang letaknya jauh dari sentral atau
infrastruktur duct pada arah yang bersangkutan, sudah tidak memenuhi lagi
untuk ditambahkan dengan kabel tembaga.
b) Fiber To The Curb (FTTC) TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan, baik
di dalam kabinet dan di atas tiang dengan kapasitas lebih kecil. Terminal
pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa
ratus meter. FTTC dapat diterapkan bagi pelanggan bisnis yang letaknya
berkumpul di suatu area terbatas namun tidak berbentuk gedung- gedung
bertingkat atau bagi pelanggan perumahan yang pada waktu dekat akan menjadi
pelanggan jasa hiburan.
c) Fiber To The Building (FTTB) TKO terletak di dalam gedung dan biasanya
terletak pada ruang telekomunikasi di basement namun dapat pula diletakkan
pada beberapa lantai di gedung tersebut. Terminal pelanggan dihubungkan
dengan TKO melalui kabel tembaga indoor. FTTB dalam diterapkan bagi
pelanggan bisnis di gedung-gedung bertingkat atau bagi pelanggan perumahan di
apartement.
d) Fiber To The Home (FTTH) merupakan arsitektur jaringan kabel fiber optik yang
dibuat hingga sampai ke rumah-rumah atau ruangan dimana terminal berada.
Perkembangan teknologi ini tidak terlepas dari kemajuan perkembangan
teknologi serat optik yang dapat menggantikan penggunaan kabel konvensional.
Gambar 2.2 Jaringan Fiber To The Home (FTTH)

Teknologi FTTH merupakan sepenuhnya jaringan optik dari pusat penyedia ke


pemakai, dan biasanya digunakan splitter 1:8 atau splitter 1;4 , yaitu sinyal multiplex
dibagi ke 8 rumah yang berbeda atau ke 4 rumah yang berbeda. Fiber To The Home
(FTTH) merupakan suatu siyal transmisi optik dari pusat penyedia (provider) ke
kawasan dengan menggunakan fiber optik sebagai media penghantar. Biasanya jarak
antara pusat layanan dengan pelanggan bisa mencapai jarak maksimal 20 kilometer,
dimana pada bagian service provider yang berada di kantor utama atau Central Office
(CO) terdapat perangkat yang bernama OLT. OLT kemudian dihubungkan ke ONU
yang terletak di rumah- rumah pelanggan melalui jaringan distribusi serat optik yang
bernama Optical Distribution Network (ODN) .

Adapun, beberapa keunggulan dari FTTH antara lain :

a. FTTH menyediakan range yang lebar bagi pelanggan untuk melakukan


komunikasi maupun aktivasi terhadap layanan yang baru yang lebih cepat.
b. Pendistribusian kabel optik langsung tertuju kepada pengguna layanan
sehingga dapat menyediakan jumlah bandwidth maksimum untuk permintaan
layanan di kemudian hari.
c. FTTH menawarkan banyak layanan pelanggan berupa data, suara, dan video.
d. FTTH memiliki desain arsitektur jaringan yang fleksibel yang dapat digunakan
untuk mengakomodasi inovasi di masa mendatang.
e. Mendukung pengembangan dan peningkatan jaringan masa depan.
f. Dapat meminimalisasikan gangguan, sehingga dapat meningkatkan pemasukan
dari pemilik jaringan dan bermanfaat bagi pelanggan FTTH.
Gambar 2.3 Arsitektur FTTH

2.2 Perangkat Fiber To The Home (FTTH) [2]


Berdasarkan pada gambar 2.3 di atas, dapat dijelaskan beberapa elemen dan
perangkat yang ada pada arsitektur jaringan FTTH, yaitu:
1. Optical Line Terminal (OLT)
Optical Line Terminal (OLT) adalah suatu perangkat aktif (Opto-Elektrik) yang
berfungsi untuk mengubah sinyal elektrik menjadi sinyal optik, serta sebagai alat
multipleks. OLT merupakan perangkat yang berfungsi sebagai titik akhir dari pusat
penyedia layanan PON. OLT juga berfungsi untuk mengumpulkan dan men- switch
fungsi antara jaringan kabel dengan interface PON serta untuk fungsi manajemen.
Namun demikian, OLT memiliki 2 (dua) fungsi utama, yaitu untuk mengkonversi
antara sinyal listrik yang digunakan oleh perangkat provider dengan sinyal fiber optic
yang digunakan oleh jaringan PON, serta untuk proses multiplexing dengan perangkat
pada ujung jaringan.
Gambar 2.4 OLT

2. Optical Distribution Cabinet (ODC)


Optical Distribution Cabinet (ODC) merupakan suatu kabinet yang berfungsi
sebagai tempat untuk melakukan proses instalasi sambungan jaringan optik single
mode. Kabinet tersebut berbentuk kotak/kubah (dome) yang terbuat dari bahan material
khusus. Di dalam ODC terdapat beberapa perangkat seperti connector, splicing,
maupun splitter. Connector digunakan sebagai penghubung kabel optik, Splice
digunakan untuk menyambung kabel optik satu sama lain, sedangkan Splitter
merupakan perangkat pasif yang dapat memisahkan daya optik dari satu input fiber ke
beberapa output fiber. ODC berupa perangkat pasif yang diinstalasi di luar STO. ODC
dapat diletakkan di dalam ruangan atau dapat juga diletakkan di luar ruangan seperti
lapangan atau pinggir-pinggir jalan. ODC berfungsi sebagai titik terminasi ujung kabel
feeder dan pangkal dari kabel distribusi, sebagai titik distribusi kabel dari kabel
berkapasitas besar (feeder) menjadi beberapa kabel yang memiliki kapasitas lebih
kecil (distribusi), sebagai tempat penyambungan, dan juga tempat pemasangan splitter.
Gambar 2.5 ODC ganti dengan gambar odc kota tasikmalaya
3. Optical Distribution Point (ODP)
Optical Distribution Point (ODP) merupakan tahap lanjut dari keluaran kabel
distribusi dari arah ODC yang kemudian terhubung ke masing-masing ONU
menggunakan kabel drop, atau dengan kata lain ODP digunakan untuk menghubungkan
jaringan distribusi ke pelanggan. Kotak ODP merupakan komponen infrastruktur yang
dibuat untuk jaringan GPON dengan topologi FTTH dan peletakan perangkat ODP
juga dapat dilakukan di indoor maupun outdoor.
ODP merupakan suatu perangkat pasif yang diinstalasi di luar STO. ODP dapat
berfungsi sebagai titik terminasi ujung kabel distribusi dan titik awal kabel penanggal
atau kabel drop, sebagai titik distribusi kabel distibusi menjadi beberapa saluran
penanggal, sebagai tempat penyambungan, dan sebagai tempat pemasangan splitter.

Gambar 2.6 ODP

4. Optical Network Termination / Unit (ONT/ONU)


Optical Network Unit disebut juga sebagai Optical Network Terminal (ONT).
Beberapa ONU diletakkan di beberapa lokasi dalam jaringan akses broadband point
to multipoint antara CO dengan pelanggan. ONU/ONT adalah suatu perangkat aktif
(opto elektrik) yang dipasang disisi pelanggan, dan berfungsi untuk mengubah sinyal
optik menjadi sinyal elektrk serta digunakan sebagai alat demultipleks. Keluaran dari
ONU/ONT merupakan layanan telepon, data dan internet, serta CATV/IPTV.

Gambar 2.7 ONT


5. Feeder FO
Feeder FO adalah jaringaan kabel fiber optik yang menghubungkan antara ODF ke
ODC. Feeder Fo berfungsi untuk menyalurkan informasi berupa sinyal optik hasil
konversi perangkat OLT, dan biasanya menggunakan kabel single mode
6. Distribution FO
Kabel serat optik distribusi adalah jaringan kabel fiber optik yang menghubungkan
antara ODC ke ODP dan mempunyai fungsi sama seperti kabel serat optik feeder
yang berfungsi untuk meneruskan sinyal optik dari ODC ke ODP. Kabel distribusi yang
digunakan biasanya adalah jenis single mode.
7. Kabel Drop
Kabel drop berfungsi untuk meneruskan sinyal optik dari ODP ke rumah- rumah
pelanggan, dimana tipe kabel drop yang digunakan adalah tipe G 657 untuk
menanggulangi lokasi instalasi yang banyak belokan-belokan sehingga harus
menggunakan optik dengan bending insensitive
2.7 Layanan Triple Play [3]
Layanan triple play adalah layanan voice,internet dan video melalui jaringan
broadband. Jenis-Jenis layanan pada triple play yaitu:
1. IPTV
Layanan televisi internet yang bisa digunakan untuk menonton siaran nasional
dan international yang juga didukung dengan fitur video on demand dan memiliki
kualitas gambar High Definition TV, sehingga tentunya IPTV menggunakan bandwidth
yang cukup besar yaitu 10-15 Mbps.
2. VoIP
VoIP merupakan suatu metoda transmisi sinyal suara dengan mengubahnya ke
dengan menggunakan platform IP (Internet Protocol). Pada umumnya voip
menggunakan codec G.711 (64 kbps) agar kualitas suara yang dihasilkan baik. Besar
bandwith yang dibutuhkan adalah 0,1 Mbps.

3. Data
Data merupakan layanan yang digunakan untuk mengirimkan suatu objek
berupa data sesuai dengan kebutuhan pelanggan.Misalnya adalah , internet. Dll.
Permintaan pelanggan adalah 2 Mbps.
4. IP CCTV
IP CCTV adalah suatu sistem yang menggunakan video camera untuk
menampilkan dan merekam gambar pada waktu dan tempat tertentu dimana perangkat
ini terpasang. IP CCTV merupakan kepanjangan dari Closed Circuit Television, yang
berarti menggunakan signal yang bersifat tertutup, tidak seperti televisi biasa yang
merupakan broadcast signal. Disini dibutuhkan 2 Mbps untuk pemasangan IP CCTV.

Gambar 2.8 Layanan Triple Play


2.8 Parameter Kelayakan Perancangan[4]
2.8.1 Power Link Budget
Link power budget dihitung sebagai syarat agar link yang kita rancang dayanya
melebihi batas ambang dari daya yang dibutuhkan. Untuk menghitung PLB dapat dihitung
dengan rumus:

α  L.α  Nc.α  Ns.α  Sp (2.1)


tot serat c s

Bentuk persamaan untuk perhitungan margin daya adalah :

M = ( Pt – Pr ) - α total - SM (2.2)

Keterangan :

Pt = Daya keluaran sumber optik ( dBm)

Pr = Sensitivitas daya maksimum detektor ( dBm)

SM = Safety margin, berkisar 6-8 dB

α tot = Redaman Total sistem (dB)

L = Panjang serat optik ( Km)

αc = Redaman Konektor (dB/buah)

αs = Redaman sambungan ( dB/sambungan)

α serat = Redaman serat optik ( dB/ Km)

Ns = Jumlah sambungan

Nc = Jumlah konektor

Sp = Redaman Splitter (dB)

Margin daya disyaratkan harus memiliki nilai lebih dari 0 (nol), margin daya adalah
daya yang masih tersisa dari power transmit setelah dikurangi dari loss selama proses
pentransmisian, pengurangan dengan nilai safety margin dan pengurangan dengan nilai
sensitifitas receiver.
2.8.2 Rise Time Budget (RTB)

Rise time budget merupakan metode untuk menentukan batasan dispersi suatu link
serat optik. Metode ini sangat berguna untuk menganalisa sistem transmisi digital. Tujuan
dari metode ini adalah untuk menganalisa apakah unjuk kerja jaringan secara keseluruhan
telah tercapai dan mampu memenuhi kapasitas kanal yang diinginkan. Umumnya
degradasi total waktu transisi dari link digital tidak melebihi 70 persen dari satu periode bit
NRZ (Non-retum-to-zero) atau 35 persen dari satu periode bit untuk data RZ (return-to-
zero). Satu periode bit didefinisikan sebagai resiprokal dari data rate. Untuk menghitung Rise
Time budget dapat dihitung dengan rumus:

ttotal = (ttx² + tmaterial² + tmodus²+ trx²)1/2 (2.3)

Keterangan :

ttx = Rise time transmitter (ns)

trx = Rise time receiver (ns)

tmodus = bernilai nol (untuk serat optik single mode)

tmaterial = ∆σ x L x Dm (2.4)

Keterangan:

∆σ = Lebar Spektral (nm)

L = Panjang serat optik (Km)

Dm = Dispersi Material (ps/nm.Km)


BAB III

PERANCANGAN

3.1 Pendahuluan

Untuk dapat merancang sebuah jaringan, dibutuhkan data yang akurat dan perhitungan yang
tepat agar jaringan yang dirancang benar-benar layak untuk digunakan oleh pelanggan. Data
yang didapat kemudian diolah sehingga di dapatkan hasil perancangan awal. Hasil perancangan
awal di uji parameter kelayakanya berupa BER, RTB, dan PLB agar sesuai dengan standar yang
diberikan oleh PT. Telkom Akses sehingga hasil perancangan dapat diimplementasikan kepada
konsumen. Pada bagian ini memaparkan langkah-langkah perancangan dari jaringan FTTH,
sebagai panduan dalam proses pelaksanaan agar sesuai dengan rancana.

3.2 Proses Pengerjaan Proyek Akhir

Berikut adalah model proses perancangan Proyek Akhir ini yang akan dilakukan :

Mulai

Pengajuan lokasi
pemasangan ftth oleh
pelanggan

Survey lokasi pemasangan


ftth

Pengumpulan data lokasi

Perancangan jaringan ftth


Simulasi hasil rancangan
jaringan ftth

Analisis hasil rancangan


jaringan ftth

Sesuai
standar
kelayakan

selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Kerja


3.3 Penentuan Lokasi

Lokasi yang akan dilakukan perancangan dalam Proyek Akhir ini adalah perumahan
Sirnagalih kencana, kota Tasikmalaua. Perumahan ini merupakan perumahan sudah selesai
dibangun seluruhnya.

Gambar 3.2 Peta Lokasi menggunakan Autocad

3.4 Pengumpulan Data Lokasi

3.4.1 Survey Lokasi

Survey dilakukan sesuai dengan area yang akan di bangun. Survey mengumpulkan
beberapa data yang akan digunakan sebagai acuan untuk dilakukan perancangan sebelum
dilakukan pembangunan jaringan. Hasil dari survey dikumpulkan untuk kemudian dianalisa
sebelum dilakukan perancangan. Data yang diambil berupa titik koordinat lokasi, keaadaan
lokasi , dan kondisi jaringan eksisting Titik koordinat dan keadaan lokasi dibutuhkan untuk
membuat sebuah peta dimana dari peta yang dibuat dapat ditentukan jalur yang akan dilewati
oleh fiber optik, memperhitungkan kebutuhan perangkat dan tata letak komponen FTTH yang
akan dipasang.

3.4.2 Tagging

Tagging adalah suatu proses menandai tiang telkom yang telah tersedia (existing) dan
juga yang belum tersedia. Tagging dilakukan ketika melakukan survey di lokasi yang akan
dipasang FTTH. Tagging diperlukan untuk menandai tiang existing, menentukan distribusi
jaringan kabel optik , penentuan letak odp , penentuan penarikan distribusi kabel dari odc
terdekat serta diperlukan untuk meentukan jumlah tiang baru yang harus dipasang sebagai
penopang jalur distribusi kabel fiber optik.

Gambar 3.2 Hasil Tagging menggunakan Google Earth


3.5 Perancangan Jaringan

3.5.1 Pemetaan Lokasi dengan Google Earth dan AutoCAD

Pemetaan lokasi dibuat menggunakan data yang didapatkan dari hasil survey. Data yang
didapat bisa berupa titik koordinat lokasi, dan contoh peta lokasi yang didapat dari pihak lain
seperti perumahan. Pemetaan lokasi dilakukan dengan menggunakan beberapa software yaitu
Google Earth dan Autocad. Google Earth digunakan untuk menentukan jarlur utama dari
jaringan yang akan dirancang. Google Earth juga merepresentasikan jaringan eksisting seperti
letak OLT, ODC dan ODP. Google Earth juga digunakan untuk menentukan boundary dari
jaringan yang akan dilakukan. Software Autocad digunakan untuk memetakan lokasi secara
detail. Autocad lebih merepresentasikan tataletak calon pelanggan dan tata letak perangkat yang
akan digunakan dalam satu cluster.

Gambar 3.3 Hasil Perancangan Jaringan FTTH menggunakan Google Earth


3.5.2 Pembuatan BOQ (Build of Quantity)

BOQ (Build of Quantity) adalah estimasi biaya dalam suatu proyek konstruksi berisikan
tiga hal pokok yaitu deskripsi pekerjaan, kuantitas (volume)+unit dan harga satuan pekerjaan.
Adapun BOQ yang digunakan dalam perancangan FTTH ini adalah untuk menentukan
banyaknya penggunaan ODP yang akan dipakai , panjang kabel distribusi yang akan digunakan,
pembuatan tiang baru untuk penopang jalur distribusi serta digunakan untu mencantumkan list
barang yang akan digunakan dalam proyek pengerjaan perancangan FTTH ini.

3.6 Simulasi perancangan jaringan FTTH

Simulasi perancangan jaringan FTTH menggunakan software Optisystem Optisystem


adalah sebuah perangkat lunak yang dapat digunakan untuk melakukan simulasi suatu jaringan
fiber optik mulai dari sentral sampai end-user, selain itu Optisystem juga mendukung untuk
pengukuran jaringan seperti Power Link Budget dan Rise Time Budget

Gambar 3.4 Contoh Hasil Simulasi Menggunakan Optisystem


3.7 Analisis Hasil Rancangan Jaringan FTTH

Analisis Hasil Rancangan Jaringan FTTH menggunakan data dari hasil simulasi
menggunakan software Optisystem yang kemudian di bandingkan dengan standar kelayakan
nilai power link budget (PLB) dan rise time budget (RTB) yang sesuai dengan standar PT.
Telkom

Link Budget jaringan fiber optik GPON dari OLT dan ONU/ONT adalah 28 dB
(GPON). Untuk mengantisipasi kebutuhan operasional (perbaikan jaringan FO) maka desain
FTTH dengan maksimum redaman 25 dB atau ekivalen dengan panjang fiber optik dari OLT
sampai dengan ONT maksimum 17 km.

Gambar 3.5 Contoh penghitungan Power Link Budget


Gambar 3.6 Nilai Standar Redaman Dari PT. Telkom
BAB IV

KELUARAN YANG DI HARAPKAN

Keluaran yang diharapkan dari proyek akhir ini adalah sebabai berikut :

a. Mendapatkan rancangan arsitektur jaringan akses Fiber Optik FTTH (Fiber to The
Home) dengan teknologi GPON

b. Bill of Quantity yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan yang ada dilapangan

c. Jenis perangkat yang sesuai dengan teknologi yang digunakan, dan standard yang di
tetapkan

d. Gambar teknik, yang dihasilkan dari perancangan yang telah dilakukan dan
dievaluasi

e. Mendapatkan hasil analisis power link budget dan rise time budget FTTH yang sesuai
dengan standar telkom akses
BAB V

RENCANA KERJA

5.1 Jadwal Kegiatan

September Oktober November Desember


No. Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Menentukan lokasi yang
1
akan dirancang
Survey lokasi yang akan
2
dirancang
3 Pengumpulan data
Merancang infrastruktur
4 jaringan FTTH dengan data
hasil survey
Penentuan perangkat dan
5
komponen
Menghitung BOQ
6
perangkat dan komponen
7 Simulasi hasil rancangan
8 Evaluasi hasil rancangan
7 Pengerjaan Laporan

Anda mungkin juga menyukai