1)
Informatika Fakultas Ilmu Komputer, Universitas AMIKOM Yogyakarta
2)
Magister Teknik Informatika, Universitas AMIKOM Yogyakarta
3)
Informasi Fakultas Ilmu Komputer, Universitas AMIKOM Yogyakarta
email : ahmadsa@amikom.ac.id1), ennysusana@amikom.ac.id2) , larasati@amikom.ac.id 3)
Abstraksi
Keberadaan infrastruktur fiber optik memiliki manfaat besar,tetapi dalam perkembanganya, tiang-tiang fiber
optik yang berada di sepanjang trotoar mengganggu tata kota. Bahkan beberapa fasilitas umum terhalangi
keberadaannya, seperti yang terjadi di jalan Jalan A.M. Sangaji / Jalan Mangkubumi. Bukan hanya itu saja,
beberapa laporan warga tentang kondisi fisik tiang membahayakan keselamatan masyarakat karena telah
keropos atau tertimpa pohon saat terjadi angin besar.
Kebijakan terkait kondisi tersebut sangat diperlukan, tetapi sebelum membuat kebijakan diperlukan informasi
yang akurat dan lengkap. Oleh sebab itu, tindakan audit sangat perlu dilakukan. Hasilnya, terdapat selisih
antara data dari Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman dengan data audit lapangan.
Secara keseluruhan, terdapat selisih 1279 tiang. Kondisi fisik dan sosial ditemukan beberapa tiang mengalami
korosi dan kemiringan. Sebagian mengganggu fasilitas umum seperti menutupi lampu lalu lintas, papan
informasi dan akses jalan trotoar.
Kata Kunci :
Audit, infrastruktur telekomunikasi, fiber optic, e-government, kebijakan.
Abstract
The existence of fiber optic infrastructure has great benefits, but in its development, the fiber optic poles along
the sidewalk disrupt urban planning. Even some public facilities such as traffic lights, information boards are
blocked, as happened on A.M. Sangaji / Mangkubumi Street. Not only that, several reports of residents about
the physical condition of the pole endanger the safety of the community because it has been porous or hit by
trees when there is a big wind.
Policies related to these conditions are needed, but before making, policies needed accurate and complete
information. Therefore, audit activity is very necessary. As a result, there is a discrepancy between data from
the Public Works, Housing and Settlement Areas and field audit data. In total, there are 1279 poles. Physical
and social conditions found some poles experience corrosion and slope. Some disrupt public facilities such as
covering traffic lights, information boards and accessing sidewalks.
Keywords :
1. Audit, telecommunication governance, fiber optic, e-government, policy.
1
Sa’di, Audit Infrastruktur Fiber Optik Udara di Wilayah Pemerintah Kota Yogyakarta Sebagai Langkah
Penertiban Kota
kegiatan ini dilakukan untuk mendata atau Menara sesuai dengan kaidah tata ruang
melakukan audit keberadaan tiang fiber optik wilayah”[3].
disetiap titik jalan nasional, jalan kabupaten kota
Fiber Optik Aerial
Yogyakarta.
Dari sisi teknis, kabel fiber optik memberikan
Harapanya mendapatkan informasi akurat terkini di
banyak keunggulan dibanding dengan kabel
lapangan, pemilik, pemakai, lokasi pendirian tiang,
tembaga maupun infrastruktur komunikasi lainnya.
dan kondisi. Hasilnya agar dapat menjadi landasan
Keunggulan kabel fiber optik [4], [5]
dalam membuat kebijakan-kebijakan dan aturan
pemerintah kota Yogyakarta.
1. bandwidth yang sangat besar, dalam pengiriman
data tidak terganggu oleh gelombang
3. Tinjauan Pustaka elektromagnetik dan frekuensi radio,
Designing Risk Qualitative Assessment on Fiber
Optic Instalation Project in Indonesia oleh Devi 2. kebal terhadap gangguan dari sinyal elektrik,
Pratami, dkk (2018). Penelitian ini bertujuan untuk karena tidak mengandung sinyal elektrik,
menganalisis risiko kualitatif pada proyek Instalasi sehingga terbebas dari induksi atau interensi
Serat Optik di Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. sinyal elektrik.
Penilaian risiko menggunakan dampak dan 3. redaman yang sangat rendah sehingga
probabilitas untuk mengukur dampak terjadinya mampu digunakan untuk komunikasi jarak
risiko. Dampak lebih rinci dengan diklasifikasikan jauh,
berdasarkan dampak waktu, dampak biaya, dampak 4. lebih aman karena kabel serat optik tidak ada
kualitas, dampak keselamatan dan keamanan, permasalahan dengan grounding sehingga bebas
kedekatan. Hasilnya ada 36 risiko yang mungkin dari petir atau kebocoran arus listrik.
terjadi dan sebagian besar risiko dikaitkan dengan
5. ukuran kecil dan berat sangat ringan dibanding
dampak kualitas dan keselamatan dan keamanan[1].
dengan kabel tembaga.
Pada penelitian yang penulis lakukan melakukan Namun kekurangan dari kabel fiber optik yaitu [6];
penilaian berdasarkan pengamatan langsung di 1. Biaya instalasi mahal,
lapangan dengan mengukur kondisi fisik dan sosial 2. Membutuhkan tool lebih banyak dibanding
berdasarkan parameter peraturan Dinas instalasi kabel tembaga
Kominfosandi Kota Yogyakarta. 3. Kabel mudah patah saat lengkungan kecil,
4. Berbahaya saat penginstalasian apabila tidak
Penelitian dari Periyadi Periyadi (2017) melakukan
mengikuti prosedur
analisis resiko teknologi informasi sistem
terintegrasi igracias berbasis risk assesment 5. Proses penyambungan dan instalasi yang rumit.
menggunakan sni iso-iec 27001-2009. Hasilnya Ada 2 tipe dalam menggunakan fiber optik
sistem yang tidak susuai standar memiliki tingkat yaitu
resiko tinggi tidak dapat berjalan permanen. Perlu single mode dan multimode [7]. Dari kedua tipe
dilakukan perbaikan teknologi agar mengurangi tersebut memiliki perbedaan yaitu single mode
resiko kegagalan sistem[2]. mempunyai ukuran diameter core sangat kecil,
bandwidth tidak terbatas dan sumber sinar laser
Peneliti lain Aulia Yusman Yusuf (2014) meneliti memiliki jangkauan yang sangat jauh (>60km)
bagaimana kondisi SI/TI yang ada di instansi sedangkan multimode mempunyai ukuran
pemerintahan di kota Banda Aceh. Dengan asumsi diameter core sangat besar, bandiwthnya sangat
kondisi SI/TI saat ini yang masih sangat bisa terbatas dan sumber sinar laser atau light
dikembangkan jadi lebih baik lagi, maka dilakukan emitting diodes (LED) memiliki jarak yang cukup
suatu survei dan juga analisis dengan menggunakan dekat yakni 300-500m. Dalam kabel fiber optik
metode Ward and Peppard dan juga Cobit 5 terdapat 3 komponen utama [8], [9] seperti pada
Perancangan Tata Kelola Infrastruktur Teknologi Tabel 1.
Informasi dan Komunikasi Dinas Perhubungan, Komponen Fungsi
Komunikasi, dan Informatika Kota Banda Aceh
Dengan Menggunakan Metode Ward and Peppard Buffer Sebagai pelindung kabel
dan Cobit 5 Coating Sebagai pelindung kabel
Core Sebagai inti kabel
Kajian dari panatiaperancang undang-undang DPD
RI dengan Fakultas Hukum Airlangga Surabaya Keberadaan Infrastruktur Fiber Optik
mengatakan “penataan menara telekomunikasi Awal mula inslasi kabel fiber optik di udara
penting dilakukan untuk menjamin hak manusia menjadi pilihan baik bagi pemerintah kota
akan komunikasi dan pengendalian pertumbuhan Yogyakarta, manum perkebangan waktu harapan
awal tidak terealisasi dengan baik. Mulai dari
2
Volume 1 No. 4 Agustus 2019 e-ISSN: 2655-1438
p-ISSN: 2655-1632
6
Volume 1 No. 4 Agustus 2019 e-ISSN: 2655-1438
p-ISSN: 2655-1632
1 Lintas
Jl. Laksda Arta Dampak Lingkungan dan Sosial
Adi Menjamurnya infrastruktur fiber optik udara
Suicipto 1 Gmedia
-7.7830918,110.389535 4 harapan awal dapat memberikan tolak ukur lebih
(ruas jalan
sebelah 1 Telkom baik kota Yogyakarta. Anggapan seperti itu tidak
utara)
1 Biznet salah dan tidak semua benar. Dikatakan benar
1 Telkom
karena hadirnya infrastruktur fiber optik udara
Jl. Laksda memberikan cakupan interkoneksi internet dan
Adi 1 Biznet
Suicipto
layanan-layanan di kota Yogyakarta semakin luas
-7.7830951,110.3898067 4
(ruas jalan 1 Gmedia dan membaik.
sebelah Hal ini dipelihatkan semua jalan-jalan besar di kota
utara) 1 Lintas
Arta Yogyakarta sudah terkover oleh media fiber optik,
1 Telkom
bukan kabel tembaga lagi, dan warga Yogyakarta
Jl. Laksda semakin banyak memanfaatkan layanan-layanan
Adi 1 Biznet,
Suicipto
tersebut. Tetapi menjamurnya infrastruktur fiber
-7.7831009,110.3902198 4
(ruas jalan 1 Gmedia optik udara tersebut ternyata juga memberikan
sebelah
utara) 1 Lintas dampak semprawutnya kota.
Arta Sebagai contoh keberadaan beberapa lampu traffict
Jl. Laksda -7.7831024,110.3904878 2 1 Telkom light, informasi untuk warga yang seharusnya dapat
dimanfaatkan dan dirasakan oleh publik justru
7
Sa’di, Audit Infrastruktur Fiber Optik Udara di Wilayah Pemerintah Kota Yogyakarta Sebagai Langkah
Penertiban Kota
tertutupi oleh keberadaan tiang-tiang dan kabel informasi dan lampu lalu lintas. Seperti yang
udara fiber optik. Selain itu tiang fiber optik terjadi di jalan Jl. A.M. Sangaji / jl.
menjadi tempat pemasangan baliho, tali-tali baliho Mangkubumi.
menjadikan tambah semprawutnya kota
Yogyakarta. Daftar Pustaka
REKOMENDASI [1] D. Pratami, F. Fadillah, and I. Haryono,
Masukan dan anjuran ini diperuntukkan untuk “Designing Risk Qualitative Assessment on Fiber Optic
Pemerintah Kota Yogyakarta. Diantaranya sebagai Instalation Project in Indonesia,” Int. J. Innov. Enterp.
berikut: Syst., vol. 2, no. 02, Jul. 2018.
1. Diterbitkan aturan yang mengatur [2] P. Periyadi, “Analisis Resiko Teknologi
penyelenggaraan infrastruktur telekomunikasi, Informasi Sistem Terintegrasi iGracias Berbasis Risk
berupa mengurangi dan mengendalikan menara Assesment Menggunakan SNI ISO-IEC 27001-2009,” J.
Teknol. Inf., vol. 2, no. 3, pp. 70–78, 2015.
telekomunikasi di udara [13].
[3] S. H. Sri Winarsi, M. D. E. Sujatmoko, M. SH,
2. Menertibkan penggalian saluran serat optik S. H. Lilik Pudjiastuti, M. A. Widyantoro, and Z. W. A.
bawah tanah maupun udara yang dilakukan oleh WP, “Pengendalian Menara Telekomunikasi melalui
selain Pemerintah Kota Yogyakarta. Penetapan zona Menara Telekomunikasi,” 2013.
[4] E. Hooda and J. Gupta, “Technological Trends
3. Dilakukan pemindahan infrastruktur fiber optik
in Optical Fibre Communication,” 2018.
uadara dengan kabel fiber optik di dalam tanah [5] I. Berlin, W. P. Cune, J. E. Greene, C. Heidler,
(ducting). J. A. Register III, and W. G. T. Schweiker, “Providing
4. Pemerintah perlu melakukan pembinaan, digital data services as electrical signals and radio-
pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan frequency (RF) communications over optical fiber in
saluran serat optik [14]. distributed communications systems, and related
components and methods,” Nov-2016.
5. Pemerintah Kota memiliki itikad untuk [6] F. Yusuf, A. L. Power, P. J. Hill, and M. I.
mewujudkan daerah yang bersih dari serat optik Cherniak, “Methods and systems for providing a fiber
di udara. optic cable network testing platform,” Feb-2018.
6. Jika masih mempertahankan kabel fiber optik [7] F. Yu, M. Xu, and J. C. Knight, “Experimental
study of low-loss single-mode performance in anti-
udara, maka harus menggunakan tiang bersama
resonant hollow-core fibers,” Opt. Express, vol. 24, no.
agar dapat mengurangi semrawut keberadaan
12, pp. 12969–12975, 2016.
tiang FO. [8] K. M. Seven, C. J. Kmiec, B. I. Chaudhary, and
M. Esseghir, “Optical fiber cable components,” Mar-
14. Kesimpulan dan Saran 2017.
Kesimpulan audit infrastruktur fiber optik udara di [9] F. Mitschke, Fiber optics: physics and
wilayah Pemerintah Kota Yogyakarta yaitu; technology. Springer, 2016.
[10] “Bandung Tertibkan Kabel Udara yang
1. Didapatkan selisih data antara data yang
Semrawut | Republika Online.” [Online]. Available:
dimiliki oleh pemerintah kota Yogyakarta https://www.republika.co.id/berita/nasional/pemprov-
dengan data di lapangan. Total selisih 1279. jabar/17/09/18/owgwgj-bandung-tertibkan-kabel-udara-
2. Terjadi selisih data disebabkan karena operator yang-semrawut. [Accessed: 24-Jan-2019].
tidak sabar menuggu surat izin mendirikan tiang [11] S. C. Foley, C. J. Berube, and S. Shechter, “File
fiber optik sehingga pendirian tiang fiber optik system monitoring and auditing via monitor system
having user-configured policies,” Jan-2017.
dilakukan diluar kontrol oleh pemerintah kota.
[12] K. Brasel, M. M. Doxey, J. H. Grenier, and A.
3. Pemilik tiang fiber optik udara yaitu Telkom, Reffett, “Risk disclosure preceding negative outcomes:
Biznet, Jogja Media Net, Tri, Lintas Arta, The effects of reporting critical audit matters on
Gmedia, dan PEMKOT Yogyakarta. judgments of auditor liability,” Account. Rev., vol. 91, no.
5, pp. 1345–1362, 2016.
4. Mayoritas tiang operator menggunakan tiang
[13] L. O. Rumapea, “Analisis Faktor-Faktor yang
besi dengan ciri khas masing-masing. Adapula
Mempengaruhi Operator Telekomunikasi dalam
operator yang menggunakan tiang beton (Lintas Pemilihan dan Penggunaan Tower leasing provider
Arta). Ditemukan juga tiang yang tidak (TLP),” 2015.
memiliki identitas khas operator (hanya [14] Viennaroito, “Pelaksanaan Perlindungan
berwarna hitam). Hukum Terhadap Konsumen Pelanggan Layanan
5. Pendirian tiang fiber optik operator ditanam IndiHome Fiber Terkait dengan Kualitas Layanan yang
Ditawarkan Ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1999 Tentang
secara bergerombol di titik-titik koodinat seperti
Perlindungan Konsumen dan UU No. 36 Tahun 1999
Tabel 5. Hal ini bertujuan operator Tentang Telekomunikasi (Studi di PT. Telkom),” 2018.
meminimalisir izin dan risiko pencabutan oleh
pemerintah kota.
6. Pendirian tiang di beberapa tempat telah
mengganggu layanan publik seperti papan
8
Volume 1 No. 4 Agustus 2019 e-ISSN: 2655-1438
p-ISSN: 2655-1632