Anda di halaman 1dari 27

BAB I Perhitungan sumberdaya berperan penting

PENDAHULUAN dalam menentukan jumlah, kuantitas dan


1.1. Latar Belakang kemudahan dalam eksplorasi secara komersial
Indonesia merupakan negara berkembang dari suatu endapan. Sebab hasil dari
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perhitungan sumberdaya yang baik dapat
teknologi yang sangat pesat. Kemajuan menentukan investasi yang akan ditanam oleh
tersebut telah mengakibatkan meningkatnya investor, penentuan sasaran produksi, cara
kebutuhan akan energi, salah satu energi penambangan yang akan dilakukan bahkan
terbesar yang ada saat ini adalah energi dari dalam memperkirakan waktu yang dibutuhkan
bahan bakar Batubara,kebutuhan Batubara oleh perusahaan dalam melaksanakan usaha
masih sangat tinggi seiring dengan kurang penambangannya.
maksimalnya pemanfaatan energi alternatif. Dalam ilmu perhitungan sumberdaya
Berdasarkan hasil pengamatan yang terdapat berbagai metode yang dapat
ada di lapangan di Desa Gurun Tua dipergunakan untuk menentukan kuantitas
menunjukkan adanya potensi bahan galian suatu endapan salah satunya yaitu perhitungan
Batubara. Bahan galian Batubara yang terdapat cadangan dengan menggunakan metode cross
di Desa Gurun Tua, Kecamatan Mandiangin section.
memiliki nilai kalor yang relatif baik dengan 1.2. Rumusan Masalah
jumlah yang cukup banyak. Kebutuhan Pada perusahaan PT. Energi Dua Rajawali
Batubara sebagai bahan bakar energi pada saat belum terdapat data terperinci mengenai jumlah
ini masih sangat dibutuhkan, Oleh karena itu perhitungan sumberdaya Batubara, sehingga
bahan galian Batubara yang ada di lokasi dibutuhkan data-data yang akurat melalui
tersebut sangat baik untuk dapat dikembangkan pengamatan langsung terhadap kondisi struktur
menjadi suatu kegiatan investasi di sektor geologi daerah dan keadaan topografi endapan
pertambangan. Berdasarkan jumlah Batubara di PT. Energi Dua Rajawali hingga
Sumberdaya dan cadangan, nilai kegunaan, perhitungan besar Sumberdaya. Maka
serta permintaan pasar yang cukup besar maka dilakukan perhitungan Sumberdaya dengan
pemanfaatan sumberdaya di wilayah tersebut metode Cross Section dengan pedoman Rule of
dapat meningkatkan pendapatan asli daerah gradual changes.
maupun pendapatan masyarakat. Dalam rangka
1.3. Tujuan Penelitian
memaksimalkan potensi sumberdaya bahan
galian Batubara di Desa Gurun Tua, Kecamatan Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah
Mandiangin, Kabupaten Sarolangun adanya sebagai berikut:
penelitian potensi Sumberdaya bahan galian 1. Mengestimasi Sumberdaya bahan galian
Batubara yang dapat memberikan taksiran Batubara di PT. Energi Dua Rajawali,
kuantitas, kualitas bahan galian Batubara. Sarolangun, Jambi menggunakan metode
cross section.
2. Mengikuti proses kerja pada PT.Energi Dua 1.5.1. Studi Literatur.
Rajawali selama masa Tugas Akhir Studi literatur dapat dilakukan dengan
dilaksanakan. mempelajari teori-teori yang berhubungan
3. Mengetahui teknik perhitungan dengan masalah yang akan dibahas di lapangan
Sumberdaya (volume, tonase ). melalui buku-buku literatur, seperti modul
4. Mengetahui faktor-faktor penting dalam kuliah. Selain itu juga mempelajari penelitian
perhitungan Sumberdaya batubara. yang pernah dilakukan sebelumnya berupa
5. Mengetahui lokasi penyebaran dan jenis skripsi atau laporan perusahaan.
endapan batubara secara langsung. 1.5.2. Observasi Lapangan.
Maksud dari observasi lapangan adalah
1.4. Batasan Masalah
melakukan pengamatan secara langsung
Batasan masalah dalam penelitian ini
terhadap masalah yang akan dibahas yaitu
adalah sebagai berikut :
kondisi daerah penambangan batu andesit,
1. Penelitian dilakukan hanya di wilayah Ijin
sistem penambangan yang digunakan, kondisi
Usaha Pertambangan Batubara PT. Energi
hidrologi, serta topografi daerah penelitian.
Dua Rajawali, blok A1 seluas 465 ha.
1.5.3 Pengambilan Data.
2. Metode yang digunakan untuk menghitung
Pengambilan data dilakukan setelah studi
sumberdaya Batubara menggunakan satu
literatur dan observasi lapangan selesai
metode yaitu metode cross section
dilaksanakan. Data yang diambil berupa data
(Penampang).
primer dan data sekunder. Data primer adalah
3. Permodelan cadangan Batubara
data yang diambil langsung dari pengukuran
menggunakan software AutoCad 2007.
atau pengamatan lapangan seperti gambar
1.5. Metodologi Penelitian
lokasi, kondisi topografi lokasi, sedangkan data
Dalam hal ini akan diuraikan tahap-tahap sekunder adalah data yang diambil dari
pemecahan masalah yang ada selama literatur atau laporan perusahaan atau instansi
penelitian dilakukan. Adapun metode terkait dalam hal ini kantor PT. Energi Dua
penelitian yang dilakukan antara lain: Rajawali seperti peta topografi, profil wilayah,
data geolistrik, dan data geotek.
1.5.4. Pengolahan Data.
Data yang didapatkan dilapangan diolah
guna mengetahui jumlah Sumberdaya
Batubara di PT. Energi Dua Rajawali.
Pengolahan data dilakukan menggunakan
metode Cross Section dengan bantuan
Software AutoCad 2007 sehingga dihasilkan
Gambar 1.1 permodelan penyebaran Batubara yang dapat
Diagram Alir Metode Penelitian dilihat berupa penampang yang memiliki jarak
serta ketebalan. Hasil pengolahan yang BAB II
didapatkan berupa perhitungan jumlah TINJAUAN UMUM
3
Sumberdaya berupa volume dalam m dan
Tonase.

2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah


1.5.5. Hasil Penelitian.
Lokasi eksplorasi pertambangan Batubara
Bertujuan untuk menarik kesimpulan
secara administratif terletak pada Desa Gurun
berdasarkan hasil analisis data yang telah
Tua, Kecamatan Mandiangin, Kabupaten
dilakukan dan memberikan rekomendasi akhir
Sarolangun, Provinsi Jambi dengan
dari penelitian. Sehingga didapatkan hasil total
keselurusahan wilayahnya masuk kedalam
jumlah Sumberdaya Batubara yang berada pada
wilayah perkebunan PT.SAM (Sumatera Agro
PT. Energi Dua Rajawali yang lebih optimal.
Mandiri).
Secara administratif daerah WIUP termasuk
1.6. Manfaat Penelitian
dalam wilayah Kecamatan Mandiangin,
Manfaat dari hasil penelitian bagi
Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, dengan
perusahaan adalah :
luas area 465 Ha dan dikembangkan 1.188 Ha
1. Memberikan model geometri Sumberdaya
dengan dua blok yaitu blok A1 dan blok A2.
dan jumlah Sumberdaya Batubara bagi PT.
Secara geografis dibatasi oleh koordinat seperti
Energi Dua Rajawali untuk mendukung
terlihat pada Tabel 2.1
kegiatan penambangan.
Tabel 2.1 Koordinat IUP Eksplorasi PT. EDR
2. Memberikan jumlah kuantitas sumberdaya
Batubara. Titik Bujur Timur (BT) Lintang Selatan (LS)
o o
Manfaat dari hasil penelitian bagi penulis ‘ ‘’ ‘ ‘’
1 102 51 59 -02 01 50
adalah :
2 102 54 48 -02 01 50
1. Dapat menambah wawasan yang lebih luas 3 102 51 48 -02 03 00
tentang ilmu pengetahuan yang telah 4 102 51 45 -02 03 00
dipelajari di perkuliahan dengan praktek di 5 102 51 45 -02 02 15
6 102 51 59 -02 02 15
lapangan seperti proses eksplorasi
singkapan,pemboran dan Geofisika
Daerah penyelidikan (Gambar 2.1) dapat
welloging.
ditempuh dengan menggunakan pesawat udara
2. Dapat menyelesaikan studi nya dengan
rute Jakarta – Jambi selama ± 1 jam, dilanjutkan
menyelesaikan penelitian ini sesuai
dengan menggunakan kendaraan roda empat
prosedur kampus.
dengan rute Jambi – Mandiangin selama ± 3,5
jam.
PT. Energi Dua Rajawali adalah 2.2 Kondisi Geologi
perusahaan yang bergerak di bidang Secara regional daerah IUP PT. Energi Dua
penambangan Batubara. Kantor Perusahaan ini Rajawali termasuk kedalam Peta Geologi
terletak di Dusun Tebat, Desa Mandiangin, Lembar Sarolangun dan Muaro Bungo, masuk
Kabupaten Sarolangun, Jambi. Hingga saat ini dalam sub cekungan Palembang bagian dari
masih dalam tahap development. PT. Energi cekungan Sumatera yang secara umum tersusun
Dua Rajawali mempunyai daerah WIUP seluas oleh batuan sedimen Tersier yang diendapkan
465 Ha dengan pengembangan hingga 1188 Ha. di atas batuan Pra-tersier.Hal ini sudah dibahas-

Sumber : PT.Energi Dua Rajawali

Gambar 2.1. Peta Kesampaian Daerah PT. EDR Di Lembar Sarolangun dan Muaro Bungo
urutan sedimen Tersier terdapat di dalam
Cekungan Sumatera Selatan dan Sumatera
-oleh Shell Mijnbouw (1978) dan Gafoer dkk.
Tengah. Pengendapan urutan sedimen tersebut
pada Peta Geologi Lembar Sarolangun dan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu urutan
Muaro Bungo.
transgresi di bagian bawah (kelompok Telisa)
dan urutan regresi di bagian atas (kelompok
2.1.1. Stratigrafi.
Palembang). Stratigrafi sedimen tersier telah
Urutan stratigrafi Lembar Sarolangun
dibahas oleh sejumlah penulis (Musper 1937,
dan Muaro Jambi dapat dibagi menjadi dua
Marks 1956, Spruyt 1956, De Coster 1974,
bagian yaitu Urutan Tersier dan urutan Kuarter.
Pulunggono 1983, Gafoer dkk 1984 dan
Setiap satuan batuan berlapis dalam lembar ini
Simanjuntak dkk dalam persiapan). Korelasi
telah ditandai secara litostratigrafi dan diberi
berbagai stratigrafi tersebut telah dibuat sesuai
nama berdasarkan rekomendasi Sandi
dengan urutan umur batuan. Hanya sebagian
Stratigrafi Indonesia (1975) dan petunjuk
kecil sedimen tersier yang tersingkap di Lembar
Stratigrafi Internasional (Hedberg, 1976).
Sarolangun dan Muaro Bungo telah terkumpul
selama eksplorasi minyak dan diuraikan secara yang benar-benar tersingkap di Lembar Jambi,
singkat dibawah ini. terdiri dari perselingan batupasir dan serpih
2.2.2.1 Urutan Tersier yang diendapkan di lingkungan eritic,
Sedimen tersier tertua yang diketahui menunjukkan adanya susut laut sejak Formasi
dari eksplorasi bawah permukaan, terdiri dari Gumai yang berkondisi laut tersebut diatas.
bahan rombakan Formasi Lahat yang berumur Berdasarkan bukti-bukti bawah
Eosen sampai awal Oligosen dan berasal dari permukaan Formasi Air Benakat ternyata
erosi batuan alas pra-Tersier .Formasi ini menindih selaras Formasi Gumai. Diduga
sebanding dengan formasi Kelesa di Cekungan formasi ini sebanding dengan Formasi Binio (
Sumatera Tengah, meliputi sedimen daratan De Muralt dalam Djamas, 1979) dan Formasi
yang dicirikan oleh campuran komponen tufan Petani (Mertosono dan Nayoan, 1974) di
dengan serpih dan lanau prodelta. Formasi Cekungan Sumatera Tengah. Formasi Muara
Lahat ditindih tak selaras oleh Formasi Talang Enim menindih selaras Formasi Air Benakat
Akar berumur Oligosen akhir- Miosen awal dan dan menandakan bahwa susut laut dan
terdiri atas sedimen daratan sampai delta laut pendangkalan cekungan sedimen tersebut terus
dangkal (De Coster 1974). berlangsung sampai Pliosen Awal.Formasi
Pada kala Eosen dan Oligosen Muara Enim terdiri atas batupasir dan
topografi batuan alas menonjol, sehingga batulempung, sebagian tufan, setempat
formasi Lahat hanya terdapat dibagian lebih mengandung lapisan lignit yang menunjukkan
dalam dari cekungan dan tidak ditemukan di pengendapan di lingkungan laut dangkal
tinggian Paleosen.Di tempat-tempat semacam sampai daratan.
itu Formasi Talang Akar terletak tak selaras Formasi Kasai terletak tidak selaras
diatas batuan pra-Tersier. diatas Formasi Muara Enim dan sedikit
Genang laut pada Miosen Awal memperlihatkan hasil pengengkatan dan erosi,
menandai permulaan pengendapan serpih laut Formasi ini terdiri dari atas sedimen klastika
dalam formasi Gumai yang sebanding dengan daratan yang ditandai dengan adanya
Formasi Guai yang sebanding dengan Formasi komponen tufan dan diendapkan di cekungan
Telisa (De Coster 1974) dan Formasi Gumai antar gunung
(Suwarna dkk dalam persiapan) di Cekungan 2.2.2.2 Urutan Kuarter
Sumatera Tengah. Pada awal proses Satuan kuarter tertua di Lembar ini
pengendapan tersebut, setempat batugamping terdiri dari atas lava basalt dan andesit berumur
terumbu terbentuk di sekeliling batuan alas, Plistosen (K/Ar 1.25 0.2 juta tahun), berupa
tetapi penurunan yang terus berlangsung telah singkapan-singkapan terpisah dibagian barat
menimbun topografi dasar cekungan sampai laut Lembar (Qb). Batuan tersebut mungkin
Miosen Tengah. tertindih tidak selaras oleh Breksi Gunungapi
Formasi Air Benakat berumur Miosen dan Batupasir Konglomeratan, dengan butiran-
Tengah –Akhir merupakan satuan Tersier tertua butiran terdiri dari bahan basalt (Qv) seperti
tersingkap antara kedua satuan tersebut tidak kuarsa dan batupasir kuarsa, batulempung
teramati, tetapi butiran-butiran di dalam Qv tufaan mengandung kayu terkersikan
sama dengan batuan basalt Qb. Satuan (silicified wood) dengan sisipan tuff
litostratigrafi termuda di Lembar ini terdiri dari batuapung dan lignit yang membentuk
endapan rawa dan alluvium yang berumur lensa-lensa. Formasi ini merupakan fasies
Holosen. endapan darat dan danau.
Pada umumnya stratigrafi regional 2. Formasi Muara Enim (Tmpm), termasuk ke
daerah penyelidikan dapat dikenal sebagai satu dalam Kelompok Palembang, memiliki
daur atau siklus besar (megacycle) yang terdiri ketebalan 150 m – 750 m, berumur Pliosen.
dari suatu trangresi yang diikuti regresi. Terdiri dari batulempung, batulanau,
Formasi yang terbentuk dalam fase transgresi batupasir tufaan dengan sisipan batubara,
dikelompokkan menjadi Kelompok Telisa merupakan endapan air payau.
(Formasi Lahat, Formasi Baturaja, dan Formasi 3. Formasi Air Benakat (Tma), termasuk
Gumai). Sedang yang terbentuk dalam fase kedalam Kelompok Palembang, memiliki
regresi dikelompokkan menjadi Kelompok ketebalan 100 m – 1300 m, berumur Mio
Palembang (Formasi Air Benakat, Formasi Pliosen. Terdiri dari batulempung dengan
Muara Enim dan Formasi Kasai). Formasi sisipan batulempung tufaan napal,
pembawa batubara pada Cekungan Sumatera batupasir dan serpih, merupakan fasies
selatan adalah Formasi Talang Akar, air endapan litoral sampai marin dangkal.
Benakat, Muara Enim dan Kasai, tetapi yang
Urutan stratigrafi regional daerah penyelidikan
berpotensi adalah Formasi Kasai dan Formasi
dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Muara Enim. Secara Shell (1978) telah
melakukan pemisahan terhadap Formasi Muara
Enim menjadi 4 anggota yang didasarkan pada
lapisan batubara tertentu yaitu Anggota M1,
M2, M3 dan M4 (dari bawah ke atas).
Berdasarkan Peta Geologi Lembar
Sarolangun, skala 1 : 1.000.000 yang
diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan
pengembangan Geologi Bandung (1993),
urutan stratigrafi regional daerah penyelidikan
dari muda ke tua adalah sebagai berikut :

1. Formasi Kasai (Qtk), termasuk ke dalam


Kelompok Palembang, memiliki ketebalan
Gambar 2.2 Stratigrafi Regional Cekungan
500 m sampai 1000 m, berumur Pliosen.
Sumatera Selatan
Terdiri dari Konglomerat dengan fragmen
2.3 Struktur Geologi Regional cekungan sedimen. Perlipatan tersebut
Secara regional di daerah penyelidikan mungkin dikontrol oleh sesar batuan alas yang
terdapat dua struktur geologi yaitu lipatan dan telah ada sebelumnya, karena itu orientasi
sesar (patahan). tegangan pemampatan maksimum dalam
2.3.1 Lipatan cekungan itu bias tegak lurus pada sumbu
Sejumlah lipatan berarah Barat Laut – lipatannya. Orientasi arah tegangan
Tenggara mempengaruhi batuan berumur pemampatan utama yang berhubungan dengan
Miosen sampai Plio-Plistosen di Lembar ini. pembalikan cekungan Plio-Plistosen terletak
Lipatan-lipatan tersebut berupa Antiklin dan antara Timur Laut – Barat Daya dan Timur –
Sinklin, terbuka dan simetris dengan sayap Barat.
yang miring landai dan sumbu lipatan mendatar 2.3.2 Patahan
sampai membaji landai. Dari data bawah Dari data bawah permukaan terbukti
permukaan terbukti terdapat dua jenis lipatan : bahwa batuan alas pra – Tersier di lembar
Sarolangun dan Muaro Bungo telah
1. Lipatan Penutup/Penyalut, terbentuk
dipengaruhi oleh sesar bongkah yang berarah
diatas bongkah batuan alas yang
Barat Laut – Tenggara dan Timur Laut – Barat
terangkat pada waktu pembalikan
Daya. Bahwa sesar-sesar tersebut mempunyai
cekungan. Pelipatan jenis ini
pergeseran vertikal yang besar, serta aktif pada
digambarkan oleh bagian dalam (inti)
awal Tersier digambarkan oleh perubahan
Formasi Air Benakat dan Muara Enim
nyata ketebalan sedimen Eosen sampai
yang terlipat dan terletak diatas
Oligosen seperti terbukti dari penyelidikan
tinggian gaya berat yang mencolok
bawah permukaan. Walaupun persesaran
(mencerminkan batuan alas dangkal) di
berperan penting dalam pembentukan
tepi barat Lembar, dan oleh struktur
cekungan sedimen Tersier, namun hanya
perangkap minyak Sengeti dan Sago.
sedikit sesar-sesar yang tersingkap dan pada
2. Lipatan lepas, terbentuk oleh sesar
umumnya mereka itu sesuai dengan arah utama
sungkup terhadap sesar sudu yang
Timur Laut-Barat Daya dan Barat Laut –
mengakar ke bawah sampai
Tenggara batuan alasnya. Walaupun sesar
penglepasan sub-horisontal. Lipatan-
semacam itu tersebar luas, namun hanya
lipatan ini berpuncak banyak dan
menunjukkan pergeseran kecil dan sedikit
umumnya tak setangkup, serta
mempengaruhi batuan Tersier.
tersesarkan pada sisi curam. Walaupun
Sebuah sesar dalam batuan tersier
lipatan jenis ini jarang ditemui di
berarah Timur-Barat mempunyai pergeseran
Lembar Jambi, namun perangkap
dextral. Kelurusan-kelurusan yang ditafsirkan
minyak lipatan antiklinal jenis ini.
dari citra SAR terdapat di seluruh Lembar dan
Kedua jenis lipatan tersebut
menunjukkan tiga arah yang jelas ; Timur –
berhubungan erat dengan pemampatan
Tenggara – Barat Laut, Barat Laut – Tenggara
dan Timur Laut – Barat Daya. Walaupun sifat Antiklinorium – antiklinorium ini berimpitan
yang tepat kelurusan-kelurusan tersebut tidak dengan relief batuan dasar Pra-Tersier yang
diketahui, mereka diduga merupakan sesar- merupakan bongkah-bongkah patahan (graben-
sesar atau kekar-kekar di dalam sedimen graben) yang terangkatkan yang juga
Tersier dan Kuarter. merupakan jalur paleotopografi tinggi.Antiklin
Kelurusan berarah Utara – Selatan di hanya terdapat dalam antiklinorium, sedangkan
sepanjang pantai timur yang ditafsirkan dari dalam daerah tektonik rendah pelipatan sangat
foto udara, tidak tampak dalam citra SAR, lemah.Pada antiklinorium Pendopo – Benakat
karena keberadaannya masih diragukan. dan Muara Enim struktur lipatan ini dipotong-
Menurut Holder (1990), sesar – sesar yang potong oleh sesar normal menjadi graben-
bararah Barat Laut – Tenggara dan Timur Laut graben. Pada daerah penelitian terdapat
– Barat Daya merupakan sesar diagonal dengan morfologi yang cukup stabil yaitu perbukitan
kombinasi pergeseran renggut dan turun bergelombang lemah sampai sedang
sebagai pasangan yang berhubungan, sebagai diperkirakan sedikit mengalami gangguan
akibat pemampatan yang berarah Utara – tektonik dimana terdapat singkapan batuan
Selatan selama Tektonika pra-sampai awal yang tidak terlalu curam kemiringannya pada
Tersier. Sesar-sesar tersebut seumur dengan daerah penyelidikan, dimana keadaan umum
sesar Sumatera dan terbentuk dalam bentuk seperti ini sedikit ditemukannya patahan
bidang tegangan yang sama. Kenyataan bahwa (sesar).
sesar-sesar tersebut mempengaruhi batuan
berumur Tersier dan Kuarter serta bukti
pembalikan cekungan yang tercermin oleh
pelipatan urutan cekungan, menunjukkan
bahwa sesar-sesar yang sama tersebut telah
diaktifkan dengan cara pemampatan yang
mencerminkan adanya rotasi besar terhadap
bidang tegangan pemampatan pada saat itu.
Perpindahan tempat, kalu ada yang melintang
pada kelurusan Timur – Tenggara Barat – Barat
Laut seperti terlihat pada citra SAR, tidak
terlihat dan hubungannya dengan tektonika
daerah ini masih tidak jelas. Di daerah
Sumatera Selatan terdapat 3 antiklinorium
utama, dari selatan ke utara terdiri dari : Sumber : PT.Energi Dua Rajawali
1. Antiklinorium Muara Enim Gambar 2.3.
2. Antiklinorium Pendopo – Benakat Peta Geologi Daerah Penelitian

3. Antiklinorium Palembang
Pada lokasi eksplorasi Batubara PT.Energi Dua sawit milik masyarakat setempat. Jenis fauna
Rajawali ditemukan beberapa singkapan yang dijumpai adalah ular, biawak, babi hutan,
Batubara salah satunnya yang ditujukan oleh kera, serta berbagai jenis burung.
Gambar 2.4. Singkapan tersebut berada pada
Mayoritas penduduk Kecamatan
koordinat (E 0263334 ; N 9774458). Berwarna
Mandiangin merupakan suku Melayu, suku
hitam kecoklatan, kilap kusam-mengkilap,
Jambi, dan suku Jawa. Bahasa yang digunakan
keras, segar Kedudukan lapisan batubara
sehari-hari adalah bahasa daerah dan bahasa
adalah N 33° E/6° W, tersingkap di dasar
Indonesia. Penghasilan penduduk setempat
sungai.
umumnya petani, berdagang, sebagian pegawai
pemerintahan. Umumnya tingkat kehidupan
masyarakat setempat masih pada tahap
prasejahtera sampai menengah. Sarana
kesehatan berupa Puskesmas satu unit yang
terdapat kota kecamatan. Sarana pendidikan
untuk tingkat sekolah dasar sudah ada di setiap
desa, sedangkan SLTP/SLTA hanya terdapat di
Kecamatan Mandiangin.

Sumber : PT.Energi Dua Rajawali 2.5 Gambaran umum Kegiatan Eksplorasi


Gambar 2.4. Singkapan Batubara di Wilayah di PT.Energi Dua Rajawali
IUP PT.Energi Dua Rajawali. Pada tahap administratif pekerjaan
eksplorasi yang dilaksanakan yaitu formalitas
2.4 Keadaan Lingkungan
pelaksanaan perizinan berdasarkan ketentuan
Desa Kecamatan Mandiangin
yang berlaku untuk pelaksanaan eksplorasi
mempunyai iklim tropis dengan dua musim
batubara di wilayah Kecamatan Mandiangin,
dalam satu tahun yaitu musim hujan dan musim
Kabupaten Sarolangun, Provinisi Jambi.
kemarau.Umumnya musim hujan dari bulan
Pada tahap persiapan teknis, yang
September sampai dengan bulan April, musim
dilaksanakan yaitu berkaitan dengan kegiatan
kemarau terjadi pada bulan Mei sampai dengan
eksplorasi batubara, meliputi untuk pekerjan
Agustus setiap tahunnya.Suhu rata-rata harian
pemetaan geologi, pemboran inti, penyelidikan
sekitar 32o C.
hidrogeologi, penyelidikan geologi teknik, dan
Jenis flora yang masih tersisa di daerah
analisa conto batuan dan batubara.
eksplorasi adalah pohon karet, cempedak,
pisang, durian, rambutan, nangka duku,
2.5.1 Penyelidikan Lapangan
manggis, perkebunan kelapa sawit, dan perdu
Kegiatan eksplorasi di daerah Desa
liar. Lahan di daerah penyelidikan sebagian
Gurun Tuo, Kecamatan Mandiangin,
besar merupakan perkebunan karet dan kelapa
Kabupaten Sarolangun, Provinisi Jambi terdiri 2.5.3 Pemboran
dari pemetaan geologi, pempemboran inti, Pemboran di dalam wilayah seluas
penyelidikan hidrogeologi, dan penyelidikan 1.188 ha, di rencanakan sebanyak 24 lubang,
geologi teknik. dengan kedalaman rata-rata ± 76m, jarak antar
titik bor 400 m, dengan total kedalaman 800
2.5.2 Pemetaan Geologi meter.
Pemetaan geologi ini dimaksudkan
Pekerjaan ini dilakukan untuk
untuk mengetahui kondisi geologi daerah
mendapatkan conto batubara yang paling fresh
penyelidikan, meliputi kondisi endapan
dari berbagai pengaruh luar (kualitas
batubara serta ketebalan batubara dari
sesungguhnya), ketebalan sesungguhnya, serta
singkapan yang dijumpai, data yang didapat
untuk mengetahui jenis lapisan penutup
untuk korelasi lapisan batubara dan untuk
beserta karakteristik fisik, ketebalan lapisan
mengetahui besarnya sumberdaya batubara.
tanah penutup, data ini dipergunakan untuk
Pada pekerjaan ini peta dasar yang dipakai
menaikkan status sumberdaya batubara secara
adalah peta topografi skala 1 : 50.000.
lebih akurat dan untuk menurunkan tingkat
Kegiatan pemetaan geologi kesalahan dalam perhitungan sumberdaya
diprioritaskan pada formasi pembawa batubara batubara sesuai dengan ketentuan menurut
yang tampak di permukaan. Adapun sasaran SNI , disamping untuk mengetahui parameter
utamanya adalah singkapan batubara dengan geoteknik dengan jalan mengambil conto
menggunakan metode lintasan sungai. Apabila lapisan tanah secara undisturbed sampling
pada suatu sungai ditemukan beberapa memakai Shelby tube.
singkapan batubara dan diketahui jurus
Pemboran inti memakai bor mesin
kemiringannya maka dilakukan perhitungan
putar type " JACRO 200 " yang mampu
ketebalan dengan metode lintasan dan pita
mencapai kedalaman >150m secara tegak
ukur. Koordinat singkapan batubara ditentukan
lurus, untuk tabung penginti (core barrel)
dengan GPS (global positioning system)
digunakan "Inner tube core barrel",dengan
Garmin tipe 60CSx.
ukuran standar NQ size.
Selain itu juga dilakukan pengambilan
Langkah kerja yang dilakukan pada
conto batubara untuk analisa laboratorium.
pemboran ini adalah sebagai berikut :
Conto batubara yang berasal dari singkapan
diusahakan mengambil bagian yang masih 1. Merencanakan titik bor, berdasarkan
baik, dengan cara membuang bagian luar yang hasil analisis dan rekonstruksi data
mungkin telah mengalami pelapukan atau geologi yang diperoleh sebelumnya.
terkontaminasi dan sedapat mungkin conto 2. Menentukan perkiraan kedalaman
tersebut mewakili lapisan batubara yang akan maksimal pemboran dan
kita analisa. memperkirakan kedalaman batubara
sasaran berdasarkan hasil analisis data 1. Identifikasi lapisan batubara yang
geologi (singkapan batubara, data meliputi kedalaman dan ketebalan
lapisan batubara, adanya parting dan
lubang bor) yang diperoleh variasi kualitas dalam lapisan
sebelumnya. batubara.
2. Kedalaman dan ketebalan lapisan
3. Mendeskripsi conto batuan dari cutting
batuan pengapit (roof, floor, parting
dan core hasil dari coring. dan interburden).
4. Mengambil conto batuabara untuk 3. Kenampakan geologi seperti sesar,
kekar, washout, lapisan batupasir yang
analisis kualitas dengan metode lapisan
tebal dan intrusi batuan beku.
demi lapisan (ply by ply). 4. Karakteristik hidrogeologi dan
5. Pembuatan log bor dengan skala 1 : geoteknik.
Jenis-jenis logging geofisika yang umum
100. digunakan pada eksplorasi batubara
adalah log sinar gamma (natural gamma
Pada pekerjaan ini menggunakan 2
ray), log densitas (bulk density), log
(dua) unit alat bor Power Rig dengan neutron (neutron density), log tahanan jenis
perlengkapannya, serta 1 (satu) orang (electrical resistivity) dan menggunakan
log induksi atau laterelog (Chironis, 1982
geologist, 2 (dua) operator bor, 6 (enam) kru dalam Merrit, 1986).
bor, dan 2 (dua) orang humas. Waktu yang
diperlukan untuk pengerjaan ini direncanakan
selama 3 (tiga) bulan. Berikut adalah foto
kegiatan pengeboran :

Sumber : Dokumentasi Penulis


Gambar 2.7 Kegiatan Pengeboran.

2.5.4 Geophysic Wellogging


Sumber : http://www.geologinesia.com
Metode logging
geofisika merupakan pengukuran variasi Gambar 2.8 Jenis log geofisika.
kedalaman sifat fisik batuan sekitar dengan 2.5.5 Analisis Kimia
menggunakan alat pengukuran geofisika
(sonde) pada lubang bor. Logging Analisa kimia dilakukan untuk dapat
geofisika dapat memberikan informasi mengetahui kualitas batubara, dimana dalam
geologi yang dibutuhkan dalam eksplorasi
batubara, antara lain adalah :
pelaksanaannya terdiri dari analisa proksimat - evaluasi terhadap hasil analisa batuan
dan analisa ultimat. (jenis batuan).

Dalam analisa proksimat dapat Dari hasil evaluasi tersebut di atas,

menghasilkan informasi mengenai kandungan kemudian dipersiapkan format data teknis

zat terbang, air tertambat, kadar abu, dan geologi praktis, berupa format-format table

karbon padat yang pengerjaannya dilaksanakan conto batuan dan batubara, table perhitungan

dengan dasar kering udara. Kandungan air total kuantitas potensi batubara tereka, tertunjuk dan

dan air bebas ditentukan dengan dasar kondisi terukur, tabel hasil analisis laboratorium, serta

conto diterima atau yang disebut dengan istilah hasil analisa kondisi lapangan singkapan batuan

as receive. Analisa ultimat dilakukan untuk dan batubara (foto morfologi lapangan, foto

dapat mengetahui komposisi unsur yang singkapan batuan dan batubara, foto inti bor

bertindak sebagai penyusun batubara. batuan dan batubara, foto peralatan yang

Disamping kedua analisa tersebut, juga diterapkan untuk pekerjaan penyelidikan

dilakukan analisa untuk dapat mengetahui nilai batubara.

panas dan berat jenis batubara.


Hasil evaluasi tersebut di atas
kemudian dikemas secara sistematik dan praktis
2.5.5 Pengolahan Data
sebagai penunjang untuk menyusun pembuatan
Tahap pengolahan data hasil pekerjaan
laporan hasil eksplorasi, dimana berisi seluruh
penyelidikan batubara di daerah Desa Gurun
kegiatan yang telah dilakukan, laporan ini
Tua, Kecamatan Mandiangin, Kabupaten
menjadi acuan bagi Tim Studi Kelayakan serta
Sarolangun, Provinsi Jambi, meliputi :
Tim AMDAL.
- evaluasi kondisi fisik lapangan
terhadap data jenis litologi batuan, 2.6 Pentingnya Penaksiran Sumberdaya
stratigrafi, struktur primer dan struktur Bahan Galian
sekunder pelapisan batuan dan Penaksiran sumberdaya pada bahan galian
batubara. suatu perusahaan pertambangan sangat penting
- evaluasi posisi dan kondisi singkapan karena dalam suatu pertambangan jumlah
batuan dan batubara yang berkaitan sumberdaya berperan dalam menentukan
dengan kemungkinan jumlah besaran pendapatan dalam kegiatan pertambangan.
kuantitas dan kualitas potensi Dalam pembuatan Kelurahanin tambang juga
sumberdaya bahan galian batubara membutuhkan jumlah cadangan untuk
(sifat fisik, kondisi struktur, kondisi menentukan umur tambang dan kemajuan
ketebalan batubara). tambang suatu perusahaan.
- evaluasi terhadap hasil analisa
laboratorium batubara (proksimat,
ultimat, nilai kalori batubara).
BAB III kuantitas dan kualitasnya diperoleh
DASAR TEORI berdasarkan perkiraan pada tahap
Survey Tinjau.
2. Sumberdaya Mineral Tereka (Inferred
Mineral Resource) adalah Sumberdaya
Maksud dari estimasi sumberdaya
Mineral yang kuantitas dan kualitasnya
adalah untuk mengestimasi tonase
diperoleh berdasarkan hasil tahap
sumberdaya dari suatu endapan bahan
Prospeksi.
galian. Untuk mengestimasi sumberdaya
3. Sumberdaya Mineral Terunjuk
dapat dilakukan dengan menggunakan
(Indicated Mineral Resource) adalah
berbagai macam metode. Salah satu metode
Sumberdaya Mineral yang kuantitas
untuk estimasi sumberdaya adalah metode
dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
Cross Section.
hasil tahap Eksplorasi Umum.
3.1. Klasifikasi Sumberdaya Mineral 4. Sumberdaya Mineral Terukur
Berdasarkan SNI 13-4726-1998 dan (Measured Mineral Resource) adalah
amandemennya 13-4726-1998/Amd Sumber Daya Mineral yang kuantitas
1:1999 klasifikasi Sumber Daya Mineral dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
dan Cadangan Badan Standarisasi hasil tahap Eksplorasi Rinci.
Nasional-BSN adalah sebagai berikut : 5. Sumberdaya Mineral Pra Kelayakan
a. Sumber Daya Mineral (Mineral (Prefeasibility Mineral Resource)
Resources) adalah Sumberdaya Mineral yang
Adalah endapan mineral yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari
diharapkan dapat dimanfaatkan secara hasil Studi Pra Kelayakan yang
nyata. Sumberdaya mineral dengan biasanya dilaksanakan di daerah
keyakinan geologi tertentu dapat berubah Eksplorasi Rinci dan Eksplorasi
menjadi cadangan setelah dilakukan Umum.
pengkajian kelayakan tambang dan 6. Sumberdaya Mineral Kelayakan
memenuhi kriteria layak tambang. (Feasibility Mineral Resource) adalah
Sumber Daya Mineral terbagi atas beberapa Sumberdaya Mineral yang dinyatakan
macam, antara lain : berpotensi ekonomis dari hasil Studi
1. Sumberdaya Mineral Hipotetik Kelayakan atau suatu kegiatan
(Hypothetical Mineral Resources) penambangan yang sebelumnya yang
adalah Sumberdaya Mineral yang biasanya dilaksanakan di daerah
Eksplorasi Rinci.
b. Cadangan ( Reserve ) tinjau, prospeksi, eksplorasi umum dan
Adalah endapan mineral yang telah eksplorasi rinci. Berikut bagan kriteria dan
diketahui ukuran, bentuk, sebaran, klasifikasi sumberdaya mineral dan
kuantitas dan kualitasnya dan yang secara cadangan :
ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan
sosial dapat ditambang pada saat
perhitungan dilakukan.
Cadangan Mineral dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Cadangan Terkira (Probable Reserve)
Adalah sumber daya mineral terunjuk
dan sebagian sumber daya mineral terukur
yang tingkat keyakinan geologinya masih
lebih rendah, yang berdasarkan studi
kelayakan tambang semua faktor yang
terkait telah terpenuhi, sehingga Sumber : SNI 13-4726-1998 dan amandemennya 13-
penambangan dapat dilakukan secara 4726-1998/Amd 1:1999

ekonomik. Gambar 3.1 Kriteria dan Klasifikasi

2. Cadangan Terbukti (Proved Reserve) Sumberdaya Mineral dan Cadangan.

Adalah sumber daya mineral terukur


Kategori ekonomis :
yang berdasarkan studi kelayakan tambang
1 = ekonomis
semua faktor yang terkait telah terpenuhi,
1-2 = ekonomis ke berpotensi ekonomis
sehingga penambangan dapat dilakukan
2 = berpotensi ekonomis
secara ekonomis.
? = tidak ditentukan
3.2. Kriteria Sumberdaya Mineral
Kelayakan didasarkan pada kajian
Klasifikasi Sumberdaya Mineral
faktor-faktor ekonomi, pemasaran,
adalah suatu proses pengumpulan,
penambangan, pengolahan, lingkungan,
penyaringan serta pengolahan data dan
sosial, hukum atau perundang-undangan
informasi dari suatu endapan mineral untuk
dan kebijaksanaan pemerintah.
memperoleh gambaran yang ringkas
Angka-angka Cadangan / Sumber
mengenai endapan itu berdasarkan kriteria :
Daya terdiri dari 3 digit.
keyakinan geologi dan kelayakan tambang.
berdasarkan fungsi 3 sumbu, yaitu : E, F
Kriteria keyakinan geologi didasarkan pada
dan G, dimana;
tahap eksplorasi yang meliputi survai
E = Sumbu Ekonomis (Economic Axis) Angka 3 menyatakan Prospeksi
untuk Economic Viability (Prospecting)
F = Sumbu Kelayakan (Feasibility Axis) Angka 4 menyatakan Survai Tinjau
untuk Feasibility Assessment (Reconnaissance)
G = Sumbu Geologi (Geological Axis)
3.3. Tahapan Eksplorasi
untuk Geological Study
Tahap eksplorasi (Exploration Stages)
Digit pertama tentang Sumbu
adalah urutan penyelidikan geologi yang
Ekonomis (Economic Axis) terdiri dari 3
umumnya dilaksanakan melalui 4 tahap
angka, yaitu :
sebagai berikut : Survey Tinjau, Prospeksi,
Angka 1 menyatakan Ekonomis
Eksplorasi Umum dan Eksplorasi Rinci.
(Economic)
Tujuan penyelidikan geologi ini adalah
Angka 2 menyatakan Berpotensi Ekonomis
untuk mengidentifikasi pemineralan
(Potentially Economic)
(mineralization), menentukan ukuran,
Angka 3 menyatakan Berintrinsik
bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas dari
Ekonomis (dari Ekonomis ke Berpotensi
pada suatu endapan mineral untuk
Ekonomis)
kemudian dapat dilakukan analisa/kajian
Digit kedua tentang Sumbu
kemungkinan dilakukannya investasi.
Kelayakan (Feasibility Axis) terdiri dari 3
Berikut penjelasan Tahapan Eksplorasi:
angka, yaitu :
1. Survey Tinjau (Reconnaissance)
Angka 1 menyatakan Studi Kelayakan
Adalah tahap eksplorasi untuk
(Feasibility Study) dan atau Laporan
mengidentifikasi daerah-daerah yang
Penambangan (Mining Report)
berpotensi bagi keterdapatan mineral pada
Angka 2 menyatakan Studi Pra Kelayakan
skala regional terutama berdasarkan hasil
(Prefeasibility Study)
studi geologi regional, di antaranya
Angka 3 menyatakan Studi Geologi
pemetaan geologi regional, pemotretan
(Geological Study)
udara dan metoda tidak langsung lainnya,
Digit ketiga tentang Sumbu Geologi
dan inspeksi lapangan pendahuluan yang
(Geological Study) terdiri dari 4 angka,
penarikan kesimpulannya berdasarkan
yaitu :
ekstrapolasi.
Angka 1 menyatakan Eksplorasi Rinci
Tujuannya adalah untuk
(Detailed Exploration)
mengidentifikasi daerah-daerah anomali
Angka 2 menyatakan Eksplorasi Umum
atau mineralisasi yang prospektif untuk
(General Exploration)
diselidiki lebih lanjut. Perkiraan kuantitas
sebaiknya hanya dilakukan apabila datanya berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan
cukup tersedia atau ada kemiripan dengan awal mengenai ukuran, bentuk, sebaran,
endapan lain yang mempunyai kondisi kuantitas dan kualitasnya. Tingkat
geologi yang sama. ketelitian sebaiknya dapat digunakan untuk
2. Prospeksi (Prospecting) menentukan apakah studi kelayakan
Adalah tahap eksplorasi dengan jalan tambang dan eksplorasi rinci diperlukan.
mempersempit daerah yang mengandung 4. Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)
endapan mineral yang potensial. Metode Adalah tahap eksplorasi untuk
yang digunakan adalah pemetaan geologi mendeliniasi secara rinci dalam 3-
untuk mengidentifikasi singkapan, dan dimensi terhadap endapan mineral yang
metode yang tidak langsung seperti studi telah diketahui dari pencontohan
geokimia dan geofisika. Paritan yang singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan
terbatas, pemboran dan pencontohan terowongan. Jarak pencontohan sedemikian
mungkin juga dilaksanakan. rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran ,
Tujuannya adalah untuk kuantitas dan kualitas dan ciri-ciri yang lain
mengidentifikasi suatu endapan mineral dari endapan mineral tersebut dapat
yang akan menjadi target eksplorasi ditentukan dengan tingkat ketelitian yang
selanjutnya. Estimasi kuantitas dihitung tinggi. Uji pengolahan dari pencontohan
berdasarkan interpretasi data geologi, ruah (bulk sampling) mungkin diperlukan.
geokimia dan geofisika.
3.4. Metode Cross Section
3. Eksplorasi Umum (General
Perhitungan yang dilakukan untung
Exploration)
menghitung potensi Sumberdaya Batubara
Adalah tahap eksplorasi yang
di PT. Energi Dua Rajawali menggunakan
merupakan deliniasi awal dari suatu
Metode Cross Section. Metode Cross
endapan yang teridentifikasi. Metode yang
Section dipilih karena metode ini
digunakan termasuk pemetaan geologi,
sederhana, aplikasi perhitungannya mudah
pencontohan dengan jarak yang lebar,
dan cepat, mudah digambar, dimengerti dan
membuat paritan dan pemboran untuk
dikoreksi. Selain itu metode Cross Section
evaluasi pendahuluan kuantitas dan kualitas
cocok digunakan pada Sumberdaya yang
dari suatu endapan. Interpolasi bisa
bersifat homogen seperti Batubara.
dilakukan secara terbatas berdasarkan
Metode ini adalah salah satu metode
metoda penyeledikan tak langsung.
perhitungan Sumberdaya secara
Tujuannya adalah untuk menentukan
konvensional. Pada masing-masing
gambaran geologi suatu endapan mineral
penampang akan diperoleh (diketahui) luas interpretasi daerah pengaruh dibagi
bahan galian Batubara. Menurut Spero menjadi tiga yaitu:
Carras, pengggunaan metode Cross Section 1. Interpretasi natural
didasarkan atas kondisi batuan yang Interpretasi ini dilakukan terhadap
memiliki homogenitas yang tinggi serta kriteria geologi, teknologi dan ekonomi
termasuk dalam kategori simple geometry. terhadap sesar vertikal yang terletak di
Pada grafik klasifikasi yang di buat oleh antara dua lubang bor dengan ketebalannya
Carras, menunjukkan bahwa apabila masing-masing. Interpretasi yang
batuan termasuk dalam kategori yang dilakukan terhadap blok tersebut adalah
memiliki homogenitas yang tinggi maka menganggap bahwa masing-masing
dengan perhitungan yang sederhana pun ketebalan akan sama sampai pada sesar
dapat menghasilkan keakurasian vertikal tersebut.
perhitungan yang cukup baik. 2. Interpretasi empirik
Interpretasi empirik mengacu pada
hasil-hasil penelitian atau pengamatan
sebelumnya dan dianggap sama dengan
lokasi yang sedang diteliti.
3. Interpretasi analitis
Interpretasi ini dilakukan dengan dua
pedoman yaitu:
a. Pedoman perubahan bertahap (rule of
gradual change).
Pedoman ini merupakan pedoman
yang digunakan untuk menentukan batas-
batas daerah pengaruh dalam penentuan
luas penampang dengan cara
Sumber : Spero Carras, 1984. menghubungkan titik terluar dari tiap
Gambar 3.2 penampang seperti yang dijelaskan pada
A Generalised Orebody Classification Gambar 3.3.
Pedoman ini dapat diterapkan pada
Interpretasi daerah pengaruh. metode cross section, karena dalam
Interpretasi daerah pengaruh erat kaitannya perhitungannya lebar daerah pengaruh
dalam penentuan batas-batas daerah penampang tidak selalu dibuat dengan
pengaruh. Berdasarkan obyeknya, ukuran yang tetap.
penampang yang sama panjang ke setengah
jarak untuk menyambung penampang
seperti yang dijelaskan pada Gambar 3.4.

Sumber : Spero Carras, 1984.

Gambar 3.3
Metode Cross Section dengan Pedoman
Sumber : Spero Carras, 1984.
Rule of Gradual Changes
Gambar 3.4.
Keterangan :
Metode Cross Section dengan Pedoman
P1= Penampang pertama permukaan atas
Rule of Nearest Point
P1ˈ= Penampang pertama permukaan
bawah Keterangan :
P2= Penampang kedua permukaan atas P = Penampang
P2ˈ= Penampang kedua permukaan bawah L = Jarak antar penampang
L= Jarak antar penampang
Volume Batubara dapat diketahui
Menurut Wood, dkk (1983) persamaan dengan mengalikan luas terhadap jarak
perhitungan cadangan dapat dilihat pada pengaruh penampang tersebut. Perhitungan
rumus berikut: volume tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus Mean Area atau
Tonase batubara = A × B × C
rumus Frustum.
.............................................................(3.1)
3.4.1. Perhitungan Volume
Keterangan: Perhitungan volume dapat dilakukan
A = ketebalan rata-rata batubara (m) dengan rumus Daerah Rata-rata (Mean
B = berat jenis batubara (ton/m3) Area) dan rumus Kerucut Terpancung
C = luas daerah terhitung (m2) (Frustum).
1) Rumus Daerah Rata-rata (Mean Area)
b. Pedoman titik terdekat (rule of nearest
Rumus Daerah Rata-rata (Mean Area)
point)
adalah rumus yang digunakan untuk
Pada pedoman rule of Nearest
menghitung volume dari suatu endapan.
Point, setiap blok ditegaskan oleh sebuah
Rumus Mean Area juga merupakan rumus 2) Rumus Kerucut Terpancung (Frustum)
yang sangat sederhana untuk perhitungan Rumus Kerucut Terpancung (Frustum)
volume yang terletak diantara dua buah adalah rumus yang digunakan untuk
penampang yang sejajar. Rumus ini menghitung volume dari suatu endapan.
digunakan apabila terdapat dua penampang Rumus ini digunakan apabila terdapat dua
dengan luas S1 dan S2 dengan jarak L (Lihat penampang dengan luas S1 dan S2 dengan
Gambar 3.5) dengan ketentuan luas S1 ≥ ½ jarak L (Lihat Gambar 3.6) dengan dengan
S2. ketentuan luas S1 < ½ S2.
Persamaan untuk menghitung volume Persamaan untuk menghitung volume
menggunakan rumus Mean Area adalah menggunakan rumus Frustum adalah
sebagai berikut: sebagai berikut:

Sumber : Spero Carras, 1984. Sumber : Spero Carras, 1984.

Gambar 3.5 Gambar 3.6


Sketsa Perhitungan Rumus Mean Area Sketsa Perhitungan Rumus Frustum

Vol = 𝑉𝑜𝑙 =
(S1 +𝑆2 ) 𝑆1 +𝑆2 +√𝑆1 ×𝑆2
𝐿𝑥 ……………………..(3.2) 𝐿 ………….………(3.3)
2 3

Keterangan : Keterangan :
3
Vol : Volume Batubara (m ) Vol : Volume Batubara (m3)
S1 dan S2 : Luas penampang (m2) S1 dan S2 : Luas penampang (m2)
L : Jarak antar penampang (m) L : Jarak antar penampang (m)
3.5. Kesalahan Absolut dan Relatif Et = eksak –
Kesalahan numerik timbul dari perkiraan………………………….(3.4)
penggunaan aproksimasi untuk
Keterangan :
menyatakan operasi dan besaran
Et = nilai kesalahannya (true error)
matematika yang pasti. Ini meliputi
Kelemahan definisi ini adalah
kesalahan pemotongan (truncation error)
tingkat besaran nilai yang diperhitungkan
yang dihasilkan sewaktu aproksimaksi
sama sekali tidak diperhatikan, kesalahan
digunakan untuk menyatakan suatu
ini disebut kesalahan absolut. Sebagai
prosedur matematika eksak, dan kesalahan
contoh, kesalahan satu sentimeter pada
pembulatan (round-of error), yang
pengukuran paku sangat terasa dibanding
dihasilkan bila angka-angka aproksimasi
dengan kesalahan satu centimeter pada
dipakai untuk menyatakan angka-angka
pengukuran jembatan. Untuk menunjukan
pasti. Untuk kedua jenis tersebut, hubungan
tingkat kesalahan yang lebih baik adalah
antara hasil eksak atau sebnarnya, dan
dalam bentuk Kesalahan relatif, yaitu
aproksimasi dapat dirumuskan sebagai :
dengan membandingkan kesalahan yang
Harga sebenarnya = pendekatan +
terjadi dengan nilai eksak :
kesalahan……………………………(3.4)
t = Et /
Pengaturan kembali persamaan (3.4), eksak………………………………..(3.5)
dapat diketahui bahwa kesalahan numerik dalam bentuk persen :
adalah setara terhadap ketidakcocokan Et
t = x
antara yang sebenarnya dan aproksimasi eksak

sebagai: 100%....................................................(3.6)
Et = harga sebenarnya – aproksimasi Dalam persamaan diatas nilai
……………….………………………(3.5) kesalahan dibandingkan terhadap nilai
eksak, semetara nilai eksak tidak ada dalam
Dimana Et dipakai untuk menyatakan harga
perhitungan numerik, oleh karena itu
pasti dari kesalahan. Subskrip t dimasukkan
kesalahan dinyatakan berdasarkan nilai
untuk menandai bahwa ia adalah kesalahan
perkiraan (approximate value) terbaik,
“sebernarnya”. Hal ini bertentangan dengan
sehingga kesalahannya :
kasus lainnya sebagaimana telah dijelaskan
Et
secara singkat a = x
perkiraan
Hubungan antara nilai eksak, nilai 100%....................................................(3.7)
perkiraan dan kesalahannya dirumuskan
sebagai berikut :
Dalam penggunaan metode Estimasi sumberdaya Batubara pada
numerik seringkali memakai pendekatan daerah penelitian, dibatasi sampai
secara iterasi. Dalam pendekatan demikian, menemukan titik buttom seam Batubara
suatu perkiraan sekarang dibuat dengan elevasi terendah 33 m di bawah
berdasarkan perkiraan sebelumnya, permukaan air laut yang berdasarkan pada
sehingga perhitungan kesalahannya ketinggian muka air tanah, dengan tebal
berdasarkan selisih antara perkiraan lapisan tanah penutup rata-rata sekitar 83
sekarang dengan perkiraan sebelumnya, meter.
dan kesalahan relatif :
4.1. Keadaan Topografi
p n 1  p n
a = x 100 Daerah penelitian terletak di Desa
p n 1
Gurun Tua , Kecamatan Mandiangin.
%..........................................................(3.8)
Kontur terendah daerah penelitian berada
Keterangan :
pada ketinggian 45 mdpl dan kontur
pn+1 = nilai perkiraan pada iterasi ke n+1
tertinggi daerah penelitian berada pada
(sekarang)
ketinggian 74 mdpl. Daerah penelitian yang
n
p = nilai perkiraan pada iterasi ke n
digambarkan melalui peta topografi dengan
(sebelumnya).
kontur interval 2 m (Lampiran A). Desa
BAB IV Gurun Tua , Kecamatan Mandiangin
HASIL PENELITIAN merupakan daerah dengan kontur
bergelombang apabila dilihat dari kondisi
lapangannya.
Pengamatan yang dilakukan
Metode estimasi sumberdaya yang
secara visual dilapangan menunjukkan
digunakan untuk menghitung potensi
bahwa, deposit Batubara yang
sumberdaya Batubara di PT.Energi Dua
tersingkap di Desa Gurun Tua
Rajawali adalah Metode Cross Section
menunjukkan berwarna hitam kecoklatan,
dengan pedoman Rule of gradual changes.
keras, kilap kusam, gores coklat kehitaman,
Pemilihan metode tersebut didasarkan atas
masif, cleach jarang, mengandung pengotor
sifat Batubara yang bersifat homogen,
berupa damar dan pirit, dengan ketebalan
perhitungan yang sederhana dan mudah
deposit bahan galian tersebut cukup
dimengerti. Metode Cross Section dipilih
merata.
dengan mempertimbangkan bahan galian
yang akan diteliti.
4.2. Penampang Daerah Penelitian ataupun rumus Frustum serta dibuat
Pembuatan sayatan dilakukan dengan dalam bentuk tabel.
memotong topografi searah garis Strike d. Tonase didapatkan dengan cara
kearah Barat Daya -Timur Laut seluas mengalikan volume yang telah di dapat
batasan daerah penelitian, dengan demikian dikalikan dengan densitas Batu Batubara
akan didapat gambar penampang yang sebesar 1.3 Ton/m3 untuk perhitungan
menunjukkan kedalaman dari endapan. secara detil dapat dilihat pada
Berdasar data yang telah didapat, maka Lampiran D.
akan didapat pula luas dari masing-masing Hasil estimasi Sumberdaya dengan metode
penampang dengan menggunakan software Cross Section dengan menggunakan
Autocad. Volume Batubara didapatkan Software AutoCad dapat di lihat pada tabel
dengan menggunakan pendekatan rumus Tabel 4.1.
Mean Area. Hasil perhitungan volume
4.3. Hasil Perhitungan
Batubara dapat dilihat pada Tabel 4.1 Perhitungan yang digunakan untuk
Adapun langkah - langkah yang dilakukan menghitung volume Sumberdaya Batubara
adalah sebagai berikut : pada daerah penelitian menggunakan
a. Membuat sayatan pada peta topografi metode Cross Section dengan pedoman
daerah penelitian dengan jarak antara
Rule of Gradual Change. Penggunaan
sayatan 285 meter sesuai dengan metode dan pedoman tersebut dikarenakan
keadaan geologi yang diasumsikan dapat penampang yang digunakan untuk
mewakili daerah sekitarnya. Dalam hal perhitungan mempunyai luas yang relatif
ini dibuat sayatan sebanyak 9 sayatan tidak terlalu berbeda. Perhitungan Tonase
yaitu sayatan A-A’ sampai dengan didapat dari perkalian antara volume dan
sayatan I-I’ ( lihat Peta Sayatan pada berat jenis batuan sebesar 1,3 Ton/m3
Lampiran B ). Berikut tabel hasil perhitungan volume dan
b. Setelah itu menghitung luas dari masing tonase bahan galian Batubara di PT.Energi
- masing penampang dengan Dua Rajawali.
menggunakan Software AutoCad dan
Quicksurf ( lihat penampang sayatan
pada Lampiran C ).
c. Menghitung volume Batu Batubara
secara keseluruhan dengan
menggunakan rumus Mean Area
Tabel 4.1 5.1. Sumberdaya Batubara di PT.
Hasil Perhitungan Volume dan Tonase Energi Dua Rajawali
Sayatan Barat Daya -Timur Laut Dalam penerapan metode perhitungan

Luas
Sumberdaya umumnya tergantung pada
Sayatan Luas Rata-Rata Jarak Volume Densitas Tonase
(m2) keadaan geologi, metode eksplorasi, biaya,
A-A' 13,426.992
15,898.181 285.000 4,530,981.501 1.300 5,890,275.951
B-B' 18,369.370 waktu, tujuan, dan keakurasian atau
B-B' 18,369.370
20,991.790 285.000 5,982,660.107 1.300 7,777,458.139 ketelitian yang diperlukan. Selain itu jenis
C-C' 23,614.210
C-C' 23,614.210 dan bentuk bahan galian yang akan
26,235.004 285.000 7,476,976.026 1.300 9,720,068.834
D-D' 28,855.797
D-D' 28,855.797 dilakukan perhitungan Sumberdaya juga
27,274.063 285.000 7,773,108.069 1.300 10,105,040.490
E-E' 25,692.329
E-E' 25,692.329
turut berpengaruh dalam pemilihan metode
23,089.099 285.000 6,580,393.130 1.300 8,554,511.068
F-F' 20,485.868 perhitungan.
F-F' 20,485.868
17,779.269 285.000 5,067,091.665 1.300 6,587,219.165
G-G' 15,072.670 Dalam penerapan klasifikasi SNI,
G-G' 15,072.670
H-H' 10,059.522
12,566.096 285.000 3,581,337.360 1.300 4,655,738.568 perhitungan Sumberdaya termasuk dalam
H-H' 10,059.522 Sumberdaya Mineral Terukur (Measured
7,194.710 285.000 2,050,492.293 1.300 2,665,639.981
I-I' 4,329.898
55,955,952.196 Mineral Resource) adalah Sumberdaya
Mineral yang kuantitas dan kualitasnya
diperoleh berdasarkan hasil tahap
BAB V
Eksplorasi Rinci.
PEMBAHASAN
Perhitungan Sumberdaya Batubara
dengan cara membuat sayatan yang saling
sejajar satu sama lain. Kemudian
Sumberdaya Bahan Galian Batubara perhitungan luas dilakukan pada bidang
yang berada di PT. Energi Dua Rajawali sayatan yang memiliki arah yang sama pada
memiliki potensi yang cukup besar setiap penampang. Hasil rata-rata luas
sebanyak 55.955.925,196 Ton/m3. Besar antara dua penampang dikalikan dengan
potensi tersebut dapat diketahui volumenya jarak antar penampang maka diperoleh
dengan menggunakan metode Cross volumenya. Untuk mendapatkan Tonase,
Section dengan pedoman Rule of Gradual maka volume dapat dikalikan dengan berat
Change. Dasar pertimbangan pertimbangan jenis Batubara.
metode tersebut salah satunya dikarenakan Penerapan metode Cross Section
mudah untuk dilaksanakan serta Bahan dengan pedoman Rule of Gradual Change
Galian Batubara yang bersifat homogen. dalam perhitungan diawali dari penarikan
garis batas Sumberdaya. Penarikan garis
batas Sumberdaya dengan menerapkan
pedoman Rule of Gradual Change melalui yang didapat, dikarenakan setiap sayatan
batas terluar dari daerah penelitian. harus diwakili beberapa titik lubang bor.
Kemudian ketebalan yang didapatkan dari Arah sayatan pada perhitungan
hasil interpolasi dua nilai ketebalan dari sumberdaya Batubara akan berpengaruh
penampang. Selanjutnya volume terhadap kemudahan dalam perhitungan
Sumberdaya dengan perhitungan tiga sumberdaya dan permodelan nya, arah
dimensi yang berpedoman pada Rule of umum pembuatan sayatan pada bahan
Gradual Change sehingga didapat besar galian batubara dapat mengikuti arah Strike
volume,berikut gambar penampang pada atau arah Dip endapan batubara tersebut,
Gambar 5.1. sayatan searah garis Strike atau Dip dapat
memudahkan dalam melihat bentuk dan
arah kemiringan endapan batubara.
Perhitungan sumberdaya batubara
pada PT.Energi Dua Rajawali dilakukan
dengan metode penampang sayatan,metode
penampang sangat cocok untuk
perhitungan sumberdaya bahan galian yang
bersifat homogen seperti batubara ,luasan
lahan eksplorasi yang digunakan berpusat
pada blok A1 seluas ± 465Ha dengan jarak
antara titik bor dari Barat-timur sejauh
Gambar 5.1 Penampang ABC
400m ,titik bor yang digunakan hanya 16
titik,maka hanya menghasilkan 9 sayatan.
5.2. Pengaruh Jarak Sayatan Terhadap
Sayatan mengikuti arah strike (Barat daya –
Kuantitas dan Arah
Timur laut),lapisan endapan batubara
Jarak antar sayatan dalam perhitungan
mengalami kemiringan searah garis strike
sumberdaya dengan metode Cross Section
kearah Timur laut ,dengan kemiringan Dip
akan sangat berpengaruh terdahap hasil
lapisan batubara mencapai 12o.
perhitungan sumberdaya, semakin rapat
Titik bor yang tidak begitu banyak dan
jarak antara sayatan maka akan
lahan yang cukup luas, maka jarak antara
menghasilkan perhitungan sumberdaya
sayatan pun menjadi jauh,berikut gambar
yang maksimal. Jumlah lubang bor akan
peta sayatan pada Gambar 5.2
berbanding lurus dengan jumlah sayatan
Sumber : PT.Energi Dua Rajawali
Gambar 5.2
-dari hasil perhitungan metode penampang
Peta sayatan dan Titik Bor.
diperoleh jumlah tonase sebesar
Perhitungan sumberdaya dilakukan secara
55.955.952,196 Ton/m3 dengan ketebalan
optimal dengan data yang ada
rata-rata batubara ±10m dan dihitung
dilapangan,berikut hasil perhitungan
berdasarkan luasan area konsesi PT.Energi
sumberdaya batubara dengan densitas
Dua Rajawali
3
sebesar 1,3 Ton/m pada Tabel 5.1
Luas
Sayatan Luas Rata-Rata Jarak Volume Densitas Tonase
(m2) 5.3. Kesalahan Estimasi Perhitungan
A-A' 13,426.992
15,898.181 285.000 4,530,981.501 1.300 5,890,275.951
B-B' 18,369.370 Cadangan
B-B' 18,369.370
20,991.790 285.000 5,982,660.107 1.300 7,777,458.139
C-C' 23,614.210 Perhitungan estimasi Sumberdaya,
C-C' 23,614.210
26,235.004 285.000 7,476,976.026 1.300 9,720,068.834
D-D' 28,855.797 terdapat kesalahan estimasi yang dapat
D-D' 28,855.797
27,274.063 285.000 7,773,108.069 1.300 10,105,040.490 disebabkan oleh beberapa hal seperti :
E-E' 25,692.329
E-E' 25,692.329
F-F' 20,485.868
23,089.099 285.000 6,580,393.130 1.300 8,554,511.068 1. Kesalahan akurasi dan ketinggian pada
F-F' 20,485.868
17,779.269 285.000 5,067,091.665 1.300 6,587,219.165 peta topografi.
G-G' 15,072.670
G-G' 15,072.670 Peta yang digunakan berupa peta kontur
12,566.096 285.000 3,581,337.360 1.300 4,655,738.568
H-H' 10,059.522
H-H' 10,059.522
7,194.710 285.000 2,050,492.293 1.300 2,665,639.981 hasil pencitraan satelit dengan tingkat
I-I' 4,329.898
55,955,952.196 akurasi tertentu,sehingga terlihat
Tabel 5.1 beberapa perbedaan ketika melakukan
Hasil Perhitungan Sumberdaya Batubara pengamatan langsung dilapangan, dan
dapat mempersulit pembuatan BAB VI
permodelan dan penampang karena KESIMPULAN DAN SARAN
ketinggian pada peta dan dilapangan
tidak sama.
2. Kesalahan pembacaan data
Berupa kesalahan manusia dalam 6.1. Kesimpulan
pembacaan data seperti kesalahan Berdasarkan hasil penelitian dan
membaca bentuk singkapan batubara pembahasan yang telah dilakukan untuk
,pembacaan data bor,pembacaan mengetahui besar potensi Sumberdaya
geophysic logging pembacaan koordinat Batubara di PT.Energi Dua Rajawali, Maka
Dll. dapat disimpulkan sebagai berikut:
3. Kesalahan Pengambilan data 1. Hasil perhitungan estimasi
Kesalahan pengambilan data biasanya Sumberdaya Batubara di PT.Energi
terjadi jika pengambilan data tidak Dua Rajawali mendapatkan hasil
sesuai dengan SOP yang sudah optimal dengan jarak sayatan 285
ditentukan seperti pengambilan data bor, m,arah sayatan dari Barat Daya –
geophysic logging Dll. Timur Laut searah Strike, seluas 465
4. Kesalahan perhitungan Ha.
Seringkali terjadi karena Human a. Total volume : 43.043.040,151 m3
eror,pada saat perhitungan b. Total tonase : 55.955.952,196 Ton
sumberdaya,pembulatan angka Dll. 2. Kedalaman rata-rata lapisan tanah
Setiap kesalahan tentu bisa dihindari penutup batubara ±83m dengan
dengan adanya pengetahuan yang memadai ketebalan batubara rata-rata 10m.
dibidangnya,mengetahui dan mematuhi 6.2. Saran
setiap SOP yang ada ,mempersiapkan 1. Menggunakan peta topografi asli hasil
segala hal sebelum bekerja, menjaga dari Total Station sehingga dapat
mempermudah kegiatan dilapangan.
kondisi fisik dan mental agar tetap fokus
2. Pengambilan koordinat untuk titik bor
pada saat bekerja. sebaiknya menggunakan data hasil
pemetaan Total Station.
3. Spasi titik bor tidak terlalu jauh
sehingga hasil perhitungan
.sumberdaya lebih akurat dan
maksimal.

Anda mungkin juga menyukai