Gambar 2.1. Peta Kesampaian Daerah PT. EDR Di Lembar Sarolangun dan Muaro Bungo
urutan sedimen Tersier terdapat di dalam
Cekungan Sumatera Selatan dan Sumatera
-oleh Shell Mijnbouw (1978) dan Gafoer dkk.
Tengah. Pengendapan urutan sedimen tersebut
pada Peta Geologi Lembar Sarolangun dan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu urutan
Muaro Bungo.
transgresi di bagian bawah (kelompok Telisa)
dan urutan regresi di bagian atas (kelompok
2.1.1. Stratigrafi.
Palembang). Stratigrafi sedimen tersier telah
Urutan stratigrafi Lembar Sarolangun
dibahas oleh sejumlah penulis (Musper 1937,
dan Muaro Jambi dapat dibagi menjadi dua
Marks 1956, Spruyt 1956, De Coster 1974,
bagian yaitu Urutan Tersier dan urutan Kuarter.
Pulunggono 1983, Gafoer dkk 1984 dan
Setiap satuan batuan berlapis dalam lembar ini
Simanjuntak dkk dalam persiapan). Korelasi
telah ditandai secara litostratigrafi dan diberi
berbagai stratigrafi tersebut telah dibuat sesuai
nama berdasarkan rekomendasi Sandi
dengan urutan umur batuan. Hanya sebagian
Stratigrafi Indonesia (1975) dan petunjuk
kecil sedimen tersier yang tersingkap di Lembar
Stratigrafi Internasional (Hedberg, 1976).
Sarolangun dan Muaro Bungo telah terkumpul
selama eksplorasi minyak dan diuraikan secara yang benar-benar tersingkap di Lembar Jambi,
singkat dibawah ini. terdiri dari perselingan batupasir dan serpih
2.2.2.1 Urutan Tersier yang diendapkan di lingkungan eritic,
Sedimen tersier tertua yang diketahui menunjukkan adanya susut laut sejak Formasi
dari eksplorasi bawah permukaan, terdiri dari Gumai yang berkondisi laut tersebut diatas.
bahan rombakan Formasi Lahat yang berumur Berdasarkan bukti-bukti bawah
Eosen sampai awal Oligosen dan berasal dari permukaan Formasi Air Benakat ternyata
erosi batuan alas pra-Tersier .Formasi ini menindih selaras Formasi Gumai. Diduga
sebanding dengan formasi Kelesa di Cekungan formasi ini sebanding dengan Formasi Binio (
Sumatera Tengah, meliputi sedimen daratan De Muralt dalam Djamas, 1979) dan Formasi
yang dicirikan oleh campuran komponen tufan Petani (Mertosono dan Nayoan, 1974) di
dengan serpih dan lanau prodelta. Formasi Cekungan Sumatera Tengah. Formasi Muara
Lahat ditindih tak selaras oleh Formasi Talang Enim menindih selaras Formasi Air Benakat
Akar berumur Oligosen akhir- Miosen awal dan dan menandakan bahwa susut laut dan
terdiri atas sedimen daratan sampai delta laut pendangkalan cekungan sedimen tersebut terus
dangkal (De Coster 1974). berlangsung sampai Pliosen Awal.Formasi
Pada kala Eosen dan Oligosen Muara Enim terdiri atas batupasir dan
topografi batuan alas menonjol, sehingga batulempung, sebagian tufan, setempat
formasi Lahat hanya terdapat dibagian lebih mengandung lapisan lignit yang menunjukkan
dalam dari cekungan dan tidak ditemukan di pengendapan di lingkungan laut dangkal
tinggian Paleosen.Di tempat-tempat semacam sampai daratan.
itu Formasi Talang Akar terletak tak selaras Formasi Kasai terletak tidak selaras
diatas batuan pra-Tersier. diatas Formasi Muara Enim dan sedikit
Genang laut pada Miosen Awal memperlihatkan hasil pengengkatan dan erosi,
menandai permulaan pengendapan serpih laut Formasi ini terdiri dari atas sedimen klastika
dalam formasi Gumai yang sebanding dengan daratan yang ditandai dengan adanya
Formasi Guai yang sebanding dengan Formasi komponen tufan dan diendapkan di cekungan
Telisa (De Coster 1974) dan Formasi Gumai antar gunung
(Suwarna dkk dalam persiapan) di Cekungan 2.2.2.2 Urutan Kuarter
Sumatera Tengah. Pada awal proses Satuan kuarter tertua di Lembar ini
pengendapan tersebut, setempat batugamping terdiri dari atas lava basalt dan andesit berumur
terumbu terbentuk di sekeliling batuan alas, Plistosen (K/Ar 1.25 0.2 juta tahun), berupa
tetapi penurunan yang terus berlangsung telah singkapan-singkapan terpisah dibagian barat
menimbun topografi dasar cekungan sampai laut Lembar (Qb). Batuan tersebut mungkin
Miosen Tengah. tertindih tidak selaras oleh Breksi Gunungapi
Formasi Air Benakat berumur Miosen dan Batupasir Konglomeratan, dengan butiran-
Tengah –Akhir merupakan satuan Tersier tertua butiran terdiri dari bahan basalt (Qv) seperti
tersingkap antara kedua satuan tersebut tidak kuarsa dan batupasir kuarsa, batulempung
teramati, tetapi butiran-butiran di dalam Qv tufaan mengandung kayu terkersikan
sama dengan batuan basalt Qb. Satuan (silicified wood) dengan sisipan tuff
litostratigrafi termuda di Lembar ini terdiri dari batuapung dan lignit yang membentuk
endapan rawa dan alluvium yang berumur lensa-lensa. Formasi ini merupakan fasies
Holosen. endapan darat dan danau.
Pada umumnya stratigrafi regional 2. Formasi Muara Enim (Tmpm), termasuk ke
daerah penyelidikan dapat dikenal sebagai satu dalam Kelompok Palembang, memiliki
daur atau siklus besar (megacycle) yang terdiri ketebalan 150 m – 750 m, berumur Pliosen.
dari suatu trangresi yang diikuti regresi. Terdiri dari batulempung, batulanau,
Formasi yang terbentuk dalam fase transgresi batupasir tufaan dengan sisipan batubara,
dikelompokkan menjadi Kelompok Telisa merupakan endapan air payau.
(Formasi Lahat, Formasi Baturaja, dan Formasi 3. Formasi Air Benakat (Tma), termasuk
Gumai). Sedang yang terbentuk dalam fase kedalam Kelompok Palembang, memiliki
regresi dikelompokkan menjadi Kelompok ketebalan 100 m – 1300 m, berumur Mio
Palembang (Formasi Air Benakat, Formasi Pliosen. Terdiri dari batulempung dengan
Muara Enim dan Formasi Kasai). Formasi sisipan batulempung tufaan napal,
pembawa batubara pada Cekungan Sumatera batupasir dan serpih, merupakan fasies
selatan adalah Formasi Talang Akar, air endapan litoral sampai marin dangkal.
Benakat, Muara Enim dan Kasai, tetapi yang
Urutan stratigrafi regional daerah penyelidikan
berpotensi adalah Formasi Kasai dan Formasi
dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Muara Enim. Secara Shell (1978) telah
melakukan pemisahan terhadap Formasi Muara
Enim menjadi 4 anggota yang didasarkan pada
lapisan batubara tertentu yaitu Anggota M1,
M2, M3 dan M4 (dari bawah ke atas).
Berdasarkan Peta Geologi Lembar
Sarolangun, skala 1 : 1.000.000 yang
diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan
pengembangan Geologi Bandung (1993),
urutan stratigrafi regional daerah penyelidikan
dari muda ke tua adalah sebagai berikut :
3. Antiklinorium Palembang
Pada lokasi eksplorasi Batubara PT.Energi Dua sawit milik masyarakat setempat. Jenis fauna
Rajawali ditemukan beberapa singkapan yang dijumpai adalah ular, biawak, babi hutan,
Batubara salah satunnya yang ditujukan oleh kera, serta berbagai jenis burung.
Gambar 2.4. Singkapan tersebut berada pada
Mayoritas penduduk Kecamatan
koordinat (E 0263334 ; N 9774458). Berwarna
Mandiangin merupakan suku Melayu, suku
hitam kecoklatan, kilap kusam-mengkilap,
Jambi, dan suku Jawa. Bahasa yang digunakan
keras, segar Kedudukan lapisan batubara
sehari-hari adalah bahasa daerah dan bahasa
adalah N 33° E/6° W, tersingkap di dasar
Indonesia. Penghasilan penduduk setempat
sungai.
umumnya petani, berdagang, sebagian pegawai
pemerintahan. Umumnya tingkat kehidupan
masyarakat setempat masih pada tahap
prasejahtera sampai menengah. Sarana
kesehatan berupa Puskesmas satu unit yang
terdapat kota kecamatan. Sarana pendidikan
untuk tingkat sekolah dasar sudah ada di setiap
desa, sedangkan SLTP/SLTA hanya terdapat di
Kecamatan Mandiangin.
zat terbang, air tertambat, kadar abu, dan geologi praktis, berupa format-format table
karbon padat yang pengerjaannya dilaksanakan conto batuan dan batubara, table perhitungan
dengan dasar kering udara. Kandungan air total kuantitas potensi batubara tereka, tertunjuk dan
dan air bebas ditentukan dengan dasar kondisi terukur, tabel hasil analisis laboratorium, serta
conto diterima atau yang disebut dengan istilah hasil analisa kondisi lapangan singkapan batuan
as receive. Analisa ultimat dilakukan untuk dan batubara (foto morfologi lapangan, foto
dapat mengetahui komposisi unsur yang singkapan batuan dan batubara, foto inti bor
bertindak sebagai penyusun batubara. batuan dan batubara, foto peralatan yang
Gambar 3.3
Metode Cross Section dengan Pedoman
Sumber : Spero Carras, 1984.
Rule of Gradual Changes
Gambar 3.4.
Keterangan :
Metode Cross Section dengan Pedoman
P1= Penampang pertama permukaan atas
Rule of Nearest Point
P1ˈ= Penampang pertama permukaan
bawah Keterangan :
P2= Penampang kedua permukaan atas P = Penampang
P2ˈ= Penampang kedua permukaan bawah L = Jarak antar penampang
L= Jarak antar penampang
Volume Batubara dapat diketahui
Menurut Wood, dkk (1983) persamaan dengan mengalikan luas terhadap jarak
perhitungan cadangan dapat dilihat pada pengaruh penampang tersebut. Perhitungan
rumus berikut: volume tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus Mean Area atau
Tonase batubara = A × B × C
rumus Frustum.
.............................................................(3.1)
3.4.1. Perhitungan Volume
Keterangan: Perhitungan volume dapat dilakukan
A = ketebalan rata-rata batubara (m) dengan rumus Daerah Rata-rata (Mean
B = berat jenis batubara (ton/m3) Area) dan rumus Kerucut Terpancung
C = luas daerah terhitung (m2) (Frustum).
1) Rumus Daerah Rata-rata (Mean Area)
b. Pedoman titik terdekat (rule of nearest
Rumus Daerah Rata-rata (Mean Area)
point)
adalah rumus yang digunakan untuk
Pada pedoman rule of Nearest
menghitung volume dari suatu endapan.
Point, setiap blok ditegaskan oleh sebuah
Rumus Mean Area juga merupakan rumus 2) Rumus Kerucut Terpancung (Frustum)
yang sangat sederhana untuk perhitungan Rumus Kerucut Terpancung (Frustum)
volume yang terletak diantara dua buah adalah rumus yang digunakan untuk
penampang yang sejajar. Rumus ini menghitung volume dari suatu endapan.
digunakan apabila terdapat dua penampang Rumus ini digunakan apabila terdapat dua
dengan luas S1 dan S2 dengan jarak L (Lihat penampang dengan luas S1 dan S2 dengan
Gambar 3.5) dengan ketentuan luas S1 ≥ ½ jarak L (Lihat Gambar 3.6) dengan dengan
S2. ketentuan luas S1 < ½ S2.
Persamaan untuk menghitung volume Persamaan untuk menghitung volume
menggunakan rumus Mean Area adalah menggunakan rumus Frustum adalah
sebagai berikut: sebagai berikut:
Vol = 𝑉𝑜𝑙 =
(S1 +𝑆2 ) 𝑆1 +𝑆2 +√𝑆1 ×𝑆2
𝐿𝑥 ……………………..(3.2) 𝐿 ………….………(3.3)
2 3
Keterangan : Keterangan :
3
Vol : Volume Batubara (m ) Vol : Volume Batubara (m3)
S1 dan S2 : Luas penampang (m2) S1 dan S2 : Luas penampang (m2)
L : Jarak antar penampang (m) L : Jarak antar penampang (m)
3.5. Kesalahan Absolut dan Relatif Et = eksak –
Kesalahan numerik timbul dari perkiraan………………………….(3.4)
penggunaan aproksimasi untuk
Keterangan :
menyatakan operasi dan besaran
Et = nilai kesalahannya (true error)
matematika yang pasti. Ini meliputi
Kelemahan definisi ini adalah
kesalahan pemotongan (truncation error)
tingkat besaran nilai yang diperhitungkan
yang dihasilkan sewaktu aproksimaksi
sama sekali tidak diperhatikan, kesalahan
digunakan untuk menyatakan suatu
ini disebut kesalahan absolut. Sebagai
prosedur matematika eksak, dan kesalahan
contoh, kesalahan satu sentimeter pada
pembulatan (round-of error), yang
pengukuran paku sangat terasa dibanding
dihasilkan bila angka-angka aproksimasi
dengan kesalahan satu centimeter pada
dipakai untuk menyatakan angka-angka
pengukuran jembatan. Untuk menunjukan
pasti. Untuk kedua jenis tersebut, hubungan
tingkat kesalahan yang lebih baik adalah
antara hasil eksak atau sebnarnya, dan
dalam bentuk Kesalahan relatif, yaitu
aproksimasi dapat dirumuskan sebagai :
dengan membandingkan kesalahan yang
Harga sebenarnya = pendekatan +
terjadi dengan nilai eksak :
kesalahan……………………………(3.4)
t = Et /
Pengaturan kembali persamaan (3.4), eksak………………………………..(3.5)
dapat diketahui bahwa kesalahan numerik dalam bentuk persen :
adalah setara terhadap ketidakcocokan Et
t = x
antara yang sebenarnya dan aproksimasi eksak
sebagai: 100%....................................................(3.6)
Et = harga sebenarnya – aproksimasi Dalam persamaan diatas nilai
……………….………………………(3.5) kesalahan dibandingkan terhadap nilai
eksak, semetara nilai eksak tidak ada dalam
Dimana Et dipakai untuk menyatakan harga
perhitungan numerik, oleh karena itu
pasti dari kesalahan. Subskrip t dimasukkan
kesalahan dinyatakan berdasarkan nilai
untuk menandai bahwa ia adalah kesalahan
perkiraan (approximate value) terbaik,
“sebernarnya”. Hal ini bertentangan dengan
sehingga kesalahannya :
kasus lainnya sebagaimana telah dijelaskan
Et
secara singkat a = x
perkiraan
Hubungan antara nilai eksak, nilai 100%....................................................(3.7)
perkiraan dan kesalahannya dirumuskan
sebagai berikut :
Dalam penggunaan metode Estimasi sumberdaya Batubara pada
numerik seringkali memakai pendekatan daerah penelitian, dibatasi sampai
secara iterasi. Dalam pendekatan demikian, menemukan titik buttom seam Batubara
suatu perkiraan sekarang dibuat dengan elevasi terendah 33 m di bawah
berdasarkan perkiraan sebelumnya, permukaan air laut yang berdasarkan pada
sehingga perhitungan kesalahannya ketinggian muka air tanah, dengan tebal
berdasarkan selisih antara perkiraan lapisan tanah penutup rata-rata sekitar 83
sekarang dengan perkiraan sebelumnya, meter.
dan kesalahan relatif :
4.1. Keadaan Topografi
p n 1 p n
a = x 100 Daerah penelitian terletak di Desa
p n 1
Gurun Tua , Kecamatan Mandiangin.
%..........................................................(3.8)
Kontur terendah daerah penelitian berada
Keterangan :
pada ketinggian 45 mdpl dan kontur
pn+1 = nilai perkiraan pada iterasi ke n+1
tertinggi daerah penelitian berada pada
(sekarang)
ketinggian 74 mdpl. Daerah penelitian yang
n
p = nilai perkiraan pada iterasi ke n
digambarkan melalui peta topografi dengan
(sebelumnya).
kontur interval 2 m (Lampiran A). Desa
BAB IV Gurun Tua , Kecamatan Mandiangin
HASIL PENELITIAN merupakan daerah dengan kontur
bergelombang apabila dilihat dari kondisi
lapangannya.
Pengamatan yang dilakukan
Metode estimasi sumberdaya yang
secara visual dilapangan menunjukkan
digunakan untuk menghitung potensi
bahwa, deposit Batubara yang
sumberdaya Batubara di PT.Energi Dua
tersingkap di Desa Gurun Tua
Rajawali adalah Metode Cross Section
menunjukkan berwarna hitam kecoklatan,
dengan pedoman Rule of gradual changes.
keras, kilap kusam, gores coklat kehitaman,
Pemilihan metode tersebut didasarkan atas
masif, cleach jarang, mengandung pengotor
sifat Batubara yang bersifat homogen,
berupa damar dan pirit, dengan ketebalan
perhitungan yang sederhana dan mudah
deposit bahan galian tersebut cukup
dimengerti. Metode Cross Section dipilih
merata.
dengan mempertimbangkan bahan galian
yang akan diteliti.
4.2. Penampang Daerah Penelitian ataupun rumus Frustum serta dibuat
Pembuatan sayatan dilakukan dengan dalam bentuk tabel.
memotong topografi searah garis Strike d. Tonase didapatkan dengan cara
kearah Barat Daya -Timur Laut seluas mengalikan volume yang telah di dapat
batasan daerah penelitian, dengan demikian dikalikan dengan densitas Batu Batubara
akan didapat gambar penampang yang sebesar 1.3 Ton/m3 untuk perhitungan
menunjukkan kedalaman dari endapan. secara detil dapat dilihat pada
Berdasar data yang telah didapat, maka Lampiran D.
akan didapat pula luas dari masing-masing Hasil estimasi Sumberdaya dengan metode
penampang dengan menggunakan software Cross Section dengan menggunakan
Autocad. Volume Batubara didapatkan Software AutoCad dapat di lihat pada tabel
dengan menggunakan pendekatan rumus Tabel 4.1.
Mean Area. Hasil perhitungan volume
4.3. Hasil Perhitungan
Batubara dapat dilihat pada Tabel 4.1 Perhitungan yang digunakan untuk
Adapun langkah - langkah yang dilakukan menghitung volume Sumberdaya Batubara
adalah sebagai berikut : pada daerah penelitian menggunakan
a. Membuat sayatan pada peta topografi metode Cross Section dengan pedoman
daerah penelitian dengan jarak antara
Rule of Gradual Change. Penggunaan
sayatan 285 meter sesuai dengan metode dan pedoman tersebut dikarenakan
keadaan geologi yang diasumsikan dapat penampang yang digunakan untuk
mewakili daerah sekitarnya. Dalam hal perhitungan mempunyai luas yang relatif
ini dibuat sayatan sebanyak 9 sayatan tidak terlalu berbeda. Perhitungan Tonase
yaitu sayatan A-A’ sampai dengan didapat dari perkalian antara volume dan
sayatan I-I’ ( lihat Peta Sayatan pada berat jenis batuan sebesar 1,3 Ton/m3
Lampiran B ). Berikut tabel hasil perhitungan volume dan
b. Setelah itu menghitung luas dari masing tonase bahan galian Batubara di PT.Energi
- masing penampang dengan Dua Rajawali.
menggunakan Software AutoCad dan
Quicksurf ( lihat penampang sayatan
pada Lampiran C ).
c. Menghitung volume Batu Batubara
secara keseluruhan dengan
menggunakan rumus Mean Area
Tabel 4.1 5.1. Sumberdaya Batubara di PT.
Hasil Perhitungan Volume dan Tonase Energi Dua Rajawali
Sayatan Barat Daya -Timur Laut Dalam penerapan metode perhitungan
Luas
Sumberdaya umumnya tergantung pada
Sayatan Luas Rata-Rata Jarak Volume Densitas Tonase
(m2) keadaan geologi, metode eksplorasi, biaya,
A-A' 13,426.992
15,898.181 285.000 4,530,981.501 1.300 5,890,275.951
B-B' 18,369.370 waktu, tujuan, dan keakurasian atau
B-B' 18,369.370
20,991.790 285.000 5,982,660.107 1.300 7,777,458.139 ketelitian yang diperlukan. Selain itu jenis
C-C' 23,614.210
C-C' 23,614.210 dan bentuk bahan galian yang akan
26,235.004 285.000 7,476,976.026 1.300 9,720,068.834
D-D' 28,855.797
D-D' 28,855.797 dilakukan perhitungan Sumberdaya juga
27,274.063 285.000 7,773,108.069 1.300 10,105,040.490
E-E' 25,692.329
E-E' 25,692.329
turut berpengaruh dalam pemilihan metode
23,089.099 285.000 6,580,393.130 1.300 8,554,511.068
F-F' 20,485.868 perhitungan.
F-F' 20,485.868
17,779.269 285.000 5,067,091.665 1.300 6,587,219.165
G-G' 15,072.670 Dalam penerapan klasifikasi SNI,
G-G' 15,072.670
H-H' 10,059.522
12,566.096 285.000 3,581,337.360 1.300 4,655,738.568 perhitungan Sumberdaya termasuk dalam
H-H' 10,059.522 Sumberdaya Mineral Terukur (Measured
7,194.710 285.000 2,050,492.293 1.300 2,665,639.981
I-I' 4,329.898
55,955,952.196 Mineral Resource) adalah Sumberdaya
Mineral yang kuantitas dan kualitasnya
diperoleh berdasarkan hasil tahap
BAB V
Eksplorasi Rinci.
PEMBAHASAN
Perhitungan Sumberdaya Batubara
dengan cara membuat sayatan yang saling
sejajar satu sama lain. Kemudian
Sumberdaya Bahan Galian Batubara perhitungan luas dilakukan pada bidang
yang berada di PT. Energi Dua Rajawali sayatan yang memiliki arah yang sama pada
memiliki potensi yang cukup besar setiap penampang. Hasil rata-rata luas
sebanyak 55.955.925,196 Ton/m3. Besar antara dua penampang dikalikan dengan
potensi tersebut dapat diketahui volumenya jarak antar penampang maka diperoleh
dengan menggunakan metode Cross volumenya. Untuk mendapatkan Tonase,
Section dengan pedoman Rule of Gradual maka volume dapat dikalikan dengan berat
Change. Dasar pertimbangan pertimbangan jenis Batubara.
metode tersebut salah satunya dikarenakan Penerapan metode Cross Section
mudah untuk dilaksanakan serta Bahan dengan pedoman Rule of Gradual Change
Galian Batubara yang bersifat homogen. dalam perhitungan diawali dari penarikan
garis batas Sumberdaya. Penarikan garis
batas Sumberdaya dengan menerapkan
pedoman Rule of Gradual Change melalui yang didapat, dikarenakan setiap sayatan
batas terluar dari daerah penelitian. harus diwakili beberapa titik lubang bor.
Kemudian ketebalan yang didapatkan dari Arah sayatan pada perhitungan
hasil interpolasi dua nilai ketebalan dari sumberdaya Batubara akan berpengaruh
penampang. Selanjutnya volume terhadap kemudahan dalam perhitungan
Sumberdaya dengan perhitungan tiga sumberdaya dan permodelan nya, arah
dimensi yang berpedoman pada Rule of umum pembuatan sayatan pada bahan
Gradual Change sehingga didapat besar galian batubara dapat mengikuti arah Strike
volume,berikut gambar penampang pada atau arah Dip endapan batubara tersebut,
Gambar 5.1. sayatan searah garis Strike atau Dip dapat
memudahkan dalam melihat bentuk dan
arah kemiringan endapan batubara.
Perhitungan sumberdaya batubara
pada PT.Energi Dua Rajawali dilakukan
dengan metode penampang sayatan,metode
penampang sangat cocok untuk
perhitungan sumberdaya bahan galian yang
bersifat homogen seperti batubara ,luasan
lahan eksplorasi yang digunakan berpusat
pada blok A1 seluas ± 465Ha dengan jarak
antara titik bor dari Barat-timur sejauh
Gambar 5.1 Penampang ABC
400m ,titik bor yang digunakan hanya 16
titik,maka hanya menghasilkan 9 sayatan.
5.2. Pengaruh Jarak Sayatan Terhadap
Sayatan mengikuti arah strike (Barat daya –
Kuantitas dan Arah
Timur laut),lapisan endapan batubara
Jarak antar sayatan dalam perhitungan
mengalami kemiringan searah garis strike
sumberdaya dengan metode Cross Section
kearah Timur laut ,dengan kemiringan Dip
akan sangat berpengaruh terdahap hasil
lapisan batubara mencapai 12o.
perhitungan sumberdaya, semakin rapat
Titik bor yang tidak begitu banyak dan
jarak antara sayatan maka akan
lahan yang cukup luas, maka jarak antara
menghasilkan perhitungan sumberdaya
sayatan pun menjadi jauh,berikut gambar
yang maksimal. Jumlah lubang bor akan
peta sayatan pada Gambar 5.2
berbanding lurus dengan jumlah sayatan
Sumber : PT.Energi Dua Rajawali
Gambar 5.2
-dari hasil perhitungan metode penampang
Peta sayatan dan Titik Bor.
diperoleh jumlah tonase sebesar
Perhitungan sumberdaya dilakukan secara
55.955.952,196 Ton/m3 dengan ketebalan
optimal dengan data yang ada
rata-rata batubara ±10m dan dihitung
dilapangan,berikut hasil perhitungan
berdasarkan luasan area konsesi PT.Energi
sumberdaya batubara dengan densitas
Dua Rajawali
3
sebesar 1,3 Ton/m pada Tabel 5.1
Luas
Sayatan Luas Rata-Rata Jarak Volume Densitas Tonase
(m2) 5.3. Kesalahan Estimasi Perhitungan
A-A' 13,426.992
15,898.181 285.000 4,530,981.501 1.300 5,890,275.951
B-B' 18,369.370 Cadangan
B-B' 18,369.370
20,991.790 285.000 5,982,660.107 1.300 7,777,458.139
C-C' 23,614.210 Perhitungan estimasi Sumberdaya,
C-C' 23,614.210
26,235.004 285.000 7,476,976.026 1.300 9,720,068.834
D-D' 28,855.797 terdapat kesalahan estimasi yang dapat
D-D' 28,855.797
27,274.063 285.000 7,773,108.069 1.300 10,105,040.490 disebabkan oleh beberapa hal seperti :
E-E' 25,692.329
E-E' 25,692.329
F-F' 20,485.868
23,089.099 285.000 6,580,393.130 1.300 8,554,511.068 1. Kesalahan akurasi dan ketinggian pada
F-F' 20,485.868
17,779.269 285.000 5,067,091.665 1.300 6,587,219.165 peta topografi.
G-G' 15,072.670
G-G' 15,072.670 Peta yang digunakan berupa peta kontur
12,566.096 285.000 3,581,337.360 1.300 4,655,738.568
H-H' 10,059.522
H-H' 10,059.522
7,194.710 285.000 2,050,492.293 1.300 2,665,639.981 hasil pencitraan satelit dengan tingkat
I-I' 4,329.898
55,955,952.196 akurasi tertentu,sehingga terlihat
Tabel 5.1 beberapa perbedaan ketika melakukan
Hasil Perhitungan Sumberdaya Batubara pengamatan langsung dilapangan, dan
dapat mempersulit pembuatan BAB VI
permodelan dan penampang karena KESIMPULAN DAN SARAN
ketinggian pada peta dan dilapangan
tidak sama.
2. Kesalahan pembacaan data
Berupa kesalahan manusia dalam 6.1. Kesimpulan
pembacaan data seperti kesalahan Berdasarkan hasil penelitian dan
membaca bentuk singkapan batubara pembahasan yang telah dilakukan untuk
,pembacaan data bor,pembacaan mengetahui besar potensi Sumberdaya
geophysic logging pembacaan koordinat Batubara di PT.Energi Dua Rajawali, Maka
Dll. dapat disimpulkan sebagai berikut:
3. Kesalahan Pengambilan data 1. Hasil perhitungan estimasi
Kesalahan pengambilan data biasanya Sumberdaya Batubara di PT.Energi
terjadi jika pengambilan data tidak Dua Rajawali mendapatkan hasil
sesuai dengan SOP yang sudah optimal dengan jarak sayatan 285
ditentukan seperti pengambilan data bor, m,arah sayatan dari Barat Daya –
geophysic logging Dll. Timur Laut searah Strike, seluas 465
4. Kesalahan perhitungan Ha.
Seringkali terjadi karena Human a. Total volume : 43.043.040,151 m3
eror,pada saat perhitungan b. Total tonase : 55.955.952,196 Ton
sumberdaya,pembulatan angka Dll. 2. Kedalaman rata-rata lapisan tanah
Setiap kesalahan tentu bisa dihindari penutup batubara ±83m dengan
dengan adanya pengetahuan yang memadai ketebalan batubara rata-rata 10m.
dibidangnya,mengetahui dan mematuhi 6.2. Saran
setiap SOP yang ada ,mempersiapkan 1. Menggunakan peta topografi asli hasil
segala hal sebelum bekerja, menjaga dari Total Station sehingga dapat
mempermudah kegiatan dilapangan.
kondisi fisik dan mental agar tetap fokus
2. Pengambilan koordinat untuk titik bor
pada saat bekerja. sebaiknya menggunakan data hasil
pemetaan Total Station.
3. Spasi titik bor tidak terlalu jauh
sehingga hasil perhitungan
.sumberdaya lebih akurat dan
maksimal.