DASAR TEORI
21
3.2 Dasar Klasifikasi
Klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara didasarkan pada tingkat
keyakinan geologi dan kajian kelayakan, pengelompokan tersebut mengandung
dua aspek,yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.
3.2.1 Aspek Geologi
Berdasarkan tingkat keyakinan geologi,sumberdaya terukur harus
mempunyai tingkat keyakinan yang lebih besar dibandingkan dengan sumberdaya
terunjuk,begitupula sumberdaya terunjuk harus mempunyai tingkat keyakinan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumberdaya tereka. Sumberdaya terukur
dan terunjuk secara berturut-turut dapat ditingkatkan menjadi cadangan terkira dan
terbukti jika telah memenuhi kriteria layak. Hubungan antara hasil eksplorasi,
sumberdaya mineral dan cadangan mineral tertera dalam Gambar 3.1.
22
cadangan terbukti jika faktor-faktor penentu telah diselesaikan atau menjadi
cadangan terkira jika ada satu atau lebih faktor-faktor penentu yang belum
diselesaikan. Keyakinan geologi tersebut secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak
titik informasi (singkapan dan lubang bor) dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1
Jarak titik informasi menurut kondisi geologi (SNI 5015:2011)
23
secara ekonomis, tetapi ada ketidakpastian pada salah satu atau semua
factor penyesuai yang terkait diterapkan.
- Cadangan Batubara Terbukti (proved coal reserve)
Bagian yang dapat ditambang secara ekonomis dari sumberdaya batubara
terukur setelah faktor-faktor penyesuai yang terkait diterapkan.
3.4. Perhitungan Cadangan dengan DTM
Untuk mengetahui jumlah dan penyebaran batubara maka sebelum
melakukan penambangan harus diketahui dahulu cadangan dari bahan galian yang
akan ditambang, dalam penelitian ini perhitungan cadangan terukur menggunakan
metode Digital Terrain Modeling (DTM).
Digital Terrain Modeling atau Model Permukaan Digital adalah salah satu
teknik pengumpulan, pengolahan data secara digital yang menerapkan sistem
triangulasi. Data diperoleh dari hasil pengukuran atau data lain yang berupa data
acak dalam system koordinat kartesian (X,Y,Z), kemudian dibuat rangkaian
segitiga yang tidak teratur pada data acak, untuk diinterpolasi berdasarkan
rangkaian. Proses ini adalah membuat suatu jaring segitiga dengan
menghubungkan garis diantara dua titik. Segitiga tersebut berupa segitiga
sembarang dan setiap data titik asli akan dihubungkan, sehingga tidak ada segitiga
yang saling bersentuhan dengan segitiga lainnya (Gambar 3.2). Setelah dibuat
suatu DTM, maka dapat diketahui nilai Z pada suatu titik dalam batas dari model.
Hal ini memungkinkan untuk menghitung volume antara suatu permukaan kontur
dengan elevasi tertentu (atau antara suatu permukaan dengan permukaan lain).
DTM biasanya berhubungan dengan data topografi, dengan nilai Z merupakan
elevasi. Cara ini bisa digunakan untuk menghitung volume pit ataupun volume
seam antara permukaan kontur roof dan kontur floor. Nilai Z dapat juga berupa
kadar mineral atau ketebalan seam dan sebagainya.
24
3.5 Metode Cross Section
Perhitungan yang dilakukan untuk menghitung potensi cadangan batubara
di PT. Energi Dua Rajawali menggunakan Metode Cross Section, metode Cross
Section dipilih karena metode ini sederhana, aplikasi perhitungannya mudah dan
cepat, mudah digambar, dimengerti, dikoreksiselain dan cocok digunakan pada
Sumberdaya yang bersifat homogen seperti batubara.
Metode ini adalah salah satu metode perhitungan Sumberdaya secara
konvensional, masing-masing penampang akan diperoleh (diketahui) luas bahan
galian Batubara. Menurut Spero Carras, pengggunaan metode Cross Section
didasarkan atas kondisi batuan yang memiliki homogenitas yang tinggi serta
termasuk dalam kategori simple geometry. Pada grafik klasifikasi yang di buat oleh
Carras, menunjukkan bahwa apabila batuan termasuk dalam kategori yang
memiliki homogenitas yang tinggi maka dengan perhitungan yang sederhana pun
dapat menghasilkan keakurasian perhitungan yang cukup baik.
Gambar 3.3
A Generalised Orebody Classification
25
masing-masing. Interpretasi yang dilakukan terhadap blok tersebut adalah
menganggap bahwa masing-masing ketebalan akan sama sampai pada sesar
vertikal tersebut.
2. Interpretasi empirik
Interpretasi empirik mengacu pada hasil-hasil penelitian atau pengamatan
sebelumnya dan dianggap sama dengan lokasi yang sedang diteliti.
3. Interpretasi analitis
Interpretasi ini dilakukan dengan dua pedoman yaitu:
a. Pedoman perubahan bertahap (rule of gradual change).
Pedoman ini merupakan pedoman yang digunakan untuk menentukan batas-
batas daerah pengaruh dalam penentuan luas penampang dengan cara
menghubungkan titik terluar dari tiap penampang seperti yang dijelaskan pada
Gambar 3.4.
Pedoman ini dapat diterapkan pada metode cross section, karena dalam
perhitungannya lebar daerah pengaruh penampang tidak selalu dibuat dengan
ukuran yang tetap.
Gambar 3.4
Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Gradual Changes
Keterangan :
P1 = Penampang pertama permukaan atas
P1ˈ = Penampang pertama permukaan bawah
P2 = Penampang kedua permukaan atas
P2ˈ = Penampang kedua permukaan bawah
L = Jarak antar penampang
26
Menurut Wood, dkk (1983) persamaan perhitungan cadangan dapat dilihat pada
rumus berikut:
Keterangan:
A = ketebalan rata-rata batubara (m)
B = berat jenis batubara (ton/m3)
C = luas daerah terhitung (m2)
Gambar 3.5
Metode Cross Section dengan Pedoman Rule of Nearest Point
Keterangan :
P = Penampang
L = Jarak antar penampang
27
1) Rumus Daerah Rata-rata (Mean Area)
Rumus Daerah Rata-rata (Mean Area) adalah rumus yang digunakan untuk
menghitung volume dari suatu endapan. Rumus Mean Area juga merupakan rumus
yang sangat sederhana untuk perhitungan volume yang terletak diantara dua buah
penampang yang sejajar. Rumus ini digunakan apabila terdapat dua penampang
dengan luas S1 dan S2 dengan jarak L (Lihat Gambar 3.5) dengan ketentuan luas S1
≥ ½ S2.
Persamaan untuk menghitung volume menggunakan rumus Mean Area adalah
sebagai berikut:
Gambar 3.6
Sketsa Perhitungan Rumus Mean Area
(S1 +𝑆2 )
Vol = 𝐿 𝑥 …………………….…………………………..……...(3.2)
2
Keterangan :
Vol : Volume Batubara (m3)
S1 dan S2 : Luas penampang (m2)
L : Jarak antar penampang (m)
28
dua penampang dengan luas S1 dan S2 dengan jarak L (Lihat Gambar 3.6) dengan
dengan ketentuan luas S1 < ½ S2.
Persamaan untuk menghitung volume menggunakan rumus Frustum adalah
sebagai berikut:
Gambar 3.7
Sketsa Perhitungan Rumus Frustum
Keterangan :
Vol : Volume Batubara (m3)
S1 dan S2 : Luas penampang (m2)
L : Jarak antar penampang (m)
29
berarti semakin banyak overburden yang harus digali untuk mengambil endapan
batubara, semakin kecil nisbah pengupasan, maka semakin sedikit overburden yang
harus digali. Berikut rumus perhitungam stripping ratio :
𝑜𝑣𝑒𝑟𝑏𝑢𝑟𝑑𝑒𝑛,m3
- Stripping Ratio = batubara,𝑡on
30
Gambar 3.8
Ramp dan Bench (John Russell Lee dan Peter Frederick 1939–1942)
3.6.1.2 Jenjang
Jenjang (bench) adalah undakan yang sengaja dibuat dalam pekerjaan
penggalian atau penambangan. Bagian dari jenjang dapat dilihat di gambar berikut :
Gambar 3.9
Dimensi jenjang (Hustrulid,William dan kutcha,Mark 1995)
Keterangan :
Bench width : Lebar jenjang, bagian datar ini biasanya di berm.
α (slope) : Bench slope
Kemiringan jenjang terhadap bidang horizontal.
Crest : Puncak jenjang.
Toe : Kaki jenjang, batas bawah jenjang.
Bench height : Jarak vertikal antara dua jenjang.
Bank width : Jarak horizontal crest dan toe.
31
Berdasarkan fungsinya jenjang dibagi dua :
Gambar 3.10
Sayatan jenjang kerja (Hustrulid,William dan kutcha,Mark 1995)
SB : Safety Bench
WB : Working Bench
Cut : Lokasi mineral yang akan dipotong
Tinggi jenjang pada jenjang kerja adalah berkisar dari 7,5 m – 15 m akan
tergantung sekali dengan jangkauan maksimal ketinggian alat muat (maximun
digging height), dan tidak terlalu rendah sehingga alat muat bisa bekerja dengan
efektif.
Gambar 3.11
Tinggi jenjang tergantung pada ketinggian alat.
32
Kelemahan jika jenjang terlalu tinggi adalah :
- Kemungkinan semakin besar adanya longsoran dari batuan atasnya.
- Potensi kecelakaan akibat jatuhan batuan.
- Pembentukan slope akan sulit, terjadinya batuan menggantung (over hang)
- Jika pembongkaran menggunakan peledakan maka isian kolom bahan
peledak semakin panjang , potensi pembentukan boulder atau blok besar
batuan, sehingga sulit untuk dimuat ke alat angkut.
B. Safety Bench/Catch bench ( Jenjang pengaman)
Setelah “Cut” pada Working bench dipotong tinggal tersisa Safety bench
(SB), Safety bench ini digunakan untuk acuan menghitung sudut total lereng dalam
penentuan batas pit ekonomis, tujuan dari pembentukan jenjang ini adalah :
- Menangkap material longsoran dari bagian atas.
- Menahan luncuran batuan dari atas.
Biasanya lebar Safety bench adalah 2/3 dari tinggi jenjang, Terkadang
dikurangi pada akhir penambangan sekitas 1/3 dari tinggi jenjang. Dalam
aplikasinya terkadang dibuat tumpukan dari material lepas (safety berm) di antara
kepala jenjang dan kaki jenjang yang berfungsi :
- Membentuk parit antara tumpukan safety berm dengan kaki jenjang.
- Penangkap material yang jatuh.
Gambar 3.12
Safety bench
3.6.1.3 Slope
Kemiringan lereng (slope) sangat penting dalam pembuatan rancangan
tambang, sangat berpengaruh terhadap besarnya stripping ratio, semakin landai
lereng semakin semakin banyak material yang harus dikupas, ini berarti stripping
ratio semakin besar sebagaimana gambar berikut :
33
Gambar 3.13
Penentuan SR berdasarkan slope
Prinsip dalam penentuan lereng adalah lereng dibuat seterjal-terjalnya tetapi
harus aman untuk bekerja.
Geometri lereng dalam rancangan tambang :
Gambar 3.14
Dimensi lereng
Penentuan sudut lereng dipengaruhi oleh sifat fisik batuan, ketinggian
jenjang,kondisi cuaca, dan lamanya lereng tersebut akan berdiri. Struktur batuan
juga sangat berpengaruh terhadap kestabilan lereng, berpengaruh juga terhadap tipe
longsorannya.
34
Gambar 3.15
Jenis longsoran ( Hoke & Bray, 1997)
Adapun analisa kemantapan lereng dilakukan untuk menentukan faktor
keamanan lereng adalah berdasarkan kriteria Mohr-Coulomb :
Tabel 3.4
Sudut lereng untuk berbagai jenis material (Shevyakov.L, 1988)
35
Penentuan sudut lereng dilakukan dengan perhitungan kestabilan lereng
dengan cara coba-coba jika perhitungan menggunakan cara manual, tetapi sekarang
sudah banyak software yang bisa menghitung secara otomatis hanya dengan
memasukan parameter-parameter yang dibutuhan.
3.6.1.4 Ramp
Ramp (Ore Acces) atau jalan masuk ke dalam pit harus dibuat sebagai jalan
masuk alat angkut dan alat muat. Ramp sangat berpengaruh terhadap stripping
ratio terutama terhadap pit-pit yang berukuran kecil. Pembuatan ramp sudah
otomatis akan ada penambahan material yang harus dipindahkan, maka sudah
seharusnya ketika ramp dibuat material potongan dalam pembuatan ramp sudah
dimasukkan data perhitungan stripping ratio.
Parameter geometri ramp sama dengan parameter yang digunakan untuk
penentuan jalan pada umumnya, yaitu mencakup Batasan grade jalan (kemiringan
jalan) dan lebar jalan yang ditentukan dengan pertimbangan lebar alat angkut.
Grade jalan dinyatakan dalam persen, ditentukan sebagai berikut:
∆ℎ
𝐺𝑟𝑎𝑑𝑒 = . 100%
∆𝑥
Keterangan :
Δh : beda tinggi
Δx : jarak datar
Gambar 3.16
Grade jalan/kemiringan jalan
Grade jalan di tambang pada umumnya yang digunakan adalah dari 8%
sampai 12% tergantung dari kemampuan mesin alat angkut dalam mengatasi
kemiringan ramp. Semakin landau semakin baik bagi alat angkut (lebih produktif)
akan tetapi bijih atau bahan galian yang akan didapat lebih sedikit karena tambang
tidak dapat menggali lebih dalam juga semakin landau ramp berarti badan jalan
36
semakin panjang berarti juga material yang harus dipindahkan untuk membuat
ramp semakin banyak (stripping ratio naik).
Gambar 3.17
Lebar jalan untuk dua jalur (Hustrulid,William dan kutcha,Mark 1995)
Lebar ramp ditentukan berdasarkan alat angkut yang digunakan (mengacu kepada
ukuran truck yang terbesar) dan akan sama dengan penentuan lebar jalan pada
umumnya. Lebar jalan disini meliputi lebar badan jalan sendiri ditambah dengan
safety berm dan paritan.
Gambar 3.18
Lebar jalan untuk jalur banyak (Multi lane road)
(Hustrulid,William dan kutcha,Mark 1995)
37
Rancangan pit tanpa Ramp
Gambar 3.19
Rancangan tambang sebelum dan sesudah menggunakan ramp
(Hustrulid,William dan kutcha,Mark 1995)
Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan ramp:
- Kemana ramp akan keluar, tergantung dari dumping lokasi (crusher atau
areal penimbunan)
- Berapa banyak ramp akan dibuat, semakin banyak semakin tinggi stripping
ratio.
- Sifat dari ramp, apakah permanen atau tidak
- Bentuk ramp yang akan dibuat, apakah spriral, switch back (putar balik)
atau kombinasi keduanya.
- Grade jalan.
- Banyaknya jalur jalan yang akan dibuat.
3.7 Penentuan batas penambangan (pit limit)
Penentuan batas penambangan ditentukan oleh faktor ekonomi dan faktor
keamanan slope penambangan (overall slope), dengan kata lain pit dibuat jika
menguntungkan secara eknonomi dan secara teknis bisa dikerjakan dan aman.
Secara sederhana biasanya pada tambang batubara penentuan pit limit didasarkan
nilai stripping ratio yang masih menguntungkan. Pada metode yang lain juga bisa
langsung mempergunakan parameter ekonomi pada blok model atau pada model
38
bahan galiannya, dengan memasukkan parameter biaya pengupasan pada blok
overburden, biaya pengambilan dan pengolahan bahan galian, dan harga bahan
galian jika dijual.
Gambar 3.20
Sketsa Konstruksi Penentuan Pit Limit (Batas Akhir Penambangan)
Penentuan batas penambangan (pit limit) ini dilakukan dengan
merekonstruksi jenjang penambangan yang dimulai dari dasar endapan hingga
batas ketinggian topografi daerah setempat sesuai dengan rekomendasi dari data
geotek dari keadaan perlapisan daerah penambangan, untuk mendapatkan batas
penambangan (pit limit) dilakukan berulang-ulang hingga mendapatkan nisbah
pengupasan (stripping ratio) yang diinginkan.
Gambar 3.21
39
3.7.1 Penggambaran rancangan tambang
Setelah batas pit optimal ditentukan maka pekerjaan perencana tambang
selanjutnya adalah menampilkan gambar rancangan tambang sebagai acuan bekerja
sehingga segala sesuatu yang telah dihitung dapat dikerjaan sesuai dengan hasil
hitungannya atau yang sudah direncanakan.
3.7.2 Langkah penggambaran rancangan pit
Meletakkan batas-batas pit limit yang telah dihitung berdasarkan metoda
yang sudah dipilih, untuk metode sayatan maka letakkan titik batas pit pada bidang
peta sesuai lintasan sayatan dan hasil perhitungan SR atau biaya optimal, batasan
yang digunakan sebaiknya adalah batas pada lantai pit walaupun bisa juga batas
yang ditentukan dipermukaan topografi,untuk metode DTM penemtuan batas pit
berdasarkan batas bawah lantai batubara.
40
Stratmodel dapat membuat suatu model geologi yang terdiri dari beberapa
conformable sequence yang selaras maupun tidak satu sama lainnya.
Dalam Software Minescape 4.118 untuk tahapan pekerjaan model geologi
terdiri atas beberapa tahapan sebagai berikut:
- Validasi Data
- Topo Model
- Schema
- Load Drill Hole
- Patahan (jika ada)
- Model
- Pemerikasaan Model
Dalam software Minescape 4.118 data yang diperlukan antara lain :
- Data topografi (dalam bentuk ASCII atau DXF)
- Data pemboran (survey dan litologi)
- Data quality (jika ada)
- Data fault / patahan (jika ada)
- Data outcrop / singkapan ( jika ada)
3.8.2.1 Schema
Schema adalah salah satu fasilitas dalam Stratmodel yang berfungsi untuk
mendefinisikan stratigrafi dan parameter-parameter yang akan digunakan sebagai
dasar pembuatan model stratigrafi serta pemeriksaan model.
Suatu Schema terdiri dari 9 (Sembilan) bagian definisi yang berbeda,yaitu :
- Models Parameters
- Lithology Codes
- Elements Units
- Compound Units
- Survey
- Conformable Sequences
- Limits
- Faults
Interpolator dalam Minescape 4.118 :
- Inverse :Inverse Distance
- Planar :Triangulasi dengan extrapolasi
41
- Height :Mincom Interpolator, Inverse Distence dan Trend
- FEM :Finite Element Method
Tabel 3.5
Interpolator Minescape
Gambar 3.22
Konversi Patahan Stratmodel
42
3.8.2.4 Pembuatan model dapat dilakukan pada modul Stratmodel.
Pemeriksaan model dapat dilakukan baik terhadap table file maupun grid
file. Model dari Table File biasanya digunakan bila jumlah data Drill Hole tidak
terlalu banyak hal ini disebabkan karena mengolah data random data prosesnya
sangat lambat terutama jika menyangkut jumlah data yang besar. Oleh karena itu
untuk jumlah data yang banyak, akan labih efisien jika kita menggunakan model
grid. Contoh model endapan batubara dapat dilihat pada Gambar 3.23
Gambar 3.23
Contoh model endapan batubara
3.8.2.5 Contour
Contour merupakan tampilan garis kontur dari setiap interval yang
didefinisikan dalam scheman. Dapat dibuat dari modul Stratmodel dan dibuat untuk
setiap interval maupun surface.
3.8.2.6 Quality
Quality adalah definisi untuk menentukan semua parameter yang
berhubungan dengan suatu nilai kualitas batubara tertentu dan akan diakses oleh
semua modul Minescape yang berhubungan dengan Quality.
3.8.2.7 Import Quality Data
Data Quality dapat dimasukan kedalam Minescape table dengan berbagai
macam format seperti miners2 atau format yang dibuat pengguna. Terdapat dua
metode dalam memasukan data Quality :
- Memasukan data ASCII Quality dengan menyertakan koordinat X,Y kedalam
table (ASCII Load).
43
- Memasukan data ASCII Quality yang berkaitan dengan data koordinat Drill
Hole dan interval kedalam tabel atau mempergunakan data koordinat Drill Hole
( DH-Load Predefined atau DH-User Defined).
3.8.2.8 Komposit Quality
Komposit dapat dilaukan terhadap semua interval dengan menggunakan
koordinat untuk menentukan letak surface atau dapat dilakukan dengan
menggunakan lokasi Drill Hole atau data interval.
Komposit Quality melaksanakan tuga fungsi penting yaitu :
- Ply - per – Ply data dikompositkan kedalam seam dapat pula termasuk dilusion.
- Format data yang asli diformat ulang kedalam format yang sesuai untuk
pemeriksaa langsung dari nilai Quality Interval, misalnya membuat kontur A
seam Ash.
- Membuat table Surface yang akan dibutuhkan pada saat perhitungan reserve
dilakukan.
Output grafis dari Quality adalah berupa Contour Quality atau Table
Quality. Kemudian Contour Quality dan Contour Interval (untuk setiap interval)
di-overlay untuk mendapatkan pit potensial berdasarkan batasan parameter kualitas
batubara.
3.8.3 Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan dengan Software Minescape
4.118
Perhitungan cadangan dilakukan dengan aplikasi modul Open Cut ,dengan
beberapa tahapan yaitu :
- Penentuan pit potensial.
- Pembuatan blok tambang dengan spesifikasi ukuran tertentu.
- Penghitungan cadangan per blok tambang.
- Akumulasi cadangan seluruh blok.
Gambar 3.24
Blok area penambangan
44
Dalam menentukan jumlah cadangan per blok tambang, aplikasi model
Open Cut akan menggunakan tahapam berikut:
- Penghitungan luas batubara per blok,luas areal yang dihitung merupakan luas
areal yang memiliki seam batubara,sedangkan daerah yang tidak memiliki
batubara tidak dihitung.
- Penghitungan volume batubara per blok,luas daerah tersebut akan dikalikan
dengan ketebalan sebenarnya (True Thickness) dari seam batubara sehingga
didapat volume seam batubara per blok.
- Penghitungan Insitu Mass per blok,volume batubara per blok akan dikalikan
dengan Relative Density blok yang didapat dari Quality model.
45
46