OLEH :
Ops Siagara Fatmuji
NIM : 109103000022
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul “Prevalensi Penderita
Herpes Simpleks di RSUD Tangerang Periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011”
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,sulit
bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali
ini saya ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And, dan Drs. H. Achmad Gholib, MA dan
Ibu Farida selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. H. Syarief Hasan Lutfi selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter.
3. dr.Raendi Rayendra, Sp.KK, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan penelitian ini.
4. Direktur serta semua staff bagian diklit dan rekam medik RSUD Tangerang yang
sudah mengizinkan dan membantu saya untuk melakukan penelitian di RSUD
Tangerang.
5. Ayahanda Nanang Pujiarjo, Ibunda Supadmi dan keluarga besar saya yang telah
memberikan kasih sayang, dorongan berupa moril dan materil dan tidak pernah
lelah selalu mendoakan dalam menulis laporan penelitian ini.
6. Seluruh teman sejawat mahasiswa Pendidikan Dokter angkatan 2009 yang selalu
bersama-sama menempuh pendidikan selama ini.
Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
dari semua pihak yang telah membantu saya menyelesaikan penelitian ini. Semoga
v
penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu khususnya dalam bidang
kedokteran.
Ops Siagara F.
vi
ABSTRAK
Ops Siagara Fatmuji. Progam Studi Pendidikan Dokter. Prevalensi Penderita Herpes
Simpleks di RSUD Tangerang Periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011. Tahun
2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penderita herpes simpleks di
RSUD Tangerang. Penelitian ini diambil dari catatan rekam medis penderita dengan
diagnosis herpes simpleks di RSUD Tangerang periode 1 januari 2010 sampai dengan
31 desember 2011. Penelitian ini bersifat deskriptif kategorik. Sampel di ambil secara
total sampling berjumlah 76 pasien. Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang
berkunjung ke poli Penyakit Menular Seksual di RSUD Tangerang periode 2010-
2011 sebesar 1221 pasien. Diperoleh prevalensi penderita herpes simpleks di RSUD
Tangerang periode tanggal 1 januari 2010 hingga 31 desember 2011 adalah 6,22%.
Distribusi penderita berjenis kelamin laki-laki (48,6%) dan perempuan (51,4%).
Distribusi penderita Herpes Simpleks terbanyak terdapat pada kelompok usia 23-27
tahun (31,4%), lulusan SMA (38,6%), dan tidak bekerja (35,7%).
Kata kunci : Penyakit Menular Seksual, Herpes Simpleks, Prevalensi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan................................................ 23
4.1.1 Prevalensi Herpes Simpleks pada Penderita PMS di
RSUD Tangerang tahun 2010-2011 .................................. 23
4.1.2 Pola Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Jenis
Kelamin ............................................................................. 24
4.1.3 Pola Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Usia ......... 24
4.1.4 Pola Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Jenis
Pekerjaan ........................................................................... 25
4.1.5 Pola Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan
Pendidikan Terakhir .......................................................... 26
4.1.6 Pola Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Status
Pernikahan ......................................................................... 26
4.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 27
BAB V PENUTUPAN
5.1 Simpulan ..................................................................................... 27
5.2 Saran............................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 28
LAMPIRAN ......................................................................................................... 30
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 34
ix
DAFTAR TABEL
2.1 Estimasi global prevalensi infeksi Herpes Simplex, pada tahun 2003......... 6
2.2 Penggunaan berbagai teknik diagnosis pada infeksi virus herpes .............. 13
2.3 Definisi Operasional..................................................................................... 19
4.1 Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan jenis kelamin di RSUD Tangerang
Tahun 2010-2011............................................................................................ 24
4.2 Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Usia di RSUD Tangerang Tahun 2010-
2011 .............................................................................................................. 24
4.3 Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Jenis Pekerjaan di RSUD Tangerang
Tahun 2010-2011............................................................................................ 25
4.4 Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Pendidikan terakhir di RSUD
Tangerang Tahun 2010-2011 ........................................................................... 26
4.5 Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Status Pernikahan di RSUD Tangerang
Tahun 2010-2011............................................................................................ 26
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
meningkat 30% antara periode 1976-1980 dan 1988-1994. Antara 1-30% HSV
genitalis primer disebabkan oleh HSV-1.12
Oleh karena itu penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai
prevalensi penderita Herpes Simpleks di RSUD Tangerang periode 1 Januari
2010 – 31 Desember 2011.
4
5
2.1.1.2 Epidemiologi
Prevalensi antibodi dari HSV-1 pada sebuah popoulasi bergantung pada
faktor-faktor seperti Negara, kelas sosial ekonomi dan usia.2 HSV-1 umumnya
ditemukan pada daerah oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial
ekonomi terbelakang. Kebiasaan, orientasi seksual dan gender mempengaruhi HSV-2.
Prevalensi HSV-2 lebih rendah dibanding HSV-1 dan lebih sering ditemukan pada
usia dewasa yang terjadi karena kontak seksual. Studi serologis pada populasi
menunjukan bahwa lebih 50% usia 20 tahun telah terpajan HSV. 6 Studi pada populasi
juga populasi juga menunjukan bahwa 2-4% adalah karier asimptomatik dan
merupakan suatu continual virus reservoir untuk terjadinya infeksi baru.2
Dari data klinik penyakit mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG UI dan
Unit Pelayanan Fungsional Gigi dan Mulut RSCM pada tahun 2000-2001 dijumpai
25 kasus stomatitis herpetika, 5 diantaranya merupakan infeksi primer dan sisanya
infeksi rekuren yang terdiri dari 1 herpes labialis rekuren dan 14 herpes intra oral
rekuren.
Prevalensi HSV-2 pada usia dewasa meningkat dan secara signifikan lebih
tinggi Amerika Serikat dari pada Eropa dan kelompok etnik kulit hitam dibanding
kulit putih. Seroprevalensi HSV-2 adalah 5% pada populasi wanita secara umum di
inggris, tetapi mencapai 80% pada wanita Afro-Amerika yang berusia antara 60-69
tahun di USA. Kelompok yang mengalami peningkatan tertinggi ialah remaja
(peningkatan insidens 2 kali lipat).7, 8
Herpes genital mengalami peningkatan antara awal tahun 1960-an dan 1990-
an. Di Inggris laporan pasien dengan herpes genital pada klinik PMS meningkat enam
kali lipat antara tahun 1972-1994. Kunjungan awal pada dokter yang di lakukan oleh
pasien di Amerika Serikat untuk episode pertama dari herpes genital meningkat
sepuluh kali lipat mulai dari 16.986 pasien di tahun 1970 menjadi 160.000 di tahun
1995 per 100.000 pasien yang berkunjung. Disamping itu lebih banyaknya golongan
wanita di bandingkan pria disebabkan oleh anatomi alat genital (permukaan mukosa
lebih luas pada wanita). Seringnya rekurensi pada pria dan lebih ringan gejalanya
6
pada pria. Walaupun demikian, dari jumlah tersebut di atas hanya 9% yang
menyadari akan penyakitnya.8
Studi pada tahun 1960 menunjukan bahwa HSV-1 lebih sering berhubungan
dengan kelainan oral dan HSV-2 berhubungan dengan kelainan genital. Atau
dikatakan HSV-1 menyebabkan kelainan di atas pinggang dan HSV-2 menyebabkan
kelainan di bawah pinggang. Tetapi didapatkan juga jumah signifikan genital herpes
30-40% disebabkan HSV-1. HSV-2 juga kadang-kadang menyebabkan kelainan oral,
diduga karena meningkatnya kasus hubungan seks oral. Jarang didapatkan kelainan
oral karena HSV-2 tanpa infeksi genital. Di Indonesia, sampai saat ini belum ada
angka yang pasti, akan tetapi dari 13 RS pendidikan Herpes Genitalis merupakan
PMS dengan gejala ulkus genital yang paling sering di jumpai.
Tabel 2.1. Angka kejadian global prevalensi infeksi Herpes Simplex, pada tahun
2003.
Prevalensi Global dalam jutaan (Presentase per populasi)
2.1.1.3 Etiologi
Herpes Genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH),
yang merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV
adalah:
1. Herpes Simplex Virus tipe I : pada umumnya menyebabkan lesi atau luka pada
sekitar wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.
2. Herpes Simplex Virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi pada genital dan
sekitarnya (bokong, anal dan paha).
Herpes Simplex Virus tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV yang
juga termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono) dan varisela zoster
yang menyebabkan herpes zoster dan varicella. Sebagian besar kasus herpes genitalis
disebabkan oleh HSV-2, namun tidak menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan
kelainan sama. Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara
utama melalui vaginal atau anak seks. Beberapa tahun ini, HSV-1 telah lebih sering
juga menyebabkan herpes genital. HSV-1 genital menyebar lewat oral seks yang
memiliki cold sore pada mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus dihasilkan dari
vaginal atau anal seks.9
8
2.1.1.4 Patogenesis
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphesviridae, sebuah grup
virus DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas pada infeksi
manusia. Kedua serotipe HSV dan virus varicella zoster mempunyai hubungan dekat
sebagai subfamili virus alpha-herpesviridae. Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel
multiple, bertumbuh cepat dan secara efisien menghancurkan sel host dan infeksi
pada sel inang. Infeksi pada natural host ditandai oleh lesi epidermis, seringkali
melibatkan permukaan mukosa dengan penyebaran virus pada sistem saraf dan
menetap sebagai infeksi laten pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara
periodik. Transmisi infeksi HSV sering kali berlangsung lewat kontak erat dengan
pasien yang dapat menularkan virus lewat permukaan mukosa.
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui
droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi.
Seseorang terpajan HSV-1 pada umumnya sebelum pubertas.10 Kulit dan mukosa
9
merupakan pintu masuk sekaligus tempat multplikasi virus, yang menyebabkan sel
lisis dan terbentuknya vesikel.11
HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke dalam
tubuh hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan
multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit. Waktu itu pada hospes itu sendiri
belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada
daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar melalui
serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional dan berdiam di sana serta bersifat
laten. Infeksi orofaring HSV-1 menimbulkan infeksi laten di ganglion syaraf
trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2 menimbulkan infeksi laten diganglia
dorsalis sakralis. Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus, virus akan mengalami
reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini
dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan
gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer. Faktor pencetus tersebut
antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik atau emosi, sinar UV,
gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan beberapa kasus tidak
diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir selalu melalui hubungan
seksul baik genito genital, ano genital maupun oro genital. Infeksi oleh HSV dapat
bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap
penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa
(orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel
epidermis dan dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.2, 3 ,12, 13, 14
dapat berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah
dibedakan.
Manifestasi klinis stomatitis herpetika primer berbeda dari bentuk rekurennya.
Infeksi primer dapat bersifat subklinis, tetapi pada beberapa keadaan menimbulkan
manifestasi berat di daerah oral dan disebut gingivostomatitits herpetika primer.
Manifestasi bentuk rekuren dapat terjadi di ekstra oral (herpes labialis) atau intra oral
(herpes intra oral).
Keparahan dan kekerapan manifestasi klinis serta rekurensi herpes genital
dipengaruhi oleh faktor virus dan pejamu, misalnya tipe virus, imunitas sebelumnya,
jenis kelamin, dan status imun pejamu. Pengaruh faktor pejamu lainnya terhadap
kemudahan tertular infeksi ataupun ekspresi penyakit, termasuk umur, ras, tempat
inokulasi, latar belakang genetic masih belum jelas. 14
Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di
daerah anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau
paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi. Gejala dari herpes disebut
juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi dan dapat saja
berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai berikut:
1. Nyeri dan disuria
2. Uretral dan vaginal discharge
3. Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
4. Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
5. Nyeri pada rectum, tenesmus
Tanda-tanda :
1. Eritem, vesikel, pustule, ulserasi multiple, erosi, lesi dengan krusta pada tingkat
infeksi
2. Limfadenopati inguinal
3. Faringitis
4. Servisitis
11
Tabel 2.2. Penggunaan berbagai teknik diagnosis pada infeksi virus herpes.
Teknik HSV 1&2 VZV CMV EBV HHV6&7 HHV8
Serodiagnostik + ++ ++ +++ + +
Kultur +++ ++ ++ ± ± ±
Deteksi antigen +++ +++ +++ + ± ±
Deteksi asam nukleat ++ ++ ++ ++ +++ +++
Sumber: Marechal V. dkk 1999
Dalam banyak kasus hasil serologi herpes tidak memberikan nilai yang
berarti. Antibodi spesifik HSV pada periode simptomatik infeksi primer belum di
produksi, sehingga teknik serologi tidak dapat digunakan untuk penentuan terapi pada
kasus darurat. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan prevalensi pada
populasi dan mendeteksi kasus asimptomatik. Selain itu pemeriksaan serologi juga
dipakai untuk mengevaluasi status imun kelompok tertentu, kepastian status wanita
hamil, dan pernapisan antara infeksi primer dan rekuren.
14
Hasil serokonversi memberikan nilai yang besar untuk diagnostik, tetapi perlu
waktu. Pengukuran afinitas yang lemah IgG dan adanya IgM dalam serum merupakan
petunjuk infeksi primer baru.
Pemeriksaan serologic untuk HSV-2 dapat menjadi komponen penting untuk
progam pencegahan herpes genitalis, tetapi rekomendasi untuk pemeriksaan dan
skrining dapat bervariasi terhadap populasi yang berbeda. 15
2.1.1.6 Komplikasi
Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang
serius pada orang dewasa. Sering dijumpai komplikasi pada susunan syaraf pusat
(SSP) dan superinfeksi jamur. Kompliasi pada SSP berupa meningitis aseptik,
disfungsi sistem syaraf otonom. Pada pria bias terjadi impotensia. Pada sejumlah
orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik, bisa terjadi outbreaks herpes
genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama. Orang dengan
sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang disebut herpes
okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan oleh HSV-1 namun terkadang dapat juga
disebabkan HSV-2. Herpes dapat menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk
kebutaan.
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang
lahir dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau
mata. Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian
serius karena virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat
menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai
angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau
kelainan pada mata.
15
2.1.1.7 Penatalaksanaan
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes
genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :
1. Menjaga kebersihan lokal
2. Menghindari trauma atau faktor pencetus
3. Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5%
sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan
ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa
nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.
Pengobatan herpes genitalis bertujuan untuk mencegah infeksi (terapi
profilaksis), memperpendek masa sakit termasuk kekerapan komplikasi infeksi
primer, mencegah terjadinya latensi dan rekurensi klinis setelah episode pertama,
mencegah rekurensi pada merka yang asimtomatik, mengurangi transmisi penyakit
dan eradikasi infeksi laten.16
Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda
akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah
terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada
pasangan seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah:
1. Asiklovir
2. Valasiklovir
3. Famsiklovir
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam
selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari selama 10-14 hari) dan asiklovir
topikal (5% dalam salf propilen glikol) dapat mengurangi lamanya gejala dan
ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.16
a. Asiklovir16
Atau yang dikenal juga dengan nama asikloguanosin, adalah obat antiviral yang
digunakan secara luas untuk pengobatan herpes simplex, Mekanisme kerja
asiklovir didasarkan atas penghambatan enzim DNA polimerase virus. Asiklovir
segera diubah menjadi asiklo-guanosin monofosfat oleh enzim timidin kinase
16
2.1.1.8 Pencegahan
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV.
Kondom dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi
pada daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida
yang berisi surfaktannonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro.
Di samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan
dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.
17
Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk pencegahan herpes genital yaitu:
1. Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan
PMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.
2. Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
3. Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up
dengan tepat.
4. Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.
5. Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan
dalam pencegahan.
18
Penyakit Menular
Seksual
Golongan Virus
Herpes Herpes
Simplex Virus Tipe I Simplex Virus Tipe II
Faktor Faktor:
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Pekerjaan
4. Pendidikan
5. Status Pernikahan
19
) )
) )
= 70
20
21
23
24
Berdasarkan Tabel di atas diketahui perempuan lebih tinggi dari laki laki dari
total sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Menurut WHO bahwa gender
perempuan lebih tinggi prevalensinya di dunia dan perempuan lebih rentan daripada
laki-laki karena anatomi alat genital (permukaan mukosa lebih luas pada wanita).
Menurut CDC secara keseluruhan, prevalensi lebih tinggi pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki, terutama di kalangan orang muda dan hampir 40%
adalah di kalangan wanita usia 15-19 tahun di Kisumu, Kenya.
Tabel 4.2 Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Usia di RSUD Tangerang Tahun
2010-2011
Kelompok Usia (tahun) Jumlah (pasien) Persentase (%)
15-19 5 6,6
20-24 16 21,1
25-29 22 28,9
30-34 17 22,4
35-39 7 9,2
40-44 5 6,6
45-49 4 5,3
Total 76 100,0
25
Berdasarkan tabel diatas (4.2) diketahui kelompok usia 25-29 tahun lebih
mendominasi dari keseluruhan data rekam medik sebesar 22 (28,9%) dan yang
terkecil yaitu rentang antara 45-49 tahun sebesar 4 (5,3 %) sesuai dari data
sebelumnya memang sedikit angka kejadian pada orang tua, sebaliknya menurut
Cowan pada usia 25-29 mendominasi karena pada saat itu dimana mengenal dan
peningkatan aktivitas seksual. Menurut penelitian oleh Austin Infeksi dikaitkan
dengan usia yang lebih muda pada seks pertama kali. Center for Disease Control and
Prevention berkemukaan bahwa ras kulit putih/Mongolian, seroprevalnesi pada usia
20-39 merupakan usia yang mulai menunjukan adanya antibodi HSV-1 dan HSV-2.
Menurut dr Suprayanto, kurang lebih 20% orang di atas usia 12 tahun terinfeksi HSV.
Antibodi untuk HSV-2 jarang ditemukan sebelum masa remaja karena asosiasi HSV-
2 berkaitan dengan aktifitas seksual.
Berdasarkan tabel di atas (4.3) di ketahui sebagian besar yaitu Tidak bekerja
(36,8%) dan pekerjaan untuk ekonomi kebawah berhubungan erat dengan tingkat
prilaku dan aktivitas seksualnya. Wilson, Walter dan Merle menjelaskan bahwa
prevalensi herpes simpleks di negara teringgal 90% masyarakatnya yang berumur 30
tahun memiliki antibodi HSV -1. Sedangkan di Amerika Serikat Antibodi HSV-1
26
ditemukan antara 50-60% pada masyarakat kelas menengah dan 90% pada
masyarakat tingkat sosial ekonomi rendah.
Berdasarkan tabel di atas (4.5) distribusi herpes di lihat dari status pernikahan,
menurut teori Hindelang et all terlihat bahwa karakteristik (umur, jenis kelamin,
27
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanankan di RSUD Tangerang
Tahun 2011, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Prevalensi Herpes Simpleks pada penderita PMS di RSUD Tangerang periode
2010-2011 adalah sebesar 6,22% .
2. Pola Demografi Herpes Simpleks pada penderita Herpes Simpleks di RSUD
Tangerang periode 2010-2011 di dominasi oleh perempuan sebanyak 52,6%,
kelompok usia 25-29 (28,9%), tidak bekerja (36,8%), dan dengan pendidikan
terakhir lulusan SMA (39,5%).
5.2 Saran
1. Bagi penelitian selanjutnya, perlu menggunakan variabel-variabel dan data
yang lebih banyak untuk menghubungkan kejadian Herpes Simpleks dan
prilaku hubungan seksual.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Adhi Djuanda. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Fakultas FKUI,
1999.
2. Lynch MA, Brightman VJ, Greenberg MS. Burket’s Oral Medicine
Diagnosis and Treatment, 9th ed, Philadelphia: JB Lippincott Company,
1996:12-6.
3. Scott DA, Coulter WA, Lamey PJ. Oral shedding of herpes simplex virus
type 1: a review. J Oral Pathol Med 1997; 26:441-7.
4. Aprilianingrum, Farida. Survei Penyakit Herpes Simpleks dan Infeksi
HIV Pada Pekerja Komersial Resosialisasi Argorejo Kelurahan
Kalibanteng Kulon Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun
2002. 2002. Available from : http://www.health-lrc.com. Last Update :
2011.
5. Warrell, David A. Cox, Timothy M. Firth, John D. Benz, Edward J. Infection
of Herpes Viruses (excluding eipstein bar virus), 4th ed, Oxford Text Book Of
Medicine: Oxford University Press, 2003:7.10.2.
6. Wray D, Lowe GDO, Dagg JH, Felix DH, Scully C. Textbook of General
and Oral Medicine, Edinburgh: Churchill Livingstone, 1999:259-61.
7. Wadell R. Genital HSV infection: long-term approaches for a lifelong
disease. Adis International Pty Ltd, 2000.
8. Felming DT, McQuillan GM, Johnson RE, et al. herpes simplex virus type
2 in the United States, 1976 – 1994. N Eng J Med 1997; 337 : 1105 – 1111.
9. National Library of Medicine. Etiology of Herpes Simplex. [Cited 2012
September5th]. Available from:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/herpessimplex.html
10. Silverman S, Eversole LR, Truelove EL. Essentials of Oral Medicine,
London: BC Decker Inc, 2001: 118-22.
11. Collier L, Oxford J. Human Virology, Oxford. Oxford University Press,
1996: 185-96.
28
29
Lampiran 1
Data Hasil Uji Statistik
30
31
DATA PRIBADI
Nama : Ops Siagara Fatmuji
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 23 Mei 1991
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jalan Raya Serang Km 18,6 Cikupa Tangerang
Nomor Telepon/HP : +6285697786788
Email : raverickz@yahoo.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
1997-2003 : SDN Sukasari IV Tangerang
2003-2006 : SMPN I Tangerang
2006-2009 : SMAN II Tangerang
2009-Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta