PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
World Health Organization (WHO) menunjukan data bahwa selama lebih dari
satu abad perawatan bedah telah menjadi komponen penting dari perawatan
kesehatan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap tahun sekitar 230 juta orang
atau sekitar 1 untuk setiap 25 orang yang hidup dilakukan operasi (Haynes, et
al, 2009).
emergency yang merupakan bagian dari rumah sakit yang memiliki resiko
terjadi insiden salah lokasi, salah prosedur dan salah pasien pada tindakan
dilaporkan dari tahun 2005 sampai 2006 ditemukan lebih dari 13% laporan
kejadian tidak diharapkan yang dikarenakan salah sisi operasi. Analisis pada
1
tahun 2005 dilaporkan dari 126 kasus didapatkan 76% dikarenakan kesalahan
sisi, 11% salah prosedur dan 13% salah pasien (WHO, 2009). Penelitian dari
siregar (2014) dari total pasien operasi 345 orang, didapatkan ada 134
responden yang harus dilakukan tindakan site marking pra bedah, total yang
dilakukan site marking yakni pada 33 responden (25,1%) dan tidak dilakukan
685 pasien dengan hasil sebesar 28,7% operasi ada penandaan dan 71,3% tidak
mendukung kebenaran sisi atau benar lokasi anatomi pasien sehingga dapat
akan dituju saat lokasi pembedahan. Asal mula site marking mendapat
2
Assosiation merekomendasikan memakai spidol permanen untuk menandai
Di ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUP Dr. Kariadi Semarang telah
dilakukan sosialisasi penandaan pra operasi bedah. Dari mulanya awal ruang
operasi sampai sekarang tidak pernah ada kejadian salah operasi. Namun
masalah pada pelaksanaan penandaan operasi yaitu masih ada beberapa dokter
standar yang berlaku. Penting bagi perawat, baik perawat rawat jalan, rawat
penandaan operasi telah dilaksanakan atau belum. Hal ini masih terus
dilakukan dan dapat meningkatkan mutu pelayanan ruang operasi dan rumah
sakit. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian untuk melihat
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
C. Manfaat
Kariadi Semarang