Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Patient safety merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat

asuhan pasien lebih aman dengan meliputi pengkajian resiko, identifikasi,

pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan

analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko (Depkes, 2006).

World Health Organization (WHO) menunjukan data bahwa selama lebih dari

satu abad perawatan bedah telah menjadi komponen penting dari perawatan

kesehatan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap tahun sekitar 230 juta orang

atau sekitar 1 untuk setiap 25 orang yang hidup dilakukan operasi (Haynes, et

al, 2009).

Tempat dilakukan pembedahan disebut dengan kamar operasi. Kamar

operasi adalah tempat dilaksanakannya pembedahan baik elektif maupun

emergency yang merupakan bagian dari rumah sakit yang memiliki resiko

terjadi insiden salah lokasi, salah prosedur dan salah pasien pada tindakan

operasi. Diperkirakan di Amerika Serikat kesalahan salah sisi, salah prosedur

dan salah pasien terjadi sekitar 1 dari 50.000–100.000 prosedur yang

dilakukan, jika dirata-rata sekitar 1.500–2.500 insiden terjadi setiap tahunnya.

Joint Commission International (JCI) menganalisa kejadian sentinel yang telah

dilaporkan dari tahun 2005 sampai 2006 ditemukan lebih dari 13% laporan

kejadian tidak diharapkan yang dikarenakan salah sisi operasi. Analisis pada

1
tahun 2005 dilaporkan dari 126 kasus didapatkan 76% dikarenakan kesalahan

sisi, 11% salah prosedur dan 13% salah pasien (WHO, 2009). Penelitian dari

siregar (2014) dari total pasien operasi 345 orang, didapatkan ada 134

responden yang harus dilakukan tindakan site marking pra bedah, total yang

dilakukan site marking yakni pada 33 responden (25,1%) dan tidak dilakukan

marking pada 101 responden (74,9%). Penelitian hidayat (2015) didapatkan

685 pasien dengan hasil sebesar 28,7% operasi ada penandaan dan 71,3% tidak

ada penandaan lokasi operasi.

Penandaan lokasi sebelum operasi mempunyai peran penting dalam

keberhasilan benar lokasi pembedahan. Penandaan lokasi operasi dapat

mendukung kebenaran sisi atau benar lokasi anatomi pasien sehingga dapat

meningkatkan keselamatan pasien (Depkes, 2008). Keuntungan dengan

penandaan lokasi operasi yaitu tidak adanya kesalahan lokasi maupun

kesalahan prosedur pembedahan. Kerugian jika tidak dilakukan penandaan

lokasi operasi yaitu meningkatkan terjadinya kesalahan lokasi operasi yang

dapat menyebabkan kerugian pada pasien dan meningkatkan tuntutan hukum

serta penurunan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit (WHO, 2009).

Mengurangi kejadian salahan sisi, salahan prosedur dan salah pasien

dapat dilakukan tindakan site marking (penandaan operasi). Site marking

adalah penandaan dengan mneggunakan spidol khusus untuk sayatan yang

akan dituju saat lokasi pembedahan. Asal mula site marking mendapat

perhatian dimulai pada tahun 1990 dimana The Canadian Orthopaedic

2
Assosiation merekomendasikan memakai spidol permanen untuk menandai

daerah yang akan diinsisi (WHO, 2008).

Di ruang Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUP Dr. Kariadi Semarang telah

dilakukan sosialisasi penandaan pra operasi bedah. Dari mulanya awal ruang

operasi sampai sekarang tidak pernah ada kejadian salah operasi. Namun

masalah pada pelaksanaan penandaan operasi yaitu masih ada beberapa dokter

yang belum melaksanakan penandaan operasi pra operasi sesuai dengan

standar yang berlaku. Penting bagi perawat, baik perawat rawat jalan, rawat

inap, maupun perawat ruang operasi untuk mengecek ulang pelaksanaan

penandaan operasi telah dilaksanakan atau belum. Hal ini masih terus

dilakukan dan dapat meningkatkan mutu pelayanan ruang operasi dan rumah

sakit. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian untuk melihat

kepatuhan petugas, faktor-faktor yang mempengaruhi serta upaya untuk

meningkatkan pelaksanaan site marking di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan pencapaian site marking di RSUP Dr. Kariadi Semarang

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi factor penyebab tidak tercapainya target capaian site

marking di RSUP Dr. Kariadi Semarang

b. Meningkatkan kepatuhan pemberian site marking

c. Mengukur keberhasilan capaian indicator pelaksanaan site marking

3
C. Manfaat

1. Dengan mengimplementasikan site marking dengan baik diharapkan dapat

meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien di RSUP Dr.

Kariadi Semarang

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan

rumah sakit dalam pelaksanaan program patient safety

Anda mungkin juga menyukai