Anda di halaman 1dari 74

TUGAS MATA AJAR KEPERAWATAN REPRODUKSI I

“Asuhan Keperawatan pada Gangguan Trimester I Kehamilan (Hiperemesis


Gravidarum dan Abortus)”

Fasilitator :

Retnayu Prandanie, S.Kep., Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :

Kelompok 5/A-2

Siska Kusumaningsih (131511133037)


Fitria Kusnawati (131511133038)
Kifayatus Sa’adah (131511133047)
Elly Ardianti (131511133058)
Asti Pratiwi (131511133069)
Alfian Gafar (131511133121)
Dewita Pramesti S. (131511133125)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Hiperemesis Gravidarum dan Abortus”. Penulisan makalah ini merupakan salah
satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Reproduksi I di Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga, Surabaya.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini banyak mengalami
kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari
Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Selanjutnya
ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:

1. Retnayu Prandanie, S.Kep., Ns., M.Kep.selaku fasilitator mata kuliah Keperawatan


Reproduksi I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga;
2. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Dalam penulisan makalah, penulis merasa masih ada kekurangan baik pada penulisan
maupun isi materi makalah ini. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini.

Surabaya, 27 November 2017

Penyusun

DAFTAR ISI
Cover.............................................................................................................................i

Kata Pengantar ..........................................................................................................ii

ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii

Hiperemesis Gravidarum
BAB I Pendahuluan....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum...............................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus..............................................................................................3
1.4 Manfaat..............................................................................................................4
BAB II Tinjauan Pustaka...........................................................................................5
2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi...............................................................5
2.1.1 Bagian-bagian dan Fingsi Sistem Reproduksi..............................................5

2.2 Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita................................................................12


2.3 Hiperemesis Gravidarum.................................................................................14
2.3.1 Definisi Hiperemesis Gravidarum..............................................................14

2.3.2 Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum..........................................................14

2.3.3 Etiologi dan Faktor Penyebab Hiperemesis Gravidarum...........................15

2.3.4 Patofisiologi Hiperemesis Gravidrum........................................................18

2.3.5 WOC Hiperemesis Gravidarum..................................................................19

2.3.6 Manifestasi Klinis Hiperemesis Gravidarum..............................................20

2.3.7 Pemeriksaan Penunjang Hiperemesis Gravidarum.....................................20

2.3.8 Penatalaksanaan..........................................................................................21

2.3.9 Komplikasi..................................................................................................25

2.3.10 Asuhan Keperawatan Teoritis...................................................................27

2.4 Abortus.............................................................................................................35
2.4.1 Definisi Abortus........................................................................................35

2.4.2 Klasifikasi Abortus...................................................................................35

2.4.3 Etiologi Abortus........................................................................................36

iii
2.4.4 Patofisiologi Abortus................................................................................38

2.4.5 WOC Abortus...........................................................................................39

2.4.6 Manifestasi Klinis Abortus.......................................................................40

2.4.7 Pemeriksaan Penunjang Abortus..............................................................40

2.4.8 Penatalaksanaan Abortus..........................................................................41

2.4.9 Komplikasi Abortus..................................................................................43

2.4.10 Asuhan Keperawatan Teoritis.................................................................44

BAB III Asuhan Keperawatan Kasus.....................................................................53


3.1 Asuhan Keperawatan Kasus Hiperemesis Gravidarum.................................53

3.2 Asuhan Keperawatan Kasus Abortus.............................................................64

BAB IV Penutup.......................................................................................................78
4.1 Kesimpulan....................................................................................................78

Daftar Pustaka..........................................................................................................79

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mual dan muntah merupakan gejala yang umum terjadi pada sekitar 50%
sampai 80% dari seluruh kehamilan. Kondisi ini umumnya disebut “morning
sickness”. Bagaimanapun sebesar 0,05% - 2% pada seluruh kehamilan dapat
terjadi mual dan muntah yang berat, kondisi ini sering disebut dengan
hiperemesis gravidarum, dengan prevalensi 1% sampai 3% atau 5-20 kasus per
1000 kehamilan (Simpson et.al, 2001).
Hiperemesis gravidarum (HG) dapat menyebabkan komplikasi bahkan
kematian pada ibu dan janin jika tidak tertangani dengan baik. Mual dan muntah
secara terus menerus, mengakibatkan turunnya berat badan hingga lebih dari 5%
berat sebelum hamil, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dapat
menyebabkan komplikasi maternal seperti kerusakan hati dan ginjal, robekan
pada esofagus, pneumothoraks, neuropati perifer, ensefalopati wernicke, dan
kematian. Pada janin dengan ibu yang menderita hiperemesis gravidarum
berkepanjangan dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan
kematian (Asih, Kampono, & Prihartono, 2009).
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan
minggu ke-9 sampai ke 10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan
berakhir pada minggu ke-12 sampai ke-14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala
berlanjut melewati minggu ke-20 sampai ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan terjadi
hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus ditata laksana dengan
rawat inap. Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka
kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum
dirawat inap lebih dari sekali. Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-
menerus dan sulit sembuh membuat pasien depresi. Pada kasus kasus ekstrim,
ibu hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi kehamilan. Beberapa
faktor risiko yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum antara lain
hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan berlebih,
kehamilan multipel, penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok.
Selain Hiperemesis gravidarum ada juga abortus. Salah satu penyebab
kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan

1
sebelum janin mencapai berat 500gram atau umur kehamilan kurang dari 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan
(Sarwono, 2008). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa: “15-
50% kematian ibu disebabkan oleh abortus. Abortus berdampak perdarahan atau
infeksi yang dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, kematian ibu yang
disebabkan abortus sering tidak dilaporkan dalam penyebab kematian ibu, tapi
dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Abortus dapat terjadi secara tidak
sengaja maupun disengaja dan dapat dialami oleh semua ibu hamil yang umur
kehamilan usia muda.” (Rosdiana, 2009).
Sementara untuk Indonesia abortus merupakan salah satu penyebab
kematian yang utama dengan urutan yang pertama terbanyak di Asia Tenggara
pada tahun 2011. Data yang dirilis oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun
2003 menyatakan tingkat abortus di Indonesia masih cukup tinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara maju di dunia, yakni mencapai 2,3 juta
abortus per tahun (Depkes RI, 2003). Affandi (2003) Menambahkan bahwa:
“Dari 2,3 juta kasus yang terjadi di Indonesia, sekitar 1 juta terjadi secara
spontan, 0,6 juta diaborsi karena kegagalan KB dan 0,7 diaborsi karena tidak
digunakannya alat KB”. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009
terdapat 750.000 – 1,5 juta abortus yang terjadi di Indonesia, 2500 orang
diantaranya berakhir dengan kematian. Aborsi berkonstribusi 11,1 % terhadap
Angka Kematian Ibu (AKI) Yang berjumlah 248 orang/100.000 kelahiran hidup
(Azikin, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan hiperemesis gravidarum dan abortus?

1.2.2 Apa saja klasifikasi dari hiperemesis gravidarum dan abortus?

1.2.3 Bagaimana penyebab atau etiologi dari hiperemesis gravidarum dan abortus?

1.2.4 Bagaiman patofisiologi dari hiperemesis gravidarum dan abortus?

1.2.5 Bagaimana WOC dari hiperemesis gravidarum dan abortus?

1.2.6 Apa saja manifestasi klinis dari hiperemesis gravidarum dan abortus?

2
1.2.7 Apa saja penatalaksanaan dari hiperemesis gravidarum dan abortus?

1.2.8 Bagaimana komplikasi dari hiperemesis gravidarum dan abortus?

1.2.9 Apa saja masalah keperawatan yang muncul pada pasien hiperemesis gravidarum
dan abortus?

1.2.10 Bagaimana asuhan keperawatan dari hiperemesis gravidarum dan abortus?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Setelah perkuliahan mahasiswa mampu menjelaskan konsep dari asuhan


Keperawatan pada gangguan trimester I kehamilan

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami definisi dari hiperemesis


gravidarum dan abortus.
2. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami klasifikasi dari hiperemesis
gravidarum dan abortus.
3. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami etiologi dari hiperemesis
gravidarum dan abortus.
4. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami patofisiologi hiperemesis
gravidarum dan abortus
5. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami WOC dari hiperemesis
gravidarum dan abortus.
6. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami manifestasi klinis dari
hiperemesis gravidarum dan abortus.
7. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami penatalaksanaan dari hiperemesis
gravidarum dan abortus.
8. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami komplikasi dari hiperemesis
gravidarum dan abortus.
9. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami masalah keperawatan yang
muncul pada klien hiperemesis gravidarum dan abortus.
10. Mahasiswa dapat mengerti, dan memahami asuhan keperawatan yang di
berikan pada klien hiperemesis gravidarum dan abortus.

1.4 Manfaat

3
1. Makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara mendalam
tentang asuhan keperawatan pada pasien gangguan trimester I kehamilan

2. Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan informasi bagi
para pembaca khususnya tentang asuhan keperawatan pasien dengan gangguan
trimester I kehamilan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


2.1.1 Bagian-Bagian dan Fungsi Sistem Reproduksi Wanita
1. Genetalia Eksterna

4
a. Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium
urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
b. Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas
daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
c. Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian
bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).
d. Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel
rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.

e. Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva,
dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog
embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada
clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.
f. Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral
labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu
orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii
kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat
fossa navicularis.
g. Introitus / orificium vagina

5
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan
tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal
terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan
sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma
lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan
robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut
parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang
tampak pada wanita pernah melahirkan / para. Hymen yang abnormal,
misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang
vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia
interna.
h. Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk
memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.

i. Bulbus Vestibuli
Jaringan erektil pada sisi ostium vagina dan ditutup oleh m.
bulbospongiosum. Homolog dengan bulbus penis pada pria. Bulbus vestibuli
dextra dan sinistra merupakan pengumpulan vena dibawah selaput lendir
vestibulum, dekat ramus ossis pubis. Panjangx 3-4 cm, lebarnya 1-2 cm, dan
tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus vestibuli mengandung banyak pembuluh darah,
sebagian tertutup oleh muskulus iskio kavernosum dan muskulus konstriktor
vagina. Glandula Vestibularis Major (glandula bartholini) dibelakang bulbus
vestibule.

2. Genetalia Interna

6
a. Vagina (liang kemaluan atau liang senggama)
Vagina adalah tabung berotot yang dilapisi membran dari jenis epitelium
bergaris yang khusus, dialiri pembuluh darah dan serabut saraf secara
berlimpah. Panjang vagina yaitu, dari vestibula hingga uterus(rahim).
Permukaan anterior vagina menyentuh basis kandung kencing dan uretra,
sedangkan dinding posteriornya menyentuh rektum dan kantong rekto-vaginal
(ruang douglas). Seperampat sebelah bawah vagina menyentuh badan
perineum. Sturktur vagina, dinding vagina terdiri atas tiga lapis, antara lain
lapisan dalam adalah selaput lender (membran mukosa) yang dilengkapi
lipatan-lipatan atau rugae, sehingga mempunyai rupa seakan-akan ditutupi
papilla (selaput lendir vagina teerdiri atas sel epitel gepeng berlapis), lapisan
luar adalah lapisan berotot yang terdiri atas serabut longitudinal dan
melingkar,dan diantara kedua lapisan ini terdapat sebuah lapisan dan jaringan
erektil terdiri atas jaringan areoler, pembuluh darah, dan beberapa serabut otot
tak bergaris. Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid,
untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina
terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam
secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix
uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar
1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus
vaginal.
b. Uterus
Struktur uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, dan
terletak di dalam pelvis, antara rektum di belakang dan kandung kencing di
depan. Ototnya disebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi sebelah
dalamnnya disebut endometrium. Ligamentum latum uteri di bentuk oleh dua
lapis peritoneum, di setiap sisi uterus terdapat ovarium dan tuba uterina.
Persediaan darah didapatkan dari arteri uterina dan arteri ovaria. Panjang uterus

7
adalah 5 sampai 8 cm, dan beratnya 30 sampai 60 gram. Uterus terbagi atas
tiga bagian, yaitu:
- Fundus ,bagian cembung diatas muara tuba uterina.
- Badan uterus melebar dari fundus ke serviks
- Serviks,bagian bawah yang sempit pada uterus
Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan yaitu:
- Endometrium, mempunyai dua bagian yaitu stratum fungsionale yang

mengalami perubahan sesuai dengan siklus menstruasi dan stratum


basale.
- Myometrium
- Perimetrium, merupakan peritoneum yang menutupi uterus. Kelateral
melanjutkan diri kedalam ligamentum latum.
Fungsi uterus yaitu, untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama
perkembangan.sebutir ovum setelah keluar dari ovarium diantarkan melalui
tuba uterina ke uterus.Sewaktu hamil secara normal berlangsung selama kira-
kira 40 minggu, uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis, tetapi lebih
kuat dan membesar sampai keluar pelvis masuk ke dalem rongga abdomen
pada masa pertumbuhan fetus. Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda
melahirkan mulai, uterus berkonstraksi secara ritmis dan mendorong bayi dan
plasenta keluar kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui proses yang
dikenal sebagai involusi.
c. Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus
dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama:
otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian
luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang
ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar
mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum
melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil,
setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis
melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina
ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang
mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai
garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks
dipengaruhi siklus haid.
d. Corpus uteri

8
Terdiri dari: paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada
ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium
berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal,
anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding
cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-
hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke
anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus
terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan
perkembangan wanita.
e. Ligamenta penyangga uterus
1) Ligamentum latum
• Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii.
2) Ligamentum rotundum (teres uteri)
• Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat.
• Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi.
3) Ligamentum infundibulopelvikum
• Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
4) Ligamentum kardinale Machenrod
• Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri.
• Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
5) Ligamentum sacro-uterinum
 Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod
menuju os.sacrum.
6) Ligamentum vesiko-uterinum
 Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan.
f. Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba
kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari
ovarium sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan: serosa,
muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.
Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars
infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding
yang berbeda-beda pada setiap bagiannya.
g. Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba
pengendali transfer gamet.
h. Pars ampularis (medial/ampula)

9
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula /
infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi
di dinding tuba bagian ini.
i. Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya,
melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum
yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam
tuba.
j. Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
k. Ovarium
Kedua ovarium adalah kelenjar berbentuk biji buah kenari, terletak di
kanan dan kiri uterus, di bawah uba uterina, dan terikat di sebelah belakang
oleh ligamentum latum uteri. Ovarium berisi sejumlah besar ovum belum
matang, yang disebut oosit primer. Setiap oosit dikelilingi sekelompok sel
folikel pemberi makanan. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah
ovum dilepaskan dan dikeluarkan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14)
siklus menstruasi. Pematangan folikel graaf dan pengeluaran ovum disebut
ovulasi. Bila folikel graaf sobek, maka terjadi sedikit perdarahan, terjadi
penggumpalan darah di dalam ruang folikel, dan sel-sel yang berwarna kuning
yang berasal dai dinding folikel tumbuh masuk ke dalam gumpalan itu dan
membentuk korpus luteum atau badan kuning. Bila ovum yang keluar itu di
buahi, korpus luteum tumbuh terus sampai beberapa bulan, menjadi sangat
besar, dan mulai atrofik setelah kia-kira5 sampai 6 bulan kemudian. Bila ovum
tidak di buahi, korpus luteum bertahan hanya sampai 12 sampai 14 hari, sampai
tepat sebelum permulaan masa menstruasi berikutnya, kemudian menjadi
atrofik dan diganti jaringan perut.

10
2.2 Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
1. Hormon Reproduksi pada wanita
a. Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel
sekitar sel ovum.
b. Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormone LH.
c. Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses
pematangan sel ovum).
d. Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH
2. Siklus Menstruasi
Siklus mnstruasi terbagi menjad 4. wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan
akan mengeluarkan darah dari alat kandungannya.
1. Stadium menstruasi (Desquamasi), dimana endometrium terlepas dari rahim dan
adanya pendarahanselama 4hari.
2. Staduim prosmenstruum (regenerasi), dimana terjadi proses terbentuknya
endometrium secara bertahap selama 4hr
3. Stadium intermenstruum (proliferasi), penebalan endometrium dan kelenjar
tumbuhnya lebih cepat.
4. Stadium praemenstruum (sekresi), perubahan kelenjar dan adanya penimbunan
glikogen guna mempersiapkan endometrium.
3. Hormon-Hormon Reproduksi
1. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling
penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan
ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk
tubuh, rambut kemaluan, dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi
dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan
cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.
2. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan
ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar
progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai
plasenta dapat membentuk hormon HCG.
3. Gonadotropin Releasing Hormone
GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan
merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar
estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus
sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.
4. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)

11
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh
hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari
folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini
akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.
5. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi
memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga
mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase
luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum
pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya juga periodik /
pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh
eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.
6. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas
(plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu
(sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar
1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar
10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus
luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan
awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau
urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli
Mainini, tes Pack, dsb).
7. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan
produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut
mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
Pada kehamilan, prolaktin juga.

2.3 Hiperemesis Gravidarum


2.3.1 Definisi Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan yang
dapat mengganggu aktivitas sehari – hari yang tidak terkendali selama masa hamil
yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit atau defisiensi nutrisi
dan kehilangan berat badan. Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana
penderita mual dan muntah berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap

12
saat, sehingga menggganggu kesehatan dan pekerjaan sehari – hari (Arief. B.,
2009).
2.3.2 Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum
Menurut berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi ke
dalam tiga tingkatan sebagai berikut:
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada
tingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali
per menit, tekanan darah sistolik menurun, dapat disertai peningkatan suhu
tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.
2. Tingkat II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun,
lidah kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun,
suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun,
hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa
pernapasan karena mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula ditemukan
dalam urine.
3. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta
suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal
sebagai wenickle ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus,
diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan
zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan
terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari
esofagus, lambung, dan retina.
2.3.3 Etiologi dan faktor yang berhubungan dengan Hiperemesis Gravidarum
Etiologi hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Dulu penyakit
ini dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga adanya
semacam “racun” yang berasal dari janin atau kehamilan. Penyakit ini juga
digolongkan ke dalam gestosis bersama pre-eklampsi dan eklampsi. Nama gestosis
dini diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan gestosis lanjut untuk hipertensi
(pre-eklampsi dan eklampsi) dalam kehamilan (Runiari, 2010).
Runiari (2010) dan Guyton (2004) menjelaskan beberapa teori penyebab
terjadinya hiperemesis gravidarum namun tidak ada satupun yang dapat

13
menjelaskan proses terjadinya secara tepat. Teori tersebut antara lain adalah
(Runiari, 2010):
1) Teori Endokrin
Teori endokrin menyatakan bahwa peningkatan kadar progesteron,
estrogen, dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat menjadi faktor
pencetus mual muntah. Peningkatan hormone progesteron menyebabkan otot
polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu mengakibatkan
penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan lambung melambat.
Refleks esofagus, penurunan motilitas lambung dan penurunan sekresi dari
asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah.
Selain itu HCG juga menstimulasi kelenjar tiroid yang dapat mengakibatkan
mual dan muntah.
Hormon progesteron ini dihasilkan oleh korpus luteum pada masa awal
kehamilan dan mempunyai fungsi menenangkan tubuh ibu hamil selama
kehamilan, termasuk saraf ibu hamil sehingga perasaan ibu hamil menjadi
tenang. Hormon ini berfungsi untuk membangun lapisan di dinding rahim
untuk menyangga plasenta di dalam rahim. Hormon ini juga dapat berfungsi
untuk mencegah gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim. Hormon
ini dapat "mengembangkan" pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan
darah, itu penyebab mengapa sering pusing saat hamil. Hormon ini juga
membuat sistem pencernaan jadi lambat, perut menjadi kembung atau
sembelit. Hormon ini juga mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu,
meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pernafasan, mual, dan menurunnya
gairah berhubungan intim selama hamil.
Seseorang dalam kondisi stress akan meningkatkan aktifitas saraf simpatis,
untuk melepaskan hormon stress berupa adrenalin dan kortisol (Guyton,
2004). Sistem imun merupakan komponen penting dan responden adaptif
stress secara fisiologis.
Stress menggunakan adrenalin dalam tubuh untuk meningkatkan
kepekaan, prestasi dan tenaga. Peningkatan adrenalin akan memperkecil
kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan
pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah terial dan menambah
volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga

14
menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah
(Guyton, 2004).
Tekanan darah yang tinggi dan peningkatan denyut jantung akan dapat
meningkatkan HCG. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) adalah
hormone yang dihasilkan selama kehamilan, yang dapat dideteksi dari darah
atau air seni wanita hamil sesudah kurang lebih 10 hari sesudah pembuahan.
HCG ini dapat menstimulasi terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil
(Guyton, 2004).
2) Teori Metabolik
Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat
mengakibatkan mual dan muntah pada kehamilan.
3) Teori Alergi
Adanya histamin sebagai pemicu dari mual dan muntah mendukung
ditegakkannya teori alergi sebagai etiologi hyperemesis gravidarum. Mual
dan muntah berlebihan juga dapat terjadi pada ibu hamil yang sangat sensitif
terhadap sekresi dari korpus luteum.
4) Teori Infeksi
Hasil penelitian menemukan adanya hubungan antara infeksi Helicobacter
pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum, sehingga dijadikan dasar
dikemukakannya teori infeksi sebagai penyebab hiperemesis gravidarum.
5) Teori Psikosomantik
Menurut teori psikomatik, hiperemesis gravidarum merupakan keadaan
gangguan psikologis yang dirubah dalam bentuk gejala fisik. Kehamilan yang
tidak direncanakan dan tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan
pendapatan menyebabkan terjadinya perasaan berduka, ambivalen, serta
konflik dan hal tersebut dapat menjadi faktor psikologis penyebab
hiperemesis gravidarum.
Gejala mual dan muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan traktus
digestif seperti pada penderita diabetes mellitus (gastroparesis diabeticorum).
Hal ini disebabkan oleh gangguan motilitas usus atau keadaan pasca operasi
vagotomi. Selain merupakan reflesi gangguan intrinsik dari lambung, gejala
mual dan muntah dapat disebabkan oleh gangguan yang bersifat sentral pada
pusat muntah (chemoreceptor trigger zone). Perubahan metabolisme hati juga
dapat menjadi penyebab penyakit ini, oleh karena itu pada kasus yang berat
harus dipikirkan kemungkinan akibat gangguan fungsi hati, kantung empedu,
pankreatitis, atau ulkus peptikum (Runiari, 2010).

15
Mitayani (2009) menyebutkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
kejadian hiperemesis gravidarum meliputi:
1) Faktor predisposisi terdiri dari primigravida, molahidatidosa dan
kehamilan ganda
2) Faktor organik seperti alergi masuknya vilikohirialis sirkulasi, perubahan
metabolik akibat kehamilan dan resistensi ibu yang menurun.
3) Faktor psikologis, meliputi pengetahuan, sikap, umur, paritas, pekerjaan,
stress, peningkatan hormon progesteron, estrogen dan HCG, alergi, infeksi
dan diabetes melitus.
2.3.4 Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan
Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah.
Peningkatan kadar hormon progesterone menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung
menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil
muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. (Winkjosastro, 2007).
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya non protein nitrogen, asam
urat, dan penurunan klorida dalam darah, kekurangan vitamin B1, B6, B12, dapat
mengakibatkan terjadinya anemia (Mitayani, 2009).

16
2.3.5 WOC Hiperemesis Gravidarum
Teori infeksi Teori alergi Teori Metabolik Teori endokrin Teori psikosomatik
3.

Bakteri dan virus Makanan Kekurangan Peningkatan kadar Kehamilan


masuk ke saluran beracun vitamin B6 progesteron, esterogen yang tidak
pencernaan masuk ke dan HCG diinginkan
saluran
pencernaan Produksi
Tubuh tidak serotonin Otot polos pada Perasaan berduka
dapat berkurang sistem
mentoleransi Tubuh berusaha gastrointestinal
untuk relaksasi Stres
mengeluarkan Kecemasan
racun
Penurunan motilitas Peningkatan
lambung tekanan darah
dan denyut
jantung
Pengosongan
lambung
melambat Peningkatan HCG

Perangsangan pada
hipotalamus

Aktivasi dan stimulasi


medulla vomitting center

Mual dan muntah


Asam lambung naik Kehilangan
(HIPEREMESIS Hemokonsentrasi
sampai ke mulut cairan berlebih
GRAVIDARUM)

17
Aliran darah ke
Lidah kering jaringan berkurang
Refluks asam lambung Kadar elektrolit
mengiritasi mukosa dalam tubuh
Penurunan sensasi esofagus berkurang Oksigen dan Nutrisi
kecap di jaringan
berkurang
MK : Nyeri MK : Risiko
Nafsu makan akut
2.3.6 menurun
Manifestasi Klinis Hiperemesis Gravidarum ketidakseimbangan Metabolisme intra sel
yang jelas antara mualmenurun
elektrolit
(Runiari, 2010) menyatakan bahwa tidak ada batasan
yang bersifat fisiologis dengan hyperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan umum
MK : Ketidakseimbangan MK : Intoleransi Otot lemah
nutrisi : ibu
kurang dari terpengaruh sebaiknya dianggap sebagai aktivitas
hamil hiperemesis gravidarum.
kebutuhan tubuh
Menurut berat ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi ke dalam tiga
tingkatan sebagai berikut:
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan
ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun
dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per
menit, tekanan darah sistolik menurun, dapat disertai peningkatan suhu
tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung.
2. Tingkat II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu
kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun,
hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa
pernapasan karena mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula ditemukan
dalam urine.
3. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta
suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal
sebagai wenickle ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus,
diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan
zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus
menunjukkan terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi
perdarahan dari esofagus, lambung, dan retina.
2.3.7 Pemeriksaan Penunjang Hiperemesis Gravidarum

18
1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat): mengkaji usia gestasi janin
dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi
plasenta.
2. Urinalisis untuk menganalisis ketonuria, BJ urin
3. Serum elektrolit: menilai kadar elektrolit untuk mengevaluasi adanya
hiponatremia dan hipokalemia, mengetahui adanya hipokloremia, asidosis
dan alkalosis metabolik, serta menilai fungsi ginjal dan kadar volume.
4. Fungsi hati dan bilirubin: mengevaluasi kadar transaminase yang dapat terjadi
pada 50% kasus hiperemesis gravidarum. Transaminase ringan ini sering
menyebabkan mual. Pada HEG terjadi peningkata Aspartate
Aminotranseferase dan Alanine Amino Transferase, bilirubin.
5. Enzim Amylase/lipase: kadar enzim amilase meningkat sekitar 10% pada
pasien hiperemesis gravidarum. Kombinasi kadar enzim amylase dan
lipase yang meningkat, jika dicurigai pancreatitis.
6. Pemeriksaan kadar T3, T4, TSH. Hiperemesis gravidarum sering dikaitkan
terhadap keadaan transien hipertiroid dan menekan kadar TSH pada 50-60%
kasus.
7. Kultur urin: mengindikasikan adanya infeksi selama kehamilan jika dicurigai
pielonefritis dan dapat dihubungkan dengan mual dan muntah.
8. Kadar kalsium: pada beberapa kasus yang jarang terjadi dilaporkan
bahwa hiperkalsemi berhubungan dengan hiperemesis gravidarum.
9. Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, keton dan
proteinuria.
2.3.8 Penatalaksanaan
Jarang ada terapi untuk mual dan muntah pada kehamilan yang
menyebabkan calon ibu benar–benar terbebas dari keluhan mual dan muntah
(williams, 2006). Secara keseluruhan penatalaksanaan untuk hiperemesis
gravidarum harus tergantung pada angka kesakitan yang dirasakan ibu, pengaruh
yang kuat pada kualitas kehidupan seorang wanita dan aman bagi bayi.
Penatalaksanaan dimulai dari perubahan pola makan dan pola hidup sampai
penggunaan supplement vitamin, terapi antiemetik, sampai pada hospitalisasi.
Penatalaksanaan umum dimulai dari intervensi nonfarmakologi, terapi obat-
obatan diperlukan jika mual dan muntah tidak dapat diatasi. Pertimbangkan yang
ada yaitu dengan pendekatan terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi,
petugas kesehatan harus mengerti bahwa penatalaksanaan yang adekuat dengan

19
menggabungkan terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi (Smith, et al.,
2006).
a. Terapi nonfarmakologi
1. Pengobatan psikologis
Pendekatan psikologik sangat penting dalam pengobatan hiperemesis
gravidarum. Bantuan moral dengan meyakinkan wanita bahwa gejala–
gejala yang terjadi wajar dalam kehamilan muda dan akan hilang dengan
sendirinya menjelang kehamilan 4 bulan sangat penting artinya
(Prawirohardjo, 1997).
Kasus–kasus yang berat perlu dirawat dan ditempatkan di dalam
kamar isolasi. Dengan demikian wanita yang bersangkutan dibebaskan
dari lingkungan yang mungkin menjadi sumber kecemasan baginya.
Memang suatu kenyataan bahwa gejala–gejala yang dialami mulai
berkurang, bahkan kadang–kadang penderita sudah tidak muntah lagi
sebelum terapi dimulai, atau sebelum pengaruh terapi dapat diharapkan
(Prawirohardjo, 1997).
Ketika dirawat dan dilakukan isolasi, petugas dapat memberikan
komunikasi, informasi, dan edukasi tentang berbagai masalah berkaitan
dengan kehamilan untuk mengurangi stress yang dialami ibu (Manuaba,
1998). Konsultasi pada psikiater juga terkadang diperlukan bila ibu
mengalami depresi, dicurigai mengalami kekerasan dalam rumah tangga
atau memiliki penyakit jiwa (Quinlan & Hill, 2003).
2. Makan porsi kecil tapi sering
Keluhan mual dan muntah ini dapat diminimalisasi dengan makan
kecil tapi sering dan berhenti sebelum kenyang dan menghindari
makanan yang mungkin akan memicu atau memperparah gejala
(williams, 2006). Rekomendasi umum yang dapat dipilih adalah
makanan lunak dan manis, tinggi karbohidrat, rendah lemak,
menghindari makanan berbau menyengat, dan tidak mengkonsumsi tablet
besi (Mesics, 2008).
Direkomendasikan makan dalam porsi kecil tapi sering setiap 2
sampai 3 jam, makan rendah lemak, tinggi protein, menghindari makanan
berminyak dan makanan asin (Mesics, 2008).
3. Perubahan tingkah laku
Perubahan tingkah laku yang direkomendasikan untuk pasien yang
menderita hiperemesis gravidarum yaitu untuk meningkatkan waktu

20
istirahat, jalan–jalan mencari udara segar, menghindari gerak yang tiba–
tiba, menghindari menggosok gigi segera setelah makan, dan berdiri sesaat
setelah makan akan mengurangi muntah (Mesics, 2008).
Menghindari bau sangat penting dilakukan. Terlalu sensitif terhadap
bau terjadi pada kehamilan, kemungkinan karena peningkatan hormon
estrogen. Bau yang menusuk hidung umumnya adalah bau makanan tapi
kadang–kadang juga bau parfum atau bahan kimia. Meminimalkan bau
dan peningkatan udara segar adalah kunci untuk menghindari mual
(mesics, 2008)
4. Penggunaan akupresure dan jahe
Murphy dan Chez (2000, dalam Williams, 2006) mengkaji terapi-terapi
alternatif antara lain penggunaan akupuntur pada titik P6 dan bubuk jahe
yang diberikan 250 mg 3–4 kali sehari. Terapi alternatif yang biasa
digunakan adalah penggunaan jahe, peppermint, dan daun raspberry. Jahe
memiliki keuntungan sebagai sebuah terapi alternatif untuk penatalaksanaan
variasi mual dan muntah dalam kehamilan. Dosis yang biasa digunakan
untuk jahe adalah 1–2 gr/hari peroral 3–4 dibagi perdosis selama seminggu
(Smith, et al., 2006).
5. Pemijatan
Terapi pemijatan juga berperan untuk meningkatkan serotonin dan
dopamine dan menurunkan kadar kortisol, dapat membantu secara umum
untuk relaksasi dan penurunan stress. Pemijatan taktil dengan lembut,
lambat dapat dilakukan pada tangan dan kaki atau pada seluruh tubuh
(Mesics, 2008). Pemijatan taktil dapat membantu untuk meningkatkan
relaksasi, melapangkan pikiran dan memberikan pemikiran kepada ibu
bahwa tubuhnya dapat berfungsi kembali. Pemijatan taktil merupakan terapi
alternatif dan saling melengkapi untuk hiperemesis gravidarum (Mesics,
2008).
b. Terapi farmakologi
Tujuan dari perawatan hiperemesis gravidarum adalah mengurangi mual
dan muntah, menggantikan cairan dan elektrolit, meningkatkan gizi dan berat
badan ibu (Tiran, 2008).
1. Hospitalisasi
Jika mual dan muntah yang dialami diikuti oleh dehidrasi, diperlukan
perawatan di rumah sakit untuk rehidrasi dan penggantian vitamin dan

21
mineral yang disebut sebagai terapi antiemetik. Setelah ketonuria dan
mual dan muntah teratasi, perlu perawatan di rumah, salah satunya
adalah obat peroral (Mesics, 2008). Dalam keadaan muntah yang
berlebihan dan dehidrasi ringan, penderita hiperemesis gravidarum
sebaiknya dirawat sehingga dapat mencegah komplikasi dari hiperemesis
gravidarum (Mansjoer, 2001).
2. Pemberian obat – obatan
Obat–obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan hiperemesis
gravidarum (Quinlan & Hill, 2003).
Nama Obat Dosis
Vitamin
Pyridoxine (Vit. B6) 25 mg peroral 3 kali sehari
Doxylamine (Unisom) 25 mg peroral 1 kali sehari
Antiemetik
Chlorpromazine 10 – 25 mg peroral 2 – 4 kali
(Thorazine) sehari
Prochlorperazine 5 – 10 mg peroral 3 atau 4 kali
(Compazine) sehari
Promethazine 12,5 – 25 mg peroral setiap 4 – 6
(Phenergan) jam
Trimethobenzamide 250 mg peroral 3 atau 4 kali sehari
8 mg peroral 2 atau 3 kali sehari
(Tigan)
0,5 – 2 mg IV atau IM setiap 3
Ondansetron (Zofran)
Droperidol (Inapsine) atau 4 jam
Antihistamin dan
antikolinergik
25 – 50 mg peroral setiap 4 – 8
Diphenhydramine
jam
(Benadryl)
25 mg peroral setiap 4 – 6 jam
Meclizine (Antivert)
5- 100 mg peroral setiap 4 – 6 jam
Dimenhydrinate
(Dramamine)
Obat Motility
Metoclopramide 5 – 10 mg peroral 3 kali sehari
(Reglan)
Corticosteroid
Methylprednisonole 16 mg peroral 3 kali sehari,
(Medrol) kemudian diturunkan bertahap
NaCl – Kaen MG 3 hidup lebih efektif dibanding dengan
standar hidup dalam perawatan hyperemesis gravidarum kelas dua.

22
3. Penghentian kehamilan
Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis gravidarum tidak
berhasil, malah mengakibatkan keadaan ibu bertambah buruk
sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan penghentian
kehamilan. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria, dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik yang dapat
mnyebabkan penghentian kehamilan dapat dilkukan (Prawirohardjo,
1997; Manuaba, 1998).
2.3.9 Komplikasi Hiperemesis Gravidarum
Menurut (Manuaba, 2010) terdapat beberapa komplikasi akibat hyperemesis
gravidarum, diantaranya adalah:
1. Komplikasi Ringan
a. Kehilangan Berat Badan
Diakibatkan oleh ibu hamil yang memuntahkan semua makanan yang
telah dimakan dan diminum yang dapat menyebabkan ibu tersebut
kehilangan pemenuhan nutrisi kehamilan sehingga mampu
menyebabkan BB ibu turun drastic.
b. Dehidrasi
Akibat rasa mual dan muntah berulang maka cairan yang seharusnya
diserap oleh tubuh ikut keluar Bersama makanan yang dimuntahkan,
sehingga tubuh tidak memiliki banyak cairan untuk menjalankan
fungsi normalnya.
c. Asidosis dari kekurangan gizi
Disebabkan karena rasa mual yang berlebihan menyebabkan kondisi
lambung tidak adekuat dalam memproses nutrisi makanan sehingga
terjadi peningkatan asam pada tubuh. Sehingga tubuh mencerna asam
atau zat yang dapat diubah menjadi asam.
d. Alkalosis hypokalemia
Diakibatkan oleh rasa mual dan muntah berlebih sehingga kadar
cairan dalam tubuh berkurang (hilangnya Na dan K) yang dapat
menyebabkan ketidakseimbangan pH dalam tubuh.
e. Kelemahan otot
Diakibatkan oleh nutrisi makanan banyak yang terbuang dalam proses
muntah sehingga proses pembentukan energi terganggu dan akibatnya
sel-sel otot tidak menerima asupan nutrisi dengan baik.
f. Kelainan Elektrokardiografik
Diakibatkan oleh makanan yang tidak termetabolisme dengan baik
atau dimuntahkannya makanan yang dapat menyebabkan perfusi

23
jaringan tidak asekuat menerima nutrisi dan mendistribusikan bahan-
bahan makanan dari pengambilan sisa-sisa metabolism.
g. Gangguan psikologi
Diakibatkan oleh rasa mual dan muntah yang terjadi berkali-kali
dalam waktu 24 jam, mampu memicu terjadinya stress dalam
menangani hal tersebut, gelisah, tegang, dan ketakutan.

2. Komplikasi Berat
a. Ruptur Oesophageal
Hal ini dikarenakan terlalu sering muntah maka secara tidak langsung
memberikan tekanan pada esophagus untuk mengeluarkan kembali
maknan yang telah dimakan. Sehingga mampu menimbulkan nyeri pada
esophagus dan menimbulkan jejas yang dapat menyebabkan dinding
esophagus ruptur secara bertahap.
b. Encephalophaty wernike’s mielinolisis pusat pontine
Disebabkan oleh kehilangan cairan yang berlebih dari proses muntah,
sehingga terjadi kerusakan ginjal yang memicu terjadinya gangguan
regulasi vaskuler oleh ginjal. Hal ini dapat menyebabkan nyeri kepala
berat pada ibu hamul.
c. Kerusakan ginjal
Akibat hilangnya nutrisi dan cairan berlebih menyebabkan ginjal tidak
dapat mensekresi dan ekskresi cairan di dalam tubuh dengan baik.
sehinggga jika terjadi dalam waktu yang lama ginjal akan mengalami
kolaps.
d. Keterlambatan pertumbuhsn jsnin dalam kandungan
Diakibatkan pemenuhan nutrisi pada plasenta janin mengalami gangguan,
sehingga proses pertumbuhan janin mengalami keterlambatan (usia 16
minggu belum merasakan pergerakan janin).
e. Kematian janin
Diakibatkan oleh kondisi ibu muntah berat sehingga plasenta janin kurang
asupan nutrisi dan cairan. Jika gerjadi dalam waktu yang lama janin
mengalami defisiensi nutrisi dan akhirnya dapat menyebablan kematian.
2.3.10 Asuhan Keperawatan Teoritis Hiperemesis Gravidarum
A. Pengkajian Umum
Pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data,
pengelompokan, dan menganalisis, sehingga didapatkan masalah dan kebutuhan

24
untuk perawatan ibu. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberikan
gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan ibu yang
memungkinkan perawatan melakukan asuhan keperawatan. Langkah pertama
dalam pengkajian ibu hiperemesis gravidarum adalah mengumpulkan data. Data-
data yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:
1. Identitas
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
no registrasi, agama, status perkawinan, perkerjaan, tinggi badan, berat
badan, tanggal masuk RS.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Biasanya ibu dengan hiperemesis gravidarum akan mengeluhkan
muntah dan mual secara terus-menerus dalam beberapa hari,
kemudian tidak nafsu makan dan badan terasa lemah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat keluhan yang dirasakan oleh
ibu sesuai dengan gejala-gejala pada hiperemesis gravidarum, yaitu:
mual dan muntah yang terus menerus, merasa lemah dan kelelahan,
merasa haus dan terasa asam di mulut, serta konstipasi dan demam.
Selanjutnya dapat juga ditemukan berat badan yang menurun. Turgor
kulit yang buruk dan gangguan elektrolit. Terjadinya oliguria,
takikardia, mata cekung, dan ikterus.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Kemungkinan klien pernah mengalami hiperemesis gravidarum
sebelumnya. Kemungkinan klien pernah mengalami penyakit yang
berhubungan dengan saluran pencernaan yang menyebabkan mual
muntah.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan adanya riwayat kehamilan ganda pada keluarga atau
riwayat hiperemesis pada ibu klien dahulu.
e. Riwayat Psikologi
Riwayat psikologi sangat penting dikaji agar dapat diketahui keadaan
jiwa ibu sehubungan dengan perilaku terhadap kehamilan. Keadaan
jiwa ibu yang labil, mudah marah, cemas, takut akan kegagalan
persalinan, mudah menangis, sedih, serta kekecewaan dapat
memperberat mual muntah. Pola pertahanan diri (koping) yang

25
digunakan ibu bergantung pada pengalamannya terhadap kehamilan
serta dukungan dari keluarga dan perawat.
f. Riwayat Perkawinan
Kemungkinan terjadi pada perkawinan usia muda.
g. Riwayat Menstruasi
 Kemungkinan menarkhe usia 12-14 tahun.
 Siklus 28-30 hari.
 Lamanya 5-7 hari.
 Banyaknya 2-3 kali ganti duk/hari.
 Kemungkinan ada keluhan waktu haid seperti nyeri, sakit
kepala, dan muntah.
h. Riwayat kehamilan dan persalinan.
 Hamil muda: ibu pusing, mual dan muntah, serta tidak ada nafsu
makan.
 Hamil tua: pemeriksaan umum terhadap ibu mengenai kenaikan
berat badan, tekanan darah, dan tingkat kesadaran.
3. Pemeriksaan Fisik
 B I (Breath) : RR Normal.
 B2 (Blood) : Suhu tubuh normal meskipun pada ruangan
hangat, TD rendah (hipotensi), takikardia.
 B3 (Brain) : Pusing dan hingga kehilangan kesadaran
 B4 (Bladder) : Kaji keseimbangan cairan dan elektrolit klien,
turgor kulit buruk, bibir dan membrane mukosa kering.
 B5 (Bowel) : Berat badan pasien menurun. Bising usus lemah
dan konstipasi.
 B6 (Bone) : Klien Lemah dan lelah
4. Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang didapat dari hasil laboratorium, yaitu pemeriksaan darah
dan urine. Pemeriksaan darah yaitu nilai hemaglobin dan hematokrit yang
meningkat menunjukan hemokonsentrasi yang berkaitan dengan dehidrasi.
Pemeriksaan urinalis yaitu urine yang sedikit dan konsentrasi yang tinggi
akibat dehidrasi, juga terdapatnya aseton di dalam urine.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual dan potensial,
atau proses kehidupan (NANDA Internasional, 2015). Diagnosis keperawatan
pasien dengan Hiperemesis Gravidarum adalah sebagai berikut:
1. Domain 2. Nutrisi. Kelas 1. Makan. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan.
(00002)

26
2. Domain 2. Nutrisi. Kelas 5. Hidrasi. Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kegagalan mekanisme regulasi. (00027)
3. Domain 2. Nutrisi. Kelas 5. Hidrasi. Resiko ketidakseimbangan elektrolit.
(00195)
4. Domain 4. Aktivitas/istirahat. Kelas 4. Respon kardiovaskuler/pulmonal.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai.
(00092)
C. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)


Keperawatan

1. Domain 2: Nutrisi,  Status Nutrisi: Asupan  Manajemen Nutrisi:


- Tentukan jumlah
Kelas 1: Makan Nutrisi
- Dapat asupan kalori dan jenis nutrisi
Ketidakseimbangan
karbohidrat yang dibutuhkan
nutrisi: kurang dari
{normal IMT: untuk memenuhi
kebutuhan tubuh
18.5; 1gr = 4 kkal, persyaratan asupan
berhubungan dengan
45-50% dari total gizi
ketidakmampuan
- Anjurkan dan berikan
kalori, (akan
makan (00002)
informasi pada pasien
normal 2x24
terkait dengan
jam)}
Batasan karakter :
- Dapat asupan kebutuhan makanan
1. Berat badan 20%
protein {normal tertentu berdasarkan
atau lebih di bawah
IMT: 18,5; 1gr=4 perkembangan atau
rentang berat badan
kkal, 10-15% dari usia.
ideal - Hindari pemberian
total kalori (akan
2. Ketidakmampuan
makanan asam agar
normal 2x24jam)}
memakan makanan
- Kebutuhan tidak menambah rasa
vitamin larut nyeri.
- Monitor jumlah nutrisi
dalam air: C, B;
dan kandungan kalori.
vitamin larut
- Kaji kemampuan
dalam lemak: A,
pasien untuk
D, E, K terpenuhi
mendapatkan nutrisi
selama 1x24 jam
yang dibutuhkan.
- Dapat asupan
- Beri obat-obatan

27
mineral (60-70% sebelum makan (mis;
dari seluruh BB) analgesic)
 Monitor Nutrisi:
- Timbang berat badan
pasien
 Nafsu Makan: - Monitor
- Hasrat/keinginan
kecenderungan turun
untuk makan
dan naiknya berat
meningkat (3x1
badan
hari) - Identifikasi perubahan
- Intakemakanan
nafsu makan dan
adekuat sesuai
aktivitas-aktivitas
dengan kebutuhan
akhir ini
tubuh - Monitor tipe dan
- Intake nutrisi
banyaknya latihan
adekuat sesuai
yang bisa dilakukan
dengan kebutuhan. - Anjurkan keluarga
untuk berperan
memberikan nutrisi
pada usia anak-anak.
2. Domain 2: Nutrisi. Keseimbangan Cairan: Managemen Cairan:
Kelas 5: Hidrasi.
1. Keseimbangan intake atau 1. Timbang berat badan
Risiko ketidak
output dalam 24 jam tidak setiap hari dan monitor
seimbangan volume
terganggu. status pasien
cairan b.d mual dan 2. Jaga intake/asupan yang
2. Kelembaban membran
muntah (00025) akurat dan catat output
mukosa tidak terganggu.
(pasien)
3. Pasien tidak mengalami
3. Berikan cairan dengan
kehausan.
tepat
4. Distribusikan asupan
cairan selama 24 jam.
5. Dukung pasien dan
keluarg auntuk membantu
dalam pemenuhan makan
dengan baik
6. Monitor makanan/cairan

28
yang dikonsumsi dan
hitung asupan kalori
harian
7. Monitor status hidrasi
(misalnya, membrane
mukosa lembab, denyut
nadi adekuat, dan tekanan
darah ortostatik)

3. Domain 4. Daya Tahan (0001): Manajemen Nyeri (1400):


Aktivitas/istirahat.
1. Klien dapat 1. Lakukan pengkajian nyeri
Kelas 4. Respon
melakukan aktivitas komprehensif ysng
kardiovaskuler/pulmo
rutin seperti biasanya. meliputi lokasi,
nal. Intoleransi 2. Klien dapat
karakteristik, durasi,
aktivitas melakukan aktivitas
frekuensi, kualitas,
berhubungan fisik.
intensitas atau beratnya
dengan
Tingkat Ketidaknyamanan nyeri dan factor pencetus.
ketidakseimbangan 2. Gali pengetahuan dan
(2109):
suplai. (00092) kepercayaan klien
1. Nyeri berkurang. mengenai nyeri
2. Cemas tidak ada. 3. Pastikan perawatan
3. Rasa takut hilang
analgesik bagi klien
dilakukan dengan
Pergerakan (0208):
pemantauan yang ketat.
1. Cara berjalan normal
4. Gali bersama dengan klien
2. Klien sudah bisa
factor-faktor yang dapat
berjalan seperti
menurunkan atau
biasnya.
Klien bisa bergerak memperberat nyeri.
dengan mudah Manajemen lingkugan:
Kenyamanan (6482):

1. Tentukan tujuan pasien


dan keluarga dalam
mengelola lingkungan

29
dan kenyamanan yang
optimal.
2. Ciptakan lingkungan
yang tenang dan
mendukung.
3. Sediakan lingkungan
yang aman dan bersih.

E. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien akan menunjukkan:
1. Berat badan dan nafsu makan meningkat
2. Intake dan output cairan normal serta turgor kulit normal
3. Elektrolit klien adekuat
4. Klien dapat beraktivitas dengan normal kembali.

30
2.4 Abortus
2.4.1 Definisi Abortus
Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Medis: abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun
sebelum janin mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu
didasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin
kurang dari 500 gram (Obstetri Williams, 2006).
2.4.2 Klasifikasi Abortus
Abortus dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
A. Abortus Spontan
Abortus Spontan adalah abortus keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi
medis maupun mekanis, atau terjadi tanpa ada unsur tindakan dari luar dan
dengan kekuatan sendiri (Fadlun, 2012).
Macam – macam abortus spontan ada 6:
1. Abortus Iminens
Abortus Iminens adalah keguguran yang akan terjadi dan masih dapat
dicegah. Abortus ini masih ada harapan untuk mempertahankannya,
ostium uteri tertutup, uterus sesuai umur kehamilan (Fadlun, 2012).
Gejala: nyeri perut bawah atau punggung bawah.
2. Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dan
kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi, ostium terbuka, teraba
ketuban dan berlangsung hanya beberapa jam saja (Fadlun, 2012).
Gejala: perdarahan banyak dan keluar gumpalan yang di sertai nyeri
karena kontraksi Rahim.
3. Abortus Inkomplit (Spontaneus Inkomplitus)
Abortus Inkomplit adalah abortus yang sebagian dari hasil konsepsi
yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desi dua atau plasenta.
Gejala: Amenore, sakit perut dan mules – mules perdarahan yang bisa
sedikit atau banyak, sudah keluar fetus atau jaringan. Pada

31
pemeriksaan dalam untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks
terbuka, kadang – kadang dapat diraba sisa – sisa jaringan dalam
kanalis servikalis.
4. Abortus Komplit (Spontaneus Komplitus)
Abortus Komplit adalah abortus seluruh hasil konsepsi yang dikeluarkan
(desidua dan fetus) dari rahim pada kehamilan < 20 minggu sehingga
rongga Rahim kosong, seluruh bayi telah dilahirkan dengan lengkap
(Fadlun, 2012). Gejala: Perdarahan dan nyeri minimal pada perut bagian
bawah, seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan, ukuran uterus dalam batas
normal, serviks tertutup.
5. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi3 kali atau lebih
berturut-turut. Gejala: mules dan terkadang pasien mengeluh
mengeluarkan banyak lender dari vagina
6. Abortus infeksiosus dan abortus septik
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi genetalia,
sedangkan abortus septik ialah abortus infeksiosus berat disertai
penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah atau peritonium.
Gejala: menggigil, demam tinggi, tekanan darah menurun
B. Abortus Provokatus (Disengaja)
Abortus Provokatus (Disengaja) adalah abortus yang disengaja baik dengan
memakai obat-obatan maupun alat-alat.
Abortus ini dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Abortus Medisinalis (abortus therapeutuca)
Abortus Medisinalis (abortus therapeutuca) adalah abortus karena
tindakan sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
2. Abortus Kriminalis
Abortus Kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
2.4.3 Etiologi Abortus
Menurut (Sarwono, 2007) etiologi abortus sebagai berikut:
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
atau cacat, kelainan berat biasanya menyebabkan kematian pada hamil
muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan
adalah sebagai berikut:

32
1) Kelainan kromosom: kelainan yang sering ditemukan pada abortus
spontan adalah trisomi, poliplodi dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks.
2) Lingkungan kurang sempurna: bila lingkungan di endometrium
disekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-
zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
3) Pengaruh dari luar: radiasi, virus, obat-obat dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam
uterus, pengaruh ini biasanya dinamakan pungaruh teratogen.
b. Kelainan pada plasenta
Kelainan yang terjadi seperti infeksi, gangguan pembuluh darah dan
hipertensi dapat menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
c. Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia dan malaria dapat menyebabkan
abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat masuk melalui
plasenta sehingga menyebabkan kematian janin, dan kemudian terjadilah
abortus.
d. Kelainan traktus genitalus (Kelainan yang terdapat dalam rahim)
Dalam rahim ditemukan keadaan abnormal dalam dalam bentuk mioma
uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uterus, servik inkompeten,
bekas operasi pada servik (konisasi,amputasi servik) dan robekan servik
postpartum.
e. Makanan yang menyebabkan abortus
- Makanan yang dimasak kurang matang atau daging mentah
- Makanan atau minuman yang mengandung mercuri atau alcohol
- Makanan yang bersifat panas seperti nanas dan durian
- Makanan yang mengandung ragi
- Minuman yang mengandung kafein (Rosdiana, 2009).

2.4.4 Patofisiologi Abortus


Pada permulaan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi
terlepas. Karena dianggap benda asing maka uterus berkontraksi untuk
mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi
dikeluarkan seluruhnya, karena vili koriolis belum menembus desidua terlalu

33
dalam. Sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, telah masuk agak dalam,
sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan (Sarwono, 2007).

2.4.5 WOC Abortus

Kelainan
kromosom Lingkungan Kelaina Pengaru Penyakit Konsu Konsu
kurang n h dari ibu : msi msi
sempurna : traktus luar : toksin, alkohol,
gangguan genital radiasi, bakteri, kafein,
pembuluh virus, durian, Mengandun
darah, Masuk ke aliran g enzim
hipertensi, darah janin melalui bromelain
infeksi plasenta
Meningkatkan kadar
Gangguan
prostaglandin
uterus 34
Gangguan
Menstimulasi
pertumbuhan
peningkatan
janin
kontraksi uterus
Perdarahan
dalam desidua MK : Nyeri
basalis akut
Nekrosis
jaringan
sekitar
Hasil konsepsi Terganggunya MK : Ansietas
lepas psikologis ibu aaaaAnsietas
(ABORTUS)
Vili korialis menembus
Vili korialis belum menembus
desidua lebih dalam
desidua terlalu dalam
(kehamilan 8-14 minggu)
(kehamilan dibawah 8
Hasil konsepsi Sebagian hasil
dilepaskan konsepsi tertinggal di
seluruhnya dalam uterus

Tindakan Perdaraha
kuretase
2.4.6 Manifestasi Klinis Abortus
MK
Menurut (Sarwono Prawiroharjo, 2002), tanda dan : umum dari abortus yaitu:
gejala
Risiko terjadi Kekurangan
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
perlukaan
2. Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan
MK : Risiko
darahInfeksi
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat
dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Pendarahan pervaginaan, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.
5. Pemeriksaan Ginekologi
a. Inspeksi Vulva: Pendarahan pervaginaan ada atau tidaknya jaringan
hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo: Pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup ada atau tidaknya jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidaknya cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. Colok Vagina: Porsio terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kaum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
2.4.7 Pemeriksaan Penunjang Abortus

35
Pemeriksaan penunjang ini diperlukan dalam keadaan abortus Imminiens, abortus
habitualis serta missed abortion:
1. Pemeriksaan Ultrasonografi atau Doppler untuk menetukan apakah janin masih
hidup atau tidak serta menentukan prognosis
2. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion
3. Tes kehamilan
4. Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
1) Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
2) Adakah disertai bekuan darah
3) Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
4) Adakah tercium bau busuk dari vulva
b. Pemeriksaan dalam speculum
1) Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
2) Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka

3) Apakah tampak jaringan keluar ostium

4) Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.

c. Pemeriksaan dalam/ Colok vagina

1) Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup

2) Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri

3) Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia
kehamilan

4) Adakah nyeri pada saat porsio digoyang

5) Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa

6) Adakah terasa tumor atau tidak

7) Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak

5. Pemeriksaan-pemeriksaan lain sesuai dengan keadaan dan diagnosis


pasien.

36
2.4.8 Penatalaksanaan Abortus
Ada beberapa penatalaksanaan abortus yaitu:
1. Abortus imminens:
a. Istirahat berbaring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan.
b. Fenobarbital 3x30 mg sehari dapat diberikan untuk menenangkan pasien.
2. Abortus Inkompletus
a. Kuretase atau drip oksitosin bila kehamilan lebih dari 12 minggu
b. Metilergometrin Maleat 3x5 tab, selama 5 hari
c. Amoksisilin 4x500 mg selama 5 hari
Penanganan abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, harus
segera diberikan infus intravena cairan NaCl fisiologik atau cairan Ringer
dan di susul dengan pemberian darah. Setelah syok diatasi, dilakukan
kuretase. Pasca tindakan ergometrin intramuskuler untuk mempertahankan
kontraksi uterus.

3. Abortus komplit
Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila menderita anemia perlu
diberikan sulfas ferrosus dan dianjurkan supaya makanannya mengandung
banyak protein, vitamin dan mineral.
4. Missed abortion
Pada missed abortion apabila kadar fibrinogen normal, jaringan konsepsi dapat
segera dikeluarkan. Namun apabila kadar fibrinogen menurun, perbaiki dulu
dengan cara pmberian darah (transfuse darah). Pengeluaran hasil konsepsi pada
missed abortion merupakan satu tindakan yang tidak lepas dari bahaya karena
plasenta melekat erat pada dinding uterus. Apabila diputuskan untuk
mengeluarkan hasil konsepsi itu, pada uterus yang besarnya tidak melebihi 12
minggu sebaiknya dilakukan pembukaaan servix uteri dengan memasukkan
laminaria selama kira – kira 12 jam dalam kavum uteri atau jari dapat masuk ke
dalam kavum dan sisa – sisanya kemudian dibersihkan dengan kuret. Jika besar
uterus melebihi kehamilan 12 minggu, maka pengeluaran hasil konsepsi
diusahakan dengan invus intravena oksitosin dengan dosis cukup tinggi. Untuk
membuat uterus lebih peka terhadap oksitosin hendaknya beri pasien lebih dulu
stilbestrol dalam dosis 5 mg 3x/sehari selama 5 – 7 hari. Dosis oksitosin
dimulai dengan 20 tetes permenit dari cairan 500 ml glukosa 5% dengan 10
satuan oksitosin, dosis ini dapat dinaikkan sampai ada kontraksi. Apabila
fundus uteri tingginya sampai 2 jari dibawah pusar, maka pengeluaran hasil

37
konsepsi dapat pula dilakukan dengan penyuntikan larutan garam 20% ke
dalam cavum uteri melalui dinding perut (Mansjoer. 2001).
5. Abortus spontan
1. Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi
darah dan cairan yang cukup
2. Pemberian antibiotika yang cukup tepat yaitu suntikkan penisilin 1 juta
satuan tiap 6 jam, suntikkan streptomisin 500 mg setiap 12 jam.
3. 24 – 48 jam setelah dilindungi antibiotika atau lebih cepat bila terjadi
perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi atau kuretase untuk
mengeluarkan hasil konsepsi.
4. Pemberian infuse dan antibiotika menurut kebutuhan pasien.
5. Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM.
6. Terdapat berbagai metode bedah dan medis untuk mengobati abortus
spontan (Kenneth dkk, 2003):
a. Dilatasi serviks diikuti oleh evakuasi uterus: kuretase, aspirasi vakum
(kuretase isap), Dilatasi dan evakuasi (D&E), Dilatasi dan Curretase
(D&C)
b. Aspirasi haid
c. Laparotomi: Histerektomi, Histerotomi
d. Oksitosin intavena
e. Cairan hiperosmotik intraomnion: Salin 20%, Urea 30%
f. Prostaglandin E2, F2α, dan analognya: injeksi intraomnion, injeksi
ekstraovular, insersi vagina, injeksi parenteral, ingesti oral
g. Antiprogesteron – RU 486 (mifepriston) dan epostan
2.4.9 Komplikasi Abortus
Menurut (Cunningham, 2005) komplikasi pada abortus adalah sebagai berikut:
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian pada perdarahan
dapat terjadi jika pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus dapat terjadi terutama pada saat uterus dalam posisi hiper
retrofleksi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan persolan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin
pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan
atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luas nyacedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan
seperlunya guna mengatasi komplikasi.
c. Infeksi

38
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus
buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila
infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan
kemungkinan diikuti oleh syok
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syokhemoragik) dan
infeksi berat (syok endoseptik).
e. Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari efek
infeksi dan hipovolemik yang lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang
sangat berat sering disertai dengan kerusakan ginjal intensif. Setiap kali
terjadi infeksi klostridium yang disertai dengan komplikasi hemoglobenimia
intensif, maka gagal ginjal pasti terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah
menyusun rencana untuk memulai dialysis yang efektif secara dini sebelum
gangguan metabolik menjadi berat.
2.4.10 Asuhan Keperawatan Teoritis Abortus
A. Pengkajian
1. Anamnesa
1) Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, perkawinan ke-,
lamanya perkawinan. Abortus biasanya terjadi pada wanita yang berusia
dibawah 20tahun dan lebih dari 35 tahun. Tingkat pendidikan ibu
rendah sehingga tidak mengerti perawatan pada masa kehamilan.
Pekerjaan yang aktivitasnya berat, misalnya pegawai pabrik
2) Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar pada pasien, dan kaji apakah
mengalami perdarahan pervagina disertai dengan keluarnya bekuan
darah atau jaringan, rasa nyeri atau kram pada perut.
3) Riwayat penyakit sekarang
Kaji klien seperti perdarahan pervaginam diluar siklus menstruasi,
adanya pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan
4) Riwayat penyakit dahulu
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya Diabetes
militus, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit
endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
5) Riwayat kesehatan keluarga

39
Kaji apakah ada penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang ada
hubungannya dengan penyakit klien saat ini menggunakan genogram
6) Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
7) Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, suklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darah, bau, warna dari menstruasi dan adanya dismenorhoe.
8) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kaji klien mengenai usia kehamilan sekarang dalam minggu, dan kaji
bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga
melahirkan. Mungkin pasien pernah mengalami abortus sebelumnya.
9) Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.
10) Riwayat Psikososial
Kaji tingkat emosional ibu, biasa pasien kehamilan dengan umur yang
belum matang tingkat emosionalnya juga belum matang, terkadang
ibu menganggap kehamilan sebagai beban.
2. Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan B1 sampai B6 pada pasien dengan abortus:
a. B1 (Breathing)
Kaji pola nafas apakah bernafas spontan atau tidak, nafas cepat atau lambat.
Kaji apakah ada sesak nafas atau tidak, gerakan dinding dada simetris atau
asimetris, pola nafas teratur atau tidak, auskultasi bunyi nafas normal atau
tidak, kaji frekuensi nafas serta penggunaan otot bantu pernafasan.
b. B2 (Blood)
Pada pasien abortus terdapat perdarahan pervaginam yang banyak sehingga
dapat menimbulkan syok, pasien tampak pucat, akral dingin, tekanan darah
mungkin menurun, nadi teraba cepat dan kecil, pasien tampak meringis atau
kesakitan karena nyeri.
c. B3 (Brain)
Kaji tingkat kesadaran klien apakah compos menris atau tidak. Dan kaji
suhu tubuh klien apakah mengalami hipotensi atau hipertensi
d. B4 (Bladder)
Kaji apakah klien terpasang kateter urinarius
e. B5 (Bowel)
Kaji tingkat nyeri yang dirasakan, dan kaji adanya mual, muntah, anoreksia,
dan gangguan system pencernaan.

40
f. B6 (Bone)
Kaji klien adanya kontraksi pada uterus, dan kaji adanya peningkatan tonus
uterus
3. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat jumlah hemoglobin dalam
tubuh klien apakah normal atau mengalami anemia
2) Rontgen
3) USG: Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat keadaan dan letak
uterus
B. Diagnosa keperawatan
1. Domain 12: Kenyamanan. Kelas 1: Kenyamanan Fisik. Nyeri akut b.d
Penyakit (00132).
2. Domain 9: Koping/Toleransi Stres. Kelas 2: Respons Koping. Ansietas b.d
Perubahan Besar: fungsi peran (00146).
3. Domain 11: Keamanan/Perlindungan. Kelas1: Infeksi. Risiko Infeksi (00004).
4. Domain 2: Nutrisi. Kelas 5: Hidrasi. Kekurangan Volume Cairan b.d
Kehilangan cairan aktif (00027).

C. Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
1. Domain 12: Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Kenyamanan. keperawatan suhu badan (1100)
Kelas 1 : klien menurun, dengan 1. Lakukan pengkajian nyeri
Kenyamanan Fisik. kriteria hasil : komprehensif yang meliputi
Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri (2102) lokasi, karakteristik,
Penyakit (00132). 1. Nyeri yang dilaporkan onset/durasi, frekuensi,
tidak ada kualitsd, intensitas atau
2. Panjangnya episode
beratnya nyeri dan faktor
nyeri tidak ada
pencetus.
3. Ekspresi nyeri wajah
2. Gunakan strategi terapeutik
tidak ada
untuk mengetahui
4. Mengerinyit tidak ada
pengalaman nyeri dan
Tanda-Tanda Vital
sampaikan penerimaan
(0802)
pasien terhadap nyeri.
1. Denyut nadi
3. Bantu keluarga dalam

41
radial pada mencari dan menyediakan
kisaran normal dukungan.
2. Tingkat 4. Kurang atau eliminasi faktor-
pernafasan pada faktor yang dapat
kisaran normal mencetuskan atau
3. Irama
meningkatkan nyeri
pernafasan pada
(misalnya., ketakutan,
kisaran normal
kelelahan keadaan monoton
4. Tekanan darah
dan kurang pengetahuan).
sistolik pada
5. Ajarkan prinsip-prinsip
kisaran normal
manajemen nyeri.
5. Tekanan darah
Monitor Tanda-Tanda Vital
diastolic pada
(6680)
kisaran normal
1. Monitor tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernafasan
dengan tepat
2. Monitor keberadaan dan
kualitas nadi
3. Monitor irama dan laju
pernafasan (misalnya.,
kedalaman, dan
kesimetrisan)
4. Monitor pola pernafasan
abnormal (misalnya.,
cheyne-stokes, kussmaul
biot, apneustic, ataksia, dan
bernafasan berlebihan
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-
tanda vital

2. Domain 9: Setelah dilakukan tindakan Peningkatan koping (3800)


Koping/Toleransi keperawatan nyeri klien 1. Bantu pasien dalam
Stres. Kelas 2: berkurang, dengan kriteria mengidentifikasi tujuan
Respons Koping. hasil : jangka pendek dan jangka

42
Ansietas b.d Koping (1302) panjang yang tepat
2. Berikan penilaian mengenai
perubahan besar 1. Mampu
dampak dari situasi kehidupan
status kesehatan mengidentifikasi pola
pasien terhadap peran dan
(00146). koping yang efektif
2. Mampu hubungan yang ada
3. Berikan penilaian mengenai
mengidentifikasi pola
pemahaman pasien terhadap
koping yang tidak
proses penyakit
efektif
4. Berikan suasanan penerimaan
3. Mampu menyatakan
5. dukung kemampuan
penerimaan terhadap
mengatasi situasi secara
situasi
berangsur-angsur
4. Mampu mencari
informasi terpercaya
tentang pengobatan
5. Mampu adaptasi
Fasilitasi proses berduka
perubahan hidup
(5290)
Resolusi Berduka
1. Identifikasi kehilangan
(1304)
2. Bantu pasien untuk
1. Mampu menyatakan
mengidentifikasi reaksi awal
fakta kehilangan
terhadap kehilangan
2. Mampu menyatakan 3. Dukung pasien untuk
menerima mengekspresikan perasaan
kehilangan mengenai kehilangan
4. Dengarkan ekspresi berduka
3. Mampu melaporkan
5. Buat pernyataan empatik
penurunan
mengenai duka cita
kecemasan mengenai 6. Bantu mengidentifikasi
kehilangan strategi-strategi koping
4. Mampu membagi pribadi
perasaan kehilangan
dengan orang lain
5. Mampu melewati
fase berduka

1.

43
3. Domain 11 : Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi (6540)
Keamanan/Perlindu keperawatan nutrisi klien 1. Pakai sarung tangan
ngan. Kelas1 : adekuat dengan kriteria steril dengan tepat
2. Pastikan teknik
Infeksi. Risiko hasil:
perawatan luka yang
Infeksi(00004) Kontrol Risiko (1903) :
tepat
1. Mampu
3. Dorong untuk
mengidentifikasi faktor
beristirahat
risiko 4. Ajarkan pasien dan
2. Mampu mengenali
keluarga mengenai tanda
faktor risiko individu
dan gejala infeksi dan
3. Mampu memonitor
kapan harus
faktor risiko di
melaporkannya kepada
lingkungan
4. Mampu penyedia perawatan
mengembangkan kesehatan
5. Ajarkan pasien dan
strategi yang efektif
anggota keluarga
dalam mengontrol
mengenai bagaimana
risiko
5. Mampu menghindari menghindari infeksi.
paparan ancaman
kesehatan
Perawatan Luka (3660)
Pemulihan Pembedahan:
1. Monitor karakteristik
Penyembuhan (2304):
luka, termasuk drainase,
1. Tekanan darah sistolik
warna, ukuran, dan bau
pada kisaran normal 2. Ukur luas luka yang
2. Tekanan darah diastolic sesuai
3. Bandingkan dan catat
pada kisaran normal
setiap perubahan luka
3. Laju pernafasan pada
4. Anjurkan pasien dan
kisaran normal
keluarga pada prosedur
4. Nyeri tidak ada
perawatan luka
5. Infeksi luka tidak ada 5. Dokumentasikan lokasi

44
luka, ukuran, dan
tampilan

4. Domain 2 : Nutrisi. Setelah diberikan tindakan Monitor Tanda-Tanda Vital


Kelas 5 : Hidrasi. keperawatan yang optimal (6680)
Kekurangan klien dapat bergerak atau 1. Monitor tekanan darah,
Volume Cairan b.d berpindah secara mandiri nadi, suhu, dan status
Kehilangan cairan dengan kriteria hasil: pernafasan dengan tepat
2. Monitor keberadaan dan
aktif (00027) Tanda-Tanda Vital
kualitas nadi
(0802)
3. Monitor irama dan laju
1. Tingkat pernafasan
pernafasan (misalnya.,
pada kisaran normal
kedalaman, dan
2. Irama pernafasan pada
kesimetrisan)
kisaran normal
4. Monitor pola pernafasan
3. Tekanan darah sistolik
abnormal (misalnya.,
pada kisaran normal
4. Tekanan darah diastolic cheyne-stokes, kussmaul
pada kisaran normal biot, apneustic, ataksia, dan
5. Tekanan nadi pada
bernafasan berlebihan
kisaran normal 5. Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-
tanda vital
Keparahan Kehilangan
Pengurangan Perdarahan:
Darah (0413):
Uterus Antepartum (4021):
1. Kehilangan darah yang
1. Dapatkan riwayat klien
terlihat tidak ada
kehilangan darah (misalnya.,
2. Perdarahan vagina tidak
onset, jumlah, adanya nyeri,
ada
dan adanya bekuan)
3. Penurunan tekanan
2. Tinjau faktor-faktor risiko
darah sistol tidak ada
yang berhubungan dengan
4. Penurunan tekanan
perdarahan pada kehamilan
darah diastol tidak ada
(misalnya., abrupsio
5. Peningkatan denyut nadi
plasenta, merokok,
apical tidak ada
penggunaan kokain,
6. Cemas tidak ada

45
hipertensi akibat kehamilan,
dan plasenta previa)
3. Periksa perineum untuk
mengetahui jumlah dan
karakteristik perdarahan
4. Monitor tanda-tanda vital
ibu, sesuai dengan
kebutuhan, berdasarkan
jumlah kehilangan darah
5. Palpasi kontraksi uterus atau
peningkatan tonus uterus
6. Lakukan USG untuk
mengetahui letak plasenta

D. Evaluasi

1. Nyeri Berkurang

2. Ansietas teratasi

3. Risiko infeksi teratasi

4. Hidrasi kekurangan cairan teratasi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

3.1 Kasus Hiperemis Gravidarum


Ny. A usia 26 tahun datang ke Rumah Sakit Unair pada tanggal 27 Agustus
2017 dengan keluhan mual dan muntah lebih dari 12x sejak 3 hari yang lalu,
mual dan muntah terjadi setiap saat namun, terjadi hebat saat pagi hari, klien
merasa tidak nafsu makan (anoreksia). Klien mengatakan bahwa ini adalah
kehamilannya yang pertama dan khawatir akan keadaan janin yang
dikandungnya dengan usia kehamilan saat ini kurang lebih 3 bulan (trimester I).
Klien terlihat lemah, pandangan kosong dan sering memijat-mijat pelipis

46
kepalanya. Setelah dilakukan pemeriksaan, didapatkan hasil pemeriksaan:
Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, TB: 150 cm, BB sebelum
hamil: 42 kg, BB saat ini: 40 kg, IMT: 17,78, TD: 100/60 mmHg, Nadi:
100x/menit, RR: 18x/menit, Suhu: 36,40C. Hasil Pemeriksaan Laboratorium:
Hb: 14, Eritrosit: 5 juta, Leukosit: 8000, Trombosit: 160.000, Hematokrit 45%.
USG: janin normal (tidak ada abnormalitas).
A. Pengkajian
Anamnesa
1. Identitas
a. Nama : Ny. A
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 26 tahun
d. Alamat : Surabaya
2. Keluhan utama
Klien mengeluh mual dan muntah lebih dari 12x sejak 3 hari yang lalu.
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan mual dan muntah terjadi setiap saat namun, terjadi
hebat saat pagi hari sejak 3 hari yang lalu, klien merasa tidak nafsu makan
(anoreksia).
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan, tidak pernah menderita penyakit seperti
alergi, asma, diabetes melitus, hepatitis, ginjal, jantung,
dan tidak pernah ada riwayat operasi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarga klien (ibu dan kakak
perempuan) sering mengalami hiperemesis gravidarum
setiap hamil, tetapi tidak ada yang menderita penyakit
berat seperti alergi, asma, diabetes mellitus, hepatitis,
ginjal, jantung, dan lain-lain.
6. Riwayat penggunaan obat
Klien belum pernah mengonsumsi obat untuk menghilangkan mual dan
muntah tersebut.
7. Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breath)
Normal, RR 18 x /menit
b) B2 (Blood)
Tekanan Darah normal (100/60 mmHg), takikardi (nadi 100 x /menit)
c) B3 (Brain)
Kesadaran compos mentis, Suhu normal 36,40C
d) B4 (Bladder)
Pengeluaran urine sedikit

47
e) B5 (Bowel)
Feses sedikit, mual dan muntah, anoreksia
f) B6 (Bone)
Kelemahan
8. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 14, Eritrosit: 5 juta, Leukosit:
8000, Trombosit: 160.000, Hematokrit 45%.
b) Radiologi
USG: janin normal (tidak ada abnormalitas)

B. Analisis Data

No. Data Etiologi Masalah

1. DS: Klien mengeluh mual dan Mual muntah Defisit volume


muntah lebih dari 12x sejak 3 berlebih cairan dan elektrolit

hari yang lalu, mual dan
Na dan Cl keluar
muntah terjadi setiap saat
melalui muntah
namun, terjadi hebat saat pagi ↓
Dehidrasi akut
hari, klien merasa tidak nafsu

makan (anoreksia). MK : Defisit
volume cairan dan
DO:
 Klien terlihat lemah dan elektrolit
sering memijat-mijat
pelipis kepalanya.
 Hasil pemeriksaan:
Keadaan umum lemah,
kesadaran compos
mentis,
TB: 150 cm,
BB sebelum hamil: 42
kg,
BB saat ini: 40 kg
IMT: 17,78
TD: 100/60 mmHg,
Nadi: 100x/menit,
RR: 18x/menit,
Suhu: 36,40C.

48
 Hasil Pemeriksaan
Laboratorium:
Hb: 14, Eritrosit: 5 juta,
Leukosit: 8000,
Trombosit: 160.000,
Hematokrit 45%. USG:
janin normal (tidak ada
abnormalitas)

2. DS: Klien mengeluh mual dan Mual dan muntah Ketidakseimbangan


muntah lebih dari 12x sejak 3 berlebih nutrisi kurang dari

hari yang lalu, mual dan kebutuhan tubuh
Iritasi pada selaput
muntah terjadi setiap saat
lendir esofagus
namun, terjadi hebat saat pagi ↓
Nafsu makan
hari, klien merasa tidak nafsu
menurun
makan (anoreksia).

Intake nutrisi tidak
DO:
 Klien terlihat lemah dan adekuat

sering memijat-mijat MK :
pelipis kepalanya. Ketidakseimbangan
 Hasil pemeriksaan:
nutrisi kurang dari
Keadaan umum lemah,
kebutuhan tubuh
kesadaran compos
mentis,
TB: 150 cm,
BB sebelum hamil: 42
kg,
BB saat ini: 40 kg
IMT: 17,78
TD: 100/60 mmHg,
Nadi: 100x/menit,
RR: 18x/menit,
Suhu: 36,40C.

3. DS: Klien mengatakan bahwa Mual dan muntah Ansietas


ini adalah kehamilannya yang berlebih

pertama dan khawatir akan

49
keadaan janin yang Mempengaruhi
dikandungnya dengan usia proses pikir
kehamilan saat ini kurang lebih

3 bulan (trimester I). Khawatir akan janin

DO: Klien terlihat lemah, dalam kandungan



pandangan kosong dan sering MK: Ansietas
memijat-mijat pelipis
kepalanya.

C. Diagnosa Keperawatan
a. Domain 2: Nutrisi. Kelas 1: Makan. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan makan (00002).
b. Domain 2: Nutrisi, Kelas 5. Hidrasi. Risiko Ketidakseimbangan Volume
Cairan b.d. output cairan berlebih (00025).
c. Domain 9: Koping/toleransi stres. Kelas 1: Respons Koping. Ansietas b.d
Ancaman pada status terkini (00146).
D. Intervensi dan Implementasi

No. Diagnosa NOC NIC Implementasi

Keperawatan

1. Domain 2 : Nutrisi. Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi


Kelas 1 : Makan. tindakan keperawatan (1100) (1100)
1. Tentukan jumlah 1. Menentukan jumlah
intake nutrisi klien
Ketidakseimbangan kalori dan jenis kalori dan jenis
adekuat dengan criteria
nutrisi: kurang dari nutrisi yang nutrisi yang
hasil:
kebutuhan tubuh b.d dibutuhkan untuk dibutuhkan untuk
ketidakmampuan Status Nutrisi: Asupan memenuhi memenuhi
makan (00002). Nutrisi 1009 persyaratan gizi. persyaratan gizi.
2. Berikan pilihan 2. Memberikan pilihan
5. Asupan kalori,
makanan sambil makanan sambil
protein, karbohidrat,
menawarkan menawarkan
lemak, serat, vitamin
bimbingan terhadap bimbingan terhadap
dan mineral
pilihan makanan pilihan makanan

50
terpenuhi yang lebih sehat jika yang lebih sehat jika
diperlukan. diperlukan.
3. Tawarkan makanan 3. Menawarkan
NafsuMakan 1014: tingan yang padat makanan tingan
gizi. yang padat gizi.
1. Hasrat / keinginan
4. Monitor kalori dan 4. Memonitor kalori
untukmakanmening
asupan makanan. dan asupan
kat ( 3x1 hari) 5. Kaji kemampuan
makanan.
pasien untuk 5. Mengkaji
2. Intake makanan
mendapatkan nutrisi kemampuan pasien
adekuat sesuai
yang dibutuhkan. untuk mendapatkan
dengan kebutuhan
nutrisi yang
tubuh
dibutuhkan.
Manajemen Mual
3. Intake nutrisi adekuat Manajemen Mual
(1450)
sesuai dengan (1450)
kebutuhan 1. Evaluasi dampak
1. Mengevaluasi
dari pengalaman
dampak dari
mual pada kualitas
pengalaman
hidup.
2. Kendalikan faktor- mual pada
faktor lingkungan kualitas hidup.
2. Mengendalikan
yang mungkin
faktor-faktor
membangkitkan
lingkungan yang
mual.
3. Identifikasi strategi mungkin
yang telah berhasil membangkitkan
dilakukan dalam mual.
3. Mengidentifikasi
upaya mengurangi
strategi yang
mual.
4. Monitor asupan telah berhasil
makanan terhadap dilakukan dalam
kandungan gizi dan upaya
kalori. mengurangi
5. Timbang berat badan
mual.
klien secara teratur. 4. Memonitor

51
asupan makanan
terhadap
kandungan gizi
dan kalori.
5. Menimbang
Monitor Nutrisi(1160)
berat badan klien
1. Timbang berat secara teratur.
badan pasien Monitor Nutrisi (1160)
2. Monitor
1. Menimbang berat
kecenderungan
badan pasien
turun dan naiknya
berat badan 2. Memonitor
3. Identifikasi
kecenderungan turun
perubahan nafsu
dan naiknya berat
makan dan
badan
aktivitas-aktivitas
akhir ini. 3. Mengidentifikasi
perubahan nafsu
makan dan aktivitas-
aktivitas akhir ini.

2. Domain 2: Nutrisi. Keseimbangan Cairan Managemen Cairan Managemen Cairan


Kelas 5: Hidrasi. (0601) (4120) (4120)
Risiko ketidak
2. Keseimbangan 1. Timbang berat 1. Menimbang berat
seimbangan volume
intake atau output badan setiap hari badan setiap hari dan
cairan b.d mual dan
dalam 24 jam tidak dan monitor status memonitor status
muntah (00025)
terganggu pasien pasien
2. Jaga intake/asupan 2. Menjaga
3. Kelembaban
yang akurat dan intake/asupan yang
membran mukosa
catat output (pasien) akurat dan catat
tidak terganggu
3. Berikan cairan
output (pasien)
4. Pasien tidak
dengan tepat 3. Memberikan cairan
mengalami kehausan 4. Distribusikan
dengan tepat
asupan cairan 4. Mendistribusikan

52
selama 24 jam. asupan cairan selama
5. Dukung pasien dan
24 jam
keluarg auntuk 5. Mendukung pasien
membantu dalam dan keluarga untuk
pemenuhan makan membantu dalam
dengan baik pemenuhan makan
6. Monitor
dengan baik
makanan/cairan 6. Memonitor
yang dikonsumsi rmakanan/cairan
dan hitung asupan yang dikonsumsi dan
kalori harian hitung asupan kalori
7. Monitor status
harian
hidrasi (misalnya, 7. Memonitor status
membrane mukosa hidrasi (misalnya,
lembab, denyut nadi membrane mukosa
adekuat, dan lembab, denyut nadia
tekanan darah dekuat, dan tekanan
ortostatik) darah ortostatik)

3. Domain 9 : Kontrol Kecemasan Pengurangan Pengurangan


Koping/tolerasi stres. Diri (1402) Kecemasan (5820) Kecemasan (5820)
Kelas 1 : Respons
4. Menggunakan 1. Pahami situasi krisis 1. Memahami situasi
Koping.
strategi koping yang terjadi dari krisis yang terjadi
Ansietas b.d yang efektif (5) perspektif klien dari perspektif klien
5. Menggunakan
Ancaman pada status
teknik relaksasi 2. Berikan informasi 2. Memberikan
terkini (00146).
untuk faktual terkait informasi faktual

mengurangi diagnosis, perawatan terkait diagnosis,

kecemasan (5) dan prognosis. perawatan dan


6. Mengendalikan prognosis.
3. Identifikasi pada saat 3. Mengidentifikasi
respon
terjadi perubahan pada saat terjadi
kecemasan (5)
tingkat kecemasan. perubahan tingkat
kecemasan.

53
4. Berikan aktivitas 4. Memberikan
pengganti yang aktivitas pengganti
bertujuan untuk yang bertujuan untuk
mengurangi tekanan. mengurangi tekanan.
5. Menginstruksikan
5. Instruksikan klien klien untuk
untuk melakukan melakukan teknik
teknik relaksasi. relaksasi.
Teknik Menenangkan
Teknik Menenangkan
(5880)
(5880)

1. Meyakinkan
1. Yakinkan
keselamatan dan
keselamatan dan
keamanan klien
keamanan klien
2. Menginstruksikan
2. Instruksikan klien
klien untuk
untuk menggunakan
menggunakan
metode mengurangi
metode mengurangi
kecemasan
kecemasan
(misalnya, teknik
(misalnya, teknik
bernafas dalam,
bernafas dalam,
distraksi,
distraksi,
visualisasi,
visualisasi,
meditasi, relaksasi
meditasi, relaksasi
otot progresif,
otot progresif,
mendengar musik-
mendengar musik-
musik lembut), jika
musik lembut), jika
diperlukan.
3. Berikan obat anti diperlukan.
3. Memberikan obat
kecemasan sesuai
anti kecemasan
resep dokter jika
sesuai resep dokter
diperlukan.
jika diperlukan.

E. Evaluasi

54
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
makan (00002).

S : Klien mengatakan, kondisinya tubuhnya semakin membaik dan sudah tidak


merasa mual dan muntah

O : Indeks massa tubuh klien normal, klien dapat memenuhi kebutuhan


nutrisinya, status gizi dan nutrisi klien tercukupi .

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi.

2. Resiko Kekurangan Volume Cairan (00028).

S : Klien mengatakan semakin prima dalam menjalankan aktivitasnya.

O: Turgor kulit klien normal, klien aktif dalam kegiatannya, kebutuhan


cairan/hidrasi klien tercukupi

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkankan Intervensi.

3. Ansietas (00146).
S: Klien mengatakan sudah tidak khawatir lagi akan keselamatan janinnya
O: Ekspresi wajah klien terlihat lebih segar dan tidak sering melamun lagi.
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan Intervensi

3.2 Kasus Abortus

55
Ny. D berumur 28 tahun umur kehamilan 12minggu pada tanggal 27
September 2017 datang ke RSUD Soewondo dengan keluhan nyeri dibagian bawah
perut dan pinggang serta di ikuti dengan keluarnya darah belum mengeluarkan
jaringan dari vagina. Nyeri yang dirasakan tidak menyebar. klien mengatakan nyeri
terjadi setelah jalan-jalan di mall. Hari menstrusi terakhir tanggal 14 Juni 2017. Klien
merasa cemas dan klien nampak meringis kesakitan. klien juga terlihat lemas dan
pucat. pasien juga pernah mengalami abortus dan dilakukan curet pada kehamilan
sebelumnya. saat dilakukan pengkajian didapati tekanan darah =120/70 mmHg, RR
=26 x/mnt, Nadi=83 x/mnt, Suhu =370C, BB = 60kg, Compos Mentis dengan skala
nyeri 7. pemeriksaan pada genatalia terdapat pengeluaran flek-flek, hasil pemeriksaan
tidak ada pembukaan serviks, hasil USG janin masih ada dalam uterus, PP test positif,
HB 11,3 gr%
A. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Surabaya
Tanggal masuk : 27 September 2017
b. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri dibagian bawah perut dan pinggang serta di
ikuti dengan keluarnya darah belum mengeluarkan jaringan dari
vagina
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Tidak ada riwayat penyakit dahulu

d. Riwayat Penyakit Sekarang


Ny. D berumur 25 tahun merasakan nyeri yang menetap dibagian
bawah perut dan pinggang serta ada pengeluaran darah yang segar,
bau amis dan kental sejak tadi pagi.

P : Nyeri disebabkan karena ada kontraksi uterus .


Q : nyeri sangat
R : Abdomen bagian bawah

56
S : skala nyeri 7
T : terus menerus
e. Riwayat Menstruasi
Terakhir menstruasi klie pada tanggal 14 Juni 2017
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut keterangan suami, Ny. K pasien tidak pernah mengalami
penyakit serius dan menurut anggota keluarga tidak ada anggota
keluarga yang mengalami penyakit seperti yang diderita pasien dan
tidak ada penyakit keturunan.
g. Riwayat / Keadaan Psikologis
Klien mengeluh sedih karena kehilangan kehamilannya untuk yang
kedua kalinya dan cemas karena dia tidak tahu apa yang sedang
terjadi pada dirinya
h. Riwayat Pembedahan
Tidak pernah melakukan pembedahan sebelumnya
i. Riwayat Kehamilan
Pasien juga pernah mengalami abortus dan dilakukan curet pada
kehamilan sebelumnya.
2. Pemeriksaan Fisik
KU : lemas, pucat
1) B1 (breathing) : 26 x/mnt (takipnea)
2) B2 (blood) :TD=100/70 mmHg (hipotensi),
nadi=83x/mnt (takikardi) , terdapat perdarahan
pervaginam
3) B3 (brain) : Tingkat kesadaran = compos mentis, suhu 370C (normal)
4) B4 (bladder) : -
5) B5 (bowel) : saat palpasi abdomen teraba masih adanya uterus
6) B6 (bone) :-
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
PP test positif, HB 11,3 gr% (normal)
b. Radiologi
USG: janin masih ada dalam uterus
B. Analisis data

No Data Etiologi Masalah

57
1. DS: Keluarnya darah pervaginam Nyeri Akut
- Nyeri dibagian bawah ↓
perut dan pinggang Rangsangan pada uterus
- Skala nyeri 7 ↓
DO: Dilatasi serviks
- Pasien tampak meringis ↓
kesakitan Nyeri akut
- RR =26 x/mnt, Nadi=83
x/mnt
Pendekatan nyeri
P : kontraksi uterus
Q : nyeri sangat
R : abdomen bagian
bawah
S : skala nyeri 7
T : terus menerus
2. DS: Keluarnya darah pervaginam Ansietas
- Klien merasa cemas dan ↓
tampak takut akan Perubahan status kesehatan
kandunganya ↓
DO: Ansietas
- Klien juga terlihat lemas
dan pucat dan saat
dilakukan pengkajian
didapati tekanan darah
=120/80 mmHg, RR =26
x/mnt, Nadi=83 x/mnt
3. DS: Perdarahan Pervaginam Intoleransi Aktivitas
Klien mengatakan nyeri ↓
terjadi setelah jalan-jalan di Dilatasi serviks
mall ↓
DO: Nyeri akut
- Saat dilakukan pengkajian ↓

58
didapati tekanan darah Intoleransi Aktivitas
=120/80 mmHg, RR =26
x/mnt, Nadi=83 x/mnt

C. Diagnosa Keperawatan
a. Domain 12: Kenyamanan. Kelas 1: Kenyamanan Fisik. Nyeri akut

berhubungan dengan penyakit (00132).


b. Domain 9: Koping/Toleransi Stres. Kelas 2: Respons Koping. Ansietas b.d

Perubahan Besar: status kesehatan (00146).


c. Domain 4: Aktivitas/Istirahat. Kelas 4: Respon Kardiovaskuler/Pulmonal.

Intoleran Aktivitas b.d imobilitas (00092).

D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Domain 12: Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
Kenyamanan. Kelas 1: keperawatan suhu badan klien (1100)
Kenyamanan Fisik. menurun, dengan kriteria hasil: 1. Lakukan
Nyeri akut berhubungan Tingkat Nyeri (2102) pengkajian nyeri
dengan penyakit 1. Nyeri yang dilaporkan komprehensif yang
(00132). tidak ada meliputi lokasi,
2. Panjangnya episode nyeri
karakteristik,
tidak ada
onset/durasi,
3. Ekspresi nyeri wajah tidak
frekuensi, kualitsd,
ada
4. Mengerinyit tidak ada intensitas atau
beratnya nyeri dan
faktor pencetus.
2. Gunakan strategi
terapeutik untuk
mengetahui

59
pengalaman nyeri
dan sampaikan
penerimaan pasien
terhadap nyeri.
3. Bantu keluarga
dalam mencari dan
menyediakan
dukungan.
4. Kurang atau
eliminasi faktor-
faktor yang dapat
mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
(misalnya.,
ketakutan,
kelelahan keadaan
monoton dan
kurang
pengetahuan)
Tanda-Tanda Vital (0802) 5. Ajarkan prinsip-
1. Denyut nadi radial pada prinsip manajemen
kisaran normal tingkat nyeri.
pernafasan pada kisaran Monitor Tanda-Tanda
normal Vital (6680)
2. Irama pernafasan pada
1. Monitor tekanan
kisaran normal
darah, nadi, suhu,
3. Tekanan darah sistolik
dan status
pada kisaran normal
4. Tekanan darah diastolic pada pernafasan dengan
kisaran normal tepat
2. Monitor
keberadaan dan
kualitas nadi
3. Monitor irama dan
laju pernafasan

60
(misalnya.,
kedalaman, dan
kesimetrisan
4. Monitor pola
pernafasan
abnormal
(misalnya., cheyne-
stokes, kussmaul
biot, apneustic,
ataksia, dan
bernafasan
berlebihan
5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab
perubahan tanda-
tanda vital

2. Domain 9: Setelah dilakukan tindakan Peningkatan koping


Koping/Toleransi Stres. keperawatan nyeri klien (3800)
Kelas 2: Respons berkurang, dengan kriteria hasil : 1. Bantu pasien dalam
Koping. Ansietas b.d Koping (1302) mengidentifikasi
Perubahan Besar : 1. Mampu mengidentifikasi tujuan jangka pendek
status kesehatan pola koping yang efektif dan jangka panjang
2. Mampu mengidentifikasi
(00146). yang tepat
pola koping yang tidak 2. Berikan penilaian
efektif mengenai dampak
3. Mampu menyatakan
dari situasi
penerimaan terhadap situasi
kehidupan pasien
4. Mampu mencari informasi
terhadap peran dan
terpercaya tentang
hubungan yang ada
pengobatan
3. Berikan penilaian
5. Mampu adaptasi perubahan
mengenai
hidup
pemahaman pasien

61
terhadap proses
penyakit
4. Berikan suasanan
penerimaan
5. Dukung kemampuan
mengatasi situasi
secara berangsur-
angsur

Resolusi Berduka (1304) Fasilitasi proses


1. Mampu menyatakan fakta berduka (5290)
kehilangan 1. Identifikasi
2. Mampu menyatakan
kehilangan
menerima kehilangan 2. Bantu pasien untuk
3. Mampu melaporkan
mengidentifikasi
penurunan kecemasan
reaksi awal terhadap
mengenai kehilangan
kehilangan
4. Mampu membagi
3. Dukung pasien untuk
perasaan kehilangan
mengekspresikan
dengan orang lain
perasaan mengenai
5. Mampu melewati fase
kehilangan
berduka
4. Dengarkan ekspresi
berduka
5. Buat pernyataan
empatik mengenai
duka cita
6. Bantu
mengidentifikasi
strategi-strategi
koping pribadi

3. Domain 4: Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


Aktivitas/Istirahat. keperawatan nyeri klien (1400)
Kelas 4: Respon berkurang, dengan kriteria hasil : 1. Lakukan
Kardiovaskuler/Pulmon Tingkat ketidaknyamanan pengkajian nyeri
al. Intoleran Aktivitas (2109) komprehensif yang

62
b.d imobilitas (00092). 1. Nyeri tidak ada meliputi lokasi,
2. Cemas tidak ada
karakteristik,
3. Stres tidak ada
4. Meringis tidak ada onset/durasi,
5. Ketegangan wajah tidak ada
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri dan
faktor pencetus
2. Pastikan perawatan
analgesik bagi
pasien dilakukan
dengan pemantaun
yang ketat
3. Gunakan strategi
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
dan sampaikan
penerimaan pasien
terhadap nyeri
4. Gali bersama
pasien faktor-faktor
yang dapat
menurunkan nyeri
atau memperberat
nyeri
5. Ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri

E. Implementasi Keperawatan

63
No Diagnosa Keperawatan NIC IMPLEMENTASI
1 Domain 12: Kenyamanan. Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
. Kelas 1: Kenyamanan (1100) (1100)
Fisik. Nyeri akut 1. Lakukan pengkajian 1. Melakukan pengkajian
berhubungan dengan nyeri komprehensif nyeri komprehensif yang
penyakit (00132). yang meliputi lokasi, meliputi lokasi,
karakteristik, karakteristik, onset/durasi,
onset/durasi, frekuensi, frekuensi, kualitsd,
kualitsd, intensitas atau intensitas atau beratnya
beratnya nyeri dan nyeri dan faktor pencetus
2. Menggunakan strategi
faktor pencetus
2. Gunakan strategi terapeutik untuk
terapeutik untuk mengetahui pengalaman
mengetahui nyeri dan sampaikan
pengalaman nyeri dan penerimaan pasien
sampaikan penerimaan terhadap nyeri
3. Membantu keluarga dalam
pasien terhadap nyeri
3. Bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan
mencari dan dukungan
4. Mengurangi atau eliminasi
menyediakan dukungan
4. Kurang atau eliminasi faktor-faktor yang dapat
faktor-faktor yang mencetuskan atau
dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri
meningkatkan nyeri (misalnya., ketakutan,
(misalnya., ketakutan, kelelahan keadaan
kelelahan keadaan monoton dan kurang
monoton dan kurang pengetahuan)
5. Mengajarkan prinsip-
pengetahuan)
5. Ajarkan prinsip-prinsip prinsip manajemen nyeri
manajemen nyeri
Monitor Tanda-Tanda Vital
Monitor Tanda-Tanda
(6680)
Vital (6680)
1. Memonitor tekanan
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu, dan
darah, nadi, suhu, dan

64
status pernafasan status pernafasan
dengan tepat dengan tepat.
2. Monitor keberadaan 2. Memonitor
dan kualitas nadi keberadaan dan
3. Monitor irama dan
kualitas nadi.
laju pernafasan 3. Memonitor irama dan laju
(misalnya., pernafasan (misalnya.,
kedalaman, dan kedalaman, dan
kesimetrisan) kesimetrisan).
4. Monitor pola 4. Memonitor pola
pernafasan abnormal pernafasan abnormal
(misalnya., cheyne- (misalnya., cheyne-stokes,
stokes, kussmaul biot, kussmaul biot, apneustic,
apneustic, ataksia, ataksia, dan bernafasan
dan bernafasan berlebihan.
5. Mengidentifikasi
berlebihan
5. Identifikasi kemungkinan penyebab
kemungkinan perubahan tanda-tanda
penyebab perubahan vital.
tanda-tanda vital

2 Domain 9: Peningkatan koping Peningkatan koping (3800)


. Koping/Toleransi Stres. (3800) 1. Membantu pasien dalam
Kelas 2: Respons Koping. 1. Bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan
Ansietas b.d Perubahan mengidentifikasi jangka pendek dan jangka
Besar : status kesehatan tujuan jangka pendek panjang yang tepat
2. Memberikan penilaian
(00146). dan jangka panjang
mengenai dampak dari
yang tepat
2. Berikan penilaian situasi kehidupan pasien
mengenai dampak dari terhadap peran dan
situasi kehidupan hubungan yang ada
3. Memberikan penilaian
pasien terhadap peran
mengenai pemahaman
dan hubungan yang
pasien terhadap proses
ada
3. Berikan penilaian penyakit

65
mengenai pemahaman 4. Memberikan suasanan
pasien terhadap proses penerimaan
5. mendukung kemampuan
penyakit
4. Berikan suasanan mengatasi situasi secara
penerimaan berangsur-angsur
5. dukung kemampuan
mengatasi situasi
secara berangsur-
angsur
Fasilitasi proses
Fasilitasi proses berduka
berduka (5290)
(5290)
1. Identifikasi
1. Mengidentifikasi
kehilangan
kehilangan
2. Bantu pasien untuk
2. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi
mengidentifikasi reaksi
reaksi awal terhadap
awal terhadap kehilangan
kehilangan 3. Mendukung pasien untuk
3. Dukung pasien untuk
mengekspresikan perasaan
mengekspresikan
mengenai kehilangan
perasaan mengenai 4. Mendengarkan ekspresi
kehilangan berduka
4. Dengarkan ekspresi 5. Membantu
berduka mengidentifikasi strategi-
5. Buat pernyataan
strategi koping pribadi
empatik mengenai
duka cita
6. Bantu
mengidentifikasi
strategi-strategi
koping pribadi

3 Domain 4: Manajemen nyeri (1400) Manajemen nyeri (1400)


1. Lakukan pengkajian 1. Melakukan pengkajian
Aktivitas/Istirahat. Kelas
nyeri komprehensif nyeri komprehensif yang
4: Respon
yang meliputi lokasi, meliputi lokasi,
Kardiovaskuler/Pulmonal.
karakteristik, karakteristik, onset/durasi,

66
Intoleran Aktivitas b.d onset/durasi, frekuensi, kualitas,
imobilitas (00092). frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
intensitas atau nyeri dan faktor pencetus.
2. Mempastikan perawatan
beratnya nyeri dan
analgesik bagi pasien
faktor pencetus
2. Pastikan perawatan dilakukan dengan
analgesik bagi pasien pemantaun yang ketat.
3. Menggunakan strategi
dilakukan dengan
komunikasi terapeutik
pemantaun yang ketat
3. Gunakan strategi untuk mengetahui
komunikasi terapeutik pengalaman nyeri dan
untuk mengetahui sampaikan penerimaan
pengalaman nyeri dan pasien terhadap nyeri.
4. Menggali bersama pasien
sampaikan
faktor-faktor yang dapat
penerimaan pasien
menurunkan nyeri atau
terhadap nyeri
4. Gali bersama pasien memperberat nyeri.
5. Mengajarkan prinsip-
faktor-faktor yang
prinsip manajemen nyeri.
dapat menurunkan
nyeri atau
memperberat nyeri
5. Ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri

F. Evaluasi
a. Nyeri akut (00132)
S : Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah bersudah berkurang
O : Klien sudah tidak tampak cemas, meringis dan gelisah; TTV normal
A : Masalah keperawatan teratasi
P : Intervensi dihentikan
b. Ansietas b.d Perubahan Besar: status kesehatan (00146)
S : Klien mengatakan sudah tidak merasa cemas dan dapat beraktivitas seperti biasa
O : Klien terlihat bersemangat
A : Masalah keperawatan teratasi
P : Intervensi dihentikan
c. Intoleran Aktivitas b.d imobilitas (00092)

67
S : klien mengatakan sudah mampu beraktivitas seperti biasa
O : Klien terlihat tidak cemas, meringis dan gelisah
A : Masalah keperawatan teratasi
P : Intervensi dihentikan

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hiperemesis gravidarum (HG) dapat menyebabkan komplikasi bahkan
kematian pada ibu dan janin jika tidak tertangani dengan baik. Mual dan muntah
secara terus menerus, mengakibatkan turunnya berat badan hingga lebih dari 5%
berat sebelum hamil, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dapat
menyebabkan komplikasi maternal seperti kerusakan hati dan ginjal, robekan pada
esofagus, pneumothoraks, neuropati perifer, ensefalopati wernicke, dan kematian.
Pada janin dengan ibu yang menderita hiperemesis gravidarum berkepanjangan
dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian. Selain
Hiperemesis gravidarum ada juga abortus. Salah satu penyebab kematian ibu
adalah abortus. Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin
mencapai berat 500gram atau umur kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.

68
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid I. Jakarta: Media

Acculapius

Cunningham, F G,dkk., 2005. Obstetri Williams Volume I. Jakarta : EGC Dinas

Kesehatan Kota Semarang, 2009

Heffner, Linda. 2008. Sistem Reproduksi. Jakarta: Erlangga

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga

Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit EGC.

Manuaba, Ida Bagus G. 2010.Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, S. (2006). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka.

69
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, 246

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Abortus hal 145-151. Jakarta : balai penerbit FK UI, 2002

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/137/jtptunimus-gdl-sulistiyow-6838-3-bab2.pdf

http://sasing.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-fitarianah-5363-2-babii.pdf

http://simtakp.uui.ac.id/dockti/CUT_FATIMAH_DEWI-kti_dewi.pdf

70

Anda mungkin juga menyukai