Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1. 1 Latarbelakang
Suudzan dan Marah merupakan fenomena yang sering dijumpai pada masyarakat dalam
ranah sosial dan komunikasi. Suudzan (berburuk sangka ) adalah salah satu sifat buruk yang
dapat merusak pikiran dan menghambat hubungan silaturrahim di antara manusia. Jika sikap ini
terdapat di dalam diri seseorang, maka yang dirusaknya adalah pikiran, ide, dan pandangannya.
Kalau setiap manusia memiliki sikap berburuk sangka di dalam diri mereka, maka hubungan
antara dia dan orang lain pasti tidak baik.
Orang yang paling beruntung adalah orang yang paling bisa menjaga hatinya. Jika
hatinya mudah capek dan menjadi busuk, maka salah satu penyebabnya adalah buruk sangka
atau Suudzan. Apapun yang disangkakan akan mempengaruhi cara berfikir, bersikap, dan cara
mengambil keputusan. Allah SWT berfirman dalam QS. al-Hujurat ayat 12.
  
  
    
     
    
   
    
    
Artinya Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat
lagi Maha Penyayang .
Selain akan merusak hati, kebahagiaan, dan akhlak, buruk sangka akan merusak
kedudukan di sisi Allah. Termasuk orang yang keji menurut pandangan Allah karena telah
melakukan dosa. Hanya kenikmatan yang dirasakan ketika berburuk sangka, dan sesudahnya

1
hanya tersisa rasa lelah karena hati dan pikiran telah disibukkan oleh prasangka yang bukan-
bukan. Namun, perlu diketahui, ada berburuk sangka yang diperbolehkan. Shaykh al-Sa‘di
menjelaskan Surat al- Hujurat ayat 12 di atas, “Allah melarang sebagian besar prasangka
terhadap sesama mukmin, karena sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa.” Yaitu
prasangka yang tidak sesuai dengan fakta dan bukti-bukti. Maknanya, jika suatu prasangka
didasari bukti atau fakta, maka tidak termasuk sebagian prasangka yang dilarang.
Maka prasangka yang didasari oleh bukti-bukti, atau pertanda, atau sebab-sebab yang
menguatkan tuduhan itu dibolehkan. Semisal jika melihat seorang yang datang ke parkiran motor
lalu membuka paksa kunci salah satu motor dengan terburu-buru, boleh saja berprasangka bahwa
ia ingin mencuri. Atau melihat orang-orang berkumpul di pinggir jalan disertai botol-botol
khamr dengan wajah kuyu dan mata sayu, boleh berprasangka bahwa mereka sedang mabuk
mabukan.
Marah merupakan sikap yang terdapat dalam masyarakat baik ranah sosial dan
komunikasi, baik bagi orang dewasa , maupun pada anak- anak1. Terkadang juga dari emosi
marah ini banyak sekali kejadian- kejadian yang tidak diinginkan oleh semua orang yang sedang
mengalaminya. Terkadang bisa juga terjadi saat emosi marah ini tidak terkendalikan oleh jiwa
atau keadaan fisik yang kurang menguntungkan. Marah ini akan lebih mudah timbul dan sampai
ada juga orang yang marah dengan melempari barang- barang yang ada di sekitarnya. Serta bisa
juga sampai mengeluarkan kata- kata yang negatif dan tindakan serta ucapan- ucapan yang
negatif dan kurang sopan yang tidak diinginkan oleh diri subyek.
Menurut Teori Schacher dan Singer kita tidak merasa marah karena ketegangan otot kita
rahang kita berdetak, denyut nadi kita menjadi cepat dan sebagainya, tetapi karena kita secara
umum jengkel, kita mempunyai berbagai kognisi tertentu tentang sifat kejengkelan kita2. Teori
ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan. Reaksi fisiologik
dapat saja sama hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan
dalam darah dan sebagainya, namun jika rangsangannya menyenangkan – seperti diterima di
perguruan tinggi yang diminati, emosi yang timbul dinamakan senang. Sebaliknya jika
rangsangannya membahayakan misalnya melihat ular yang berbisa emosi yang timbul
dinamakan takut. Para ahli psikologi melihat teori ini lebih sesuai dengan teori kognisi.

1
Abdul Hidayat Saerodjie. 2001. Terapi Terhadap 15 Penyakit Hati, penerbit paramarta,Jakarta, hal. 53.
2
Ibid : 401

2
Oleh karenanya marah biasanya disebut sebagai gangguan setan yang biasanya dilakukan
pada orang-orang yang keadaan emosinya lagi labil, badan atau keadaan fisik yang tidak
mendukung sehingga sering terjadi kemarahan pada diri seseorang.3

3
Ibid, 54.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Suudzan (Berburuk Sangka)


Berburuk sangka adalah salah satu sifat buruk yang dapat merusak pikiran dan
menghambat hubungan silaturrahim di antara manusia. Jika sikap ini terdapat di dalam diri
seseorang, maka yang dirusaknya adalah pikiran, ide, dan pandangannya. Hal yang kedua yang
dirusak oleh sikap berburuk sangka adalah hubungannya dengan orang lain. Kalau setiap
manusia memiliki sikap berburuk sangka di dalam diri mereka, maka hubungan antara dia dan
orang lain pasti tidak baik.
Buruk sangka adalah lawan dari baik sangka. Disebut buruk sangka adalah anggapan,
pendapat, atau sikap yang bertentangan dengan kebenaran dan kebaikan. Orang yang berburuk
sangka berarti adalah orang yang memiliki angggapan, pendapat, atau sikap yang buruk terhadap
suatu keadaan atau seseorang di mana keadaan atau seseorang tersebut sesungguhnya
menunjukkan hal yang sebaliknya.4
Islam telah mengharamkan berburuk sangka terhadap Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang
mukmin yang telah dikenal kebaikannya, kelurusan akhlaknya, dan kebersihan perjalanan
hidupnya meskipun sebagian dari mereka lalai dalam berbuat baik, berlebih-lebihan dalam
perkara yang mubah, atau mencemarkan nama baik. Islam memerintahkan untuk memperbaiki
kelalaian, pelanggaran, dan pencemaran ini dengan jalan ‘amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh
kepada yang baik dan mencegah kemungkaran) tanpa perlu mengubah sikap hati terhadapnya
sedikit pun.5 Allah SWT berfirman dalam Surat al-An’am ayat 116 dan Surat Yunus ayat 36,
     
      
      
Artinya : dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya
mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti
persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (Q.S
Al An’am : 116)

4
Imam Nawawi, 1994, Terjemah Riyal al Salihin, vol. 2 . Pustaka Amani, Jakarta.
5
Sayyid Muhammad Nuh, 2004, Mengobati 7 Penyakit Hati, Al-Bayan PT Mizan Pustaka, Bandung.

4
      
      
     
Artinya : dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya
persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Q.S Yunus : 36).
Walaupun demikian, sikap buruk sangka ini justru menjadi wajib apabila objeknya adalah
orang kafir yang menyatakan terang-terangan kekafiran dan permusuhannya kepada Allah,
Rasulnya dan orang-orang mukmin. Sekalipun orang kafir ini melakukan kebajikan, tetap wajib
diwaspadai. Sebab, kalau ia sudah mengingkari keberadaan Allah atau keesaan-Nya dan
mengkhiananti nikmat-Nya yang telah Dia curahkan kepadanya, bagaimana mungkin ia akan
jujur kepada kita.6 Allah SWT berfirman dalam QS. al-Taubah ayat 8 yang artinya: “Mereka
menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedangkan hatinya menolak.
Kalau sikap iri pada awalnya bersumber dari dalam hati seseorang, maka sikap berburuk
sangka ini bersumber dari otak dan pikiran manusia. Ini berarti bahwa sikap berburuk sangka ini
ada di dalam diri seseorang dan tidak ada yang tahu sifat ini kecuali dirinya. Tidak ada orang lain
yang tahu tentang sikap buruk sangka itu, karena tersembunyi di dalam pikiran manusia. Yang
tahu ada keberadaannya, atau tidak di dalam hati setiap orang adalah dirinya sendiri. Kemudian
sikap buruk sangka itu berwujud dalam bentuk sikap, ucapan, atau kata-kata yang keluar dari
mulut pemiliknya. Dari sinilah baru orang lain tahu, bahwa di dalam hatinya ada buruk sangka.
Kalau sikap iri pada awalnya bersumber dari dalam hati seseorang, maka sikap berburuk
sangka ini bersumber dari otak dan pikiran manusia. Ini berarti bahwa sikap berburuk sangka ini
ada di dalam diri seseorang dan tidak ada yang tahu sifat ini kecuali dirinya. Tidak ada orang lain
yang tahu tentang sikap buruk sangka itu, karena tersembunyi di dalam pikiran manusia. Yang
tahu ada keberadaannya, atau tidak di dalam hati setiap orang adalah dirinya sendiri. Kemudian
sikap buruk sangka itu berwujud dalam bentuk sikap, ucapan, atau kata-kata yang keluar dari
mulut pemiliknya. Dari sinilah baru orang lain tahu, bahwa di dalam hatinya ada buruk sangka.
Orang-orang yang memiliki sikap buruk sangka memiliki subjektivitas pemikiran yang
tinggi. Semua kebenaran ada padanya. Semua yang hebat ada padanya. Semua kebaikan ada

6
Ibid

5
pada dirinya. Hanya dirinyalah satu-satu manusia yang baik. Orang yang seperti ini mempunyai
pandangan yang tidak seimbang antara dirinya dengan orang lain yang ada di sekitarnya.
Apa bahaya sifat buruk sangka dalam hubungannya dengan orang lain? Sifat buruk
sangka ini sebenarnya akan melahirkan suatu sikap yang memandang bahwa orang lain selalu
salah, selalu tidak benar. Apa yang diraih oleh orang lain dipandangnya diraih dengan cara yang
tidak benar. Sikap ini muncul karena adanya anggapan bahwa dirinyalah yang baik, dan orang
lain yang lebih daripadanya tidak.
Buruk sangka di dalam pikiran kita akan membuat saraf-saraf berpikir menjadi berat
dalam bekerja karena dia bekerja untuk memikirkan hal-hal yang buruk bagi orang lain. Kalau
saja kita memiliki pikiran yang positif, saraf-saraf otak itu akan bekerja dengan ringan. Orang-
orang yang pemikiran yang positif akan menjadi ringan beban pikirannya karena semua itu akan
menimbulkan pengaruh yang baik akan pikiran manusia.
Buruk sangka di dalam pikiran kita akan membuat saraf-saraf berpikir menjadi berat
dalam bekerja karena dia bekerja untuk memikirkan hal-hal yang buruk bagi orang lain. Kalau
saja kita memiliki pikiran yang positif, saraf-saraf otak itu akan bekerja dengan ringan. Orang-
orang yang pemikiran yang positif akan menjadi ringan beban pikirannya karena semua itu akan
menimbulkan pengaruh yang baik akan pikiran manusia.

2.1.1 Dampak Buruk Sangka


a. Terjerumus dalam kemaksiatan dan kejahatan
Ketika seseorang ingin membuktikan berburuk sangkanya terhadap orang lain, seringkali
ia terjerumus pada rantai panjang kemaksiatan dan kejahatan. Setiap mata rantai akan
bersambung dengan mata rantai lainnya. Misalnya, setelah berburuk sangka, ia akan
menggunjing, mengadu domba, menghasut, membenci, bermusuhan, memutuskan tali
persaudaraan, berpecah belah dan seterusnya.
Al-Qur‟an dan hadis menjelaskan dampak dia tas ketika menyebutkan rantai-rantai
kemaksiatan dan kejahatan yang terkait dengan buruk sangka. Allah SWT berfirman dalam QS.
al-Hujurat ayat 12.
  
    
      

6
    
     
     
   
Artiya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat
lagi Maha Penyayang. (Q.S Al Hujurat : 12)

Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah persangkaan karena persangkaan adalah berita


paling dusta. Dan janganlah kalian saling memata-mataiserta mencari-cari berita buruk.”

b. Berhenti melakukan kebaikan dan ketaatan


Dampak lain dari sikap buruk sangka adalah berhenti berbuat kebajikan. Apabila
seseorang terjerumus ke dalam rantai kemaksiatan dan kejahatan, hatinya akan menjadi hitam
legam, lantas sakit lalu mengeras dan terkunci. Apabila sudah begitu, ia akan berhenti berbuat
kebaikan dan ketaatan, bahkan akan mengalami guncangan psikis. Allah SWT berfirman dalam
Q.S al-Maidah ayat 13.
  
  
 
Artiya : (tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati
mereka keras membatu… (Q.S al-Maidah ayat 13)

Guncangan psikis menjadi semakin kuat karena orang yang berberburuk sangka akan
terus berburuk sangka agar dapat melindungi dirinya, kehormatannya, hartanya, dan
keluarganya. Ia mengira semua orang sedang bersekutu untuk membunuhnya, mencemarkan
nama baiknya, dan merampas hartanya, menghinanya, tidak memrhatikannya, dan tidak bersikap

7
adil kepadanya. Oleh sebab itu, timbullah guncangan dalam jiwanya. Ia tidak akan pernah
merasa aman dan tenang. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Taha ayat 124,
    
   
   
Artinya : dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam Keadaan buta". (Q.S. Taha ayat 124)

c. Menyesal terus-menerus
Kadang-kadang ketika seseorang mencoba membuktikan berburuk sangkanya, justru
yang ditemukan sebaliknya. Jika masih ada sisa kebaikan dalam dirinya, pasti ia akan menyesal.
Contohnya, orang-orang yang berberburuk sangka kepada Aisyah dan Shafwan bin al-Mu‟attal
(menuduh keduanya berzina), antara lain Hasan bin Thabit, Mistah bin Uthathah, dan yang lain.
Mereka sangat menyesal ketika turun ayat dari langit yang menyatakan Aisyah bersih dari
tuduhan itu. Mereka berharap tidak pernah dilahirkan (karena telah menuduh wanita suci berbuat
kotor). Bahkan, penyesalan itu terus terlihat menyelimuti mereka di setiap tempat sampai mereka
meninggal.

d. Dibenci dan dijauhi orang lain


Ketika masyarakat tahu seseorang yang suka berberburuk sangka dan selalu berujung
pada tuduhan tanpa bukti, tentu mereka akan lari menghindar darinya. Mereka pun akan sangat
membencinya. Hal ini merupaka sunnatullah yang tidak akan pernah berubah atas makhluk-Nya.
Apa yang kan diperbuat, kalau masyarakat sudah membenci dan lari darinya? Setiap orang tidak
akan bisa lepas dari lingkungannya. jika sendirian, hidupnya akan terasa sempit. Sebaliknya,
hidupnya akan terasa lapang apabila banyak teman.

e. Menyia-nyiakan usia untuk urusan yang tidak berfaedah


Orang yang berberburuk sangka sepanjang hayatnya akan terus berusaha untuk mengejar
kebenaran persangkaan-persangkaannya yang biasanya, hanya bohong belaka. Dengan begitu, ia

8
telah menyia-nyiakan usianya. kalau pun persangkaannya benar, ia telah berbuat sesuatu yang
menyakitkan dan akan berujung pada penyesalan.
f. Mengundang murka Allah
Buruk sangka dan semua perbuatan yang mengikutinya, baik yang mebuat sangkaannya
menjadi benar atau tidak, akan mengundang murka Allah SWT. Siapakah yang sanggup
menghadapi murka Allah? Padahal Allah SWT berfirman dalam Q.S. Taha ayat 81,
     ….
 
Artinya : dan Barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, Maka Sesungguhnya binasalah ia.

2.1.2 Sebab-sebab Terjadinya Berburuk Sangka


1. Prasangka Sosial
Sumber prasangka sosial, antara lain :
Ketidaksetaraan Sosial
Ketidaksetaraan sosial ini dapat berasal dari ketidaksetaraan status dan prasangka
serta agama dan prasangka. Ketidaksetaraan status dan prasangka merupakan
kesenjangan atau perbedaan yang mengiring ke arah prasangka negatif. Sebagai contoh,
seorang majikan yang memandang budak sebagai individu yang malas, tidak bertanggung
jawab, kurang berambisi, dan sebagainya, karena secara umum ciri-ciri tersebut
ditetapkan untuk para budak. Agama juga masih menjadi salah satu sumber prasangka.
Sebagai contoh kita menganggap agama yang orang lain anut itu tidak sebaik agama yang
kita anut.
Identitas Sosial
Identitas sosial merupakan bagian untuk menjawab “siapa aku?” yang dapat
dijawab bila kita memiliki keanggotaan dalam sebuah kelompok. Kita megidentifikasikan
diri kita dengan kelompok tertentu (in group), sedangkan ketika kita dengan kelompok
lain kita cenderung untuk memuji kebaikan kelompok kita sendiri.
Konformitas
Konformitas juga merupakan salah satu sumber prasangka sosial. Menurut
penelitian bahwa orang yang berkonformitas memiliki tingkat prasangka lebih tinggi
dibandingkan dengan yang tidak berkonformitas.

9
2. Prasangka secara Emosional
Prasangka sering kali timbul dipicu oleh situasi sosial, padahal faktor emosi juga dapat
memicu prasangka sosial. Secara emosional, prasangka dapat dipicu oleh frustasi dan agresi,
kepribadian yang dinamis, dan kepribadian otoriter.
Frustasi dan Agresi
Rasa sakit dan frustasi sering membangkitkan pertikaian. Salah satu sumber
frustasi adalah adanya kompetisi. Ketika dua kelompok bersaing untuk memperebutkan
sesuatu, misalnya pekerjaan, rumah, dan derajat sosial, pencapaian goal salah satu pihak
dapat menjadikan frustasi bagi pihak yang lain.
Kepribadian yang dinamis
Status bersifat relatif. Untuk dapat merasakan diri kita memiliki status, kita
memerlukan adanya orang yang memiliki status dibawah kita. Salah satu kelebihan
psikologi tentang prasangka adalah adanya sistem status, yaitu perasaan superior.
Contohnya adalah ketika kita mendapatkan nilai terbaik di kelas, kita merasa menang dan
dianggap memiliki status yang lebih baik.
Kepribadian Otoriter
Emosi yang ikut berkontribusi terhadap prasangka adalah kepribadian diri yang
otoriter. Sebagai contoh, pada studi orang dewasa di Amerika, Theodor Adorno dan
kawan-kawan (1950) menemukan bahwa pertikaian terhadap kaum Yahudi sering terjadi
berdampingan dengan pertikaian terhadap kaum minoritas.7

2.1.3 Cara Mengatasi/Mengurangi Berburuk Sangka


Dari seluruh uraian diatas dapat dikemukakan, bahwa usaha untuk mengatasi atau
mengurangi berburuk sangka dilakukan dengan cara :
1. Dimulai dari pendidikan anak-anak dirumah dan disekolah oleh orang tua dan guru
2. Mengadakan kontak diantara dua kelompok yang berprasangka
3. Permainan peran (role playing)

7
Robert, A. Baron dan Donn Byrne, 2004. Psikologi Sosial Edisi kesepuluh Jilid1, Erlangga, Jakarta, Hal 168-169

10
Permainan peran disini diartikan orang yang berprasangka diminta untuk berperan
sebagai orang menjadi korban berburuk sangka, sehingga yang berprasangka akan
merasakan, mengalami, dan menghayati segala penderitaan yang menjadi korban
berburuk sangka. Kemudian akhirnya ia tidak berberburuk sangka dan tidak bertindak
diskriminatif. 8
4. Belajar mengerti perbedaan
Kita pasti sudah mengetahui jika di dunia ini tidak ada satu pun manusia yang
sama. Baik fisik, fikiran dan hatinya. Namun masalahnya, kita sering “lupa” kalau setiap
orang itu unik dan berbeda satu dengan lainnya. nggak ada yang salah dengan perbedaan.
Oleh karena itu perbedaan tidak perlu dirubah, selama tidak merugikan dan
membahayakan keselamatan jiwa pribadi juga orang lain. Perbedaan kita dengan teman
atau orang lain justru akan membuat hari-hari kita lebih meriah dan seru.9
5. Mulailah berpikir positif terhadap orang lain, yaitu dengan berprasangka baik
Anda akan menemukan keajaiban bahwa kita juga akan melihat segudang bukti
kalau orang tersebut memang baik. Dengan berprasangka baik kita akan menarik hal-hal
yang baik dari orang tersebut. Bayangkan jika kita selalu berprasangka baik terhadap
orang-orang yang ada di sekitar kita, maka kita akan dikelilingi oleh orang-orang yang
baik.10
6. Lengkapi Informasi
Sebelum menuduh seseorang, coba berfikir ulang, apakah info yang anda dapat
sudah pasti kebenarannya. Mengecek dengan teliti benar atau tidaknya dugaan kita
terhadap orang lain, akan sangat membantu menghilangkan berburuk sangka kepada
orang tersebut.
7. Perluas Pergaulan
Carilah teman sebanyak mungkin, jangan membatasi pergaulan hanya dengan
orang-orang tertentu. Dengan pergaulan yang luas dan beragam, akan terbuka pikiran dan

8
Ibid
9
http://politik.kompasiana.com/2010/10/01/terjebak-prasangka-buruk-indonesia/) diakses tanggal 08 Desember
2017.
10
http://www.motivasi-islami.com/bahaya-prasangka-buruk/terhadap Anda) diakses tanggal 08 Desember.

11
wawasan tentang segala hal yang ada di sekitar kita. Kitapun akan lebih mudah
beradaptasi dan bertoleransi dengan orang lain.11

8. Perbanyak Kegiatan
Isi waktu dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Ini agar tidak ada waktu
yang terbuang percuma sekaligus mencegah timbulnya pikiran-pikiran negatif.
9. Tingkatkan Ibadah
Mendekatkan diri pada Tuhan dengan semakin meningkatkan kulitas ibadah
merupakan salah satu cara yang efektif untuk menepis berburuk sangka serta membuat hati
kita bersih dan damai.

2.2 Marah
2.2.1 Definisi
Menurut istilah, marah berarti perubahan internal atau emosional yang menimbulkan
penyerangan dan penyiksaan guna mengobati apa yang ada di dalam hati. Pengertian marah
dirumuskan secara singkat dalam A critical Dictionary of Psychoanalysis yang disusun oleh
Charles Rycroft sebagai emosi dasar yang dibangkitkan secara khusus oleh frustasi. Maxwell
Maltz menyatakan bahwa amarah adalah frustasi, suatu jenis frustasi yang meledak dimana
seseorang mengubah suatu perasaan terluka yang pasif menjadi suatu tindakan penghancuran
disengaja yang aktif.12
Arif Budiman dan Abu Bakar Baraja menyebutkan bahwa marah sebagai suatu emosi
yang disebabkan karena seseorang menghadapi suatu keadaan yang tidak disukainya, atau
bertentangan dengan kemauannya.13
Imam Al-Gazali di dalam buku Wetrimudrison menerangkan bahwa marah bagaikan
nyala api yang menyala berkobar-berkobar, menyerang bergerak dan bergejolak dalam hati
manusia. Secara Psikologis marah adalah fenomena emosional.14 Sedangkan Tice dalam buku

11
Drs. Wahyu Ms., 1986, Wawasan ilmu sosial dasar, Penerbit Usaha nasional, Surabaya, hal. 152.
12
Rahmat Mulyono.2005.Terapi Marah. Studia Press. Jakarta. Hal 6-9.
13
Wetrimudroson.2005. Seni Pengendalian Marah dan Menghadapi Orang Pemarah. Bandung: Alfabeta. Hal 2.
14
Ibid

12
karangan Goleman menemukan bahwa amarah merupakan suasana hati yang paling sulit
dikendalikan.15
Dalam bahasa Arab sebagaimana diuraikan secara rinci dalam kitab afaatun Alath-
Thariq karya Sayyid Muhammad Nuh pada tahun 1993. marah atau al- Ghadab memiliki
beberapa makna diantaranya:
1. Marah berarti tidak rela terhadap sesuatu dan iri dari sesuatu.
2. Menggigit sesuatu, Jika kita berkata Ghadibat al- khailul alal
3. lujami artinya kuda yang menggigit besi kendali.
4. Memberenggut. Wanita itu muram.
5. Bengkak disekitar sesuatu. Bengkak disekitar mata
6. Kemurungan dalam hal pergaulan atau perilaku
7. Penghalang yang terbuat dari kulit unta.
Menurut teori Schacher dan Singer kita tidak merasa marah karena ketegangan otot kita
rahang kita berdetak, denyut nadi kita menjadi cepat dan sebagainya, tetapi karena kita secara
umum jengkel, kita mempunyai berbagai kognisi tertentu tentang sifat kejengkelan kita.16
Teori ini dikenal sebagai teori yang paling klasik yang berorientasi pada rangsangan.
Reaksi fisiologik dapat saja sama seperti hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah
cepat, adrenalin dialirkan dalam darah dan sebagainya. Namun jika rangsangannya
menyenangkan seperti ketika diterima di perguruan tinggi yang diminati, emosi yang timbul
dinamakan senang. Sebaliknya jika rangsangannya membahayakan misalnya melihat ular yang
berbisa, emosi yang timbul dinamakan takut.
Menurut istilah marah berarti perubahan internal yang menimbulkan penyerangan dan
penyiksaan guna mengobati apa yang ada dalam hati. Marah adalah kekuatan yang disimpan oleh
Allah SWT di dalam diri manusia.
Menurut Al- Ghozali mengatakan bahwa adanya marah dalam diri manusia, maka itu
manusia harus kuat untuk menjaganya dari kesukaran dan untuk menolak kehancuran.

2.2.2 Indikasi Marah

15
Goleman, Daniel. 2003. Emotional Intelligence-Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hal 82
16
Ibid

13
Menurut Berkowitz, penyebab normal suatu kemarahan adalah karena mereka merasa
harga dirinya terancam dan ingat terhadap pengalaman traumatik atau pengalaman yang
menyakitkan sehingga perasaan marah mudah untuk timbul. Dan dari kondisi naluriah
mengekpresikan perasaan marah itu sendiri melalui tindakan yang agresif.17
Marah merupakan perasaan alamiah, para psikolog menyebutkan bahwa marah itu sendiri
merupakan perilaku pasif agresif yakni cara seseorang untuk menentang orang lain yang tidak
disukai tetapi tidak secara terang- terangan atau mengajak berkelahi. Ada juga orang yang tidak
bisa mengekspresikan kemarahannya dengan tepat.18
Rasa marah jika tidak terkendali dapat menimbulkan tindakan agresi menyerang yang
malah dapat memperburuk keadaan. Menurut Journal of the heart association), menyatakan
bahwa rasa marah berpotensi memiliki atau menimbulkan serangan jantung terutama pada laki-
laki dan perempuan paruh baya dengan tekanan darah normal.19
Dan menurut Charles D. Spielberger, director of Behavioral Medicine and Health
Psychology, University of South Florida, mengatakan bahwa rasa marah itu berperan penting
karena merupakan komponen yang mematikan dari syndrome kepribadian tipe A. diantaranya
kepribadian tipe A ini adalah mempunyai karakteristik kepribadian:
a. Memiliki sifat terlalu tergesa- gesa dalam melakukan sesuatu.
b. Berbicara dengan cepat dan sering kali memotong pembicaraan
c. orang lain.
d. Memiliki rasa bersaing yang tinggi bahkan dalam situasi non
e. kompetitif.
f. Cenderung ingin selalu melakukan sesuatu dan selalu bersikap
g. waspada.
h. Sering mengambil sikap bermusuhan dan agresif.20
Marah merupakan emosi dasar yang tampak ketika salah satu motif dasar harus dipenuhi
atau terhambat. Dan jika salah satu motif dasar dan penting salam diri manusia ini tidak bisa

17
Imam Musbikin. 2008. Wudhu sebagai terapi. Yogyakarta : Nusamedia hal 217
18
Ibid
19
Ibid
20
N. Agus Cahyo.2011. Penjelasan Ilmilah tentang Dasyatnya manfaat ibadah- ibadah Harian untuk kesehatan Jiwa
dan fisik. Yogyakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI)

14
terpenuhi perasaan marah akan mudah sekali untuk timbul. Serta tingkatan intensitas marah ini
tergantung dengan tingkatan motif dasar yang menghambat dalam upaya pemenuhannya.21

2.2.3 Bentuk-bentuk Marah


Al- Jurjani, menjelaskan bahwa marah adalah perbuatan yang terjadi pada waktu
mendidihnya darah di dalam hati untuk memperoleh kepuasan yang terdapat di dalam dada.
Adapun tingakatan- tingkatan marah menurut Hamzah, 2001. Sebagai berikut:

a. Berlebih- lebihan (ifrath)


Suatu kondisi seseorang telah didominasi amarahnya sehingga ia keluar dari garis
kebijakan akal dan agama serta dari ketaatan terhadap keduanya.
b. Berkekurangan (tafrith)
Suatu kondisi yang mana ketika seseorang kehilangan kekuatan.
c. Kondisi yang berimbang
Suatu kondisi marah akan timbul karena ada suatu isyarat dari akal dan agama.
Ketika marah terpancing pada suasana yang mengharuskan agar melakukan pembalasan
dan segera reda pada suasana yang mengharuskan agar berlaku santun.
Penyebab timbulnya rasa kemarahan, diantaranya adalah:
1) Faktor fisik
Sebab- sebab yang mempengaruhi faktor fisik antara lain:
a) Kelelahan yang berlebihan, orang yang terlalu lelah karena kerja keras, akan lebih muda
marah dan sering tersinggung.
b) Zat- zat tertentu yang dapat menyebabkan marah.
c) Hormon kelamin yang dapat mempengeruhi kemarahan seseorang.

2) Faktor psikis
Timbulnya rasa marah disini ditumbulkan oleh kepribadian seseorang. Yang menyengkut
dengan apa yang disebut self concept yakni anggapan terhadap dirinya sendiri salah satu diantara
self concept tersebut adalah:
a) Rasa rendah diri yakni menilai dirinya sendiri lebih rendah dari yang sebenarnya.

21
Ibid

15
b) Sombong yakni menilai dirinya sendiri lebih dari yang sebenarnya.

2.2.4. Faktor-faktor Marah


Menurut Al- Ghozali mengatakan bahwa adanya marah dalam diri manusia untuk
menjaganya dari kesukaran dan untuk menolak kehancuran.
Al- Jurjani, menjelaskan bahwa marah adalah perbuatan yang terjadi pada waktu
mendidihnya darah di dalam hati untuk memperoleh kepuasan yang terdapat didalam dada.
Adapun tingakatan- tingkatan marah menurut Hamzah sebagai berikut:

a. Berlebih- lebihan (ifrath)


Suatu kondisi seseorang telah didominasi amarahnya sehingga ia keluar dari garis
kebijakan akal dan agama serta dari ketaatan terhadap keduanya.
b. Berkekurangan (tafrith)
Suatu kondisi yang mana ketika seseorang kehilangan kekuatan.
c. Kondisi yang berimbang
Suatu kondisi marah akan timbul karena ada suatu isyarat dari akal dan agama.
Ketika marah terpancing pada suasana yang mengharuskan agar melakukan pembalasan
dan segera reda pada suasana yang mengharuskan agar berlaku santun.

Adapun ciri dari orang marah menurut Beck diantaranya adalah:


a. Aspek biologis
Marah timbul karena kegiatan system syaraf otonom bereaksi terhadapsekresi
apinerpin, sehingga tekanan dara meningkat, wajah memerah, pupil melebar dan
pengeluaran urin meningkat.
b. Aspek emosional
Seseorang yang marah merasa tidak nyaman, jengkel, frustasi, dendam, ingin
berkelahi, mengamuk, bermusuhan, sakit hati, menyalahkan.
c. Aspek intelektual
Pada saat gangguan fungsi panca indra dapat terjadi penyimpangan presepsi
seseorang sehingga menimbulkan marah.
d. Aspek sosial

16
Pada saat berkumpul dengan seseorang memungkinkan orang untuk marah.
e. Interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan emosi marah sering
terjadi kemarahan itu disebabkan dari seseorang sehingga sering menimbulakan
penolakan dari orang lain.
f. Aspek spiritual
Pada saat doa yang dilakukan merasa tidak terkabul hal itu bias menimbulkan
marah.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari Pembahasan diatas dapat disimpulan sebagai berikut :

a. Suudzan dan Marah merupakan fenomena yang sering dijumpai pada masyarakat dalam
ranah sosial dan komunikasi. Suudzan (berburuk sangka ) adalah salah satu sifat buruk
yang dapat merusak pikiran dan menghambat hubungan silaturrahim di antara manusia.
b. Islam telah mengharamkan berburuk sangka terhadap Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang
mukmin yang telah dikenal kebaikannya, kelurusan akhlaknya, dan kebersihan perjalanan
hidupnya meskipun sebagian dari mereka lalai dalam berbuat baik, berlebih-lebihan
dalam perkara yang mubah, atau mencemarkan nama baik.
c. Orang-orang yang memiliki sikap buruk sangka memiliki subjektivitas pemikiran yang
tinggi. Semua kebenaran ada padanya. Semua yang hebat ada padanya. Semua kebaikan
ada pada dirinya. Hanya dirinyalah satu-satu manusia yang baik. Orang yang seperti ini
mempunyai pandangan yang tidak seimbang antara dirinya dengan orang lain yang ada di
sekitarnya.
d. Buruk sangka di dalam pikiran kita akan membuat saraf-saraf berpikir menjadi berat
dalam bekerja karena dia bekerja untuk memikirkan hal-hal yang buruk bagi orang lain.
e. Marah sebagai suatu emosi yang disebabkan karena seseorang menghadapi suatu keadaan
yang tidak disukainya, atau bertentangan dengan kemauannya.
d. Penyebab normal suatu kemarahan adalah karena mereka merasa harga dirinya terancam
dan ingat terhadap pengalaman traumatik atau pengalaman yang menyakitkan sehingga
perasaan marah mudah untuk timbul.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hidayat Saerodjie. 2001. Terapi Terhadap 15 Penyakit Hati, penerbit paramarta,Jakarta,
hal. 53.
Drs. Wahyu Ms., 1986, Wawasan ilmu sosial dasar, Penerbit Usaha nasional, Surabaya, hal.
152.
Goleman, Daniel. 2003. Emotional Intelligence-Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. Hal 82.
Imam Musbikin. 2008. Wudhu sebagai terapi. Yogyakarta : Nusamedia hal 217.
Imam Nawawi, 1994, Terjemah Riyal al Salihin, vol. 2 . Pustaka Amani, Jakarta.
N. Agus Cahyo.2011. Penjelasan Ilmilah tentang Dasyatnya manfaat ibadah- ibadah Harian
untuk kesehatan Jiwa dan fisik. Yogyakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI)
Rahmat Mulyono.2005.Terapi Marah. Studia Press. Jakarta. Hal 6-9.
Robert, A. Baron dan Donn Byrne, 2004. Psikologi Sosial Edisi kesepuluh Jilid1, Erlangga,
Jakarta, Hal 168-169.
Sayyid Muhammad Nuh, 2004, Mengobati 7 Penyakit Hati, Al-Bayan PT Mizan Pustaka,
Bandung.
Wetrimudroson.2005. Seni Pengendalian Marah dan Menghadapi Orang Pemarah. Bandung:
Alfabeta. Hal 2.

Website
http://politik.kompasiana.com/2010/10/01/terjebak-prasangka-buruk-indonesia/) diakses tanggal
08 Desember 2017.
http://www.motivasi-islami.com/bahaya-prasangka-buruk/terhadap Anda) diakses tanggal 08
Desember.

19

Anda mungkin juga menyukai