Pneumonia
Pneumonia
Betz dkk,
2002). Pneumonia, inflamasi parenkim paru, merupakan hal yang umum selama masa kanak-
kanak tetapi lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak awal (Donna L.
Wong, 2004 ). Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiolgi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing. (Dr.Rusepno Hassan dkk, 2007).
(Kathleen Morgan Speer, 2008). Peradangan pada paru yang tidak saja mengenai jaringan
paru tapi dapat juga mengenai bronkhioli (dr. taufan nugroho, 2011).
2. Etioligi
pneumonia hypostatic, dan sindrom Loeffler. Pneumonia karena virus bisa menerima infeksi
primer atau komplikasi dari suatu penyakit virus, seperti morbilli atau varicella (Nursalam,
dkk,2008).
Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi Streptococcus group B dan
bakteri gram negatif seperti E. colli, Pseudomonas sp, dan Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih
besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus Pneumoniae,
Haemophilus Influenzae, dan Staphylococcus Aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar
dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae
pneumonia bakteri, baik yang didapat dari masyarakat (kira-kira 75% dari semua kasus)
maupun dari rumah sakit. Staphylococcus Aureus (kokus gram positif) dan asil aerobik gram
negatif, termasuk Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella Pneumoniae, dan E. colli
3. Klasifikasi
a. Pembagian anatomis:
1) Pneumonia lobaris
infeksi traktus respiratorius bagian atas. Pada anak besar bisa disertai badan menggigil dan
pada bayi disertai kejang. Suhu naik cepat sampai 39-40C dan suhu ini biasanya tipe febris
kontinua. Nafas menjadi sesak, disertai nafas cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan
mulut dan nyeri pada dada (Dr Rusepno Hasan dkk, 2007)
Anak lebih suka tiduran pada dada yang sakit. Batuk mula-mula kering kemudian
menjadi produktif. Pada pemeriksaan fisik, kelainan yang khas tampak setelah 1-2 hari. Pada
permulaan suara pernafasan melemah sedangkan pada perkusi tidak jelas ada kelainan.
(Ngastiyah, 2005)
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi
dengan adanya napas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung
daripada luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan
dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah, nyaring halus atau sedang. Bila
keredupan dan suara pada suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada
keadaan yang melemahkan daya tubuh. Sebagian infeksi primer biasanya hanya dijumpai
pada anak-anak dan orang tua. Beberapa keadaan yang dapat berkomplikasi
bronchopneumonia ialah: pertussis, morbilli, penyakit infeksi lain yang disertai demam,
infeksi saluran pernafasan bagian atas, penyakit jantung, gizi buruk, alkoholisme menahun,
keadaan pasca bedah dan keadaan terminak sesudah penyakit lama. (dr. Sutisna Himawan,
1990)
Bronkiolitis akut ialah suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang sering diderita bayi
atau anak berumur kurang dari 2 tahun, paling sering pada usia 6 bulan. Bronkiolitis akut
sebagian besar disebabkan oleh respiratory syncyal virus (50%). (Ngastiyah, 2005)
1) Pneumonia stafilokokus
pneumonia yang berat karena cepat menjadi progresif dan resisten terhadap pengobatan. Pada
umumnya pneumonia ini diderita bayi, yaitu 30% di bawah umur 3 bulan dan 70% sebelum 1
2) Pneumonia streptokokus
streptokokus sering merupakan komplikasi penyakit virus seperti influenza, campak, cacar air
dan infeksi bakteri lain seperti pertusis, pneumonia pneumokokus. (Dr. Rusepno Hassan,
2007)
3) Pneumonia pneumokokus
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus dengan serotipe
1 sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan pada
anak ditemukan tipe 14,1,6,9. Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4
tahun dan mengurang dengan berkurangnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu
disebabkan oleh pneumokokus, ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan
bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi (Dr. Rusepno Hassan,
2007).
sederhana berdasarkan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukanlah merupakan diagnose medis
dan hanya bertujuan untuk membantu para petugas kesehatan yang berada di lapangan untuk
menentukan tindakan yang perlu diambil, sehingga anak tidak terlambat mendapatkan
1) Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan
b. Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat. Batasan napas cepat adalah:
1) Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi napas 50x/menit atau lebih
c. Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit sangat
berat.
(DR.Nursalam,M.Nurs dkk,2008).
4. Patogenesis
Apabila kuman patogen mencapai bronkioli terminalis, cairan edema masuk ke dalam
alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah banyak, kemudian makrofag akan membersihkan
debris sel dan bakteri. Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke segala atau lobus yang sama,
atau mungkin ke bagian lain dari paru-paru melalui cairan bronkial yang terinfeksi. Melalui
saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran darah dan pluro viscelaris. Karena jaringan
paru mengalami konsolidasi, maka kapasitas vital dan comlience paru menurun, serta aliran
darah yang mengalami konsolidasi menimbulkan pirau/ shunt kanan ke kiri dengan ventilasi
perfusi yang mismatch, sehingga berakibat pada hipoksia. Kerja jantung mungkin meningkat
oleh karena saturasi oksigen yang menurun dan hiperkapnie. Pada keadaan yang berat bisa
merupakan yang paling banyak diselidiki. Pneumococcus umumnya mencapai alveoli lewat
percikan mucus atau saliva. Lobus bagian bawah paru paling sering terkena efek gravitasi.
Setelah mencapai alveoli, maka Pneumococcus menimbulkan respon khas yang terdiri dari
a. Kongesti (4-12 jam pertama): eksudat serosa masuk krdalam alveoli melalui pembuluh
b. Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya): paru tampak merah dan bergranula karena sel-sel
c. Hepatisasi Kelabu (3-8 hari): paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami
d. Resolusi (7-11 hari): eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh makrofag sehingga
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga
sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam
Beberapa factor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak adalah
imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis yang
kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan prosedur diagnostik
invasif, etiologi nonifeksi yang relatif lebih sering, dan factor pathogenesis. Di samping itu,
kelompok usia pada anak merupakan factor penting yang menyebabkan karakteristik penyakit
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat ringannya
a. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan,
keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare; kadang-kadang ditemukan gejala
infeksi ekstrapulmoner.
b. Gejala ganguan respiratori, yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipnea, napas cuping
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda klinis tanda klinis seperti pekak
perkusi,suara nafas melemah, dan ronki. Akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala dan
tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu terlihat jelas. Pada perkusi dan auskultasi
Keluhan meliputi demam, menggigil, batuk, sakit kepala, anoreksia, dan kadang-
kadang keluhan gastrointestinal seperti mntah dan diare. Secara klinis ditemukan gejala
respiratori seperti takipnea, retraksi subkosta (chest indrawing), nafas cuping hidung, ronki,
dan sianosis. Penyakit ini sering ditemukan bersamaan dengan konjungtivis, otitis media,
faringitis, dan laryngitis. Anak besar dengan pneumonia lebih suka berbaring pada sisi yang
sakit dengan lututtertekuk karena nyeri dada. Ronki hanya ditemukan bila ada infiltrate
alveolar. Retraksi dan takipnea merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna. Bila
terjadi epusi pleura atau empiema, gerakan ekskursi dada tertinggal di daerah efusi. Gerakan
dada juga akan terganggu bila terdapat nyeri dada akibat iritasi pleura. Bila efusi pleura
bertambah, sesak nafas semakin bertambah,tetapi nyeri pleura semakin berkurang dan
Kadang-kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia lobus kanan bawah
yang menimbulkan iritasi diafragma. Nyeri abdomen data menyebar ke kuadran kanan bawah
disebabkan oleh aerofagi atau ileus paralitik. Hati mungkin teraba karena tertekan oleh
diafragma, atau memang membesar karena terjadi gagal jantung kongestif sebagai komplikasi
a. Batuk
b. Dispnea
c. Takipnea
d. Sianosis
h. Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru terinfeksi didekatnya)
i. Batuk paroksismal mirip pertusis (umumnya terjadi pada anak yang lebih kecil)
6. Pencegahan
a. Menghindarkan bayi/anak dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat keramaian yang
berpotensi penularan.
d. Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk, pilek terlebih jika disertai
e. Periksakan kembali jika dalam dua hari belum menampakkan perbaikan dan segera ke rumah
f. Pemberian vaksinasi
h. Vaksin Flu
(http://sobatbaru.blogspot.com/2008/12/pengertianpneumonia.html)
1. Umur Anak
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan
kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis, dan strategi
Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mereka
masih belum berkembang denga baik. Pneumonia seringkali merupakan hal yang terakhir
terjadi pada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit kronik tertentu (Price & Wilson,
2006).
(Ostapchuk, 2004).
a. Group B Strepptococcus dan gram negatif bakteri enterik merupakan penyebab yang paling
umum pada neonatal ( bayi berumur 0-28 hari) dan merupakan transmisi vertikal dari ibu
sewaktu persalinan.
b. Pneumonia pada bayi berumur 3 minggu sampai 3 bulan yang paling sering adalah bakteri,
c. Balita usia 4 bulan sampai 5 tahun, virus merupkan penyebab tersering dari pneumonia, yaitu
2. Status Imunisasi
Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai pada balita umur
5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita terhindar dari penyakit. Dikarenakan
kekebalan bawaan hanya bersifat sementara, maka diperlukan imunisasi untuk tetap
mempertahankan kekebalan yang ada pada balita (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi
pencegahan untuk mengurangi kesakitan dan kematian akibat pneumonia adalah dengan
pemberian imunisasi. Melalui imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan
Imunisasi (PPI) yang terdiri dari BCG untuk mencegah penyakit tuberculosis, DPT untuk
mencegah penyakit diphteri, pertusis dan tetanus, imunisasi campak untuk mencegah
penyakit campak, imunisasi polio untuk mencegah penyakit polio, dan Hepatitis B untuk
campak, pneumokokus, dan Hib. Imunisasi DPT dan campak adalah imunisasi wajib yang
harus diberikan pada anak, sedangkan imunisasi pneumokokus dan Hib merupakan imunisasi
anjuran yang dapat diberikan pada anak karena memberikan kekebalan terhadap kuman
penyebab pneumonia.
a. DPT
Imunisasi ini diberikan untuk mnimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan
terhadap penyakit diftia, tetanus dan pertusis (batuk rejan) yang salah satu gejala dari
penyakit pertusis adalah infeksi saluran pernafasan. Imunisasi ini diberikan lima kali pada
b. Vaksin Campak
Imunisasi ini bertujuan untuk mendapatkan kekebalan terhadp penyakitcampak secara aktif
dan komplikasi dari penyakit campak dapat menyebabkan pneumonia. Imunisasi ini
c. Hib
Imunisasi ini bertujuan untuk mencegah pneumonia karena Haemophilus Influenza type B
d. Pneumokokus
Imunisasi ini bertujuan untuk mencegah pneumonia karena Streptococcus Pneumonia dan
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
pengeluaran zat-zat sisa untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ serta menghasilkan energy (Supariasa dkk, 2002). Status gizi adalah
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier).
Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulya pneumonia. Tingkat
persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan zat gizi akan meningkatkan kerentanan dan
a. Under nutrition: kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk periode
tertentu
b. Specific defisiency: kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium,
d. Imbalance: karena disproporsi zat gizi, misalnya: kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya
LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan VLDL (Very Low
Density Lipoprotein).
Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut
Gemuk > + 2 SD
WHO dan UNICEF mendefenisikan pemberian makan bayi yang optimal adalah
pemberian ASI ekslusif mulai dari saat lahir hingga 4-6 bulan dan makanan tambahan yang
sesuai diberikan ketika bayi sudah berumur 6 bulan. ASI merupakan makanan yang higienis,
murah, mudah diberikan, dan penelitian menunjukkan perkembangan kognitifnya lebih tinggi
ASI yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan makanan bayi
juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan infeksi, karena dapat mencegah
pneumonia oleh bakteri dan virus. Riwayat pemberian ASI yang buruk menjadi salah satu
faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian pneumonia pada balita (Dailure, 2000).
Diagnosis
Diagnosis pneumonia kumoniti didapatkan dari anamnesis, gejala klinis, pemeriksaan
fisis, foto toraks dan laboratorium. Gambaran klinis biasanya ditandai dengan demam,
menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40 o C, batuk dengan dahak mukoid atau
purulen kadang-kadang disertai darah, sesak napasdan nyeri dada. Temuan pemeriksaan fisis
tergantung dari luas lesi di paru, pada auskultasi terdengar suara napasbronkovesikuler
sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki
basah kasar pada stadium resolusi. Diagnosis pasti pneumonia komuniti ditegakkan jika foto
toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah dengan 2 atau lebih gejala di
bawah ini :
- batuk–batuk bertambah
- perubahan karakteristik dahak/purulen
- suhu tubuh > 38o C / riwayat demam
- pemeriksaan fisis : ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan ronki
- leukosit > 10 000 atau < 4500
Faktor demografi
- Usia : laki-laki umur (tahun)
perempuan umur (tahun) – 10
- Perwatan di rumah +10
- Penyakit penyerta
Keganasan +30
Penyakit hati +20
Gagal jantung kongestif +10
Penyakit serebrovaskuler +10
Penyakit ginjal +10
Pemeriksaan fisis
- Perubahan status mental + 20
- Pernapasan > 30 kali/menit + 20
- Tekanan darah sistolik < 90 mmHg + 20
- Suhu tubuh < 35o atau > 40o C +15
- Nadi > 125 kali/menit +10
Hasil laboratorium / radiologi
- Analisa gas darah arteri : pH < 7,35 + 30
- BUN > 30 mg/dL + 20
- Natrium < 130 mEq/liter + 20
- Glukosa > 250 mg/dL +10
- Hematokrit < 30% + 10
- PO2 < 60 mmHg +10
-
Efusi pleura +10
PORT
Menurut American Thoracic Society (ATS) kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu
atau lebih kriteria dibawah ini.
Kriteria minor adalah sebagai berikut :
- Frekuensi napas > 30 x/menit
- PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg
- Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
- Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
- Tekanan sistolik <90 mmHg
- Tekanan diastolik < 60 mmHg
Penatalaksanaan
Beberapa kelompok studi membuat rekomendasi guideline penatalaksanaan CAP
seperti ATS mempublikasikan guideline tahun 1993 kemudian telah direvisi pada tahun 2001,
Infectious Diseases Society of America (IDSA) mempublikasikan guideline tahun 1998 telah
direvisi tahun 2000 dan pada tahun 2003. British Thoracic Sociaty (BTS) tahun 1993,
Canadian Infectius Diseases sociaty tahun 1993.
Penatalaksanaan penderita pneumonia komuniti perhatian terhadap klinis penderita
sangat diperlukan. Ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat meningkatkan
resiko infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya S Pneumoniae yang
resisten penisilin. Yang termasuk faktor modifikasi adalah :
a. Pneumokokus resisten terhadap penisilin
- umur lebih dari 65 tahun
- memakai obat-obat golongan βlaktam selama tiga bulan terakhir
- pecandu alkohol
- penyakit gangguan kekebalan
- penyakit penyerta multiple
b. Bakteri enterik gram negatif
- penghuni rumah jompo
- mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru.
- mempunyai kelainan penyakit multiple
- riwayat pengobatan antibiotik
c. Pseudomonas aeruginosa
- bronkiektasis
- pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
- pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terkhir
- gizi kurang
Penatalaksanaan pneumonia komuniti dapat dibagi 3 bagian yaitu : penderita rawat
jalan, penderita rawat inap di ruang rawat biasa, penderita rawat inap di ruang rawat intensif.
Penderita rawat jalan diberikan terapi suportif/simtomatik, istirahat di tempat tidur, minum
secukupnya untuk mengatasi dehidrasi, dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran,
pemberian antibiotik harus diberikan kurang dari 8 jam. Penderita rawat inap di ruang rawat
biasa terapi suportif yang diberikan : terapi oksigen, pemasangan infus untuk rehidrasi dan
koreksi dan elektrolit, obat simptomatik seperti antipiretik, mukolitik, antibiotik harus
diberikan kurang dari 8 jam. Penderita yang dirawat di ICU bila ada indikasi penderita
dipasang ventilator mekanik. Petunjuk terapi empiris menurut PDPI dapat dilihat pada tabel
2.