Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Buku
2
Seri
Panduan
Lapangan
Penyusunan
Dokumen
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menegah
Desa
Pesisir
Rendah
Emisi
Saatnya
Desa
Membangun
Menuju
Desa
Mandiri
dan
Lestari
0
Buku
2
Seri
Panduan
Lapangan
Penyusunan
Dokumen
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menegah
Desa
Pesisir
Rendah
Emisi
Saatnya
Desa
Membangun
Menuju
Desa
Mandiri
dan
Lestari
Disusun
oleh
:
Nano
Sudarno
Kontributor
:
Akbar
Ario
Digdo
Warintoko
2016
1
Kata
Pengantar
Peran
Desa
dalam
menentukan
arah
pembangunan
bangsa
telah
diatur
dalam
Undang-‐Undang
Nomor
6
Tahun
2014
tentang
Desa,
yang
kemudian
diatur
lebih
rinci
dalam
Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia
Nomor
47
Tahun
2015
tentang
Perubahan
Atas
Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia
Nomor
43
Tahun
2014
tentang
Peraturan
Pelaksanaan
Undang-‐Undang
Nomor
6
Tahun
2014
tentang
Desa.
Dalam
pelaksanaanya
Pemerintah
kemudian
melalui
Menteri
Dalam
Negeri
telah
menetapkan
Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
Nomor
114
Tahun
2014
yang
mengatur
secara
lebih
terperinci
perihal
Pedoman
Pembangunan
Desa.
Dalam
Permendagri
114/2014
tersebut
telah
dijelaskan
bahwa
Perencanaan
Pembangunan
Desa
adalah
proses
tahapan
kegiatan
yang
diselenggarakan
oleh
Pemerintah
Desa
dengan
melibatkan
Badan
Permusyawaratan
Desa
dan
melibatkan
unsur
masyarakat
secara
partisipatif
guna
pemanfaatan
dan
pengalokasian
sumber
daya
desa
dalam
rangka
mencapai
tujuan
pembangunan
desa.
Dengan
demikian
jelas
disebutkan
bahwa
proses
pembangunan
Desa
selain
diselenggarakan
oleh
Pemerintah
Desa,
yaitu
Kepala
Desa
dan
Perangkat
Desa
juga
harus
melibatkan
Badan
Permusyawaratan
Desa
(BPD)
dan
unsur
dari
masyarakat.
Konsorsium
Karbon
Biru
(Blue
Carbon
Consortium),
melalui
pengelolaan
dana
hibah
dari
MCA
Indonesia
telah
memulai
Proyek
Pengelolaan
Pengetahuan
Pembangunan
Rendah
Emisi
di
Provinsi
NTB
dan
NTT,
khususnya
di
Pulau
Lombok
dan
Pulau
Sumba.
Proyek
ini
diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi
untuk
memitigasi
hilangnya
karbon
dengan
mengintegrasikan
Strategy
Pembangunan
Rendah
Emisis
(SPRE)
ke
dalam
perencanaan
dan
praktek-‐praktek
pembangunan
rendah
emisi
di
wilayah
pesisir.
Dalam
pelaksanaannya,
BCC
telah
mengadakan
studi
dan
kajian
dan
akhirnya
telah
menetapkan
14
Desa
di
Wilayah
Lombok
dan
Sumba
sebagai
lokasi
demoplot
praktek
praktek
pengelolaan
pengetahuan
pembangunan
rendah
emisi,
khususnya
pada
wilayah
desa
pesisir.
Salah
satu
sasaran
dari
proyek
adalah
mengupayakan
Integrasi
Strategi
Pembangunan
Rendah
Emisi
(SPRE)
ke
dalam
kebijakan,
perencanaan
dan
program
(KRP)
pembangunan
baik
di
tingkat
nasional,
daerah
maupun
desa.
SPRE
merupakan
kerangka
kerja
perencanaan
dan
pelaksanaan
pembangunan
ekonomi
dalam
jangka
panjang
yang
dapat
memenuhi
tujuan
pembangunan
dan
sekaligus
mengurangi
gas
rumah
kaca
(GRK).
Integrasi
SPRE
ke
dalam
KRP
pembangunan
wilayah
pesisir
menjadi
sangat
penting
mengingat
Indonesia
adalah
negara
kepulauan
dengan
wilayah
pesisir
yang
sangat
luas
dan
tersusun
atas
berbagai
ekosistem
pesisir
penting
seperti
mangrove,
lamun
dan
rawa
asin
(rawa
yang
berada
dipesisir
yang
terintrusi
oleh
air
laut).
Dalam
rangka
meningkatkan
pengetahuan
bagi
para
pelaku
perencanaan
pembangunan
di
tingkat
desa
pada
wilayah
Lombok
dan
Sumba,
maka
disusunlah
buku
bacaan
ini
dengan
maksud
untuk
memberikan
panduan
bagi
penyusunan
dokumen
perencanaan
pembangunan
desa
sesuai
dengan
peraturan
dan
perundangan
yang
ada
saat
ini.
2
Secara
khusus,
buku
ini
berusaha
untuk
menterjemahkan
pelaksanaan
Undang-‐
Undang
Nomor
6
Tahun
2014
tentang
Desa,
melalui
Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
Nomor
114
Tahun
2014
yang
memberikan
Pedoman
Pembangunan
Desa
yang
diperkuat
filosofinya
mengenai
Pembangunan
Rendah
Emisi.
Bogor,
Oktober
2016
3
Daftar
Isi
KATA
PENGANTAR
..............................................................................................................
2
DAFTAR
ISI
.........................................................................................................................
4
I.
DESA
PESISIR
RENDAH
EMISI
...........................................................................................
5
II.
RENCANA
PEMBANGUNAN
JANGKA
MENEGAH
DESA
(RPJMDESA)
.................................
6
III.
PENYUSUNAN
RPJMDESA
..............................................................................................
7
IV.
LANGKAH-‐LANGKAH
PENYUSUNAN
RPJM
DESA
............................................................
9
4.1.
PEMBENTUKAN
TIM
PENYUSUN
RPJM
DESA
........................................................................
10
4.2.
PENYELARASAN
ARAH
KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN
KABUPATEN/KOTA
......................................
11
4.3.
PENGKAJIAN
KEADAAN
DESA
..............................................................................................
12
4.4.
PENYUSUNAN
RENCANA
PEMBANGUNAN
DESA
MELALUI
MUSYAWARAH
DESA
..........................
14
4.5.
PENYUSUNAN
RANCANGAN
RPJMDESA
..............................................................................
14
4.6.
PENYUSUNAN
RENCANA
PEMBANGUNAN
DESA
MELALUI
MUSYAWARAH
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
DESA.
............................................................................................................
15
4.7.
PENETAPAN
DAN
PERUBAHAN
RPJMDESA
...........................................................................
15
V.
SISTEMATIKA
PENYUSUNAN
RANCANGAN
DOKUMEN
RPJMDESA
................................
16
LAMPIRAN
-‐
LAMPIRAN
....................................................................................................
18
FORMAT
CONTOH
SKETSA
DESA
................................................................................................
19
FORMAT
CONTOH
KALENDER
MUSIM
.........................................................................................
20
FORMAT
CONTOH
BAGAN
KELEMBAGAAN
..................................................................................
21
FORMAT
DAFTAR
GAGASAN
DUSUN/KELOMPOK
..........................................................................
22
FORMAT
REKAPITULASI
USULAN
RENCANA
KEGIATAN
PEMBANGUNAN
DESA
....................................
23
FORMAT
BERITA
ACARA
MUSYAWARAH
DESA
PENYUSUNAN
RPJMDESA
.........................................
24
FORMAT
RPJMDESA
...............................................................................................................
25
FORMAT
BERITA
ACARA
PENYUSUNAN
RANCANGAN
RPJMDESA
....................................................
26
FORMAT
BERITA
ACARA
MUSYAWARAH
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
DESA
PENYUSUNAN
RANCANGAN
RPJMDESA
...........................................................................................................................
27
DAFTAR
PUSTAKA
............................................................................................................
28
4
I.
Desa
Pesisir
Rendah
Emisi
Dalam
Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
nomor
114
tahun
2014
tentang
Pedoman
Pembangunan
Desa,
yang
dimaksud
dengan
Desa
adalah
adalah
kesatuan
masyarakat
hukum
yang
memiliki
batas
wilayah
yang
berwenang
untuk
mengatur
dan
mengurus
urusan
pemerintahan,
kepentingan
masyarakat
setempat
berdasarkan
prakarsa
masyarakat,
hak
asal
usul,
dan/atau
hak
tradisional
yang
diakui
dan
dihormati
dalam
sistem
pemerintahan
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia.
Badan
Pusat
Statistik
(BPS)
mendefinisikan
desa
pesisir
adalah
desa/kelurahan
termasuk
nagari
dan
atau
lainnya
yang
memiliki
wilayah
yang
berbatasan
langsung
dengan
garis
pantai/laut
(atau
merupakan
desa
pulau)
dengan
corak
kehidupan
rakyatnya,
baik
tergantung
maupun
tidak
tergantung
pada
potensi
laut.
Kegiatan
rendah
emisi
adalah
kegiatan
pembangunan
yang
dilaksanakan
di
desa
atau
perkotaan
dengan
memperhatikan
penggunaan
bahan
dan
material
yang
dapat
mengurangi
dampak
perubahan
iklim.
Pembangunan
beremisi
rendah
seharusnya
diadopsi
menjadi
salah
satu
referensi
utama
bagi
pemerintah
pusat,
gubernur,
bupati,
walikota,
camat,
dan
lurah/kepala
desa
dalam
menerapkan
strategi
pembangunan
masa
kini.
Hal
ini
tentu
akan
sangat
berguna
dalam
banyak
hal
baik
itu
pengurangan
emisi
nasional,
pengurangan
potensi
bencana
alam,
peningkatan
produktivitas
nasional,
peningkatan
kualitas
kehidupan
warga
dan
lingkungan
hidup,
munculnya
kegiatan-‐kegiatan
ekonomi
yang
baru
dan
inovatif,
dan
banyak
lainnya.
Dari
uraian
diatas,
maka
desa
pesisir
rendah
emisi
dapat
disimpulkan
sebagai
desa
yang
berada
di
wilayah
pesisir
pantai
yang
memperhatikan
penggunaan
bahan
dan
material
rendah
emisi
dalam
membangun
desanya
serta
memiliki
terobosan-‐
terobosan
untuk
lebih
menata
desanya
secara
ramah
lingkungan
dengan
menyesuaikan
situasi
dan
kondisi
lokal
dari
desanya.
5
II.
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menegah
Desa
(RPJMDesa)
Rencana
Pembangunan
Jangka
Menengah
Desa
atau
yang
disingkat
dengan
RPJM
Desa
adalah
Rencana
Kegiatan
Pembangunan
Desa
untuk
jangka
waktu
6
(enam)
tahun.
Rancangan
RPJM
Desa
sebaiknya
harus
memuat
visi
dan
misi
dari
Kepala
Desa,
Arah
Kebijakan
Pembangunan
Desa,
serta
Rencana
Kegiatan
yang
meliputi
Bidang
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Desa,
Pelaksanaan
Pembangunan
Desa,
Pembinaan
Kemasyarakatan
Desa,
dan
Pemberdayaan
Masyarakat
Desa,
seperti
yang
telah
tersebutkan
dalam
Pasal
6,
Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
nomor
114
tahun
2014
tentang
Pedoman
Pembangunan
Desa.
Saat
ini,
Desa
bukan
lagi
sebagai
penerima
pembangunan
(objek),
Namun
sebagai
subjek
(pelaku
pembangunan).
DESA
memiliki
hak
mengatur
dan
mengurus
pembangunan
untuk
mensejahterakan
rakyatnya.
Oleh
karena
itu,
pelaksanaan
program-‐program
sektoral
yang
masuk
ke
desa
harus
diinformasikan
kepada
pemerintah
desa
untuk
diintergrasikan
dengan
Rencana
Pembangunan
Desa.
Rakyat
Desa
juga
berhak
mendapatkan
informasi
dan
melakukan
pemantauan
mengenai
rencana
dan
pelaksanaan
pembangunan
desa.
Sebagai
konsekuensinya,
desa
wajib
menyusun
rencana
pembangunan
sesuai
dengan
kewenangan
yang
dimiliki
dengan
mengacu
pada
perencanaan
kabupaten/kota.
Perencanaan
pembangunan
desa
yang
ideal
dilakukan
oleh
masyarakat
desa
sendiri
secara
partisipatif,
karena
masyarakat
desalah
yang
jauh
lebih
mengetahui
dan
mengerti
apa
masalah
yang
sesungguhnya
di
desanya,
dan
potensi
apa
yang
bisa
digali
untuk
dikembangkan
demi
kemajuan
desa.
Pembangunan
desa
dilaksanakan
oleh
pemerintah
Desa
bersama
masyarakat
desa
dengan
semangat
gotong
royong,
memanfaatkan
sumber
daya
alam
desa
serta
menggunakan
bahan
baku
yang
ada
di
desa.
Kepala
Desa
menyelenggarakan
penyusunan
RPJM
Desa
dengan
mengikutsertakan
unsur
masyarakat
Desa.
Penyusunan
RPJM
Desa
dilaksanakan
dengan
mempertimbangkan
kondisi
objektif
Desa
dan
prioritas
program
dan
kegiatan
kabupaten/kota.
Sebelum
menyusun
RPJM
Desa,
beberapa
perundangan
dan
peraturan
tentang
desa
berikut
ini
sebaiknya
dapat
dibaca
dan
dipahami
oleh
para
pihak
yang
berkepentingan
di
tingkat
desa,
antara
lain:
• UU
No.
6
Tahun
2014
tentang
Desa
• PP
No.
47
Tahun
2015
tentang
Peraturan
Pelaksanaan
Undang-‐Undang
No.
6
Tahun
2014
tentang
Desa,
perubahan
atas
PP
No.43
Tahun
2014.
• Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
No.
114
tahun
2014
tentang
Pedoman
Pembangunan
Desa.
• Peraturan
Kemendesa
No.
1
Tahun
2015
tentang
Pedoman
Kewenangan
Berdasarkan
Hak
Asal
Usul
dan
Kewenangan
Lokal
Berskala
Desa.
• Peraturan
Bupati/Walikota
masing-‐masing
(jika
ada)
• Buku
Saku
Perencanaan
Pembangunan
Desa,
terbitan
Kemendesa,
PDTT.
6
7
g. Penyelenggaraan
evaluasi
tingkat
perkembangan
pemerintahan
Desa;
h. Penyelenggaraan
kerjasama
antar
Desa;
i. Pembangunan
sarana
dan
prasarana
kantor
Desa;
dan
j. Kegiatan
lainnya
sesuai
kondisi
Desa.
2.
Bidang
pelaksanaan
pembangunan
desa
antara
lain:
a. Pembangunan,
pemanfaatan
dan
pemeliharaan
infrasruktur
dan
lingkungan
Desa
antara
lain:
1. Tambatan
perahu;
2. Jalan
pemukiman;
3. Jalan
Desa
antar
permukiman
ke
wilayah
pertanian;
4. Pembangkit
listrik
tenaga
mikrohidro;
5. Lingkungan
permukiman
masyarakat
Desa;
dan
6. Infrastruktur
Desa
lainnya
sesuai
kondisi
Desa.
b. Pembangunan,
pemanfaatan
dan
pemeliharaan
sarana
dan
prasarana
kesehatan
antara
lain:
1. Air
bersih
berskala
Desa;
2. Sanitasi
lingkungan;
3. Pelayanan
kesehatan
Desa
seperti
posyandu;
dan
4. Sarana
dan
prasarana
kesehatan
lainnya
sesuai
kondisi
Desa.
c. Pembangunan,
pemanfaatan
dan
pemeliharaan
sarana
dan
prasarana
pendidikan
dan
kebudayaan
antara
lain
:
1. Taman
bacaan
masyarakat;
2. Pendidikan
anak
usia
dini;
3. Balai
pelatihan/kegiatan
belajar
masyarakat;
4. Pengembangan
dan
pembinaan
sanggar
seni;
dan
5. Sarana
dan
prasarana
pendidikan
dan
pelatihan
lainnya
sesuai
kondisi
Desa.
d. Pengembangan
usaha
ekonomi
produktif
serta
pembangunan,
pemanfaatan
dan
pemeliharaan
sarana
dan
prasarana
ekonomi
antara
lain
:
1. Pasar
Desa;
2. Pembentukan
dan
pengembangan
BUM
Desa;
3. Penguatan
permodalan
BUM
Desa;
4. Pembibitan
tanaman
pangan;
p
5. Penggilingan
padi;
6. Lumbung
Desa;
7. Pembukaan
lahan
pertanian;
8. Pengelolaan
usaha
hutan
Desa;
9. Kolam
ikan
dan
pembenihan
ikan;
10. Kapal
penangkap
ikan;
11. Cold
storage
(gudang
pendingin);
12. Tempat
pelelangan
ikan;
13. Tambak
garam;
14. Kandang
ternak;
15. Instalasi
biogas;
16. Mesin
pakan
ternak;
17. Sarana
dan
prasarana
ekonomi
lainnya
sesuai
kondisi
Desa.
8
e. Pelestarian
lingkungan
hidup
antara
lain
:
1. Penghijauan;
2. Pembuatan
terasering;
3. Pemeliharaan
hutan
bakau;
4. Perlindungan
mata
air;
5. Pembersihan
daerah
aliran
sungai;
6. Perlindungan
terumbu
karang;
dan
7. Kegiatan
lainnya
sesuai
kondisi
Desa.
3.
Bidang
Pembinaan
Kemasyarakatan
antara
lain:
a. Pembinaan
lembaga
kemasyarakatan;
b. Penyelenggaraan
ketentraman
dan
ketertiban;
c. Pembinaan
kerukunan
umat
beragama;
d. Pengadaan
sarana
dan
prasarana
olah
raga;
e. Pembinaan
lembaga
adat;
f. Pembinaan
kesenian
dan
sosial
budaya
masyarakat;
dan
g. Kegiatan
lain
sesuai
kondisi
Desa.
4.
Bidang
Pemberdayaan
Masyarakat
antara
lain:
a. Pelatihan
usaha
ekonomi,
pertanian,
perikanan
dan
perdagangan;
b. Pelatihan
teknologi
tepat
guna;
c. Pendidikan,
pelatihan,
dan
penyuluhan
bagi
kepala
Desa,
perangkat
Desa,
dan
Badan
Pemusyawaratan
Desa;
d. Peningkatan
kapasitas
masyarakat,
antara
lain:
1. Kader
pemberdayaan
masyarakat
Desa;
2. Kelompok
usaha
ekonomi
produktif;
3. Kelompok
perempuan,
4. Kelompok
tani,
5. Kelompok
masyarakat
miskin,
6. Kelompok
nelayan,
7. Kelompok
pengrajin,
8. Kelompok
pemerhati
dan
perlindungan
anak,
9. Kelompok
pemuda,
dan
10. Kelompok
lain
sesuai
kondisi
Desa
9
• Pengkajian
keadaan
Desa;
• Penyusunan
rencana
pembangunan
Desa
melalui
musyawarah
Desa;
• Penyusunan
rancangan
RPJM
Desa;
• Penyusunan
rencana
pembangunan
Desa
melalui
musyawarah
perencanaan
pembangunan
Desa;
dan
• Penetapan
RPJM
Desa.
10
• Pengkajian
keadaan
Desa;
• Penyusunan
rancangan
RPJM
Desa;
dan
• Penyempurnaan
rancangan
RPJM
Desa.
PP
NOMOR
43
TAHUN
2014
TENTANG
PERATURAN
PELAKSANAAN
UNDANG-‐UNDANG
NOMOR
6
TAHUN
2014
TENTANG
DESA
PEMBINAAN
DAN
PENGAWASAN
DESA
OLEH
CAMAT
ATAU
SEBUTAN
LAIN
Pasal
154
(1)
Camat
atau
sebutan
lain
melakukan
tugas
pembinaan
dan
pengawasan
Desa.
(2)
Pembinaan
dan
pengawasan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilakukan
melalui:
a. Fasilitasi
penyusunan
peraturan
Desa
dan
peraturan
kepala
Desa;
b. Fasilitasi
administrasi
tata
Pemerintahan
Desa;
c. Fasilitasi
pengelolaan
keuangan
Desa
dan
pendayagunaan
aset
Desa;
d. Fasilitasi
penerapan
dan
penegakan
peraturan
perundang-‐undangan;
e. Fasilitasi
pelaksanaan
tugas
kepala
Desa
dan
perangkat
Desa;
f. Fasilitasi
pelaksanaan
pemilihan
kepala
Desa;
g. Fasilitasi
pelaksanaan
tugas
dan
fungsi
Badan
Permusyawaratan
Desa;
h. Rekomendasi
pengangkatan
dan
pemberhentian
perangkat
Desa;
i. Fasilitasi
sinkronisasi
perencanaan
pembangunan
daerah
dengan
pembangunan
Desa;
j. Fasilitasi
penetapan
lokasi
pembangunan
kawasan
perdesaan;
k. Fasilitasi
penyelenggaraan
ketenteraman
dan
ketertiban
umum;
l. Fasilitasi
pelaksanaan
tugas,
fungsi,
dan
kewajiban
lembaga
kemasyarakatan;
m. Fasilitasi
penyusunan
perencanaan
pembangunan
partisipatif;
n. Fasilitasi
kerja
sama
antar-‐Desa
dan
kerja
sama
Desa
dengan
pihak
ketiga;
o. Fasilitasi
penataan,
pemanfaatan,
dan
pendayagunaan
ruang
Desa
serta
penetapan
dan
penegasan
batas
Desa;
p. Fasilitasi
penyusunan
program
dan
pelaksanaan
pemberdayaan
masyarakat
Desa;
q. Koordinasi
pendampingan
Desa
di
wilayahnya;
dan
r. Koordinasi
pelaksanaan
pembangunan
kawasan
perdesaan
di
wilayahnya.
11
pemerintahan
Desa,
pembangunan
Desa,
pembinaan
kemasyarakatan
Desa,
dan
pemberdayaan
masyarakat
Desa.
Hasil
pendataan
dan
pemilahan,
dituangkan
dalam
format
data
rencana
program
dan
kegiatan
pembangunan
yang
akan
masuk
ke
Desa.
Data
rencana
program
dan
kegiatan,
menjadi
lampiran
hasil
pengkajian
keadaan
Desa.
4.3.
Pengkajian
Keadaan
Desa
Tim
penyusun
RPJM
Desa
melakukan
pengkajian
keadaan
Desa
dalam
rangka
mempertimbangkan
kondisi
objektif
Desa.
Pengkajian
keadaan
Desa,
meliputi
kegiatan
sebagai
berikut:
• Penyelarasan
data
Desa;
• Penggalian
gagasan
masyarakat;
dan
• Penyusunan
laporan
hasil
pengkajian
keadaan
Desa.
Laporan
hasil
pengkajian
keadaan
desa
menjadi
bahan
masukan
dalam
musyawarah
Desa
dalam
rangka
penyusunan
perencanaan
pembangunan
Desa.
Metoda
pengkajian,
pilihan
alat
bantu
dan
sistematika
laporan
kajian
keadaan
desa
ini
dapat
dilihat
di
Buku
1
Seri
Panduan
Lapangan
Melakukan
Kajian
Kondisi
Desa.
a.
Penyelarasan
Data
Desa
Penyelarasan
data
Desa
dilakukan
melalui
kegiatan:
• Pengambilan
data
dari
dokumen
data
Desa;
• Pembandingan
data
Desa
dengan
kondisi
Desa
terkini.
Data
Desa,
meliputi
sumber
daya
alam,
sumber
daya
manusia,
sumber
daya
pembangunan,
dan
sumber
daya
sosial
budaya
yang
ada
di
Desa.Hasil
12
penyelarasan
data
Desa,
dituangkan
dalam
format
data
Desa.Format
data
Desa,
menjadi
lampiran
laporan
hasil
pengkajian
keadaan
Desa,
dan
menjadi
bahan
masukan
dalam
musyawarah
Desa
dalam
rangka
penyusunan
perencanaan
pembangunan
Desa.
b.
Penggalian
Gagasan
Penggalian
gagasan
masyarakat
dilakukan
untuk
menemukenali
potensi
dan
peluang
pendayagunaan
sumber
daya
Desa,
dan
masalah
yang
dihadapi
Desa.Hasil
penggalian
gagasan,
menjadi
dasar
bagi
masyarakat
dalam
merumuskan
usulan
rencana
kegiatan.Usulan
rencana
kegiatan,
meliputi
penyelenggaraan
pemerintahan
Desa,
pembangunan
Desa,
pembinaan
kemasyarakatan
Desa,
dan
pemberdayaan
masyarakat
Desa.
Penggalian
gagasan,
dilakukan
secara
partisipatif
dengan
melibatkan
seluruh
unsur
masyarakat
Desa
sebagai
sumber
data
dan
informasi.Pelibatan
masyarakat
Desa,
dapat
dilakukan
melalui
musyawarah
dusun
dan/atau
musyawarah
khusus
unsur
masyarakat,
seperti
antara
lain:tokoh
adat;tokoh
agama;tokoh
masyarakat;tokoh
pendidikan;kelompok
tani;kelompok
nelayan;kelompok
perajin;kelompok
perempuan;kelompok
pemerhati
dan
pelindungan
anak;
kelom-‐
pok
masyarakat
miskin;dankelompok-‐kelompok
masyarakat
lain
sesuai
dengan
kondisi
sosial
budaya
masyarakat
Desa.
Tim
penyusun
RPJM
Desa
melakukan
pendampingan
terhadap
musyawarah
dusun
dan/atau
musyawarah
khusus
unsur
masyarakat.
Penggalian
gagasan,
dilakukan
dengan
cara
diskusi
kelompok
secara
terarah,
dengan
menggunakan
sketsa
Desa,
kalender
musim
dan
bagan
kelembagaan
Desa
sebagai
alatkerja
untuk
menggali
gagasan
masyarakat.
Tim
penyusun
RPJM
Desa
dapat
menambahkan
alat
kerja,
dalam
rangka
meningkatkan
kualitas
hasil
penggalian
gagasan.Dalam
hal
terjadi
hambatan
dan
kesulitan
dalam
penerapan
alat
kerja,
tim
penyusun
RPJM
Desa
dapat
menggunakan
alat
kerja
lainnya
yang
sesuai
dengan
kondisi
dan
kemampuan
masyarakat
Desa.
13
4.4.
Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Desa
Melalui
Musyawarah
Desa
Badan
Permusyawaratan
Desa
menyelenggarakan
musyawarah
Desa
berdasarkan
laporan
hasil
pengkajian
keadaan
desa.
Musyawarah
Desa,
membahas
dan
menyepakati
sebagai
berikut
:
• Laporan
hasil
pengkajian
keadaan
Desa;
• Rumusan
arah
kebijakan
pembangunan
Desa
yang
dijabarkan
dari
visi
dan
misi
kepala
Desa;
dan
• Rencana
prioritas
kegiatan
penyelenggaraan
pemerintahan
Desa,
pembangunan
Desa,
pembinaan
kemasyarakatan
Desa,
dan
pemberdayaan
masyarakat
Desa.
Pembahasan
rencana
prioritas
kegiatan,
dilakukan
dengan
diskusi
kelompok
secara
terarah
yang
dibagi
berdasarkan
bidang
penyelenggaraan
pemerintahan
Desa,
pem-‐
bangunan
Desa,
pembinaan
kemasyarakatan
Desa,
dan
pemberdayaan
masyarakat
Desa.
Diskusi
kelompok
secara
terarah,
membahas
sebagai
berikut:
• Laporan
hasil
pengkajian
keadaan
Desa;
• Prioritas
rencana
kegiatan
Desa
dalam
jangka
waktu
6
(enam)
tahun;
• Sumber
pembiayaan
rencana
kegiatan
pembangunan
Desa;
dan
• Rencana
pelaksana
kegiatan
Desa
yang
akan
dilaksanakan
oleh
perangkat
Desa,
unsur
masyarakat
Desa,
kerjasama
antar
Desa,
dan/atau
kerjasama
Desa
dengan
pihak
ketiga.
Hasil
kesepakatan
dalam
musyawarah
Desa,
dituangkan
dalam
berita
acara
dan
menjadi
pedoman
bagi
pemerintah
Desa
dalam
menyusun
RPJM
Desa.
14
4.6.
Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Desa
Melalui
Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan
Desa.
Kepala
Desa
menyelenggarakan
musyawarah
perencanaan
pembangunan
Desa
yang
diadakan
untuk
membahas
dan
menyepakati
rancangan
RPJMDesa.
Musyawarah
perencanaan
pembangunan
Desa
diikuti
oleh
Pemerintah
Desa,
Badan
Permusyawaratan
Desa,
dan
unsur
masyarakat.
Unsur
masyarakat
terdiri
atas:
tokoh
adat;
tokoh
agama;
tokoh
masyarakat;
tokoh
pendidikan;
perwakilan
kelompok
tani;
perwakilan
kelompok
nelayan;
perwakilan
kelompok
perajin;
perwakilan
kelompok
perempuan;
perwakilan
kelompok
pemerhati
dan
pelindungan
anak;
dan
perwakilan
kelompok
masyarakat
miskin.
Selain
unsur
masyarakat
tersebut,
musyawarah
perencanaan
pembangunan
Desa
dapat
melibatkan
unsur
masyarakat
lain
sesuai
dengan
kondisi
sosial
budaya
masyarakat
setempat.
Musyawarah
perencanaan
pembangunan
Desa
membahas
dan
menyepakati
rancangan
RPJMDesa.
Hasil
kesepakatan
musyawarah
perencanaan
pembangunan
Desa
dituangkan
dalam
berita
acara.
15
V.
Sistematika
Penyusunan
Rancangan
Dokumen
RPJMDesa
Sesuai
dengan
Pasal
89,
Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
nomor
114
tahun
2014
tentang
Pedoman
Pembangunan
Desa,
bahwa
Petunjuk
teknis
penyusunan
RPJM
Desa
dan
RKP
Desa
serta
petunjuk
teknis
pelaksanaan
kegiatan
pembangunan
Desa
lebih
lanjut
diatur
dengan
peraturan
bupati/walikota.
Namun,
apabila
peraturan
bupati/walikota
belum
ada
di
daerahnya
masing-‐masing,
secara
umum
sistematika
penyusunan
rancangan
dokumen
RPJMDes
adalah
sebagai
berikut
:
Bab
I
Pendahuluan
• Latar
Belakang
• Landasar
Hukum
• Tujuan
BAB
II
Profil
Desa
• Sejarah
Desa
• Kondisi
Umum
Desa
• Kelembagaan
dan
SOTK
Desa
• Masalah/Isu
Strategis
yang
dihadapi
Desa
BAB
III
VISI
-‐
MISI
Kepala
Desa
• Visi
• Misi
• Nilai
BAB
IV
Arah
Kebijakan
Pembangunan
• Arah
Kebijakan
Pembangunan
• Arah
Kebijakan
Keuangan
Desa
BAB
V
Strategi
Pembangunan
Desa
• Analisis
Lingkungan
Eksternal
&
Internal
• Faktor
Penentuan
Keberasilan
• Strategi
Pembangunan
Desa
• Analisis
Skala
Prioritas
• Tujuan
Pembangunan
• Sasaran
Pembangunan
Bab
VI
Program
Pembangunan
Desa
• Bidang
Penyelenggaran
Pemerintahan
• Bidang
Pelaksanaan
Pembangunan
• Bidang
Pembinaan
Kemasyarakat
• Bidang
Pemberdayaan
Masyarakat
Bab
VII:
Penutup
• Kesimpulan
• Saran
16
Lampiran-‐Lampiran:
• Matrik
Tahapan
dan
Alur
Penyusunan
RPJMDesa
• SK
Kepala
Desa
tentang
Penetapan
Tim
Penyusunan
RPJMDesa
• Tabel
Data
Rencana
Program
dan
Kegiatan
Pembangunan
dari
Supra
Desa
• Lampiran
Data
Desa
tentang
Daftar
Sumber
Daya
Alam
• Lampiran
Data
Desa
tentang
Daftar
Sumber
Daya
Manusia
• Lampiran
Daftar
Sumber
Daya
Pembangunan
• Lampiran
Daftar
Sumber
Daya
Sosial
Budaya
• Lampiran
Daftar
Gagasan
Dusun/Kelompok
• Lampiran
Daftar
Gagasan
Dusun/Kelompok
(Sketsa
Desa)
• Lampiran
Daftar
Gagasan
Dusun/Kelompok
(Kalender
Musim)
• Lampiran
Daftar
Gagasan
Dusun/Kelompok
(Bagan
Kelembagaan
Dusun)
• Rekapitulasi
Usulan
RKD
dari
Dusun
dan/atau
Kelompok
Masyarakat
• Formulir
Laporan
Hasil
Pengkajian
Keadaan
Desa
• Formulir
Berita
Acara
Hasil
Pengkajian
Keadaaan
Desa
• Formulir
Berita
Acara
Penyusunan
RPJMDesa
melalui
Musyawarah
Desa
• Formulir
Rancangan
RPJMDesa
• Formulir
Berita
Acara
tentang
Hasil
Penyusunan
Rancangan
RPJMDesa
• Formulir
Berita
acara
Penyusunan
RPJMDesa
melalui
Musrembang
Desa.
Sistematikan
RPJM
Desa
ini
diulas
dari
berbagai
regulasi
dan
referensi.
Bagi
Desa
yang
sedang
menyusun
atau
dalam
proses
revie
RPJMDesa,
dapat
bertanya
pada
Tenaga
Pendamping
Profesional
Desa
(TA,
PD
dan
PLD).
Semakin
baik
sebuah
dokumen
RPJMDesa,
semakin
mudah
pula
juga
untuk
mengukur
keberhasilan
sebuah
pembangunan
desa
dimasa
depan.
Karena
dengan
adanya
dokumen
RPJMDesa,
tentunya
akan
memudahkan
Pemerintah
Desa
bersama
Masyarakat
Desa
dalam
memanfaatkan
peluang
dan
kekuatan
yang
ada
di
Desa.
17
18
19
20
21
DESA : …………………………………………………………………………………………………………………
KECAMATAN : …………………………………………………………………………………………………………………
KABUPATEN : …………………………………………………………………………………………………………………
PROVINSI : …………………………………………………………………………………………………………………
( ……………………….…………… ) ( ……………………………………… )
22
DESA : ………………………………………………………………………………………………………………….…
KECAMATAN: ………………………………………………………………………………………………………………….…
KABUPATEN: ………………………………………………………………………………………………………………….…
PROVINSI : ………………………………………………………………………………………………………………….…
Penerima Manfaat
Usulan Rencana Kegiatan Rencana Lokasi Perkiraan
No Satuan
berdasarkan Bidang Kegiatan Volume Laki-laki Perempuan A-RTM
Conto
h
I Penyelenggaraan pemerintahan desa
1. Penetapan dan penegasan batas Dusun
DesaKarangrejo 1 paket - - -
2. Pendataan Desa
3. Penyusunan tata ruang Desa
….
II Pelaksanaan Pembangunan Desa
1. Pemeliharaan jalan
2. Pembangunan jaringan irigasi
3. Rehabilitasi Gedung Posyandu
….
III Pembinaan Kemasyarakatan
1. Pembinaan PKK
2. Pelaksanaan Siskamling
3. Pembinaan kerukunan umat beragama
…
IV Pemberdayaan Masyarakat
1. Pelatihan tata boga
2. Pelatihan teknologi tepat guna
3. Pelatihan KPMD
….
( ………………………………… ) ( …………………………………… )
Keterangan:
A-RTM A
: nggota Rumah Tangga Miskin
23
BERITA ACARA
MUSYAWARAH DESA
PENYUSUNAN RPJM - DESA
(……………………………) (……………………………)
Wakil Masyarakat
(……………………………)
24
Format
RPJMDesa
25
BERITA ACARA
PENYUSUNAN RANCANGAN RPJM DESA
………………., Tanggal, …, …, ….
Mengetahui Ketua Tim Penyusunan RPJM Desa
Kepala Desa
(……………………………) (……………………………)
26
27
Daftar
Pustaka
• Peraturan
Menteri
Dalam
Negeri
nomor
114
tahun
2014
tentang
Pedoman
Pembangunan
Desa
• Buku
6,
Perencanaan
Pembangunan
Desa,
serial
bahan
bacaan,
terbitan
Kemendesa,
PDTT,
Maret
2015
• Bahan
Presentasi
“Perencanaan
Pembangunan
Desa
–
Memancang
Asa
Tahun
2015”,
BPMPD
Kabupaten
Bogor
,
Juni
2016
• http://repository.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog/80/datafile/F1/V19,
dilihat
pada
tanggal
25
Oktober
2016,
Pukul
07.33
WIB
• http://www.hijauku.com/2015/01/10/pembangunan-‐rendah-‐emisi-‐di-‐
indonesia/,
dilihat
pada
tanggal
25
Oktober
2016,
Pukul
07.52
WIB
28
29