Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

FARMAKOLOGI KEPERAWATAN
INTERAKSI OBAT- OBAT

YUNITA AMILIA NIM: 1110017003

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN TERAPAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NU SURABAYA
2017
Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu bersamaan dapat memberikan efek
masing-masing atau saling berinteraksi. Interaksi tersebut dapat bersifat potensiasi atau antagonis
satu obat oleh obat lainnya, atau kadang dapat memberikan efek yang lain. Interaksi obat yang
merugikan sebaiknya dilaporkan kepada Badan/Balai/Balai Besar POM seperti halnya dengan
reaksi obat merugikan lainnya.

Interaksi obat dapat bersifat farmakodinamik atau farmakokinetik.


Interaksi Farmasetik
Interaksi ini adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan / disiapkan
sebelum obat digunakan oleh penderita. Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV yang
dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan.
Bentuk interaksi ini ada 2 macam :
Interaksi secara fisik : misalnya terjadi perubahan kelarutan
Interaksi secara khemis : misalnya terjadi reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu
obat selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan
Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat-obat yang mempunyai efek
farmakologi atau efek samping yang serupa atau yang berlawanan. Interaksi ini dapat disebabkan
karena kompetisi pada reseptor yang sama, atau terjadi antara obat-obat yang bekerja pada sistem
fisiologik yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diperkirakan berdasarkan sifat farmakologi
obat-obat yang berinteraksi. Pada umumnya, interaksi yang terjadi dengan suatu obat akan
terjadi juga dengan obat sejenisnya. Interaksi ini terjadi dengan intensitas yang berbeda pada
kebanyakan pasien yang mendapat obat-obat yang saling berinteraksi.

Interaksi Farmakokinetik
Yaitu interaksi yang terjadi apabila satu obat mengubah absorpsi, distribusi, metabolisme,
atau ekskresi obat lain. Dengan demikian interaksi ini meningkatkan atau mengurangi jumlah
obat yang tersedia (dalam tubuh) untuk dapat menimbulkan efek farmakologinya. Tidak mudah
untuk memperkirakan interaksi jenis ini dan banyak diantaranya hanya mempengaruhi pada
sebagian kecil pasien yang mendapat kombinasi obat-obat tersebut. Interaksi farmakokinetik
yang terjadi pada satu obat belum tentu akan terjadi pula dengan obat lain yang sejenis, kecuali
jika memiliki sifat-sifat farmakokinetik yang sama .
Interaksi farmakokinetik dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok:
1. Mempengaruhi absorpsi
Kecepatan absorpsi atau total jumlah yang diabsorpsi dapat dipengaruhi oleh interaksi obat.
Secara klinis, absorpsi yang tertunda kurang berarti kecuali diperlukan kadar obat dalam
plasma yang tinggi (misal pada pemberian analgesik). Namun demikian penurunan jumlah
yang diabsorbsi dapat menyebabkan terapi menjadi tidak efektif.
2. Menyebabkan perubahan pada ikatan protein
Sebagian besar obat berikatan secara lemah dengan protein plasma karena ikatan protein
tidak spesifik, satu obat dapat menggantikan obat yang lainnya, sehingga jumlah bentuk
bebas meningkat dan dapat berdifusi dari plasma ketempat kerja obat. Hal ini akan
menghasilkan peningkatan efek yang terdeteksi hanya jika kadar obat yang berikatan sangat
tinggi (lebih dari 90%) dan tidak terdistribusikan secara luas di seluruh tubuh. Walaupun
demikian, penggantian posisi jarang menyebabkan potensiasi yang lebih dari potensiasi
sementara, karena meningkatnya bentuk bebas juga akan meningkatkan kecepatan eliminasi
obat. Penggantian posisi pada tempat ikatan protein penting pada potensiasi warfarin oleh
sulfonamid dan tolbutamid. Tetapi hal ini menjadi penting terutama karena metabolisme
warfarin juga dihambat.
3. Mempengaruhi metabolisme.
Banyak obat dimetabolisme di hati. Induksi terhadap sistem enzim mikrosomal hati oleh
salah satu obat dapat menyebabkan perubahan kecepatan metabolisme obat lainnya secara
bertahap, sehingga menyebabkan rendahnya kadar plasma dan mengurangi efek obat.
Penghentian obat penginduksi tersebut dapat menyebabkan meningkatnya kadar plasma
obat yang lainnya sehingga terjadi gejala toksisitas. Barbiturat, griseofulvin, beberapa
antiepilepsi dan rifampisin adalah penginduksi enzim yang paling penting. Obat yang
dipengaruhi antara lain warfarin dan kontrasepsi oral.
Sebaliknya, saat suatu obat menghambat metabolisme obat lain, akan terjadi peningkatan
kadar plasma, sehingga menghasilkan peningkatan efek secara cepat dan juga meningkatkan
risiko. Beberapa obat yang meningkatkan potensi warfarin dan fenitoin memiliki
mekanisme seperti di atas.
Isoenzim dari sistem sitokrom hepatik P450 berinteraksi dengan sebagian besar obat.
Obat dapat bertindak sebagai substrat, penginduksi, atau penghambat dari isoenzim
yang berbeda. Beberapa informasi in-vitro tentang efek obat terhadap insoenzim telah
tersedia, tetapi karena eliminasi obat dapat melalui beberapa jalur metabolisme seperti
eliminasi oleh ginjal maka efek klinik dari interaksi tidak dapat diprediksi secara tepat
berdasarkan data laboratorium tentang isoenzim sitokrom P450. IONI hanya
menampilkan interaksi yang telah dilaporkan pada tenaga kesehatan, kecuali
kombinasi dua obat memang dikontraindikasikan. Pada tiap kasus kemungkinan
interaksi harus dipertimbangkan jika terjadi efek toksik atau jika aktivitas obat tersebut
menjadi hilang.

4. Mempengaruhi ekskresi ginjal


Obat dieliminasi melalui ginjal, melalui filtrasi glomerulus dan melalui sekresi aktif di
tubulus ginjal. Kompetisi terjadi antara obat-obat yang menggunakan mekanisme transport
aktif yang sama di tubulus proksimal. Contohnya salisilat dan beberapa AINS menghambat
ekskresi metotreksat; toksisitas metotreksat yang serius dapat terjadi.

PENTINGNYA INTERAKSI
Banyak interaksi obat tidak berbahaya tetapi banyak juga interaksi yang potensial
berbahaya hanya terjadi pada sebagian kecil pasien. Terlebih, derajat keparahan suatu interaksi
bervariasi dari satu pasien ke pasien lain. Obat-obat dengan indeks terapi sempit (misalnya
fenitoin) dan obat-obat yang memerlukan kontrol dosis yang ketat (antikoagulan, antihipertensi
dan antidiabetes) adalah obat-obat yang paling sering terlibat.Pasien dengan peningkatan risiko
mengalami interaksi obat adalah lansia dan orang-orang dengan gagal ginjal atau hati.
Interaksi Yang Berbahaya.
Simbol • dicantumkan pada interaksi yang potensial berbahaya serta apabila pemberian
kombinasi obat-obat yang terkait sebaiknya dihindari (atau hanya diberikan dengan peringatan
dan pemantauan yang memadai).
Interaksi yang tidak ditandai dengan simbol biasanya tidak mempunyai akibat yang serius.
Contoh: interaksi obat
a. Transamin (Asam Traneksamat)
Resiko penggumpalan darah meningkat jika digunakan dengan kontrasepsi oral yang
mengandung Estrogen.
b. Ranitidine
Dengan Obat Lain :
Meningkatkan efek/toksisitas siklosporin (meningkatkan serum kreatinin), gentamisin
(blokade neuromuskuler), glipizid, glibenklamid, midazolam (meningkatkan konsentrasi),
metoprolol, pentoksifilin, fenitoin, kuinidin, triazolam. Mempunyai efek bervariasi terhadap
warfarin. Antasida dapat mengurangi absorpsi ranitidin. Absorpsi ketokonazol dan
itrakonazol berkurang; dapat mengubah kadar prokainamid dan ferro sulfat dalam serum,
mengurangi efek nondepolarisasi relaksan otot, cefpodoksim, sianoklobalamin (absorpsi
berkurang), diazepam dan oksaprozin, mengurangi toksisitas atropin. Penggunaan etanol
dihindari karena dapat menyebabkan iritasi mukosa lambung.
c. Metronidazol
Dengan Obat Lain :
Efek Cytochrome P450 : menghambat CYP2C8/9 (lemah), 3A4 (moderate)
Meningkatkan efek/toksisitas : Etanol dapat menyebabkan reaksi seperti disulfiram. Warfarin
dan metronidazol dapat meningkatkan bleeding time (PT) yang menyebabkan perdarahan.
Simetidin dapat meningkatkan kadar metronidazol.
Metronidazol dapat menghambat metabolisme cisaprid, menyebabkan potensial aritmia;
hindari penggunaan secara bersamaan. Metronidazol dapat meningkatkan efek/toksisitas
lithium. Metronidazol dapat meningkatkan efek/toksisitas benzodiazepin tertentu, calcium
channel blocker, siklosporin, turunan ergot, HMG-Coa reduktase inhibitor tertentu,
mirtazapine, nateglinid, nefazodon, sildenafil ( dan PDE-5 inhibitor yang lain), takrolimus,
venlafaxine, dan substrat CYP3A4 yang lain.
Menurunkan efek: fenobabital, fenobarbital (inducer enzim yang lain), dapat menurunkan
efek dan waktu paro metronidazol
d. Ciprofloxacin
Dengan Obat Lain :
Meningkatkan efek:
Meningkatkan efek toksik dari substrat CYP1A2 (seperti; aminofilin, fluvoxamine,
mexiletin, mirtazapin, ropinirol, trifluoperazin), gliburid, metotreksat, ropivacaine, teofilin,
dan warfarin. Jika digunakan dengan kortikosteroid maka akan dapat meningkatkan
kerusakan tendon. Jika digunakan dengan foscarnet dapat meningkatkan efek kejang.
Probenezid kemungkinan meningkatkan kadar siprofloksasin.
Menurunkan efek:
Antasida, suplemen elektrolit oral, quinapril, sukralfat, kemungkinan juga siprofloksasin
dapat menurunkan kadar fenitoin
e. Ceftriaxon
Dengan Obat Lain :Chephalosporin : menigkatkan efek antikoagulan dari derivat
kumarin(Dikumarol dan Warfarin)
Agen urikosurik: (Probenesid, Sulfinpirazon) dapat menurunkan ekskresi sefalosporin,
monitor efek toksik.
DAFTAR PUSTAKA

Pusat Informasi Obat Nasional. BPOM RI. 2015. Interaksi Obat.

Anda mungkin juga menyukai