Anda di halaman 1dari 7

Kas adalah satu-satunya akun yang dimasukkan dalam setiap siklus kecuali persediaan dan

pergudangan. Kas juga merupakan hal yang penting karena kerentanannya terhadap pencurian dan
kemungkinan salah saji yang signifikan
JENIS-JENIS AKUN KAS UMUM
Berikut adalah jenis-jenis dari akun kas :
1. Akun Kas Umum
Akun kas umum adalah titik fokus bagi banyak perusahaan karena semestinya seluruh penerimaan
kas dan pengeluaran kas mengalir melalui akun ini. Misalnya, pengeluaran dalam siklus akusisi dan
pembayaran biasanya dibayar melalui akun kas umum, dan penerimaan kas dalam siklus penjualan dan
penagihan juga disetorkan ke dalam akun tersebut.
2. Akun Impres
Rata-rata, perusahaan memilih untuk mengggunakan akun impres. Misalnya, membuat akun
penggajian impres terpisah untuk meningkatkan pengendalian internal pembayaran gaji. Saldo tetap,
misalkan Rp. 15.000.000,- dibuat dalam akun bank penggajian impres. Segera sebelum setiap periode
pembayaran, suatu cek atas transfer elektronik ditarik pada akun kas umum untuk menyetorkan total
jumlah penggajian bersih ke akun penggajian. Setelah cek untuk gaji dilakukan pada akun penggajian
impres, akun bank seharusnya memiliki saldo Rp. 15.000.000,-. Satu-satunya setoran ke dalam akun
adalah untuk penggajian mingguan dan semi bulanan dan satu-satunya pengeluaran adalah pembayaran
cek kepada karyawan.
Terdapat jenis akun impres lain yang terdiri atas satu akun bank untuk penerimaan dan pengeluaran.
Perusahaan bisa saja memilikin akun ini untuk setiap divisi berbeda. Seluruh penerimaan disetorkan ke
dalam akun impres dan totalnya dipindahkan ke akun umum secara periodik. Akun pengeluaran dibentuk
berbasis impres, tetapi dengan cara yang berbeda dengan akun pengajian impres.
3. Akun Bank Cabang
Akun bank cabang berguna untuk membangun hubungan dengan bank dalam komunitas lokal dan
memungkinkan sentralisasi operasi pada tingkat cabang. Dalam beberapa perusahaan, penyetoran dan
pengeluaran untuk setiap cabang dibuat dalam akun yang berbeda, dan kelebihan kas secara periodik
dikirimkan ke akun bank umum pada kantor pusat. Akun cabang dalam ini seperti akun umum, tetapi pada
tingkat cabang.
4. Dana Kas Kecil Impres
Dana kas kecil impres bukan merupakan akun bank, tetapi hampir sama dengan kas pada bank. Kun
kas kecil biasanya merupakan akun kas yang simpel untuk keperluan biaya yang mendadak. Akun ini
digunakan untuk pengeluaran kas berjumlah kecil yang lebih mudah dibayarkan jika menggunakan uang
tunai dibandingkan dengan cek atau untuk memudahkan karyawan dalam mencairkan cek gaji atau
pribadi.
5. Setara Kas
Perusahaan ini biasanya menginvestasikan kelebihan akumulasi kas dalam bagian tertentu dalam
suatu siklus, dimana kas tersebut akan diperlukan dalam waktu dekat dan bisa disebut setara kas yang
sangat likuid. Setara kas meliputi deposito berjangka, sertifikat deposito, dan dana pasar uang. Setara kas
bisa sangat material dan dimasukan dalam laporan keuangan sebagai keuangan dari akun kas jika
merupakan investasi jangka pendek yang siap dikonversikan menjadi kas dalam jumlah yang pasti, dan
tidak dapat dirisiko signifikan atas perubahan nilai dari perubahan tingkat bunga. Sekuritas yang dapat
diperdagangkan dan investasi berbunga dengan jangka waktu yang lebih panjang bukan merupakan
setara kas.

AUDIT ATAS KAS UMUM


Pada pengujian saldo akhir tahun dalam akun kas umum, auditor harus mengakumulasikan bukti yang
cukup memadai untuk mengevaluasi apakah kas, sebagaimana dinyatakan dalam neraca, dinyatakan dan
diungkapkan dengan wajar sesuai lima dari keenam tujuan audit-terkait saldo untuk seluruh pengujian
perincian saldo (keberadaan, kelengkapan, akurasi , pisah batas, dan kecocokan perincian). Hak atas kas
umum, klasifikasinya dalam neraca, dan nilai realisasi kas tidak dapat diaplikasikan. Metodologi untuk kas
pada akhir tahun sama dengan saldo akun neraca lainya.

1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Yang mempengaruhi Kas (Tahap I)


Banyak perusahaan yang tidak memiliki risiko bisnis yang cukup signifikan dalam memengaruhi saldo
kas. Risiko bisnis klien dapat muncul dari kebijakan menajemen kas yang tidak memadai atau penanganan
dana yang dilakukan pihak luar. Risiko bisnis klien lebih banyak muncul dari setara kas dan jenis investasi
lainya. Beberapa perusahaan yang menyediakan jasa keuangan mengalami kerugian besar akibat aktivitas
perdagangan oleh perorangan yang disembunyikan dengan salah menyajikan saldo investasi dan kas.
Auditor harus memahami risiko dari kebijakan dan strategi investasi klien, sama halnya dengan
pengendalian manajemen yang dapat memperburuk risiko tersebut.
2. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Menilai Risiko Bawaan (Tahap I)
Saldo kas tidak material dalam kebanyakan audit, tetapi transaksi kas yang memengaruhi saldo ini
sifatnya hampir selalu sangat material. Oleh karena itu, sering muncul potensi salah saji material dalam
kas. Oleh karena kas lebih mudah dicuri dibandingkan aset lainya, terdapat risiko bawaan cukup tinggi
untuk tujuan keberadaan, kelengkapan dan akurasi. Tujuan ini biasanya akan berfokus pada audit saldo
kas. Risiko bawaan relatif kecil untuk tujuan lainya.
3. Menilai Risiko Pengendalian (Tahap I)
Pengendalian internal atas saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu:
A. Pengendalian atau siklus transaksi yang memengaruhi pencatatan penerimaan kas dan
pengeluaran kas.
B. Rekonsiliasi bank independen
Pada Bab terkait pembahasan pengendalian yang memengaruhi pencatatan transaksi kas, yang
penting dalam penelitian dan pengendalian untuk kas. Misalnya dalam siklus akuisisi, pengendalian utama
meliputi pengendalian pembagian tugas yang memadai antara penandatangan cek dan fungsi utang
dagang,penandatanganan cek hanya dilakukan oleh personel yang berwenang, menggunakan cek yang
bernomor urut yang dicetak pada kertas khusus, adanya telaah yang saksama atas dokumen pendukung
sebelum cek ditandatangani oleh personel yang berwenang, dan verifikasi internal yang memadai. Jika
penegendalian yang memengaruhi kas terkait transaksi beroperasi efektif, maka risiko pengendalian
berkurang sebagaimana pengujian audit untuk rekonsiliasi bank akhir tahun.
Pengendalian yang penting atas saldo akhir kas adalah rekonsiliasi bank secara bulanan dari akun bank
umum berbasis waktu oleh personel yang independen dari pihak yang menangani atau mencatat transaksi
kas. Jika suatu perusahaan melakukan rekonsiliasi bank dengan memakan waktu lama, maka nilai
pengendalian akan turun dan memengaruhi penilaian auditor atau risiko pengendalian kas. Rekonsiliasi
membantu mencatat akuntansi agar mencerminkan saldo kas yang lama antar saldo kas aktual di bank
setelah mempertimbangkan transaksi-transaksi yang memerlukan rekonsiliasi. Lebih penting lagi,
verifikasi atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dapat dilakukan dalam rekonsiliasi yang
independen. Jika laporan bank diterima dalam keadaan tertutup oleh pihak yang merekonsiliasi dan
pengendalian fisik dilakukan atas laporan bank tersebut sampai rekonsiliasi diselesaikan, maka cek
dibatalkan, duplikat slip setoran, dokumen lain yang termasuk dalam laporan bank dapat diperiksa tanpa
perlu khawatir akan diganti, dihapus atau ditambahkan.
Rekonsiliasi bank dilakukan dengan hati-hati oleh pihak klien dengan melakukan tindakan berikut ini:
1. Membandingkan cek yang dibatalkan dengan catatan pengeluaran kas atas tanggal, dibayarkan
kepada siapa, dan berapa jumlahnya.
2. Memeriksa tanda tangan, personel otorisasi, dan pembatalan atas cek dibatalkan.
3. Membandingkan setoran ke bank dengan tanggal, pembeli, dan jumlah pada pencatatan setoran
kas.
4. Memeriksa urutan nomer pada cek dan memeriksa jika ada yang hilang.
5. Merekonsiliasi seluruh bagian yang menyebabkan perbedaan antara saldo buku dengan saldo
bank dan memeriksa kewajaranya dalam bisnis klien.
6. Merekonsiliasi total debet pada laporan bank dengan total catatan pengeluaran kas.
7. Merekonsiliasi total kredit pada laporan bank dengan total catatan penerimaan kas.
8. Menindaklanjuti cek beredar dan peringatan penghentian pembayaran.
Sebagian besar piranti lunak akuntansi yang menyediakan rekonsiliasi bank sebagai bagian dari
prosedur bulanan. Meskipun piranti lunak mengurangi tindakan klerikal dalam melakukan rekonsiliasi
bank, pihak yang menyiapkan harus tetap melakukan banyak prosedur pada daftar di atas. Pengendalian
atas rekonsiliasi bank dilakukan pada saat personel yang kompeten menelaah rekonsiliasi bank sesegera
mungkin setelah selesai.
4. Merancang dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif Atas Transaksi
(Tahap II)
Oleh karena saldo kas dipengaruhi oleh seluruh siklus, kecuali persediaan dan pergudangan, maka
sejumlah besar transaksi akun memengaruhi kas. Dalam bab-bab sebelumnya, telah membahas secara
terperinci mengenai pengujian pengendalian dan pegujian substansif yang memadai untuk audit setiap
siklus. Misalnya, pengendalian atas penerimaan kas. Transaksi kas diaudit melalui pengujian siklus
transaksi tersebut.

Merancang dan Melakukan Prosedur Analitis (Tahap III)


Dalam audit, rekonsiliasi bank pada akhir tahun di audit secara luas. Dengan menggunakan prosedur
analitis, pengujian atas kewajaran saldo kas tidak terlalu penting dibandingkan area audit lainnya. Auditor
biasanya membandingkan saldo akhir pada rekonsiliasi bank, setoran dalam perjalanan, cek beredar, dan
jenis rekonsiliasi lainya dengan rekonsiliasi yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Auditor juga
membandingkan saldo akhir kas dengan saldo bulan-bulan sebelumnya. Prosedur analtis ini dapat
ditemukan salah saji pada kas.
5. Merancang Pengujian Perincian Saldo Kas (Tahap III)
Titik awal verifikasi saldo dalam akun bank umum adalah dengan mendapatkan rekonsiliasi bank dari
klien dengan memasukkan dokumentasi auditor. Untuk mengaudit kas dibank, auditor melakukan
verifikasi apakah rekonsiliasi bank yang diterima klien sudah benar. Tujuan audit-terkait saldo dan
pengujian perincian saldo dalam audit kas yang paling penting adalah keberadaan, kelengkapan, dan
akurasi, oleh karena itu harus diperhatikan. Auditor juga melakukan pengujian yang berhubungan dengan
keempat tujuan penyajian dan pengungkapan, seperti menelaah hasil pertemuan dewan direksi dan
penyajian utang untuk menentukan apakah ada restriksi atas kas yang harus diugkapkan. Dalam area audit
lainya, prosedur audit aktual bergantung pada materialitas dan risiko dalam kas yang sudah diidentifikasi
auditor pada audit di bagian lainya. Ketiga prosedur ini harus ditambahkan dalam pembahasan
permintaan konfirmasi bank sangat penting dan kompleks: laporan bank atas pisah batas dan pengujian
rekonsiliasi bank.
Penerimaan Konfirmasi Bank
Walaupun konfirmasi ini tidak diharuskan, auditor biasanya meminta konfirmasi dari setiap bank atau
institusi keuangan lainnya yang berbisnis dengan klien, kecuali jika terdapat sejumlah besar akun yang
tidak aktif. Jika bank tidak menjawab permintaan konfrimasi, maka auditor perlu mengirimkan
permintaan kedua atau meminta klien berkomunikasi dengan bank untuk meminta mereka melengkapi
dan mengembalikan konfirmasi kepada auditor, agar memudahkan auditor maupun pihak bank yang
diminta mengisi konfirmasi, di Amerika Serikat, AICPA menyetujui penggunaan formulir bank standar.
Pentingnya konfirmasi bank dalam audit lebih dari sekedar verifikasi saldo kas aktual. Bank
mengonfirmasi informasi pinjaman dan saldo bank dalm formulir yang sama. Infromasi pada wesel bayar
pada bank, hipotek, dan utang lainnya biasanya memasukkan jumlah dan tanggal pinjaman, tanggal jatuh
tempo pinjaman, tingkat bunga, dan adanya jaminan.
Bank tidak bertanggung jawab untuk mencari untuk mencari pencatatan atas saldo bank atau
pinjaman selain yang dimasukkan dalam formulir dari klien KAP. Laporan di bagian bawah formulir
meminta bank menginformasikan kepada KAP semua pinjaman yang tidak dimasukkan dalam konfirmasi
dari bank yang memiliki informasi tersebut. Dampak dari tanggung jawab yang terbatas ini dalah untuk
mensyaratkan auditor agar memenuhi tujuan kelngkapan atas saldo dan utang bank yang tidak tercatat
dengan cara lain. Sama halnya, bank tidak perlu menginformasikan kepada auditor mengenai persyaratan
kredit, persyaratan saldo kompensasi, atau kewajiban kontinjen ketika kewajiban dijaminkan. Jika auditor
menginginkan konfirmasi tas jenis informasi ini, maka mereka harus mendapatkan konfirmasi yang
terpisah dari institusi keuangan yang dapat menjawab pertanyaan tersebut.
Setelah auditor menerima konfirmasi bank secara lengkap, saldo dalam akun bank yang dikonfirmasi
oleh bank garus ditelusuri ke saldo yang disebutkan dalam konfirmasi bank. Sama halnya dengan informasi
lain, dalam konfirmasi, juga garus ditelusuri ke skedul audit lainnya. Jika konfirmasi bank tidak sesuai
dengan skedul audit, maka auditor harus memeriksa selisihnya.

Permintaan atas Laporan Bank Pisah Batas


Laporan bank atas pisah batas adalah laporan bank pada periode tertentu dan pembatalan cek
terkait, duplikan slip setoran, dan dokumen lain yang termasuk dalam laporan bank, dikirimkan oleh bank
ke kantor KAP. Tujuan dari laporan bank atas pisah batas adalah untuk memberikan verifikasi bagian yang
direkonsiliasi pada rekonsiliasi bank klien di akhir tahun dengan bukti yang tidak dapat diakses ke klien.
Untuk memenuhi tujuan ini, auditor meminta klien agar bank mengirimkan laporan langsung kepada
auditor dalam waktu 7 samoai 10 hari setelah tanggal neraca.
Banyak auditor melakukan verifikasi periode laporan bank jika laporan pisah batas tidak diterima
langsung dari pihak bank. Tujuan adalah untuk menguji apakah karyawan klien tidak memasukkan,
menambahkan, atau menggantikan dokumen sesuai dengan laporan. Pengujian ini jelas dilakukan untuk
salah saji yang disengaja. Auditor melakukan verifikasi berikut ini dalam bulan setelah tanggal neraca:
1. Memeriksa daftar seluruh cek yang dibatalkan, memo debet, setoran, dan memo kredit.
2. Melakukan verifikasi saldo laporan bank saat penjumlahan dilakukan.
3. Menelaah bagian dari penjumlahan untuk memastikan sudah dibatalkan oleh bank pada periode
yang tepat dan tidak ada penghapusan atau penggantian.
Pengujian Rekonsiliasi Bank
Rekonsiliasi bank yang dilakukan dengan benar oleh pihak independen merupakan pengendalian
internal penting atas kas. Auditor menguji rekonsiliasi bank untuk menentukan apakah pihak klien sudah
menyiapkan rekonsiliasi denga gati-hati dan melakukan verifikasi apakah saldo bank yang dicatat klien
sama jumlahnya dengan kas di bank, kecuali bila ada setoran dalam perjalanan, cek beredar, dan jenis
rekonsiliasi lainnya. Dalam verifikasi rekonsiliasi, auditor menggunakan informasi dalam laporan bank atas
pisah batas untuk melakukan verifikasi kewajaran rekonsiliasi. Verifikasi auditor dalam rekonsiliasi
meliputi beberapa prosedur:
1. Melakukan verifikasi bahwa rekonsiliasi bank klien akurat secara matematis.
2. Menelusuri saldo konfirmasi bank dan atau saldo awal pada laporan pisah batas ke saldo per bank
pada rekonsiliasi bank utnuk memastikan jumlahnya sama.
3. Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukkan ke laporan bank atas
pisah batas ke daftar cek beredar pada rekonsiliasi bank dan juga jurnal pengeluaran kas dalam
periode neraca atau periode sebelumnya. Seluruh cek yang dikliring bank setelah tanggal neraca
dan dimasukkan dalam jurnal pengeluaran kas harus dimasukkan dalam daftar cek beredar. Jika
cek dimasukkan dalam jurnal pengeluaran kas, maka seharusanya dianggap cek beredar karena
tidak dikliring di bank sebelum tanggal neraca, maka tidak boleh dimasukkan dalam rekonsiliasi
bank.
4. Memeriksa seluruh cek yang jumlahnya besar dan termasuk dalam daftar cek beredar yang belum
dikliring oleh bank pada laporan pisah batas. Langkah pertama dalam pemeriksaan ini harus
dilakukan dengan menelusuri jumlah yang belum dikliring dalam jurnal pengeluaran kas. Alasan
mengapa cek belum diuangkan, harus dibahas dengan klien, dan jika auditor khawatir telah terjadi
kecurangan, maka vendor yang termasuk dalam saldo utang dagang harus dikonfirmasi untuk
menentukan apakah vendor tersebut sudah mengakui penerimaan kas dalam pecatatannya.
Ditambah lagi, cek yang dibatalkan perlu diperiksa sebelum tanggal terakhir audit jika memang
ada.
5. Menerima kas yang tidak disetorkan ke bank di akhir tahun harus ditelusuri ke laporan pisah batas
untuk memastikan bahwa kas tersebut disetorkan segera di awal tahun berikutnya.
6. Memperhatikan jenis rekonsiliasi lain ke laporan bank dan rekonsiliasi bank. Hal ini meliputi biaya
jasa bank, kesalahan dan pembetulan bank, dan transaksi tak tercatat yang didebet atau dikredit
langsung ke akun bank oleh pihak bank. Jenis rekonsiliasi ini perlu di investigasi untuk memastikan
sudah diperlukan dengan benar oleh klien.
PROSEDUR BERORIENTASI – KECURANGAN
Kecurangan atas saldo kas umum ini terjadi karena tidak memadainya pemisahan tugas antara
pemegang kas dan pencatatn transaksi kas dalam pencatatan akuntansi dan kurangnya rekonsiliasi bank
bulanan yang independen. Prosedur yang harus dilakukan auditor untuk menemukan kecurangan atas
penerimaan kas meliputi, mempertimbangkan sifat dari kurangnya pengendalian internal, jenis
kecurangan yang dapat terjadi dari kekurangan tersebut, potensi materialitas kecurangan, konfirmasi
piutang dagang, pengujian yang dilakukan untuk menemukan pencurian uang, penelaahan aktivitas akun
kas atas transaksi yang tidak lazim, pemeriksaan persetujuan dan dokumen pendukung untuk piutang
tidak tertagih dan retur dan cadangan penjualan, serta prosedur audit yang palin efektif untuk
menemukan kecurangan. Prosedur untuk menemukan kecurangan berikut langsung terkait dengan saldo
kas akhir tahun;

Perluasan Pengujian atas Rekonsiliasi Bank


Jika rekonsiliasi bank dapat dengan sengaja salah saji, maka perlu dilakukan perluasan pengujian atas
rekonsiliasi bank akhir tahun. Prosedur yang dilakukan auditor :
1. Memulai rekonsiliasi bank untuk bulan/tahun tertanggal, dan membandingkan seluruh bagian
rekonsiliasi dengan cek yang dibatalkan dan dokumen lainnya dalam laporan bank tertanggal.
2. Membandingkan sisa cek yang dibatalkan dan slip setoran dalam laporan bank tertanggal dengan
jurnal pengeluaran dan penerimaan kas bulan/tahun tertanggal.
3. Menelusuri seluruh bagian yang tidak jelas dalam rekonsiliasi bank dan jurnal penerimaan dan
pengeluaran kas ke rekonsiliasi bank klien untuk memastikan semua sudah dimasukkan.
4. Melakukan verifikasi seluruh bagian rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank dari jurnal untuk
rekonsiliasi bank tertanggal yang belum dikliring ke bank.
Bukti Kas
Auditor menggunakan pembuktian kas untuk menentukan apakah,
a. Seluruh penerimaan kas yang tercatat telah disetorkan.
b. Seluruh setoran ke bank dicatat dalam pencatatan akuntansi
c. Seluruh pengeluaran kas dibayarkan oleh bank
d. Seluruh jumlah yang dibayarkan oleh bank sudah dicatat.
Pembuktian kas meliputi empat rekonsiliasi berikut ini :
1. Rekonsiliasi saldo pada laporan bank dengan saldo buku besar pada awal periodepembuktian kas.
2. Rekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan ke bank dengan penerimaan yang tercatat dalam
jurnal penerimaan kas pada periode tertentu.
3. Rekonsiliasi cek yang dibatalkan di kliring bank dengan yang dicatatdalam jurnal pengeluaran kas
untuk periode tertentu.
4. Rekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar pada akhir periode pembuktian kas.
Saat melakukan pembuktian kas, auditor menggabungkan pengujian susbtantif atas transaksi dan
pengujian perincian saldo. Pembuktian kas merupakan metode yang sangat baik dalam membandingkan
pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas dengan akun bank dan rekonsiliasi bank.
Pengujian Transfer Antarbank
Ada beberapa hal yang perlu diaudit atas jadwal transfer antarbank, yaitu sebagai berikut :
1. Keakuratan informasi pada jadwal transfer antarbank harus diverifikasi. Auditor harus
mempertimbangkan informasi pengeluaran dan penerimaan pada skedul ke pencatatan
pengeluaran dan penerimaan kas untuk memastikan akurasinya.
2. Transfer antarbank harus dicatat, baik di bank penerima maupun bank pengirim. Asumsikan
terdapat Rp 5.000.000 dipindahkan dari bank A ke bank B, tetapi hanya pengeluarannya yang
dicatat, maka ini adalah bukti pencurian uang yang ditutupi.
3. Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan untuk setiap transfer harus dilakukan di tahun
fiskal yang sama. Jika penerimaan kas dicatat pada tahun fiskal berjalan dan pengeluaran kas
dicatat setelah tanggal neraca, maka hal tersebut bisa saja dilakukan untuk menutupi
berkurangnya kas.
4. Pengeluaran pada skedul transfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkandengan benar
dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai cek beredar. Dalam akun kas umum harus dimasukkan
sebagai cek beredar pada transfer rekonsiliasi bank. Kurang saji cek beredar pada rekonsiliasi bank
mengindikasikan adanya kemungkinan kiting.
5. Skedul tranfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkan dengan benar dari rekonsiliasi bank
akhir tahun sebagai setoran dalam perjalanan. Untuk akun tabungan dan penggajian harus
mengindikasikan setoran dalam perjalanan untuk transfer rekonsiliasi bank. Lebih saji atas
setoran dalam perjalanan pada rekonsiliasi bank mengindikasikan adanya kemungkinan kiting.
Meskipun pengujian audit atas transfer antarbank biasanya dimaksudkan untuk menemukan
kecurangan, tindakan ini juga bisa dilakukan banyak transfer antarbank tanpa memerhatikan
pengendalian internal.

Anda mungkin juga menyukai