Anda di halaman 1dari 8

Laporan Kerja Praktek

PT Madubaru
Periode 4 Oktober – 4 November 2017
Tugas Khusus

BAB III
TUGAS KHUSUS

3.1. Pendahuluan

Fermentor merupakan alat kunci dalam proses produksi etanol dimana


glukosa hasil hidrolisis molases dikonversi menjadi etanol. Proses konversi glukosa
menjadi etanol dikakukan oleh kapang Saccharomyces cerevisae pada kondisi
anaerob. Proses fermentasi diharapkan berlangsung secara optimum, sehingga
dihasilkan kadar etanol yang maksimum.

Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh parameter operasi


fermentor khususnya konsentrasi substrat pada awal fermentasi dan suhu selama
fermentasi terhadap kadar alkohol yang terbentuk, sehingga jumlah vinasse dapat
minimum.

3.2. Landasan Teori

3.2.1. Kapang Saccharomyces cerevisae Sebagai Agen Fermentasi

Saccharomyces cerevisae adalah jamur bersel tunggal (kapang) yang rumus


kimianya dapat didekati sebagai (CH1,704N0,149O0,408)n. Saccharomyces cerevisae
termasuk mikroorganisme fakultatif, yang dapat tumbuh pada kondisi aerob dan
anaerob. Pada kondisi aerob, sel melakukan katabolisme glukosa menjadi gas
karbon dioksida dan menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan sebagaian besar
digunakan untuk perkembangbiakan sel. Yield sel terhadap substrat glukosa pada
kondisi aerob adalah 0,50 (Shuler dan Kargi, 2001). Laju pertumbuhan
Saccharomyces cerevisae dengan substrat pembatas glukosa dapat didekati dengan
persamaan Monod,
𝑑𝑋
= µnet X (3)
𝑑𝑡
µ𝑚𝑎𝑥 𝑆
µnet = (4)
𝐾𝑠 + 𝑆

Sabariyanto 13/346929/TK/40710 24
Laporan Kerja Praktek
PT Madubaru
Periode 4 Oktober – 4 November 2017
Tugas Khusus

Data μmax dan Ks untuk Saccharomyces cerevisae di dalam media glukosa pada
suhu 30⁰C masing-masing sebesar 0,55 jam-1 dan 25 mg/L. Pada proses produksi
etanol, kondisi aerob dijalankan pada tahap pembibitan.
Pada tahap pembibitan, dibutuhkan nutrisi nitrogen dan fosfat. Sumber
nutrisi tersebut diperoleh dari pupuk majemuk NPK. Reaksi pembiakan didekati
sebagai berikut,
C6H12O6 + vO2 O2 + vN NH3  vx CH1,74N0,2O0,45 + vCO2 CO2 + vw H2O + Q (5)
Panas reaksi pada kondisi aerob sebesar 2000 kJ per mol glukosa.
Pada kondisi anaerob terjadi perubahan lajur (pathway) katabolisme glukosa
menjadi karbon dioksida dan etanol serta menghasilkan energi untuk
perkembangbiakan sel. Persamaan pertumbuhan sel tetap menggunakan persamaan
(3). Persamaan tetepan pertumbuhan sel pada kondisi tanpa inhibitor adalah,
µ𝑚𝑎𝑥𝑛 𝑆
µgn = (6)
𝐾𝑠 + 𝑆

Dimana nilai µmaxn sekitar 0,4 jam-1 (Doran, 2012). Namun, semakin tinggi kadar
etanol, maka pertumbuhan kapang semakin terhambat. Kadar etanol dimana
pertumbuhan yeast mulai terhambat adalah sekitar 5% atau kondisi product-
inhibition dan dirumuskan sebagai berikut,
µ𝑚𝑎𝑥𝑝 𝑆 𝑃
µgn = (1− ) (7)
( 𝐾𝑠𝑝 + 𝑆) 𝑃𝑚

Nilai Ksp adalah 5,42 g/L, μmaxp sebesar 0,36 jam-1 dan Pm sebesar 30,13 g/L
(Amenaghawon, Okieimen, dan Ogbeide, 2012). Kadar ideal etanol pada akhir
fermentasi yang ideal adalah sekitar 10%. Pada persamaan (4) dan (6), terlihat
bahwa tetapan laju pertumbuhan yeast merupakan fungsi konsentrasi substrat.
Konsentrasi glukosa di atas 200 g/L dapat menghambat pertumbuhan sel atau
substrate inhibition (Liu, 2017) dengan persamaan tetapan pertumbuhan sel sebagai
berikut,
µ𝑚𝑎𝑥𝑠 𝑆
µgn = (8)
( 𝐾𝑠𝑠 + 𝑆 + 𝑆 2 /𝐾𝐼 )
Nilai KSS , KI dan µmaxs pada kasus ini masing-masing adalah 18,14 g/L, 89,48 g/L
dan 3,125 g/L jam (Liu, 2014).

Sabariyanto 13/346929/TK/40710 25
Laporan Kerja Praktek
PT Madubaru
Periode 4 Oktober – 4 November 2017
Tugas Khusus

3.2.2. Pembentukan Etanol Sebagai Primary Metabolite

Etanol pada proses fermentasi glukosa dengan Saccharomyces cerevisae


merupakan metabolit primer yang terbentuk kondisi anaerob. Laju pembentukan
etanol terhadap laju pembiakan sel pada fermentasi etanol berbentuk growth-
associated product. Sebagai gambaran, pada Gambar ditunjukkan tren kenaikan
kadar etanol pada berbagai waktu. Laju pembentukan produk etanol pada berbagai
waktu.
𝑑𝑃
= YP/X µgn X (9)
𝑑𝑡
Dimana, yield produk etanol terhadap substrat glukosa sekitar 0,5 (Clarke, 2013).
Yield sel yeast terhadap substrat gluoksa pada kondisi anaerob sebesar 0,12 dan
yield produk etanol terhadap sel sekitar 0,104 pada suhu 30°C (Doran, 2012).

Reaksi fermentasi glukosa menjadi etanol disajikan pada persamaan (2)


bersifat eksotermis dengan panas reaksi sebear 311,2 kkal/kg glukosa.

C6H12O6  2C2H5OH + 2CO2 + Q (2)

Reaksi overall adalah sebagai berikut,

C6H12O6 + vN NH3  0,59 CH1,74N0,2O0,45 + 0,43 C3H8O3 + 1,54 CO2


+ vEt-OH C2H5OH + vw H2O + Q (10)

Panas reaksi sebesar 100 kJ per mol atau 311,2 kkal/g glukosa untuk kondisi
anaerob.

Yeast yang digunakan adalah mikroorganisme mesofil yang dapat hidup


optimal pada suhu 25-60°C. Pembentukan produk etanol berpengaruh pada suhu
fermentasi.

Sabariyanto 13/346929/TK/40710 26
Laporan Kerja Praktek
PT Madubaru
Periode 4 Oktober – 4 November 2017
Tugas Khusus

3.3. Metodologi

3.3.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan dan informasi dilakukan dengan


berbagai cara untuk mendapatkan data primer dalam pengerjaan tugas khusus ini,

- Observasi

Kunjungan rutin ke lapangan diperoleh gambaran bentuk dan jenis


peralatan, kondisi operasi peralatan, siklus operasi dan gambaran umum proses
secara holistik.

- Wawancara

Kegiatan audiensi dilakukan dengan pembimbing lapangan, staf


administrasi, supervisor proses, operator, staf laboratorium dan staf pemasaran.
Wawancara diperoleh gambaran operasional pabrik dan aspek non-teknis dari
industri gula dan etanol.

- Data lapangan

Dari data lapangan untuk fermentor T-26 diperoleh data primer berupa
kadar glukosa (dalam derajat Brix) dan suhu fermentation broth pada berbagai
waktu serta data kadar etanol pada akhir proses fermentasi.

- Kajian literatur

Kajian literatur buku teks dan jurnal dilakukan untuk mengekstrak tetapan
perancangan untuk mendapatkan tren teoretis. Tren teoretis dibandingkan dengan
data lapangan. Selain itu, juga kaian metode statistik yang tepat untuk memodelkan
parameter yang terukur terhadap yield produk etanol.

Sabariyanto 13/346929/TK/40710 27
Laporan Kerja Praktek
PT Madubaru
Periode 4 Oktober – 4 November 2017
Tugas Khusus

3.4.2. Pengolahan Data

Data perubahan kadar senyawa gula medium fermentasi dalam satuan Brix
yang ditunjukkan dalam data operator diubah menjadi konsentrasi glukosa dalam
gram/liter. Satu derajat Brix setara dengan satu gram senyawa gula dalam 100 gram
cairan pada suhu 20°C (Doran,2012). dengan persamaan berikut,
°𝐵𝑟𝑖𝑥 𝜌𝑠 (𝑇=20°𝐶)
S= (11)
100
Pabrik Spiritus Madukismo belum melakukan pengukuran langsung
terhadap konsentrasi sel (misalnya dengan pendekatan turbiditas, berat kering sel
atau plate count), sehingga konsentasi sel pada awal fermentasi (akhir proses
pembibitan) diestimasi dengan persamaan laju pertumbuhan sel pada tahap
eksponensial dengan persamaan (3) dan (4). Waktu pembibitan di tangki 22 dan
tangki 25 sebesar 24 jam dan kadar glukosa pada awal dan akhir pembibitan
masing-masing sebesar 14°Brix dan 11,5°Brix.
Data lapangan fermentor menyajikan kadar glukosa sepanjang waktu. Data
primer tersebut dibandingkan neraca massa substrat glukosa teoretis berikut,
𝑑𝑆 µ𝑔𝑎 𝑋
= − 𝑌 (12)
𝑑𝑡 𝑋/𝑆

Harga µga dihitung dengan persamaan (6), (7), atau (8) disesuaikan kondisi
inhibitor. Nilai YX/S teoretis sebesar 0,12 (Doran, 2016).
Data lapangan fermentor juga menyajikan suhu pada saat pengmbilan
sampel. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan sel yeast dapat didekati dengan
persamaan Arrhenius,
μmax = μmax,0 exp (Ea/RT) (13)
Nilai Ea teoretis sebesar 15,6 kcal/mol dan berlaku pada suhu 30-39°C (Muniz dkk,
2010). Fermentor beroperasi pada suhu 30-34°C,maka diasumsikan isotermal.
Pengaruh kadar glukosa mula-mula terhadap yield produk etanol dicari
dengan regresi linier.Yield produk etanol terhadap substrat glukosa dihitung sebagai
berikut,
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 % 𝑣/𝑣 x 𝜌𝑒𝑡
YP/S = (14)
𝑆0 − 𝑆𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

Sabariyanto 13/346929/TK/40710 28
Laporan Kerja Praktek
PT Madubaru
Periode 4 Oktober – 4 November 2017
Tugas Khusus

Pemodelan dilakukan untuk mendapatkan tren teoretis yang akan


dibandingkan dengan data lapangan. Konsentrasi sel mula-mula yang dihasilkan
oleh tahap pembibitan diestimasi sebagai berikut,
𝑑𝑋 0,55 𝑆 𝑋
( )𝑎𝑒𝑟𝑜𝑏 = (15)
𝑑𝑡 0,025 + 𝑆
𝑑𝑆 1,1 𝑆 𝑋
( )𝑎𝑒𝑟𝑜𝑏 = − 0,025 + 𝑆
(16)
𝑑𝑡
Kondisi pembatas persamaan (15) dan (16) adalah,
Saerob (t=0) = 147,25 g/L (17)
Xaerob (t=0) = 1,2 g/L (18)
Saerob (t=14 jam) = 119,75 g/L (19)
Dengan data Xaerob akhir dan neraca massa, dapat diestimasi konsentrasi sel mula-
mula di fermentor. Persamaan selama proses fermentasi adalah,
𝑑𝑋
( )𝑎𝑛𝑎𝑒𝑟𝑜𝑏 = μga X (20)
𝑑𝑡
𝑑𝑆 µ𝑔𝑎 𝑋
( )𝑎𝑛𝑎𝑒𝑟𝑜𝑏 = − 0,12
(21)
𝑑𝑡
𝑑𝑃
( )𝑎𝑛𝑎𝑒𝑟𝑜𝑏 = 4,89 μga X (22)
𝑑𝑡
Kondisi pembatas persamaan (20), (21) dan (22) adalah,
Pada saat S > 200 g/L
3,125 𝑆
µgn = (23)
(18,14 + 𝑆 + 𝑆 2 /89,48)

Pada saat S ≤ 200 g/L dan P ≤ 39,45 g/L


0,35 𝑆
µgn = (24)
(2,23 + 𝑆)
Pada saat P > 39,45 g/L
0,36 𝑆 𝑃
µgn = (1− ) (25)
(5,42 + 𝑆) 30,13

Kondisi mula-mula adalah,


Sanaerob (t=0) = (215,44 ; 221,28 ; 227,14 ; 233,10) g/L (26)
Xanaerob (t=0) = 16,74 g/L (27)
Panaerob (t=0) = 0 (28)
Persamaan (21) hingga (28) diselesaikan dengan program komputer MathLAB.

Sabariyanto 13/346929/TK/40710 29
Laporan Kerja Praktek
PT Madubaru
Periode 4 Oktober – 4 November 2017
Tugas Khusus

3.5. Pembahasan dan Hasil

Data lapangan dan tren teoretis menunjukkan semakin lama waktu


fermentasi semakin kecil konsentrasi sustrat glukosa hingga pada suatu waktu nilai
konsentrasi substrat tetap sebagaimana disajikan pada grafik gambar. Hal ini
dikarenakan aktivitas yeast dalam mengkonversi glukosa menjadi etanol. Pada
suatu waktu, kadar etanol mencapai keadaan produk menghambat pertumbuhan
yeast.

250
Pemodelan
200 Data
S dalam g/L

150

100

50

0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu dalam jam

Gambar 2. Tren S sepanjang waktu

Kadar etanol pada akhir fermentasi cenderung naik saat konsentrasi substrat
mula-mula yang digunakan 20,5⁰Brix terhadap 20⁰Brix, tetapi cenderung turun
pada konsentrasi substrat mula-mula 21⁰Brix dan 21,5⁰Brix. Tren yield produk
terhadap substrat pada berbagai konsentrasi substrat mula-mula disajikan pada
gambar 3. Terlihat besarnya yield produk etanol per satuan substrat glukosa
cenderung turun seiring naiknya konsentrasi substrat mula-mula. Hal ini
dikarenakan pada konsentrasi di atas 20°Brix cenderung terjadi substrate-
inhibition, yaitu akibat kadar glukosa yang terlalu tinggi terjadi beda tekanan
osmotik yang menyebabkan perpindahan cairan dari dalam sel ke medium
fermentasi, sehingga pertumbuhan sel terhambat karena energi yang dihasilkan
digunakan untuk melawan beda tekanan osmotik tersebut. Persamaan hubungan

Sabariyanto 13/346929/TK/40710 30
Laporan Kerja Praktek
PT Madubaru
Periode 4 Oktober – 4 November 2017
Tugas Khusus

antara konsentrasi substrat glukosa mula-mula terhadap produk ditunjukkan pada


persamaan (29) dengan ralat sebesar 0,92%.

YP/S = -0,5042 ln S0 + 3,2793 (29)

9.1
Kadar etanol akhir (% v/v)

9.0

8.9

8.8
Data
Pemodelan
8.7
215 220 225 230 235
Konsentrasi substrat mula-mula (g/L)

Gambar 3. Pengaruh konsentrasi substrat glukosa mula-mula


terhadap kadar etanol akhir

0.58
Data Persamaan
0.56
YP/S

0.54

0.52
5.36 5.38 5.4 5.42 5.44 5.46
ln S0
Gambar 4. Tren ln S0 terhadap yield produk

Untuk mengurangi kuantitas vinasse, diperlukan kadar etanol akhir pada


beslag atau fermentation broth harus besar, karena kesetimbangan uap-cair di
Maische coloum telah ditentukan untuk memperoleh etanol muda kadar 45-50%.
Jika kadar etanol tinggi, maka air yang terbawa ke hasil atas juga banyak, sehingga
kuantitas vinasse sebagai hasil bawah kecil. Untuk memperoleh kadar etanol tinggi,
disarankan konsentrasi substrat glukosa mula-mula tidak lebih dari 20,5⁰Brix.

Sabariyanto 13/346929/TK/40710 31

Anda mungkin juga menyukai