Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Dalam mempersiapkan Bangsa Indonesia untuk memasuki era

globalisasi dan perdagangan bebas yang sudah mulai terasa saat ini,

peran aparat Pemerintah dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil menjadi

sangat penting dan strategis, terutama dalam hal memeberikan

pelayanan kepada masyarakat yang merupakan salah satu fungsi yang

harus dijalankan oleh setiap Pemerintah mulai dari tingkat Pusat sampai

Daerah, disamping fungsi pembangunan dan pemberdayaan.

Dewasa ini kehidupan masyarakat mengalami banyak perubahan

sebagai akibat dari kemajuan yang telah dicapai dalam proses

pembangunan sebelumnya dan kemajuan yang pesat dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi. Perubahan yang dapat dirasakan sekarang

ini adalah terjadinya perubahan pola pikir masyarakat ke arah yang

semakin kritis. Hal ini dimungkinkan, karena semakin hari masyarakat

semakin cerdas dan semakin memahami hak dan kewajibannya sebagai

warga Negara. Kondisi masyarakat yang demikian menuntut Pemerintah

yang mampu memenuhi berbagai tuntutan dalam segala aspek

kehidupan mereka terutama dalam mendapatkan pelayanan yang

1
sebaik-baiknya dari Pemerintah, seperti yang dinyatakan Iasmani (2000

; 3 ).

”Citra Aparatur Negara akan sangat ditentukan oleh kemampuan

untuk memiliki keunggulan dan mengembangkannya dalam pelayanan

kepada masyarakat. Dalam hal ini harus selalu diingat bahwa Aparatur

Negara sebagai abdi Masyarakat dan abdi Negara tidak hanya dievaluasi

secara formal oleh Pemerintah, tetapi juga perhatian dan penilaian

masyarakat yang harus menjadi acuan”. Selanjutnya Osborne dan

Gaebler (1995 ; 192) mengemukakan bahwa Pemerintah yang

demokratis lahir untuk melayani warganya.

Tugas Pemerintah adalah mencari cara untuk menyenangkan

masyarakatnya. Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat dipahami bahwa

Pemerintah yang terbentuk merupakan pelayan masyarakat yang harus

memberikan kepuasan pada masyarakat itu sendiri. Komitmen ini hanya

bisa dipegang kalau rakyat merasa bahwa Pemerintah yang berjalan

masih mengarah kepada upaya untuk melindungi dan melayani

masyarakat.

Pemerintah di masa kini orientasinya diharapkan lebih ditekankan

pada pelayanan kepada masyarakat. Hal ini berbeda dengan Pemerintah

di masa sebelumnya, yang orientasinya diharapkan kepada aspek

kekuasaan. Hal ini berarti bahwa Pemerintah di masa kini harus

2
memberikan perhatian yang lebih besar pada upaya meningkatkan

kualitas pelayanan kepada masyarakat dari pada menonjolkan diri

sebagai kekuasaan semata.

Masyarakat sering mengeluhkan pelayanan publik yang diberikan

oleh Pemerintah. Hal ini disebabkan oleh Birokrasi Pemerintah lebih

berorientasi pada pejabat atasan. Oleh karena itu kesan pertama dari

hampir setiap masyarakat yangn datang berurusan ke kantor-kantor

Pemerintah adalah bertemunya mereka dengan Pegawai berseragam

yang kurang ramah, kurang Informatif dan selalu membuat sesuatu

pekerjaan yang sederhana menjadi rumit (Siagian, 1994 ; 116).

Keterbatasan kemampuan Pemerintah dalam mengoptimalkan

fungsi pelayanan masyarakat semakin memperburuk persepsi

masyarakat tentang keberadaan Pemerintah. Hal ini jika dibandingkan

dengan sistem pelayanan oleh pihak Swasta, pelayanan Pemerintah

sering dikatakan sumber kelambanan, adanya pungli dan inefesiensi.

Sementara itu Birokrasi Swasta seringkali dianggap memiliki ciri-ciri

yang sebaliknya seperti cepat, efisien, inofatif dan berkualitas.

Semua masalah tersebut menunjukkan fenomena Birokrasi

Pemerintah Indonesia yang telah membudayakan selama kurun waktu

yang sangat lama. Arogansi kekuasaan masih menjadi bagian yang

intern dalam Birokrasi Pemerintah. Banyak pejabat Pemerintah yang

3
merasa seakan-akan jabatan yang dipegang adalah miliknya, dan

mereka seperti ”sudah kawin dengan kekuasaanya’. Akibatnya seringkali

muncul berbagai aksi dan tuntutan masyarakat termasuk gerakan

reformis yang dikobarkan oleh masyarakat saat ini.

I.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Pemerintah dalam memberdayakan masyarakat merupakan salah

satu bagian dari usaha peningkatan dan pemberdayaan sumber daya

manusia Indonesia. Pemberdayaan aparatur Pemerintah bertujuan

menciptakan Pemerintah yang berkualitas dan profesional.

Pemberdayaan manusia aparatur yang berkualitas berarti memiliki

pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), kecakapan (ability),

kemahiran (capability) dan berprilaku baik.

Pemberdayaan manusia aparatur yang profesional adalah mereka

yang berdasarkan latar belakang pendidikan, pelatihan dan pengalaman.

Menguasai serta menekuni bidang tugas dan pekerjaanya serta

melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dengan penuh tanggung

jawab (bijak, efektif dan efisien) untuk memberikan hasil dan manfaat

positif bagi pihak-pihak yang harus dilayani.

Aparatur Pemerintah yang profesional memiliki ciri-ciri sebagai

berikut :

4
a. Memiliki wawasan yang luas dan dapat meng orientasikan

masa depan;

b. Memiliki kompetensi di bidangnya;

c. Memiliki jiwa berkompetensi/bersaing secara jujur dan sportif;

d. Menjunjung tinggi etika profesi.

I.3 RUANG LINGKUP

Strategi pembangunan Daerah dalam memberdayakan aparatur

dari perkembangan yang telah dicapai selama ini terutama mengacu

kepada 2 (dua) pertimbangan, yaitu :

a. Berpedoman kepada arah kebijakan pembangunan;

b. Menjadi landasan terselenggaranya Pemerintah dan pembangunan

yang efektif dan efisien, serta benar-benar siap menghadapi

perubahan lingkungan strategis dalam era globalisasi.

Pembangunan Daerah dalam memberdayakan aparatur sektor

pelayanan publik di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan ditujukan

kepada seluruh aparatur/Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten

Ogan Komering Ulu Selatan terutama kepada aparatur yang

berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai pemberi pelayanan

Publik.

5
Sedangkan makna dari pembangunan Daerah dalam

memberdayakan aparatur itu sendiri mengandung 2 (dua) pengertian,

yaitu : pengembangan dan pemberdayaan aparatur. Jadi dalam

pembahasan ini meliputi pengembangan dan pemberdayaan aparatur.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Pemerintah Dalam Memberdayakan Masyarakat Untuk

Meningkatkan Pembangunan Daerah

Pembangunan (development) adalah salah satu fungsi operasional

pemberdayaan. Pembangunan dalam memberdayakan aparatur perlu

dilakukan secara terencana dan berkesinambungan agar pembangunan

dapat dilaksanakan dengan baik, harus terlebih dahulu ditetapkan suatu

program pembangunan atau perkembangan aparatur.

Program pembangunan Daerah dalam memberdayakan masyarakat

hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan kepada metode-

metode ilmiah dan peraturan Perundang-undangan Bidang Kepegawaian

serta berpedoman pada keterampilan dan profesionalisme yang

dibutuhkan Pemerintah Daerah saat ini maupun untuk masa yang akan

datang.

Pembangunan Daerah dalam memberdayakan aparatur berarti

pemberdayaan aparatur. Konsep pemberdayaan telah banyak

dikemukanan oleh para ahli Ekonomi, Politik maupun Pemerintah.

Walaupun mempunyai pengertian yang berbeda namun tetap

mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk membangun sumber daya

7
aparatur dengan memotivasi dan membangkitkan kesadaran

(awareness) akan potensi yang dimilikinya serta upaya untuk

mengembangkan diri sendiri atau orang lain agar dapat berbuat jadi

lebih baik.

Pemberdayaan dan memberdayakan merupakan terjemahan dari

kata empowerment dan empower. Statanis (dalam kirana ; 1997)

mendefinisikan istilah pemberdayaan (empowerment) adalah

memberdayakan anggota tim untuk melaksanakan dan mengelola

kinerja unitnya melalui perencanaan, pengendalian, pengkoordinasian

ataupun penyempurnaan pekerjaan.

Menurut Kartasasmita (1996) pemberdayaan yang artinya sama

dengan keberdayaan yang mengandung makna kemampuan individu

yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan

masyarakat yang bersangkutan.

Maksud dan tujuan pemberdayaan menurut Stewart (1998) adalah

untuk meniadakan segala peraturan, prosedur, perintah dan lain-lain

yang tidak perlu merintangi organisasi untuk mencapai tujuan.

Tujuannya adalah menghapus hambatan-hambatan sebanyak mungkin

guna membebaskan organisasi dan orang-orang yang bekerja

diddalamnya, melepaskan mereka dari halangan-halangan yang hanya

memperlambat reaksi dan merintangi reaksi mereka.

8
Lebih lanjut maksud pemberdayaan adalah merupakan alat penting

untuk memperbaiki kinerja suatu organisasi. Untuk itu ada beberapa

faktor yang harus diperbaiki, yaitu :

1. Pemahaman yang lebih jelas tentang misi dan nila-nilai organisasi;

2. Lebih memfOgan Komering Uluskan perhatian kepada kebutuhan

pelanggan baik internal maupun eksternal;

3. Lebih menekankan kepada pelatihan dan pengembangan.

Dalam pemberdayaan juga tidak lepas dari penyusunan kerangka

kerja atau pedoman yang ada dalam suatu organisasi yang didasarkan

pada Akronim Actors, yaitu :

1. Authority (wewenang)

2. Confidency dan Competency (rasa percaya diri dan kemampuan)

3. Trust (kepercayaan)

4. Oportunities (kesempatan)

5. Responsibility (tanggung jawab)

6. Support (dukungan)

Selain itu untuk menuju pemberdayaan yang berhasil maka harus

ditempuh langkah-langkah, antara lain :

1. Hubungan visi

2. Diarahkan dengan contoh-contoh

3. Meninjau struktur organisasi

9
4. Menjadikan jasa layanan pada pelanggan sebagai fOgan Komering

Ulus

5. Mengukur perkembangan yang terjadi, mengenali serta

menghargai keberhasilan

Istilah aparatur dalam sistem Administrasi Negara Republik

Indonesia (1997 ; 162) diartikan sama dengan Pegawai Negeri, yaitu

sebagai unsur aparatur Negara, abdi Negara dan abdi Masyarakat.

Istilah tersebut menurut waworuntu (1997 ; 27) dapat diartikan sebagai

mereka yang menyumbangkan tenaga atau jasanya kepada bentuk

usaha Pemerintah dinamakan Pegawai Pemerintah yang disebut Pegawai

Negeri.

Selanjutnya istilah Pegawai Negeri dalam artian normative di

Indonesia dijumpai dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 1961, Undang-

Undang No. 8 Tahun 1974 dan diperbaharui dengan Undang-Undang

Nomor 43 Tahun 1999 pada pasal 1 disebutkan bahwa ” Pegawai Negeri

adalah setiap Warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi

syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan

diserahi tugas dalam suatu jabatan Negara atau diserahi tugas-tugas

lainnya dan digaji berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku ”.

10
Terdapat 4 (empat faktor) yang harus dipenuh agar seseorang

dapat dikategorikan sebagai Pegawai Negeri, yaitu :

1. Memenuhi syarat yang ditentukan

2. Diangkat oleh pejabat yang berwenang

3. Diserahi tugas dalam suatu jabatan Negara

4. Digaji berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

Dari berbagai pengertian yang telah dikemukakan diatas, maka

pemberdayaan aparatur yang dimaksud disini adalah upaya untuk

memampukan, mendorong, memotivasi dan mengembangkan

kesadaran akan potensi yang dimiliki oleh segenap sumber daya

aparatur serta upaya untuk mengembangkannya. Dengan

pemberdayaan ini diharapkan segenap aparatur Pemerintah Daerah

sebagai perencana dan pelaksana dari berbagai kegiatan penyelenggara

Pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat secara

efisien, mampu menghadapi tantangan dan perubahan di masa yang

akan datang.

Untuk mencapai harapan yang demikian ini, maka pada saat ini dan

masa yang akan datang dibutuhkan sumber daya aparatur yang

dinamis, proaktif, visioner, inofatif, korektif, sadar teknologi,

berkolaborasi serta peka terhadap perubahan dan tuntutan. Kualifikasi

sumber daya aparatur yang demikian tidak saja akan menghadapi

11
Daerah untuk bersifat terbuka, tetapi juga akan mengubah

kebijaksanaan Daerah terhadap pembentukan Quality of Working

(QWL). Oleh karena itu, dalam menjalankan roda administasi

Pemerintahan, kemasyarakatan dan pembangunan pada umumnya

Pemerintah dituntut untuk berbenah diri, mendinamisasikan dirinya

menjadi sebuah Pemerintahan yang efisien, disemangati oleh jiwa

kewiraswastaan yang apabila mengikuti pendapat Wahab (1998), ” jika

ditarik sebuah benang merah maka pemberdayaan aparatur dapat

dikatakan sebagai konsekuensi logis dalam pelaksanaan otonomi Daerah

”.

Untuk mewujudkan aparatur Pemerintah abad ke- 21 yang mampu

mengatasi era globalisasi dan perubahan, maka secara berencana dan

bertahap disusun strategi untuk menciptakan aparatur Pemerintah

Daerah yang profesional, efektif, efisien dan modern dalam

melaksanakan peran sebagai agen pembaharuan, pelayanan dan

pemberdayaan masyarakat, sebagai berikut :

1. Dengan mengingat semakin besarnya peran aktif Pemerintah dan

kecendrungan Pemerintah sebagai agen pembaharuan, pelayanan

dan pemberdayaan masyarakat, maka perlu adanya kebijakan

debirokratisasi, deregulasi dan desentralisasi.

12
2. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat harus terus

ditingkatkan dengan cara optimalisasi standar pelayanan dengan

prinsip cepat, tepat, murah, memuaskan, transparan dan non

diskriminatif dengan menerapkan akuntabilitas dan pertimbangan

efisiensi.

3. Selaras dengan perubahan peran aparatur Pemerintah Daerah,

penyederhanaan organisasi Pemerintah Daerah secara bertahap

harus tetap konsiten dilaksanakan.

13
BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Permasalahan dan Tantangan Pemerintah Dalam

Memberdayakan Masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ulu

Selatan

Bangsa Indonesia selalu dihadapkan dengan masalah bagaimana

membangun Pemerintahan yang baik dan bersih (good government and

clean goverment). Aparatur Pemerintah yang diharapkan mampu

menjadi motivator dan sekaligus menjadi katalisator dari bergulirnya

pembangunan yang mampu menjalankan perannya sebagai aparatur

modern, tidak hanya mengedepankan kemampuan menjalankan tugas

dan fungsi organisasi saja tetapi juga mampu merespon aspirasi publik

ke dalam kegiatan dan program organisasi serta mampu melahirkan

inovasi baru yang bertujuan untuk mempermudah kinerja organisasi

sebagai bagian dari wujud aparatur yang profesional.

Dalam perspektif administratif publik Negara Indonesia dikenal

berbagai macam patologi yang membuat Birokrat atau aparatur

Pemerintah tidak Profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi masalah dan tantangan

14
Pemerintah dalam memberdayakan aparatur di Kabupaten Ogan

Komering Ulu Selatan adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya motivasi untuk melakukan perubahan dan inovasi

Hal ini terjadi disebabkan oleh gaya manajerial dan leadership

yang bersifat feodalistik dan paternalistik yang tidak kondusif bagi

terciptanya aparatur Pemerintah yang responsive dan inovatif

sehingga Pemerintah tingkat menengah dan bawah tidak berani

mengambil untuk melakukan dan mengambil langkah-langkah

baru dalam upaya peningkatan pelayanan publik. Tidak

mengherankan jika kemampuan organisasi dan jajarannya

menjadi rendah. Dalam pandangan manajemen puncak ” pro

status quo ” seperti itu segala perubahan yang terjadi dalam ilmu

pengetahuan, teknologi komputer, teknologi informasi dianggap

sebagai sebuah ancaman bagi kelangsungan karier dan

jabatannya.

2. Ketidakmampuan berkembang dan mengembangkan diri

Baik buruknya pelayanan publik bergantung pada kemampuan dan

profesionalisme dari aparatur Pemerintah itu sendiri.

Hal lain yang menjadi penyebab mendasar adalah di mana proses

recruitment pegawai baru seringkali mengabaikan aspek

kebutuhan organisasi. Hal ini dapat menyebabkan Pemerintah

15
seringkali kewalahan dalam mengantisipasi setiap perubahan dan

aspirasi baru dan dampaknya terjadi pada penurunan mutu kerja

organisasi dan mutu pelayanan publik.

3. Tidak peka dan kinerja yang berbelit-belit

Aparatur Pemerintah dituntut lebih peka terhadap perubahan dan

mencari pendekatan baru bagi pengembangan pelayanan kepada

publik serta meninggalkan pelayanan yang terlalu prosedural dan

birokratis. Hal seperti ini seringkali dijadikan alasan untuk

mensyahkan setip tindakan, pekerjaan yang sebetulnya dapat

dilaksanakan dengan mudah acapkali dibuat menjadi lama dan

memerlukan biaya yang cukup besar, seperti halnya dalam

pembuatan KTP bisa menjadi contoh bawah aparatur tingkat

bawah telah terkontaminasi oleh prilaku negatif.

Permasalahan tersebut diatas menjadi tantangan Pemerintah

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dalam rangka menciptakan

sistem Pemerintahan yang baik dan bersih (good goverment dan

clean goverment). Pemerintah yang baik dan bersih harus

didukung oleh sistem manajemen aparatur Pemerintah yang

berjiwa Demokratis, memiliki profesionalisme yang tinggi,

bermoral baik, bertanggung jawab serta mampu menjadi unsur

penjaga kesatuan dan persatuan bangsa. Dan yang tak kalah

16
pentingnya adalah mampu memberikan pelayanan yang sebaik-

baiknya kepada masyarakat.

III.2 Aplikasi Pembangunan Dalam Memberdayakan Masyarakat

di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan

Dengan melandaskan pemikiran terhadap permasalahan yang

dihadapi oleh aparatur birokasi di Kabupaten Ogan Komering Ulu

Selatan, maka sebagai upaya untuk memperbaiki berbagai kelemahan

dan mengantisipasi perubahan lingkungan global maka diperlukan

sebuah pemikiran untuk membangun aparatur Pemerintah yang handal,

profesionalisme dan menjunjung tinggi nilai kejujuran serta etika profesi

dalam dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara

kegiatan pembangunan dan penyelenggaraan publik.

Mengingat urgensitas peran aparatur dalam menyelenggarakan

peran dan fungsinya, perlu kiranya dicari dan dirumuskan suatu

pendekatan strategis untuk membangun wajah baru aparatur

profesional yang handal, tanggap,inofatif, fleksibeldan tidak terlalu

prosedural (kaku) dalam memberikan pelayanan publik dan dalam

menyelenggarakan pembangunan.

Upaya untuk mencari paradigma baru dalam menngkatkan

profesionalisme aparatur yang berkaitan dengan pencapaian tujuan

17
organsasi bukanlah pekerjaan mudah, sehingga kemampuan aparatur

untuk beradaptasi dengan fenomena yang terjadi merupakan jawaban

bagi permasalahan tersebut. Pentingnya kemampuan aparatur untuk

beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi sebagai tolak ukur dalam

melihat profesionalisme aparatur Pemerintah.

Profesonalisme dalam pandangan Korten dan Alfonso (1981)

diukur melalui kahlian yang dimiliki oleh seseorang yang sesuai dengan

kebutuhan tugas yang dibebankan organisasi kepada seseorang. Alasan

pentingnya kecocokan antara disiplin ilmu atau keahlian yang dimiliki

seseorang karena jika keahlian yang dimiliki tidak sesuai dengan tugas

yang dibebankan maka akan berdampak pada inefektifitas organisasi.

Sedangkan dalam pandangan Tjokrowinoto (1996 ;160) Birokrasi dapat

dikatakan profesionalisme atau tidak diukur melalui kompetensi sebagai

berikut :

1. Profesionalisme wirausaha (enterepreneurial - profesionalisme)

Kemampuan untuk melihat peluang-peluang yang ada bagi

peningkatan pertumbuhan ekonomi Nasional

2. Profesionalisme yang mengacu kepada misi organisasi (mission -

driven – profesionalisme)

18
Kemampuan untuk mengambil keputusan dan langkah-langkah

yang perlu dan mengacu kepada misi yang ingin dicapai dan tidak

semata-mata mengacu pada Peraturan yang berlaku

3. Profesionalisme Pemberdayaan (empowering – profesionalisme)

Dalam konsep ini aparatur Pemerintah berperan sebagai fasilitator

atau meningkatkan kemampuan masyarakat untuk tumbuh dan

berkembang dengan kekuatan sendiri (enabler). Namun demikian

faktor – faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi

profesionalisme pembangunan dalam memberdayakan Pemerintah

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dapat diidentifikasikan

sebagai berikut :

1. Visi – Misi organisasi

2. Struktur organisasi

3. Kepemimpinan

4. Penghargaan

Kecenderungan yang terjadi dalam dunia Birokrasi Indonesia

tanpa terkecuali aparatur Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu

Selatan adalah loyalitas kepada aturan dalam menjalankan tugas dan

fungsinya.

Kualitas dan profesionalisme aparatur dapat diukur dari prestasi

dan inovasi yang dihasilkan baik secara individu maupun secara

19
kelompok. Inovasi dianggap sebagai sebuah momok yang menakutkan

dan jika tidak ingin dicap sebagai aparatur yang tidak loyal.

Mereka taku melakukan perubahan dan cenderung menikmati

keadaan yang sekarang dan mereka takut apa yang telah serta yang

sedang mereka nikmati sekarang hilang dan menjauh dari diri mereka.

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa inovasi masih

merupakan sebuah ”uthopia” bahkan menjadi momok yang menakutkan

jika tidak ingin dicap sebagai pejabat yang tidak loyal dan taat kepada

atasan serta aturan – aturan yang telah ditetapkan sesuai dengan tugas

dan fungsinya, sehingga melahirkan istilah ” hidup segan mati tak mau ”

dimana pada prinsipnya jajaran Birokrasi / aparatur ingin melakukan

yang terbaik bagi peningkatan pelayanan, akan tetapi masih tersandung

oleh adanya Peraturan yang telah ditetapkan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Selain itu Pemerintah dalam memberdayakan Masyarakat

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan masih dihadapkan pada dilema

ketidakmampuan aparatur untuk berkembang, menjalankan, mengesuai

dan mengembangkan diri pada tugas dan fungsinya sebagai Pegawai

Negeri.

Sudah seharusnya, jika Pemerintah dalam memberdayakan

aparatur lebih ditujukan kepada bagaimana cara menciptakan

20
profesionalisme dan kemudahan dalam hal pelayanan publik. Hal ini

sudah dibenahi oleh Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan

dengan menerapkan adanya SPM (Standar Pelayanan Minimal).

21
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

IV. 1 KESIMPULAN

Dari uraian dan pembahasan pada bab-bab terdahulu, maka dapat

disimpulkan bahwa pembangunan dalam memberdayakan aparatur

masyarakat yang berkualitas dan profesional bertujuan untuk

meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat. Sebab salah satu

tugas pokok Pemerintah yang terpenting adalah memberikan pelayanan

yang terbaik kepada masyarakat. Dalam kenyataannya bellum semua

aparatur Pemerintah menyadari arti pentingnya pelayanan itu.

Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan sebagai

organisasi yang tugasnya memberikan pelayanan kepada masyarakat,

melakukukan pembenahan terhadap kinerja aparatur agar lebih

berkualitas dan profesionalisme. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi

tuntutan dan persepsi yang semakin kritis dan majemuk dari

masyarakat.

22
IV. 2 SARAN

Berdasarkan Kesimpulan dari hasil Penulisan yang telah

dikemukakan diatas, maka penulis memberikan saran dalam upaya

meningkatkan profesionalisme jajaran aparatur pemerintah di

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan khususnya dalam hal kepekaan

dan inovasi, terdapat beberapa hal yang harus mendapat perhatian

serius dari Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, sebagai

berikut :

1. Pentingnya kemandirian (otonomi) bagi unit-unit kerja dalam

mencapai tujuan yang ingin dicapai dan dirumuskan oleh

Pemerintah Daerah dan Wakil rakyat.

2. Menetapkan dan menentukan standar mutu pelayanan yang

aspiratif, responsive dan fleksibel serta bentuk – bentuk

pelanggaran atas standar mutu harus dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat.

3. Perlunya memberikan Pelatihan bagi aparatur Pemerintah teutama

bagi mereka yang berhubungan langsung dengan masyarakat

dalam hal pelayanan, sehingga terciptanya pelayanan yang prima

bagi masyarakat.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999

Tentang Pokok – Pokok Kepegawaian

2. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004

tentang pemerintahan Daerah 30 prosiding konferensi Nasional

Teknologi Informasi dan Komunikasi STB 3-4 2005

3. Ginanjar Kartasasmita, Visi pembangunan

24

Anda mungkin juga menyukai