"Hambatan terkait itu sudah diperhitungkan dengan konstruktif agar ditemukan solusi yang
paling baik. Untuk hambatan nontarif, misalkan kita harus meningkatkan produk kita ke
Jepang sesuai persyaratan," kata Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam jumpa pers
bersama PM Jepang Shinzo Abe di Istana Negara, Jakarta, Senin.
Presiden Yudhoyono menjelaskan, berbagai langkah dan cara akan ditempuh agar produk
ekspor Indonesia tidak kena hambatan nontarif di Jepang seperti dengan meningkatkan
kapasitas mutu dan standar produk Indonesia disesuaikan dengan standar di Jepang.
Sedangkan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan dalam EPA sudah termuat
kesepakatan bahwa Pemerintah Jepang akan memberikan pelatihan-pelatihan serta
teknologi agar produk Indonesia terutama buah-buahan bisa masuk ke Jepang.
"Mereka janji akan membantu kita agar buah-buahan kita bebas dari `fruit fly` termasuk
memberikan bantuan alat serta pelatihan-pelatihan," katanya.
Dijelaskannya, selain bantuan teknis, Jepang juga akan memberi bantuan dana yang
dikaitkan dengan program ODA (Official Development Asistance) untuk membantu
Indonesia menembus hambatan nontarif di Jepang.
"Jumlahnya baru akan dihitung secara lebih detil sebelum implementasi EPA, yang
diperkirakan dimulai awal tahun depan setelah mendapat ratifikasi oleh kedua negara,"
katanya.
EPA Jepang-Indonesia, antara lain berisi tentang liberalisasi perdagangan dan investasi,
fasilitasi perdagangan dan investasi serta pengembangan kapasitas untuk meningkatkan
daya saing industri Indonesia.
Pada bagian liberalisasi perdagangan, 80 persen dari seluruh pos tarif Jepang menjadi nol
persen bagi produk ekspor Indonesia setelah EPA berlaku pada 2008. Sementara 58 persen
pos tarif Indonesia turun menjadi nol persen bagi Jepang saat EPA berlaku.
Jepang merupakan tujuan ekspor utama Indonesia dengan nilai ekspor Indonesia ke Jepang
pada 2006 sebesar 21,7 miliar dolar AS, sementara nilai ekspor Jepang ke Indonesia pada
tahun yang sama 5,5 miliar dolar.
Produk unggulan RI di pasar Jepang pada 2006 antara lain pertanian, perikanan dan
perkebunan senilai 919 juta dolar AS, alas kaki 118 juta dolar AS, kayu dan produk
olahannya 1,17 miliar dolar AS, karet 971 dolar AS, plastik 380 juta dolar AS, nikel dan
produknya 1,30 miliar dolar AS, alumunium dan produknya 449 juta dolar AS dan furnitur
5,5 miliar dolar AS.
Sedangkan lima investasi utama Jepang di RI pada 1998-2006 adalah mesin listrik dan
elektronik senilai 2,83 miliar dolar AS, kendaraan dan peralatan transportasi 1,64 miliar
dolar AS, industri mineral dan nonmetalik 862 juta dolar AS, kimia dan obat-obatan 780
juta dolar AS serta perdagangan dan reparasi 661 juta dolar AS.(*)