A. Pengertian
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau dalam Bahasa
Indonesia ADHD berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif yaitu
gangguan pemusatan pikiran dalam bentuk yang jernih dan gambling,
ketidakmampuan mengabaikan objek-objek lain agar seseorang sanggup menangani
objek tertentu secara efektif. (DSM-III-R, 1987).(Townsend, Mary C. 1998)
Gangguan hiperkinetik atau biasa disebut dengan hiperaktif adalah suatu
gangguan yang terjadi pada anak dan dapat timbul pada masa perkembangan dini
(sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama ketidakmampuan memusatkan perhatian
dan impulsive. (Prabowo, 2014)
Sebelumnya pernah ada istilah ADD (Attention Deficit Disorder) yang berarti
gangguan pemusatan perhatian. Pada saat ditambahkah hyper-activity/hiper-aktif
penulisan istilahnya manjadi beragam. Ada yang ditulis ADHD,AD-HD, ada pula
yang menulis ADD/H. Penulisan istilah itu, maksudnya adalah sama. Definisi ADHD
secara umum yaitu menjelaskan kodisi anak-anak yang memperlihatkan sintom-
sintom (cirri atau gejala) kurang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsif yang dapat
menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka.
B. Ciri-Ciri Utama ADHD
1. Rentan perhatian yang kurang dengan gejala-gejala:
a. Gerakan yang kacau
b. Cepat lupa
c. Mudah bingung
d. Kesulitan dalam mencurahkan perhatian terhadap tugas-tugas atau kegiatan
bermain
2. Impulsivitas yang berlebihan dengan gejala-gejala:
a. Emosi gelisah
b. Mengalami kesulitan bermain dengan tenang
c. Mengganggu anak lain
d. Selalu bergerak
3. Adanya hiperaktivitas.
4. Beberapa masalah perilaku yang muncul di sekolah:
a. Aktivitas motorik yang berlebihan
b. Menjawab tanpa ditanya
c. Menghindari tugas
d. Kurang perhatian
e. Tidak menyelesaikan tugas secara tuntas
f. Bingung terhadap arahan
g. Disorganisasi aktivitasTulisan yang jelek
h. Masalah-masalah sosial
C. Faktor Penyebab ADHD
ADHD tidak dapat diidentifikasi secara fisik dengan laboratorium. ADHD
hanya dapat dilihat dari perilaku yang sangat kentara pada diri anak ADHD. Karena
ADHD adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan beberapa pola perilaku
yang sulit dibedakan di antara anak-anak yang kelak suatu hari ditemukan perbedaan
beserta penyebabnya.
Perasaan frustrasi dan perasaan tidak berdaya dapat menyerang secara bertubi-
tubi pada diri anak ADHD. Sebagaimana David berkata,”Aku tidak punya teman.
Oleh karena itu, aku tidak dapat bermain seperti mereka dan jika mereka
memanggilku ‘Dope Freak’ atau ‘David Dopey’ aku menangis. Aku tidak tahu harus
melakukan apa”. (D.M. Ross dan Ross, 1982)
Sebuah laporan yang ditulis pada 1987 dalam Kongres Amerika Serikat yang
disiapkan oleh Inter-Agency Committee of Learning Disabilities menerangkan, bahwa
sebab-sebab ADHD ada kaitannya dengan gangguan fungsi neurologis khususnya
gangguan di dalam biokimia otak yang mencakup aspek neurologis dari
neurotransmitter. Namun para peneliti kurang mengerti dengan jelas mekanisme
khusus mengenai bahan kimia neurotransmitter ini. Ternyata, neurotransmitter dapat
mempengaruhi perhatian, pengendalian impuls, dan tingkat aktivitas anak.
Penyebab ADHD telah banyak diteliti dan dipelajari, tetapi belum ada satu
pun penyebab pasti yang tampak berlaku untuk semua gangguan yang ada. Berbagai
virus, zat-zat kimia yang berbahaya dijumpai di lingkungan sekitar, baik di rumah
maupun di luar rumah dalam bentuk limbah pabrik, faktor genetika dari salah satu
orang tua atau genetik kedua orang tua, masalah selama kehamilan ibu, dan pada saat
kelahiran, atau apa saja yang dapat menimbulkan kerusakan perkembangan otak
berperan penting sebagai penyebab ADHD.
1. Faktor genetika
Beberapa bukti penelitian menyatakan, bahwa factor genetika adalah factor
pentingdalam memunculkan perilaku ADHD (Kuntsi dan Stevenson, 2000;
Tannock, 1998).
1) ADHD terjadi dalam keluarga
Satu per tiga dari anggota keluarga anak ADHD memiliki gangguan (Farone,dkk. 2000;
Smalley, dkk. 2000). Jadi, jika orang tua mengidap ADHD, anak-anak memiliki resiko
ADHD sebesar 60% (Biederman, dkk. 1995).
Angka ADHD mendekati tiga kali lebih banyak terjadi pada keturunan langsung dari pada
keturunan adopsi (Sprich, Biederan, Crawford, Munday, dan France, 2000).
Pada anak kembar, jika salah satu anak, yaitu 70-80% mengidap ADHD maka saudaranya
juga mengidap ADHD (Levy dan Hay, 2001; Thapar, 2003).
Secara umum, berdasarkan beberapa penemuan dari sisi keluarga, adopsi, anak kembar, dan
gen-gen tertentu, bahwa ADHD adalah penyakit keturunan, meskipun mekanismenya yang
lebih tepat belum diketahui (Levydan Hay, 2001)
b. Faktor neurobiologist
ADHD sangat sulit dipahami, namun begitu diduga ada factor langsung maupun tidak
langsung dari keadaan neurobiologist (Barkley, 2003; Faraone dan Biederman, 1998). Factor
tidak langsung adalah bukti yang tidak mengikutsertakan factor langsung dari otak atau
fungsinya dan berasal dari keterkaitan antara peristiwa atau kondisi yang berhubungan
dengan status neurologis atau simtom-simtom ADHD, di antaranya adalah:
Perbedaan dalam tingkat aliran darah yang menuju bagian otak prefrontal dan jalur-jalur yang
menghubungkan daerah ini dengan system limbic, memperlihatkan aliran darah yang lemah
pada bagian-bagian ini (Hendren, De Becker, dan Pandina, 2000). Adapun perbedaan yang
lain yaitu ketidaknormalan otak dan penemuan-penemuan neurofisiologis dan neurochemical.
Pemburu vs Teori petani adalah hipotesis yang diajukan oleh penulis Thom Hartmann tentang
asal-usul ADHD. Teori ini mengusulkan hiperaktif yang mungkin merupakan perilaku
adaptif pada manusia pra-modern dan bahwa mereka dengan ADHD mempertahankan
beberapa karakteristik yang lebih tua “pemburu” yang berhubungan dengan masyarakat
manusia purba pra-pertanian. Menurut teori ini, individu dengan ADHD mungkin lebih mahir
mencari dan mencari dan kurang mahir tinggal menempatkan dan mengelola tugas-tugas
kompleks dari waktu ke waktu. Bukti lebih lanjut menunjukkan hiperaktif mungkin evolusi
bermanfaat adalah mengajukan pada tahun 2006 dalam sebuah studi yang menemukan
mungkin membawa manfaat spesifik untuk bentuk tertentu dari masyarakat kuno. Dalam
masyarakat, orang dengan ADHD yang diduga telah lebih mahir dalam tugas yang
melibatkan risiko atau persaingan
Twin studi sampai saat ini telah menyarankan bahwa sekitar 9% sampai 20% dari varians
dalam perilaku hiperaktif-impulsif-leha atau gejala ADHD dapat dikaitkan dengan nonshared
lingkungan (nongenetic) faktor. Lingkungan faktor terlibat termasuk alkohol dan paparan
asap tembakau selama kehamilan dan paparan lingkungan untuk memimpin dalam kehidupan
yang sangat awal. Hubungan merokok dengan ADHD bisa disebabkan oleh nikotin
menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen) untuk janin dalam rahim. Bisa juga bahwa
wanita dengan ADHD lebih mungkin untuk merokok dan oleh karena itu, karena komponen
genetik yang kuat ADHD, lebih cenderung memiliki anak-anak dengan ADHD. Komplikasi
selama kehamilan dan kelahiran-termasuk. prematur lahir mungkin juga memainkan peran.
ADHD pasien telah diamati memiliki lebih tinggi daripada tingkat rata-rata cedera kepala.
Namun, bukti saat ini tidak menunjukkan bahwa cedera kepala adalah penyebab ADHD pada
pasien yang diamati. Infeksi selama kehamilan, saat lahir, dan pada anak usia dini terkait
dengan peningkatan risiko mengembangkan ADHD. Ini termasuk berbagai virus (campak,
varicella, rubella, Enterovirus) dan infeksi bakteri streptokokus.
Sebuah studi 2007 menghubungkan klorpirifos insektisida organofosfat, yang digunakan pada
beberapa buah-buahan dan sayuran, dengan keterlambatan dalam belajar tarif, dikurangi
koordinasi fisik, dan masalah perilaku pada anak, terutama ADHD.
Sebuah studi 2010 menemukan bahwa paparan pestisida sangat terkait dengan peningkatan
risiko ADHD pada anak-anak. Peneliti menganalisis tingkat residu organofosfat di urin lebih
dari 1.100 anak usia 8 sampai 15 tahun, dan menemukan bahwa mereka dengan tingkat
tertinggi dialkyl fosfat, yang merupakan hasil pecahan dari pestisida organofosfat, juga
memiliki insiden tertinggi ADHD . Secara keseluruhan, mereka menemukan kenaikan 35%
pada kemungkinan mengembangkan ADHD dengan setiap kenaikan 10-kali lipat konsentrasi
urin residu pestisida. Efeknya terlihat bahkan pada akhir rendah paparan: anak-anak yang
punya tingkat, terdeteksi di atas rata-rata dari metabolit pestisida dalam air seni mereka dua
kali lebih mungkin seperti yang dilakukan dengan tingkat tidak terdeteksi untuk merekam
gejala ADHD.
Zat timah dalam tingkat rendah yang ditemukan pada debu, minyak, dan cat di daerah-daerah
yang terdapat gasoline dan cat bertimah yang sekali pakai langsung dibuang dapat dikaitkan
dengan simtom-simtom ADHD diruang kelas (Fergusson, Horwood, dan Lynskey, 1993).
Namun sebagian besar anak ADHD adalah lemah (Kahn, Kelly, dan Walker, 1995).
Kesimpulannya meskipun diet, elergi, dan zat timah telah mendapat perhatian sebagai
penyebab ADHD, tetapi jika disebutkan sebagai penyebab utama ADHD belumlah terbukti.
Penatalaksanaan
Rencana pengobatan bagi anak dengan gangguan ini terdiri atas penggunaan
psikostimulan, modifikasi perilaku orang tua, dan konseling keluarga. Orangtua mungkin
mengungkapkan kekhawatirannya tentang penggunaan obat. Resiko dan keuntungan dari obat
harus dijelaskan pada orang tua., termasuk pencegah3ean skolastik dan gangguan sosial yang
terus menerus karena penggunaan obat-obat psikostimulan. Rating scale conners dapat
digunakan sebagai dasar pengobatan dan untuk memantau efektifitas dari pengobatan.
e. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk mengikuti garis
tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau tangan) ?
f. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap suara atau bel) ?
g. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai menatap
muka untuk mengenali seseorang ?
a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala saat tengkurap,
mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk
dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat
kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan
tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan) ?
b. Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu objek, mengikuti
objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan dalam mulut,
memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan
kedua tangan, menagan benda di tangan walaupun hanya sebentar)?
c. Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara dan tersenyum, dapat
berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa dan
berteriak, mengoceh spontan atau berekasi dengan mengoceh) ?
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup pada alas dan
sudah mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan
pada bulan keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri , sudah mulai
mampu duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit dengan kepala
tegak, menumpu beban pada kaki dan dada terangkat dan menumpu pada lengan, berayun ke
depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke tengkurap dan dapat dudu dengan
bantuan selama waktu singkat) ?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah mulai mengamati benda,
mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda yangs
edang dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda
di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan,
memindahkan obajek dari satu tangan ke tangan yang lain) ?
d. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa jika ada orang
asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan
memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?
3. Bayi Umur 8-12 bulan
a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa pegangan, berdiri
dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri) ?
b. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih benda kecil, bila
diberi kubus mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu memegang
dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus
ketempatnya)?
c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai mengatakan papa mama yang
belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2
kata)?
3. Masa Toddler
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah dan berjalan
tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil,
menendang bolan dan mulai melompat)?
a. Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara mandiri ?
b. Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan bentuk dan
fungsi tubuh yang dialami ?
e. Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah (misalnya
membersihkan rumah,memasak) ?
Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt Hiperactivity
Disorder (ADHD) antara lain :
a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi
atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah
atau day care.
b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama, seperti
sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang
membahayakan di rumah.
c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku
anak.
d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak atau
mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak berhasil.
a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-goyang saat
mencoba melakukannya.
b. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain dengan sedikit
tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu
percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal
memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.
d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang lain. Anak
dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya
a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper tantrum.
c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit
kontrol terhadap perilaku tersebut.
d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji anak
berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan
a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi seperti
halusinasi.
c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada
bentuk gangguan yang lebih ringan.
d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak tahu,
karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti
memikirkan sesuati.
e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu
menyelesaikan tugas
b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti berlari
ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
c. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan
dengan anak seusianya.
e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali bahwa
perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di sekolah",
tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri.
7. Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara umum harga diri
anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak teman, dan
mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil
sana merasa diri mereka buruk.
c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang yang
buruk dan bodoh
a. Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademik maupun sosial.
b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan perselisihan
dengan saudara kandung dan orang tua.
c. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku
buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi.
d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang terbatas
pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua
atau merusak barang-barang miliki keluarga.
e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.
f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau babysister
mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang meningkatkan
penolakan anak.
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu
untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan
untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan
perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.
(http://kadeksantya.blogspot.com/2012/05/contoh-askep-anak-hiperaktif.html)
2. diagnosa keperawatan
1) Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses pikir.
2) Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan mendeteksi bahaya.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
4) Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /koping idividu
tidak efektif.
5) Ketidakefektifankoping individu berhubungan dengankelainan fungsi darisystem keluarga
dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan penelantaran anak.
(Nurhayati, 2015)
3. intervensi
1. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan agresi.
Intervensi:
1. Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari-hari dan
interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan
R/ Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan bunuh diri, " atau "Tak lama ibu saya
tidak perlu lagi menyusahkan diri karena saxa" atau perilaku-perilaku non verbal seperti
memnbagi-bagikan barang-barang yang disenangi, alam perasaan berubah. Kebanyakan anak
yang mencoba untuk bunuh diri telah menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau
nonverbal.
3. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang menyatakan persetujuannya untuk
tidak mencelakaka diri sendiri dan menyetujui untuk mencari staf pada keadaan dimana
pemikiran kearah tersebut timbul
R/ Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan seseorang yang dipercaya
memberikan suatu derajat perasaan lega pada anak. Suatu perjanjian membuat permasalahan
menjadi terbuka dan menempatkan beberapa tanggung jawab bagi keselamatan dengan anak.
Suatu sikap menerima anak sebagai seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan.
4. Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk menerima perasaan-perasaan
tersebut sebagai miliknya sendiri. Apakah anak telah menyimpan suatu : buku catatan
kemarahan" dimana catatan yang dialami dalam 24 jam disimpan.
R/ Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan, respon perilaku dan persepsia nak
terhadap situasi juga harus dicatat. Diskusikan asupan data dengan anak, anjurkan juga
respons-respons perilaku alternatif yang diidentifikasi sebagai maladaptif.
6. Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan pesanaan dokter atau dapatkan pesanaan jika
diperlukan. Pantau kefektifan obat-obatan dan efek –sfek samping yang merugikan
Intervensi :
2. Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan dengan rasa takut dan
ansietas-ansietas tertentu
R/ Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola tidur anak sehingfga perlu
diidentifikasi penyebabnya
4. Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein dihilangkan dari diet anak
5. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok punggung, latihan gerak
relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan mandi air hangat)
6. Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal ini
R/ Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus rutin dari istirahat dan
aktivitas
7. Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam hari dan dalam
keadaan ketakutan
Dx4: Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /koping idividu
tidak efektif.
Tujuan :Anak memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang,
ditandai dengan
KH:
1. Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri
2. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa takut yang
ektrim terhadap kegagalan.
Intervensi:
1. Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapat adalah realistis
R/ Hal ini penting bagi pasien untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-
aktivitas di mana kemungkinan untuk sukse adalah mungkin dan kesuksesan ini dapat
meningkatkan harga diri anak
R/ Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadap anak sebagai makhluk hidup yang
berguna dapat meningkatkan harga diri
3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada aktivitas-aktivitas
kelompok
R/ Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia berharga bagi
waktu anda
R/ Aspek positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan rencana-rencana untuk merubah
karakteristik yang dilihatnya sebagai hal yang negatif.
5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme sikap defensif
R/ Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi amsalah dan pengembangan dari
perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif. Penguatan positif membantu meningkatkan
harga diri dan meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh pasien.
6. Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam menghadapi rasa takut terhadap
kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru dan
berikan pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dengan penguatan positif bagi usaha-
usaha yang dilakukan
7. Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku yang mendekati pencapaian
tugas
R/ Pendekatan ini yang disebut shaping adalah prosedur perilaku ketika pendekatan yang
beturut-turut akan perilaku yang diinginkan, dikuatkan secara positid. Hal ini memungkinkan
untuk memberikan penghargaan kepada klien saat ia menunjukkan harapan yang sebenarnya
secara bertahap.
(http://blogger-ardi30.blogspot.com/2013/04/askep-anak-dengan-attention-
deficyt.html)
(http://blogger-ardi30.blogspot.com/2013/04/askep-anak-dengan-attention-
deficyt.html)
5. implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri
dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan tindakan rujukan /
ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan.
6. evaluasi
1. Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan mendeteksi bahaya
dapat teratasi dengan criteria hasil :
a. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan
agresi.
b. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif dapat teratasi dengan
criteria hasil :
a. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur
b. Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti oleh perawat
c. Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7 jam tanpa
terbangun
3. Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /koping idividu
tidak efektif dapat teratasi dengan criteria hasil:
a. Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri
b. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa takut yang
ektrim terhadap kegagalan.
3. Perlakuan dan Penanggulangan
a. Perlakuan pokok
1) Terapi medis: Mengendalikan simtom-simtom ADHD
2) Pelatihan manajemen orang tua: mengendalikan perilaku anak yang merusak di
rumah, mengurangi konflik antara anak dan orang tua, serta meningkatkan pro-sosial
dan perilaku regulasi diri
3) Intervensi pendidikan: mengendalikan perilaku yang merusak di kelas, meningkatkan
kemampuan akademis, serta mengajarkan perilaku pro-sosial dan regulasi diri
b. Perlakuan intensif
Program-program bulanan: melakukan penyesuaian di rumah dan keberhasilan ke depan di
sekolah dengan mengomindasikan perlakuan tambahan dan pokok dalam program yang
intensi
c.Perlakuan tambahan
1) Konseling keluarga: coping terhadap stress keluarga dan individu yang berkaitan
dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan suami istri
2) Kelompok pendukung: menghubungkan orang tua dengan orang tua anak ADHD
lainnya, berbagi informasi dan pengalaman mengenai permasalahan umum dan
member dukungan moral
3) Konseling individu: memberi dukungan di mana anak dapat membahas permasalahan
dan curahan hati pribadinya
e. Dari sekolah
1) Tempatkan siswa di dekat guru, masukkan mereka sabagai bagian dari kelas biasa.
2) Tempatkan siswa di depan dengan membelakangi kelas agar siswa-siswa lainnya
tidak tampak.
3) Kelilingi siswa ADHD dengan model peran yang baik.
4) Hindari rangsangan yang mengalihkan perhatian.
5) Anak ADHD tidak menghadapi perubahan dengan baik. Jadi, hindari peralihan,
perubahan jadwal, relokasi fisik (meja atau kursi yang dipindah sembarangan), atau
gangguan teman.
6) Kreatif dan tenang
7) Memberikan petunjuk yang jelas
8) Sederhanakan petunjuk-petunjuk yang kompleks
9) Pastikan bahwa siswa ADHD memahami apa yang mereka lakukan sebelum mereka
memulai tugas
10) Membantu anak ADHD agar merasa nyaman dengan meminta bantuan
11) Anak ADHD membutuhkan lebih banyak bantuan untuk waktu yang lebih
lamadibandingkan anak rata-rata. Setelah itu, secara bertahap kurangi bantuan.
12) Buatkan buku catatan tugas sehari-hari
13) Memberikan tugas satu per satu