Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LAUT

ANALISIS KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA SEDIMEN DI


PERAIRAN NAGALAWAN

OLEH:

MARDIONO RAJAGUKGUK
1504115773

LABORATORIUM KIMIA LAUT


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat

rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan hasil praktikum

Pencemaran laut ini yang berjudul “Analisis Kandungan Bahan Organik Pada

Sedimen di Perairan Nagalawan”. Adapun tujuan saya menulis laporan ini yang

utama adalah untuk memenuhi tugas.

Saya menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan

saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan

laporan saya untuk kedepannya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua

terutama bagi mahasiswa/mahasiswi yang mengikuti mata kuliah pencemaran laut

ini.

Pekanbaru, 22 Desember 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Tujuan Praktikum........................................................................ 2
1.3. Manfaat Praktikum...................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. BAHAN DAN METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat praktikum..................................................... 6
3.1. Alat dan Bahan praktikum .......................................................... 6
3.2. Metode Pratikum ......................................................................... 7
3.3. Prosedur Pratikum ....................................................................... 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan ........................................................................ 8
4.2. Pembahasan ................................................................................. 9
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan......................................................... ........................ 10
5.2. Saran ................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1.Foto dan Alat yang digunakan.................................................................


2.Foto di lapangan......................................................................................
3.Perhitungan Bahan Organik Total...........................................................
I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pencemaran laut adalah memasuknya atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan mannusia,

sehinga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak

dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya (PP No. 82 Tahun 2001).

Kesuburan suatu perairan suatu perairan hanya bisa ditentukan oleh

keberadaan gas serta zat-zat terlarut dalam suatu perairan yang dimana gas serta

bahan-bahan organik ini berasal run-off dari daratan, dari hasil proses fisika dan

kimia dari kehidupan suatu perairan. Misalnya oksigen yang merupakan faktor

penting bagi kehidupan di laut yang digunakan untuk keperluan respirasi yang

bersumber dari dari hasil proses fotosintesis, difusi dari udara, serta berasal dari

pengadukan pada dasar perairan yang menyebabkan percampuran massa air

sehingga mempengaruhi distribusi oksigen tersebut.

Adapun untuk mengetahui hal apa saja yang termasuk dalam karakter

kimiawi air laut itu maka ada beberapa hal yang mesti diperhatikan diantaranya

yaitu banyaknya bahan organik total (BOT).

Dengan pertimbangan bahwa banyak atau tidak nya bahan organik dalam

suatu perairan sangat terkait sekali dengan tingkat kesehatan atau kesuburan

perairan itu sendiri, oleh karena itu karena dipandang perlu maka lewat

kesempatan ini kami mencoba mengkaji sejauh mana bahan organik yang

terakumulasi atau seberapa besar subsidi dari bahan oraganik total yang ada di

perairan.
Untuk menindak lanjuti keberadaan bahan oraganik total yang ada di

perairan atas pengamatan visual kami juga berusaha melihat lebih jauh dari mana

sumber-sumber bahan organik total itusendiri.

Keberadaan gas-gas serta bahan-bahan organik ini sangat ditentukan oleh

kondisi fisik dan kimia suatu perairan, kepadatan populasi, tingkat kesuburan dan

sebagainya dan juga untuk dapat mengetahui tingkat kesuburan suatu perairan

secara langsung maka perlu dilakukan pengukuran BOT dan untuk itu praktek ini

perlu dilakukan.

1.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat

menganalisa bahan oragnik yang terdapat di sedimen suatu perairan.

1.3. Manfaat Praktikum

Manfaat dilakukannya praktikum ini adalah mahasiswa mengetahui cara

menganalisa bahan oraganik dan bisa menjadi acuan dasar sebagai penelitian.
II.TINJAUAN PUSTAKA

Bahan organik terlarut total atau Total Organik Matter (TOM)

menggambarkan kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri dari

bahan organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid. Bahan organik

merupakan bahan bersifat kompleks dan dinamis nberasal dari sisa tanaman dan

hewan yang terdapat di dalam tanah yang mengalami perombakan. Bahan ini

terus-menerus mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor fisika,

kimia dan biologi. Dekomposisi bahan organik di pengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain susunan residu, suhu, pH, dan ketersediaan zat hara dan oksigen

(Rakhman, 2009).

Kosentrasi tertinggi bahan organik terlarut terdapat pada permukaan

perairan dan terutama perairan dekat pantai (daerah dengan tingkat produktifitas

tertinggi, terdapat aliran sungai dan mendapat masukan dari atmosfer). Kosentrasi

bahan organik baik perairan dekat pantai dapat juga berubah secara cepat yang

dipengaruhi oleh ledakan alga, pemangsaan zooplankton, badai dan masukan air

tawar. Untuk bahan organik terlarut yang ideal untuk budidaya yaitu kisaran 20 –

30 mg/l (Rakhman, 2009).

Terdapat empat macam sumber penghasil bahan organik terlarut dalam air

laut, yaitu yang berasal dari (1) daratan; (2) proses pembusukan organisme yang

telah mati: (3) perubahan metabolik-metabolik ekstraseluler oleh algae, terutama

fitoplankton: dan (4) ekskresi zooplankton dan hewan-hewan lainnya

Selanjutnya dikatakan bahwa bahan organik total di perairan terdapat sebagai

plankton, partikel-partikel tersuspensi dari bahan organik yang mengalami


perombakan (detritus) dan bahan-bahan organik total yang berasal dari dari

daratan dan terbawa oleh aliran sungai (Rakhman, 2009).

Input allochthonous datang sebagai campuran dari POM dan DOM.

Sesuai dengan namanya POM hadir dalam bentuk partikel tersuspensi dan

termasuk didalamnya adalah fitoplankton dan bakteri, tetapi unsur utamanya

adalah apa yang kita sebut sebagai detritus yaitu sebuah kata yang mencakup

bermacam-macam substansi dan mikroorganisme yang biasanya berhubungan

dengan bahan organik mati. DOM adalah bahan organik terlarut yang sebagian

merupakan produk proses dekomposisi dari POM. Secara operasional DOM

didefinisikan sebagai bahan organik yang dapat melewati saringan yang

memiliki pori yang sangat kecil yaitu 0.5 mm atau kurang dari itu (Saunder,

2011).

Sebagian besar bahan buangan organik dapat diuraikan oleh organisme

mikro yang berada di sekitar perairan. Tetapi beberapa komponen organik seperti

lignin, selulosa dan batubara tidak dapat atau sulit diuraikan oleh

organisme. Komponen-komponen yang sulit terurai tersebut akan menutupi

daerah perairan dan memperdangkal perairan dan dapat juga mengakibatkan

turunnya konsentrasi oksigen terlarut dalam air (Wardoyo 2013).

Adapun klasifikasi pencemaran bahan organik dalam perairan menurut

Wardoyo (2013), sebagai berikut:

a. Polusi bahan organik kelas I (sedikit). Pada dasar perairan tidak terbentuk

endapan atau lapisan hitam dari Ferosulfida (FeS) warna substrat dasar coklat atau

terang (liat atau kerikil) O2 paling sedikit 8 ppm


b. Polusi bahan organik kelas II (sedang). Perairan berarus lambat, luas relatif

sempit. Pada lapisan perairan kadang-kadang terdapat lapisan kehitam-hitaman,

O2 terlarut hampir 6 ppm

c. Polusi organik kelas III (kritis). Substrat pada lapisan perairan yang dalam

berwarna hitam, kandungan oksigen rata-rata 4 ppm.

d. Polusi organik kelas IV (berat). Substrat lapisan perairan dasar dalam bentuk liat

atau lumpur, hampir semua berwarna hitam, kandungan oksigen 2 ppm.

e. Polusi organik kelas V (sangat berat). Semua dasar perairan yang berhubungan

dengan udara berwarna hitam legam, kandungan oksigen terlarut < 2 ppm dan

biasanya mengandung racun.

Konsentrasi tertinggi bahan organik terlarut terdapat pada permukaan

perairan dan terutama perairan dekat pantai (daerah dengan tingkat produktifitas

tertinggi, terdapat aliran sungai dan mendapat masukan dari atmosfer).

Konsentrasi bahan-bahan organik baik perairan dekat pantai maupun lepas pantai

dapat juga berubah secara cepat yang dipengaruhi oleh ledakan alga, pemangsaan

zooplankton, badai dam masukan air tawar (Astari, 2012).

Sumber utama oksigen dalam air laut adalah dari udara melalui proses

difusi dan dari hasil fotosintesis fitoplankton pada siang hari. Faktor-faktor yang

dapat menurunkan kadar oksigen dalam air laut yaitu kebaikan suhu air, respirasi,

adanya lapisan minyak pada permukaan laut dan masuknya limbah organik yang

mudah diurai kelingkungan laut. Diantara faktor tersebut faktor utama yang paling

sering menurunkan kadar oksigen dalam air laut adalah masuknya limbah organik

yang mudah terurai (Hutagalung, 2011).


Air didasar teluk atau samudra pasifik terkurung atau tak dapat keluar

akibatnya oksigen terlarut dalam air laut ini semakin cepat menipis semakin

dalam dan akhirnya pada kedalaman tertentu oksien yang terlarut akan habis dan

sebagai gantinya akan berganti menjadi H2S yang beracun (Nontji, 2010).

Pemusnahan bahan-bahan organik secara alamiah pada umumnya lebih

mudah dari pada bahan-bahan anorganik. Pemusnahan bahan-bahan organik tidak

dapat dipisahkan dengan ada atau tidaknya oksigen dalam air itu sendiri. Didalam

media dimana tersedia oksigen maka proses pembusukan secara alamiah

dilakukan terlebih dahulu dengan bantuan organisme pembusuk aerobik.

Sebaliknya pembusukan anaerobik baru dilakukan manakala oksigen tidak ada.

Antara pembusukan aerobik dengan pembusukan anaerobik susah dibedakan

tahapannya secara tegas karena kedua pembusukan ini saling mengisi tergantung

pada tersedianya oksigen, jenis organisme maupun bahan bahan organik yang ada

pada saat itu (Ryadi, 2014).

Produktifitas primer merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

banyak tidaknya BOT. Produktivitas primer terletak pada fitoplankton diatom

bentik dan kelekap. Dari semua itu tampaknya diatom bentik dan kelekap

memegang peranan penting tetapi dengan mempertimbangkan semua sumber itu

bersama-sama. Produktivitas primer alga biasanya dianggap sangat rendah,

estuaria adalah daerah yang mempunyai sejumlah besar organisme dan produksi

sekunder yang tinggi. Selain produktivitas primer, bahan organi juga dibawah

oleh sungai yang masuk kelaut (Nybakken, 2007).

Bahan organik laut berasal dari bahan organik terlarut dan organik bebas.

Bahan organik terlarut meliputi bahan organik transpersi dan koloid yang lulus
dari saringan 0,5 N sedangkan bahan organik bebas mempunyai diameter lebih

dari 0,5 mikrometer (Saunder, 2011).

Menurut KLH LON-LIPI (2007), perairan dengan kandungan BOT yang

lebih kecil dari pada 10 mg/L dikategorikan sebagai perairan yang bersih. Bahan

organik yang terkandung dalam suatu perairan berada dalam bentuk tersuspensi,

koloid, terlarut, maupun dalam bentuk partikulat. Di antara bentuk-bentuk

tersebut kandungan bahan organik dalam bentuk terlarut umumnya memiliki

kadar yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk-bentuk lainnya.

Bahan-bahan organik berbentuk zarah dalam lapisan-lapisan air

permukaan terutama terdiri dari detritus dan fitoplankton. Bahkan mintakat

eufotik pun fitoplankton jarang sekali melebihi 25 % dari seluruh zarah

tersuspensi (Ismail, 2006).


III.METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat

Adapun waktu pelaksanaan praktikum adalah 10 november untuk

pengambilan sampel di pantai Nagalawan, Sumatera Utara. Dan pengamatan di

laboratorium kimia laut pada hari rabu, tanggal 6 Desember 2017.

3.2. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah GPS, Ekman grab,

sendok, kantong plastik dan ice box. Alat untuk analisis sampel berupa timbangan

analitik, mortar, kertas saring, gelas ukur, tabung reaksi, oven, alat pemanas,

pengaduk,SCTD, alumunium foil. Dan bahan yang digunakan adalah Cu, Pb dan

Zn, asam nitrat, (HNO3) pekat, hydrochloric acid (HCLO4) dan air suling.

3.3. Metode Praktikum

Metode praktikum yang dilakukan adalah turun langsung kelapangan

untuk mengambil sedimen dan membawa ke laboratorium untuk dianalisis.

3.4. Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum yang digunakan adalah sebagai berikut;

- Siapkan cawan alfo 15x15 cm dengan dibentuk menggunakan glass beaker

- Beri label pada cawan

- Timbang pada timbangan analitik , jangan lupa untuk meRe-Zero kan agar

timbangan pas

- Sampel 50g , masukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 105°C

guna untuk mengeringkan sedimen

- Setelah dioven, timbang kembali dengan timbangan analitik


- Lalu Furnance untuk membakar bahan organik pada suhu 550°C

- Kemudian dinginkan lalu timbang

Adapun perhitungan yang dicari adalah konsentrasi bahan organik

d – a x 100 %
C
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Kondisi Umum Lokasi Praktikum

Desa Sei Nagalawan merupakan salah satu desa yang terletak di

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Desa ini merupakan desa

yang letaknya paling jauh dari ibukota kecamatan. Jarak dari ibukota kecamatan

menuju Sei Nagalawan berkisar 15 km dan dibutuhkan waktu tempuh hampir 30

menit lamanya. Desa Sei Nagalawan berhadapan langsung dengan Selat Malaka.

Desa Sei Nagalawan merupakan penggabungan dua desa yang pernah ada

sebelumnya yakni Desa Nipah dan Desa Nagalawan. Kedua desa ini diyakini

sudah ada sejak tahun 1800 Masehi. Proses bergabungnya sendiri baru terjadi

pada tahun 1949 tepatnya saat pemerintahan desa dipegang oleh Penghulu Saman.

Proses penggabungan ini semakin menambah luas wilayah Desa Sei Nagalawan.

Karena luasnya wilayah maka Desa Sei Nagalawan kemudian dibagi menjadi tiga

dusun. Sei Nagalawan menyimpan sumberdaya alam berbasis pesisir dan laut

yang sangat luar biasa. Hal ini dapat dilihat bahwa keberadaan pantainya tidak

hanya mampu menghidupi masyarakat yang tinggal di wilayah Sei Nagalawan

saja, akan tetapi termasuk masyarakat di desa tetangga seperti Lubuk Bayas,

Lubuk Rotan, Naga Kisar dan lain sebagainya.

Desa Sei Nagalawan memiliki wilayah yang cukup luas yakni 871 hektar.

Di lahan seluas itu penduduk melakukan berbagai aktifitas pertanian, perkebunan,

perindustrian, perdagangan dan beragam akitifitas lainnya. Luasnya wilayah ini

menyebabkan Desa Sei Nagalawan dibagi menjadi 3 dusun yakni dusun I, dusun
II, dusun III

Secara spesifik wilayah Sei Nagalawan terdiri atas pertanian dan

perkebunan. Pemanfaatan pertanian padi (sawah) mencapai 497 hektar. Sementara

sisanya merupakan lahan kering yang dimanfaatkan untuk permukiman dan

perkebunan. Desa Sei Nagalawan dikenal sebagai desa yang banyak menghasilkan

padi. Tak heran jika musim tanam tiba maka penduduk setempat akan bersama

sama mengerjakan sawah mereka secara bergantian. Masyarakat setempat masih

menerapkan sistem gotong royong dimana saling membantu satu sama lain secara

sukarela serta secara bergantian mengerjakan sawah-sawah tersebut. Persawahan

ini di dukung oleh adanya irigasi teknis seluas 252 hektar dan irigasi non teknis

mencapai 245 hektar. Selain pemanfaatan sebagai lahan persawahan lahan juga

digunakan untuk kepentingan pertanian non sawah seluas 258 hektar dan 116

hektar untuk kebutuhan non pertanian.

Secara geografis Sei Nagalawan terletak pada 7º 50 ́ Lintang Utara 9º 21 ́

Lintang Utara dan 97º 18 ́ Bujur Timur - 98º 42 ́ Bujur Timur dengan batasan

geografis yakni:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka,

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lubuk Bayas,

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mengkudu,

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin.

PT. Aqufarm sendiri merupakan perusahan yang menggunakan bahan

baku ikan yang diperoleh melalui proses pembibitan dalam tambak dan hasil

tangkapan nelayan setempat. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang

beroperasi di sekitaran Sei Nagalawan dan di kawasan danau Toba. Secara umum
kehadiran PT. Aquafarm memberikan dampak positif dalam bidang perekonomian

terutama bagi masyarakat setempat yang membutuhkan pekerjaan sebagai

karyawan, namun disatu sisi perusahaan ini juga tidak terlepas dari dampak

negatif. Dampak negatif terhadap lingkungan merupakan hal yang paling jelas

terlihat dimana dengan beroperasinya PT. Aquafarm menyebabkan polusi udara

serta tercemarnya sungai dan pesisir sekitar wilayah pabrik akibat pembuangan

limbah hasil operasional PT. Aquafarm tersebut.

Potensi pariwisata Sei Nagalawan di dukung oleh letak geografisnya.

Letak geografis yang berdekatan dengan laut membuat wisata berbasis kelautan

menjadi wisata yang paling diandalkan. Saat ini setidaknya ada beberapa objek

wisata yang memanfaatkan keindahan alam sebagai nilai jual pariwisata, antara

lain: Pantai Klang, Ekowisata Mangrove Kampoeng Nipah, Pantai Tengah,

Potensi Perikanan dan Kelautan dan Potensi Kerajinan Tangan Tikar Purun.

4.1.2 PKA (Pengukuran Kualitas Air)

Tabel 1. PKA (Pengukuran Kualitas Air)

No: PKA Nilai


1. pH 8
2. Salinitas 27 ppt
3. Kecerahan 28m
4. Kecepatan Arus 0,08 m/s
5. Suhu 29⁰C

4.1.3 Prosedur Pengukuran Logam

Analisis Logam Berat di Sedimen


- Alat yang digunakan yaitu AAS (Atomic Absorption Sectophotometer) dengan

lampu katoda sebagai sumber radiasi untuk menganalisis kandungan logam

berat Cu, Pb dan Zn.

- Analisis kandungan logam berat dalam sedimen dilakukan dengan mengambil

sampel yang telah dikeringkan/oven , Kemudian sedimen yang telah kering

diambil lalu dihaluskan atau digerus dengan mortal.

- Selanjutnya ambil 1 gr sedimen berikan 3:1 HCL:HNO3.

- Masukkan kebacker glass berisi air dengan suhu 40⁰C masukkan ke hot plat

selama 1 jam , keluar lalu dinginkan.

- Kemudian beri H2O2 30% sebanyak 3 ml bertujuan untuk memecah sedimen.

- Masukkan ke hotplat kembali dengan suhu 95⁰C selama 15 menit

- Keluarkan beri 5 ml HNO3 pekat yang berfungsi mengikat logam pada sampel.

- Lalu panaskan hotplat dengan suhu 140⁰C selama 2-3 jam lalu saring dengan

menggunakan kertas whattman.

- Diuji dengan menggunakan ASS dengan hasil akhir yaitu 50 ml dari hasil

sampel ditambah(+) aquades.

4.1.4 Hasil Pengamatan Bahan Organik

Tabel 2. Hasil Pengamatan Bahan Organik

No: Kelompok Berat Berat Setelah Berat Setelah Zat Organik


Cawan (g) Oven Furnes (g) Total (%)
1. 1 IK-A 1,38 gr 22,49 gr 21,75 gr 53,62
2. 2 IK-A 2,16 gr 23,46 gr 22,22 gr 57,41
3. 3 IK-A 2,15 gr 49,28 gr 49,19 gr 4,19
4. 4 IK-A 2,23 gr 39,06 gr 38,98 gr 3,59
5. 5 IK-A 2,0 gr 47,30 gr 47,19 gr 5,5
6. 6 IK-A 1,50 gr 46,69 gr 46,59 gr 6,67
7. 7 IK-A 2,20 gr 46,64 gr 46,51 gr 5,91
8. 8 IK-A 1,66 gr 45,44 gr 45,34 gr 6,02
9. 9 IK-A 2,09 gr 31,26 gr 30,14 gr 53,59
10. 10 IK-A 2,05 gr 31,60 gr 30,80 gr 39,02

Hasil Pengamatan Zat Organik


Total di Pantai Nagalawan
80

60

40 kelompok

20 Zat Organik Total (%)

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 1. Diagram Zat Organik Total

4.2. Pembahasan

Bahan organik laut berasal dari bahan organik terlarut dan organik

bebas. Bahan organik terlarut meliputi bahan organik transpersi dan koloid yang

lulus dari saringan 0,5 N sedangkan bahan organik bebas mempunyai diameter

lebih dari 0,5 mikrometer

Bahan-bahan organik berbentuk zarah dalam lapisan-lapisan air

permukaan terutama terdiri dari detritus dan fitoplankton. Bahkan mintakat

eufotik pun fitoplankton jarang sekali melebihi 25 % dari seluruh zarah

tersuspensi . Bahan organik yang terkandung dalam suatu perairan berada dalam

bentuk tersuspensi, koloid, terlarut, maupun dalam bentuk partikulat. Di antara

bentuk-bentuk tersebut kandungan bahan organik dalam bentuk terlarut umumnya

memiliki kadar yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk-bentuk lainnya.

Secara geografis Sei Nagalawan terletak pada 7º 50 ́ Lintang Utara 9º 21 ́


Lintang Utara dan 97º 18 ́ Bujur Timur - 98º 42 ́ Bujur Timur dengan batasan

geografis yakni:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka,

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lubuk Bayas,

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mengkudu,

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin.

PT. Aqufarm sendiri merupakan perusahan yang menggunakan bahan

baku ikan yang diperoleh melalui proses pembibitan dalam tambak dan hasil

tangkapan nelayan setempat. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang

beroperasi di sekitaran Sei Nagalawan dan di kawasan danau Toba. Secara umum

kehadiran PT. Aquafarm memberikan dampak positif dalam bidang perekonomian

terutama bagi masyarakat setempat yang membutuhkan pekerjaan sebagai

karyawan, namun disatu sisi perusahaan ini juga tidak terlepas dari dampak

negatif. Dampak negatif terhadap lingkungan merupakan hal yang paling jelas

terlihat dimana dengan beroperasinya PT. Aquafarm menyebabkan polusi udara

serta tercemarnya sungai dan pesisir sekitar wilayah pabrik akibat pembuangan

limbah hasil operasional PT. Aquafarm tersebut.

Potensi pariwisata Sei Nagalawan di dukung oleh letak geografisnya.

Letak geografis yang berdekatan dengan laut membuat wisata berbasis kelautan

menjadi wisata yang paling diandalkan. Saat ini setidaknya ada beberapa objek

wisata yang memanfaatkan keindahan alam sebagai nilai jual pariwisata, antara

lain: Pantai Klang, Ekowisata Mangrove Kampoeng Nipah, Pantai Tengah,

Potensi Perikanan dan Kelautan dan Potensi Kerajinan Tangan Tikar Purun.
Secara spesifik wilayah Sei Nagalawan terdiri atas pertanian dan

perkebunan. Pemanfaatan pertanian padi (sawah) mencapai 497 hektar. Sementara

sisanya merupakan lahan kering yang dimanfaatkan untuk permukiman dan

perkebunan. Desa Sei Nagalawan dikenal sebagai desa yang banyak menghasilkan

padi. Tak heran jika musim tanam tiba maka penduduk setempat akan bersama

sama mengerjakan sawah mereka secara bergantian. Masyarakat setempat masih

menerapkan sistem gotong royong dimana saling membantu satu sama lain secara

sukarela serta secara bergantian mengerjakan sawah-sawah tersebut. Persawahan

ini di dukung oleh adanya irigasi teknis seluas 252 hektar dan irigasi non teknis

mencapai 245 hektar. Selain pemanfaatan sebagai lahan persawahan lahan juga

digunakan untuk kepentingan pertanian non sawah seluas 258 hektar dan 116

hektar untuk kebutuhan non pertanian.


V.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kosentrasi tertinggi bahan organik terlarut terdapat pada permukaan

perairan dan terutama perairan dekat pantai (daerah dengan tingkat produktifitas

tertinggi, terdapat aliran sungai dan mendapat masukan dari atmosfer). Kosentrasi

bahan organik baik perairan dekat pantai dapat juga berubah secara cepat yang

dipengaruhi oleh ledakan alga, pemangsaan zooplankton, badai dan masukan air

tawar.

Terdapat empat macam sumber penghasil bahan organik terlarut dalam

air laut, yaitu yang berasal dari (1) daratan; (2) proses pembusukan organisme

yang telah mati: (3) perubahan metabolik-metabolik ekstraseluler oleh algae,

terutama fitoplankton: dan (4) ekskresi zooplankton dan hewan-hewan lainnya

Selanjutnya dikatakan bahwa bahan organik total di perairan terdapat sebagai

plankton, partikel-partikel tersuspensi dari bahan organik yang mengalami

perombakan (detritus) dan bahan-bahan organik total yang berasal dari dari

daratan dan terbawa oleh aliran sungai.

5.2. Saran

Adapun saran adalah agar alat di laboratorium semakin dilengkapi agar

semua praktikum boleh dilaksanakan.


DAFTAR PUSTAKA

Astari, Ikhsan. 2012. Studi Parameter Kimia Fisika Perairan Pantai Muara
Sungai Untuk Kesesuaian Lahan Budidaya Tambak Udang Di Kecamatan
Sinjai Timur Kabupaten Sinjai. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Hutagalung, Horas P. 2011. Metode Analisa Air Laut Sedimen danBiota. Pusat
penelitian dan pengembangan Oseanologi. Lembaga ilmu pengetahuan
Indonesia, Jakarta.

Ismail H. 2006. Studi Kelayakan Perairan Pulau Pajenekang


(Skripsi). UNHAS, Ujung Pandang
Nontji, Anugerah. 2012. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Nybakken, W J. 2007. Biologi Laut. PT Gramedia Pustaka Utama , Jakarta.

Rakhman , Arif. 2009. Studi Penyebaran Bahan Organik Pada Berbagai


Ekosistem Di Perairan Pantai Pulau Bonebatang. Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Ryadi Slamet. 2014. Pencemaran Air. Karya Anda. Surabaya.

Saunder, G.W., 2011. Organic matter and Decomposers. In The Functioning


ofFreshwater EcosystemEds. by E.D. Le Cren and R.H. Lowe-Mc.
Connel. Cambridge University Press. 588 p.

Wardoyo, S.T.H.. 2013. Kriteria Air Untuk keperluan Pertanian dan Perikanan.
Seminar pengendalian pencemaran air. Bandung. Bagian Akuakultur
Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Alat dan Bahan Yang Digunakan

Lampiran 2. Foto di Lapangan


Lampiran 3. Perhitungan Bahan Organik Total

- 1A
22,49−21,75
Zat Organik Total = ( ) 𝑥 100%
1,38

= 53,62 %

- 2A
23,46−22,22
Zat Organik Total = ( ) 𝑥 100%
2,16

= 57,41 %

- 3A
49,28−49,19
Zat Organik Total = ( ) 𝑥 100%
2,15

= 4,19 %

- 4A
39,06−38,98
Zat Organik Total = ( ) 𝑥 100%
2,23

= 3,59%

- 5A
47,30−47,19
Zat Organik Total = ( ) 𝑥 100%
2

= %5,5

- 6A
46,69−46,59
Zat Organik Total = ( ) 𝑥 100%
1,5

= 6,67 %

- 7A
46,64−46,51
Zat Organik Total = ( ) 𝑥 100%
2,2

= 5,91 %
- 8A
45,44−45,34
Zat Organik Total = ( ) 𝑥 100%
1,66

= 6,02 %

- 9A
31,26−30,14
Zat Organik Total = ( ) 𝑥 100%
2,09

= 53,59 %

- 10 A
31,60−30,80
Zat Organik Total = ( ) 𝑥 100%
2,05

= 39,02 %

Anda mungkin juga menyukai