Anda di halaman 1dari 22

Laporan Akhir

DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

BAB
Perencanaan Detail
VII

7.1. UMUM

Kondisi eksisting system saluran drainase yang ada yang telah dikembangkan
telah mempunyai trase saluran dan bangunan, ada yang telah bersifat permanent
atau masih berupa saluran tanah. Sehubungan dengan kondisi eksisting yang ada
maka untuk merencanakan perencanaan detail perlu dilakukan kajian terlebih dulu
terhadap kapasitas saluran – saluran yang ada dengan criteria perencanaan apakah
sudah dapat menampung atau mengalirkan debit aliran dengan periode ulang 25
tahun dan kondisi lingkungan yang ada sekarang. Jika kapasitas tidak mencukupi
maka perlu dibuat saluran atau bangunan baru yang sejajar agar dapat
mengalirkan seperti kapasitas yang direncanakan. Jika tidak memumgkinkan
untuk penambahan maka dapat dilakukan dengan menambah kedalaman saluran.

7.2. PERHITUNGAN DEBIT

Perhitungan debit dilakukan dengan menggunakan metode rasional, yaitu


dengan mengolah data curah hujan harian rancangan menjadi intensitas hujan
jam-jaman. Dengan memasukkan unsur koefisien pengaliran yang tergantung
dari penggunaan tata guna lahan dan luas daerah aliran yang akan dilayani maka
dapat dicari debit rancangan.

Berdasarkan pola drainase kawasan yang membagi menjadi daerah aliran


sungai beserta sub-sub daerah aliran sungai maka skema masing-masing jaringan
drainase untuk tiap daerah aliran sungai dapat dihitung dengan menggunakan
rumus rasional sebagai berikut :

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 1


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

Contoh perhitungan dimensi saluran pada Saluran Primer dari TPA (Tempat
Pembuangan Akhir) Sei-Carang TPI Timur :
 Luas Cathment = 30 ha (asumsi)
 Intensitas Hujan = 179,8 mm / jam
 Koefisien Limpasan = 0,38
Debit yang dialirkan
Q = F x C x I xA
Q = 0,00278 x 0,38 x 147,986 x 20
Q = 5,7 m³ / dt

7.3. PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN

Perhitungan dimensi saluran didasarkan pada debit rancangan dengan periode


ulang 25 tahunan dengan menganggap aliran yang terjadi adalah aliran steady
flow (aliran seragam) dengan menggunakan rumus menning.
Contoh perhitungan :
 Drainase Sei-Carang H
h
 Saluran bentuk segiempat :
 A=Bxh B
A
 B= Gambar 7.1. Bentuk Saluran Persegi
h
 P = B + 2h

B = 2h (Dengan asumsi luas penampang A adalah konstan, maka


dideferensialkan terhadap h dan dibuat sama dengan Nol untuk memperoleh harga
P minimum)

 Talud (m) = 0
 Debit yang dialirkan = 5,7 m³ / dt
 Kemiringan saluran = 0,005
 Koef. Manning = 0,012

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 2


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

Q = 1 / n . R⅔ . S½
Q = 1 / n . (A/P)⅔ . S½
Q = 1 / 0,012 (B.h / (B + 2h))⅔ (0,005)½
Q = 1 / 0,012 (2h2 / ( 2h + 2h ))⅔ ( 0,005 ) ½
Q = 1 / 0,012 ( h / 2 ) 3 ( 0,005 ) ½
5,7 m³ / dt = 1 / 0,012 ( h / 2 )3 (0,005)½
5.7
0,125h3 = 5,892321

h = (7,74)1 / 3

h = 1,9 m Tinggi muka air


maka diperoleh harga tinggi muka air h = 1,90 m dan B = 2h
B = 2 x 1,90 = 3.8 m
Tinggi saluran direncanakan H = 2,50 m
Dimensi saluran adalah
Tinggi muka air ( h ) = 1,90 m
Lebar ( B ) = 4,00 m
Tinggi ( H ) = 2,20 m

H = 2,20 m
h =1,9 m

B = 4,00 M

Gambar 7.2. Dimensi Rencana Saluran

7.4. DESAIN PENAMPANG SALURAN TERBUKA

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 3


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

Pada saluran yang sudah ada setelah dilakukan kajian inventarisasi, di tindak
lanjuti dengan kajian terhadap desain profil dan penampang melintang dengan
mengacu pada aspek hidraulis, stabilitas lereng dan kondisi tanggul. Criteria
umum hidraulis saluran drainase baik saluran intern maupun ekstern adalah:
a. Pemilihan trase pada daerah cekungan dan jika memungkinkan mengikuti
saluran pembuang yang ada.
b. Pemerikasaan kemiringan rencana trase saluran, dimana parameter sediment
VR akan makin kecil kearah hilir.
c. Kemiringan talud (H:V) diambil 1,0 untuk saluran dengan kedalaman
kurang dari 1,0 m dan 1,5 untuk saluran dengan kedalaman 1,0 sampai 2,0 m
d. Koefisien Strikler diambil 30.
e. Lebar dasar minimum diambil 0,30 m.
f. Perbandingan kedalaman dan lebar (n=b/h) diambil antara 1 sampai 3.
g. Kecepatan dasar ijin adalah 0,60 m/det. Potongan saluran pembuang
direncanakan dengan persamaan aliran berikut:
V = k . R 2/3 . I 1/2
Dengan:
V = kecepatan aliran (m/dtk)
k = koefisien strickler (m 1/3 /dtk)
R = Jari-jari hidraulis
I = kemiringan energi
h. kecepatan maksimum aliran dalam saluran harus dibatasi untuk mencegah
terjadinya erosi akibat kecepatan air yang besar.
- saluran tanah alam V = 0,70 m/dtk.
- saluan pasangan batu V = 2,00 m/dtk.
- saluran pasangan beton V = 2,00 m/dtk.
i. Tinggi jagaan minimum untuk saluran dengan pasangan adalah:
untuk saluran dengan pasangan:
Tabel 7.1. Tinggi Jagaan Saluran untuk setiap Besaran Debit
DEBIT (m3/Dtk) Tinggi Jagaan (m)

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 4


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

Q < 1,50 0,20


1,50 < Q < 5,00 0,25
5,00 < Q < 10,00 0,30
10,00 < Q < 15,00 0,40
Q < 15,00 0,50

j. Kemiringan Talud saluran tanah disesuaikan sifat tanah setempat yang


umumnya berkisar antara 1:1,5 sampai 1:3.

7.5. DESAIN HIDROLIS BANGUNAN PELINTAS (BOX CULVERT DAN


GORONG-GORONG)

Box culvert maupun gorong-gorong merupakan struktur hidraulis yang


dibangun untuk mengalirkan air apabila aliran tersebut melalui jalan raya atau
jalan kereta api. Struktur tersebut terdiri dari bangunan pengarah (headwall),
sayap depan (wingwall) pada bagian aliran masuk (inlet) dan sayap belakang
(endwall) pada bagian aliran keluar (outlet) yang dimaksudkan untuk stabilisasi
aliran dan melindungi konstuksi terhadap gerusan.

Bangunan pelintas akan direncanakan sesuai besarnya debit yang dialirkan


dan materialnya akan disesuaikan dengan kondisi medan dan biaya. Diameter
minimum untuk bangunan pelintas adalah antara 70 - 100 cm, dan apabila
memungkinkan penempatannya mengikuti kemiringan gradasi sungai alam.

Kriteria hidraulis untuk perencanaan bangunan pelintas adalah memperhitungkan


hal-hal sebagai berikut:

1. Konstruksi direncanakan sedikit lebih besar dari debit rencana.

2. Tidak menimbulkan gerusan pada outlet bangunan pelintas.

3. Apabila bangunan pelintas melalui jalan raya, harus direncanakan tinggi


jagaan, sehingga aliran banjir tidak merusak struktur jalan raya.

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 5


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

4. Aliran di dalam bangunan pelintas merupakan aliran bebas, dan bukan


aliran tekan. Aliran pada inlet berupa aliran tenggelam sekurangnya
setinggi 1,20 m dari diameter bangunan pelintas.

5. Perhitungan kehilangan disepanjang bangunan pelintas hl adalah total dari


kehilangan di inlet he, kehilangan akibat kekasaran permukaan hf, dan
kehilangan tinggi hv.

Sedangkan kehilangan di pemasukan merupakan fungsi dari kecepatan aliran


di dalam bangunan pelintas, dan dapat dihitung dengan persamaan Manning
sebagai berikut:

hL = Ke V2 / (2g) + n2 V2 L / (2,22 R4/3) + V2 / (2g)

hL = (Ke + l + 29 n2 L / ( R 4/3 ) ) V2 / (2g)

koefisien pemasukan adalah 0,50 untuk penampang inlet segi empat dan 0,05
jika penampang pemasukan inlet berbentuk lingkaran. Jika penampang keluaran
berupa aliran tenggelam, maka kehilangan tinggi akan berkurang. Debit yang
masuk dianggap sebagai orifice adalah:

Q = Cd . A √ (2 g h)

H = (1/Cd 2) . (Q2 / (2 g A2)

Untuk pemasukan bersudut, nilai Cd diambil 0,62. Apabila pemasukan


berupa lingkaran, maka radius harus sebesar 0,15 D.

7.6. DESAIN STRUKTUR BANGUNAN PELINTAS (BOX CULVERT


DAN GORONG-GORONG)

Gaya-gaya yang bekerja pada suatu bangunan pelintas adalah gaya tranversal
dan gaya horizontal. Bila panjang dari bangunan pelintas kurang dari 15 meter,
maka perhitungan terhadap gaya-gaya arah longitudinal boleh diabaikan, sehingga
dalam perhitungan selanjutnya cukup mempertimbangkan gaya arah transversal
(samping).

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 6


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

Metode yang bisa dipakai dalam perhitungan desain struktur tersebut antara
lain metode Cross, metode distribusi pembebanan Kani, metode slope Deflection
dan sebagainya. Diantara ketiga metode tersebut yang paling sederhana adalah
metode Slope Deflection, sehingga dalam analisa kali ini menggunakan metode
tersebut.

Ada 2 (dua) macam bangunan pelintas yang bisa dipakai dalam perencanaan
kali ini berikut dengan kriteria-kriterianya, yaitu box culvert dan gorong-gorong,
dimana uraian gaya-gaya yang bekerja adalah sebagai berikut:
1. Box Culvert
Beban yang bekerja pada box culvert adalah:
 Tekanan tanah vertikal (berasal dari atas box)
 Tekanan tanah mendatar (berasal dari timbunan samping box)
 Beban hidup di atas box.
 Gaya-gaya reaksi.
Kombinasi pembebanan tergantung pada tebal lapis tanah penutup di atas
box, apakah lebih tinggi atau lebih rendah dari 3,50 m.
a) Box Culvert dengan tebal tanah penutup ≤ 3,50 m.
Kombinasi Pembebanan (U/tebal tanah penutup ”h’1” < 3,50 m)
Notasi pada gambar kombinsi pembebanan di atas dapat diterangkan
sebagai berikut:
Pvdl : Tekanan tanah vertikal yang bekerja pada bidang
permukaan di atas box (ton/m2) : γs . hl.
Phd : Tekanan tanah mendatar bekerja pada bagian samping
box (ton/m2) : Rv . γs . h.
Pvl : Beban vertikal karena beban hidup, dihitung dengan
mengambil nilai berikut yang sesuai dengan ketebalan
tanah penutup.
Bila ketebalan tanah penutup kurang 3,50 m.
P l+1

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 7


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

Pvl : ------- (ton/m2)


W1
Bila ketebalan tanah penutup lebih besar dari 3,50 m.
Muatan merata di atas box : Pvl = 1,0 ton/m2.
Ko : koefisien tekanan tanah dalam keadaan statis, dipengaruhi
oleh tekanan tanah mendatar 1,0 ton/m2 x ko, yang
diakibatkan oleh beban muatan.
Pv2 : Reaksi tanah

b) Box Culvert dengan tebal tanah penutup > 3,50 m.


Dengan kondisi pembebanan seperti ini tidak ada masalah jika gaya-
gaya penampang didapat dari kombinasi pembebanan.

2. Gorong-gorong
Beban yang bekerja pada gorong-gorong adalah:
- Tekanan tanah vertikal (berasal dari atas gorong-gorong yang dapat
berubah-ubah sesuai metode pembangunannya)
- Beban hidup dan berat sendiri
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memulai suatu
perencanaan gorong-gorong adalah:
a) Momen Lentur yang Diijinkan (M ra) : Momen lentur maksimum yang
bekerja pada pipa didapat dengan persamaan berikut:

b) Momen Lentur yang Bekerja: Momen lentur dibawah pipa yang


disebabkan oleh tekanan tanah dan beban hidup didapat dengan
persamaan berikut:

c) Pemilihan Bentuk Pondasi : Tidak ada masalah yang timbul dalam


pemilihan bentuk pondasi jika Mra > M.

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 8


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

7.7. DESAIN STRUKTUR SALURAN

Struktur saluran direncanakan dari bahan beton bertulang, dengan dimensi


disesuiakan perhitungan hidrologi yang telah dilaksanakan pada bab V. Untuk
saluran drainase yang berdimensi kecil (mempunyai lebar < 3 m), maka saluran
beton direncanakan berbentuk U. Apabila saluran mempunyai lebar > 3 m, maka
dalam perencanaannya akan memakai struktur dinding penahan (retaining wall),
karena saluran berbentuk U menjadi tidak ekonomis lagi.

7.7.1. Saluran U

Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dalam mendesain saluran U dari bahan


beton bertulang adalah :
a) Tidak boleh terjadi keretakan, sehingga tegangan tarik yang terjadi terhadap
beton harus lebih kecil daripada yang diijinkan.
b) Bila beresiko retak, maka dapat diatasi dengan mengurangi perkuatan pada
struktur, yakni dengan memasang lapisan geser (sliding) berupa “rubber
pad”.
c) Bila panjang struktur cukup besar, maka harus dibagi atas beberapa segmen,
dimana masing-masing bagian disambung dengan “movement joint’.
d) Jika saluran berada dalam tanah, maka tekanan tanah horizontal harus
diperhitungkan (termasuk untuk kondisi air penuh maupun kosong).
e) Dinding saluran direncanakan sebagai pelat 2 arah, sedang lantai saluran
harus diperhitungkan terhadap gaya angkat (uplift).
f) Tegangan tanah dibawah saluran harus memenuhi syarat untuk memikul
beban konstruksi saluran termasuk untuk kondisi terisi air maksimum.
g) Apabila analisa pembebanan dengan memperhitungkan aspek-aspek yang
berpengaruh terhadap struktur telah dilakukan, maka dapat dilanjutkan
dengan perhitungan momen yang terjadi guna menentukan dimensi saluran
beserta penulangannya.
h) Standard yang dipakai dalam perhitungan struktur adalah SK SNI – 1991.

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 9


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

Visualisasi Pembebanan yang mungkin terjadi pada Perencanaan Struktur


Saluan.

7.8. DINDING PENAHAN ( RETAINING WALL)

Tipe-tipe dinding penahan tanah antara lain:


1. Type “Gravity Wall”
Type ini dipakai apabila dinding penahan mempunyai tinggi kurang dari 5
m, sehingga tidak diperlukan dinding penyokong (counterfort) di bagian
belakang dinding.

2. Type “Counterfort Wall”


Type ini dipakai apabila dinding penahan mempunyai tinggi lebih dari 5 m,
sehingga diperlukan dinding penyokong (counterfort) di bagian belakang
dinding.

3. Type “Cantilever Wall”


Type ini mempunyai pondasi telapak yang cukup lebar namum badan (stem)
yang ramping.

Kriteria yang harus dipenuhi dalam merencanakan dinding penahan adalah:


(a) Menentukan ketinggian dinding penahan sesuai kebutuhan.
(b) Menentukan tipe dinding penahan yang sesuai (berdasarkan
ketinggian)
(c) Menghitung berat sendiri dinding untuk perhitungan stabilitas.
(d) Menghitung tekanan tanah yang terjadi sesuai dengan hasil
penyelidikan tanah (tekanan tanah aktif maupun pasif).
(e) Tentukan teori tekanan tanah yang akan dipakai (Teori “Coulomb”,
“Rankine”, atau “Terzaqhi”.
(f) Apabila permukaan tanah di belakang dinding terjadi pembebanan,
maka beban dianggap sebesar 1 ton/m2 (asumsi : pembebanan mobil).

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 10


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

(g) Beban lainnya, seperti daya apung (uplift) dan tekanan air tanah (bila
ada), maka beban tersebut harus dipertimbangkan.
(h) Setelah perhitungan pembebanan selesai dilakukan, maka dapat
dilanjutkan dengan perhitungan stabilitas, antara lain:
 Stabilitas terhadap guling
 Stablitas terhadap geser
 Stabilitas terhadap daya dukung tanah pondasi.
(i) Selanjutnya menentukan dimensi saluran beserta penulangannya
(untuk material beton) dengan menggunakan standard SK-SNI 1991.

7.9. PERHITUNGAN PROFIL ALIRAN (STEADY FLOW PROFILE)

Untuk memeriksa kapasitas tampungan saluran terhadap debit rencana, maka


diperlukan pengujian ketinggian profil muka air dengan menggunakan prinsip
keseimbangan energi dalam suatu perhitungan aliran tunak (steady flow). Dalam
studi ini digunakan pendekatan profil aliran dengan menggunakan analisa aliran
tak seragam (non uniform flow).

Analisa airan tak seragam (non uniform flow) ini dikembangkan oleh
“Henderson” dan penyederhanaan persamaan yang dikembangkan oleh “William
A Miller” dan “JA Cunge”.

Α Q2 1 1 n2 Q2 dx 1 1
H2 = H1 + ------ ----- ---- ---------- -------- ---- ------
2g A12 A22 2 A12 R1 4/3 A22 R2 4/3

Dimana:
H1 = Tinggi muka air pada potongan A1 (m)
H2 = Tinggi muka air pada potongan A2 (m)
V1 = Kecepatan aliran pada potongan A1 (m/dtk)
V2 = kecepatan aliran pada potongan A2 (m/dtk)

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 11


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

α = koefisien kecepatan ( = 1.0)


g = Percepatan gravitasi ( = 9.80 m/dtk2)
n = koefisien kekasaran manning
Q = debit sungai (m3/dtk)
A1 = Luas penampang aliran pada potongan A1 (m2)
A2 = Luas penampang aliran pada potongan A2 (m2)
R1 = Jari-jari hidraulis pada potongan A1 (m)
R2 = Jari-jari hidraulis pada potongan A2 (m)
dx = Jarak antara dua potongan (m)
sebagai tinggi muka air awal (initial water depth) diambil potongan
sungai bagian hulu pada awal titik pengukuran potongan melintang sungai
dengan memasukkan kapasitas debit rencana menggunakan analisa aliran
seragam dari rumus Manning:

V = 1/n x R 2/3 x I 1/2 dan Q = V x A

Dengan:
Q = Debit banjir rencana (m3/dtk)
V = kecepatan aliran air sungai (m/dtk)
n = Angka kekasaran Manning
R = Jari-jari hidrulis (m)
I = Kemiringan dasar sungai rencana
A= luas penampang basah sungai (m2)

7.10. PERHITUNGAN GORONG-GORONG

Apabila saluran drainase bersilangan dengan bangunan lain seperti saluran


atau jalan diperlukan suatu bangunan. Biasanya bangunan drainase menyilang
dibawah bangunan lainnya. Hindari pemilihan bangunan sipon, karena debit
saluran drainase tidak kontinyu, sehingga disaat debit dapat menyebabkan

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 12


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

tersumbatnya sipon dan mengakibatkan genangan dihulu. Bangunan yang biasa


dipakai adalah gorong-gorong, yaitu saluran dengan dasar rata dari hulu ke hilir.
Apabila terjadi endapan di dasar gorong-gorong relative masih mudah untuk
membersihkannya.

Gorong-gorong merupakan struktur hidraulis yang dibangun untuk


mengalirkan air apabila aliran tersebut melalui jalan raya atau jalan kereta api.
Struktur tersebut terdiri dari bangunan pengarah (headwall), sayap depan
(wingwall) pada bagian aliran masuk (inlet) dan sayap belakang (endwall) pada
bagian aliran keluar (out let) yang dimaksudkan untuk stabilisasi aliran dan
melindungi konstruksi terhadap gerusan.

Bahan bangunan yang biasa dipakai pada gorong-gorong adalah :


1. Beton
2. Baja gelombang
3. High density Polyentylene
Pemilihan bahan tergantung dari segi hidrolis, kekuatan dan biaya. Selain itu
juga harus mempertimbangkan ketersediaan material, kemudahan pelaksanaan
dan keawetannya.

Gorong-gorong akan direncanakan sesuai besarnya debit yang dialirkan dan


materialnya akan disesuaikan dengan kondisi medan biaya. Diameter minimum
gorong-goronga adalah 7 – 10 cm, dan apabila memungkinkan penempatannya
mengikuti kemiringan gradasi sungai alami.

Kriteria hidraulis perencanaan gorong-gorong diperhitungkan dengna


memperhitungkan hal-hal sebagai berikut :
a. Konstruksi direncanakan sedikit lebih besar dari debit rencana
b. Tidak menimbulkan gerusan pada outlet gorong-gorong
c. Apabila gorong-gorong melalui jalan raya, harus direncanakan tinggi jagaan,
sehingga aliran banjir tidak merusak struktur jalan raya.

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 13


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

d. Perhitungan kehilangan disepanjang gorong-gorong merupakan aliran bebas,


dan bukan aliran tekan. Aliran pada inlet berupa aliran tenggelam
sekuranganya setinggi 1,2 dari diameter gorong-gorong.
e. Perhitungan kehilangan disepanjang gorong-gorong hL adalah total dari
kehilangan di inlet he1 kehilangan akibat kekasaran permukaan hf1 dan
kehilangan tinggi kecepatan hv.

(a)
hL
HW

TW

>1,2D D

(b)
HW
H hL

>1,2D D
TW

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 14


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

(c)
HW
hL
T
W
>1,2D D

L
Sedangkan kehilangan di permasukan merupakan fungsi dari kecepatan aliran
didalam gorong-gorong, dan dapat dihitung dengan persamaan Manning sebagai
berikut (Water Resaources Engineering, Linsey / Franzini, 1964) :
hL = KeV² / (2g) + n²V²L / (2,22 R¾) + V² / (2g)
hL = (ke + 1 + 29 n² L / (R¾)) V² / (2g)

Koefisien pemasukan adalah 0,5 untuk penampang inlet segi empat dan 0,05
jika pemasukan inlet berbentuk lingkaran. Jika penampang keluarab berupa aliran
tenggelam, maka kehilangan tinggi akan berkurang. Debit yang masuk dianggap
sebagai office adalah :
Q = Cd. A √ (2gh)
h = (1 / Cd²) (Q² / (2gA²))

Untuk pemasukan bersudut, nilai Cd diambil 0,62. Apabila pemasukan


berupa lingkaran, maka radius harus sebesar 0,15D.

7.4. PERENCANAAN DESAIN SALURAN


Dari hasil perhitungan diatas maka dari pihak konsultan memberikan rencana
desain saluran sebagai berikut :

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 15


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 16


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 17


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 18


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 19


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 20


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 21


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

PERHITUNGAN STRUKTUR DRAINASE TERLAMPIR !!!!!

CV. GRAHADITAMA Consultan VII - 22

Anda mungkin juga menyukai