Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar
dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga
yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga
merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga merupakan kelompok primer
paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan,
perhubungan ini yang paling sedikit berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-
anak.
Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak. Setiap anggota keluarga memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Termasuk
kewajiban dalam mendengarkan, memahami dan merespon setiap waktu demi waktu yang dilali
bersama. Untuk itu semua, komunikasi adalah cara yang tepat dalam mengikatkan hubungan
menjadi lebih erat. Namun tidak semua orang memiliki komunikasi yang baik, termasuk dalam
keluarganya sendiri. Hal ini terbentuk tidak dalam satu hari melainkan dari kebiasaan yang
dilakukan dari kecil hingga dewasa.
Banyak kita lihat dewasa ini, dimana komunikasi adalah menjadi penyebab keluarga tercerai
berai, suami dan istri yang sibuk bekerja, menjadikan pribadi mereka lupa akan hak dan kewajiban
masing-masing, komunikasi dengan anak-anak mereka pun tidak terbagun dengan baik. Hal ini
menjadikan keluarga bukan lagi tempat yang nyaman untuk berbagi suka dan duka. Sehingga
masalah demi masalah timbul silih berganti karena komunikasi yang tidak baik.
Untuk memperluas ilmu pengetahuan, maka pada bab pembahasan selanjutnya
menggunakan berbagai sumber lain yang akan memperjelas dari setiap pembahasan mengenai
makna komunikasi dalam keluarga, pentingnya komunikasi dalam keluarga, sampai pada cara
membangun komunikasi yang harmonis dalam keluarga.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari komunikasi dalam keluarga?


2. Seberapa pentingkah komunikasi dalam keluarga?
3. Bagaiman paduan kohesi dan adaptasi dalam keluarga?
4. Bagaimana pola komunikasi dan adaptasi dalam keluarga?
5. Bagaiman membangun komunikasi yang harmonis dalam keluarga?
C. Tujuan Penulisan

1. Memenuhi tugas mata kuliah psikologi keluarga.


2. Memberikan pemahaman tentang pentingnya komunikasi dalam keluarga, pola serta kita
membangun komunikasi yang harmonis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Keluarga


Menurut Rae Sedwig (1985), Komunikasi Keluarga adalah suatu pengorganisasian yang
menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan
image, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian (Dikutip dari Achdiat, 1997: 30)
Dilihat dari pengertian di atas bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara dan tindakan,
mengandung maksud mengajarkan, mempengaruhi dan memberikan pengertian. Sedangkan tujuan
pokok dari komunikasi ini adalah memprakarsai dan memelihara interaksi antara satu anggota
dengan anggota lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif.
Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan dengan
terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan,
juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam
kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan (Friendly: 2002)
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi diantara
orang tua dengn anak-anaknya dan suami dengan istri, dalam berbagai hal sebagai sarana bertukar
pikiran,mensosialisasikan nilai-nilai kepribadian orang tua kepada anaknya, dan penyampaian
segala persoalan atau keluh kesah dari anak kepada kedua orang tuanya.

B. Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga


Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan hal-hal yang terjadi
pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi yang dapat memberikan suatu
hal yang dapat diberikan kepada setiap anggota keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi,
permasalahan yang terjadi diantara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi
terbaik. ( Bagus, 2010).
Bagi seorang anak, komunikasi dalam keluarga merupakan pengalaman pertama yang
merupakan bekal untuk dapat menempatkan diri dalam masyarakat. Orang tua dalam sebuah
keluarga menjadi figur bagi anak dalam segala hal seperti sikap, perilaku, tuturkata yang terbentuk
karena peran orang tua.
Jadi hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya untuk menciptakan keluarga
yang saling mengenal dan saling memahami sesama anggota keluarga sehingga dari situ dapat
tercipta suasana yang harmonis dalam keluarga tersebut. Untuk mencapai sasaran komunikasi
seperti itu, kondisi keluarga yang harmonis sangat berpengaruh dalam komunikasi keluarga.
Sebagaimana dikatakan Berger bahwa keluarga normal atau keluara harmonis dapat berpengaruh
terhadap proses komunikasi keluarga. Artinya, dalam keluarga jarang terjadi sikap pertentangan
antar anggota, tidak saling menyudutkan atau mencari kambing hitam dalam memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi.

C. Kepaduan Kohesi Dan Adaptasi dalam Keluarga


Kohesi adalah ikatan Emosional antara anggota keluarga. Itu mengukur seberapa dekat satu
sama lain merasa anggota keluarga pada tingkat emosional. Kohesi mencerminkan rasa
keterhubungan atau keterpisahan dari anggota keluarga lainnya.
Sedangkan Adaptasi mengukur kemampuan sebuah keluarga untuk mengubah struktur
kekuasaannya, hubungan peran, dan aturan hubungan dalam respon terhadap stres situasional dan
perkembangan. Tingkat adaptasi menunjukkan seberapa baik keluarga dapat memenuhi tantangan
yang disajikan oleh situasi berubah.
Komunikasi adalah dimensi memfasilitasi, penting untuk gerakan pada dua dimensi lainnya.
Positif keterampilan komunikasi (seperti empati, mendengarkan reflektif, komentar mendukung)
memungkinkan anggota keluarga untuk berbagi kebutuhan mereka berubah karena mereka
berhubungan dengan kohesi dan kemampuan beradaptasi.keterampilan komunikasi negatif (seperti
pesan ganda, ganda mengikat, kritik) meminimalkan kemampuan untuk berbagi perasaan, sehingga
membatasi gerakan dalam dimensi kohesi dan kemampuan beradaptasi. Memahami apakah
keluarga anggota puas dengan pembelian keluarga membutuhkan komunikasi dalam keluarga.
Untuk menentukan bagaimana keluarga membuat keputusan pembelian dan bagaimana keluarga
mempengaruhi perilaku pembelian masa depan anggotanya, hal ini berguna untuk memahami
fungsi yang disediakan dan peran yang dimainkan oleh anggota keluarga untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi mereka. (Amanda, 2012)

D. Pola Komunikasi
Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (1986) mengungkapkan
empat pola komunikasi keluarga pada umumnya, yaitu :
1. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)

Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi secara merata dan
seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam keluarga adalah sama. Tiap orang dianggap
sederajat dan setara kemampuannya, bebas mengemukakan ide-ide, opini, dan kepercayaan.
Komunikasi yang terjadi berjalan dengan jujur, terbuka, langsung, dan bebas dari pemisahan
kekuasaan yang terjadi pada hubungan inerpersona lainnya. Dalam pola ini tidak ada pemimpin dan
pengikut, pemberi pendapat dan pencari pendapat, tiap orang memainkan peran yang sama.
Komunikasi memperdalam pengenalan satu sama lain, melalui intensitas, kedalaman dan frekuensi
pengenalan diri masing-masing, serta tingkah laku nonverbal seperti sentuhan dan kontak mata
yang seimbang jumlahnya. Tiap orang memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan, baik
yang sederhana seperti film yang akan ditonton maupun yang penting seperti sekolah mana yang
akan dimasuki anak-anak, membeli rumah, dan sebagainya. Konflik yang terjadi tidak dianggap
sebagai ancaman. Masalah diamati dan dianalisa. Perbedaan pendapat tidak dilihat sebagai salah
satu kurang dari yang lain tetapi sebagai benturan yang tak terhindarkan dari ide-ide atau perbedaan
nilai dan persepsi yang merupakan bagian dari hubungan jangka panjang. Bila model komunikasi
dari pola ini digambarkan, anak panah yang menandakan pesan individual akan sama jumlahnya,
yang berarti komunikasi berjalan secara timbal balik dan seimbang.

2. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)

Universitas Sumatera Utara Dalam pola ini, persamaan hubungan tetap terjaga, namun
dalam pola ini tiap orang memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya masing-masing. Tiap
orang dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang berbeda. Sebagai contoh, dalam keluarga biasa,
suami dipercaya untuk bekerja/mencari nafkah untuk keluarga dan istri mengurus anak dan
memasak. Dalam pola ini, bisa jadi semua anggotanya memiliki pengetahuan yang sama mengenai
agama, kesehatan, seni, dan satu pihak tidak dianggap lebih dari yang lain. Konflik yang terjadi
tidak dianggap sebagai ancaman karena tiap orang memiliki wilayah sendiri-sendiri. Sehingga
sebelum konflik terjadi, sudah ditentukan siapa yang menang atau kalah. Sebagai contoh, bila
konflik terjadi dalam hal bisnis, suami lah yang menang, dan bila konflik terjadi dalam hal urusan
anak, istri lah yang menang. Namun tidak ada pihak yang dirugikan oleh konflik tersebut karena
masing-masing memiliki wilayahnya sendiri-sendiri.
3. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)
Dalam pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari
setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu orang yang mendominasi ini sering memegang
kontrol. Dalam beberapa kasus, orang yang mendominasi ini lebih cerdas atau berpengetahuan
lebih, namun dalam kasus lain orang itu secara fisik lebih menarik atau berpenghasilan lebih besar.
Pihak yang kurang menarik atau berpenghasilan lebih rendah berkompensasi dengan cara
membiarkan pihak yang lebih itu memenangkan tiap perdebatan dan mengambil keputusan sendiri.
Pihak yang mendominasi mengeluarkan pernyataan tegas, memberi tahu pihak lain apa yang harus
dikerjakan, memberi opini dengan bebas, memainkan kekuasaan untuk menjaga kontrol, dan jarang
meminta pendapat yang lain kecuali untuk mendapatkan rasa aman bagi egonya sendiri atau sekedar
meyakinkan pihak lain akan kehebatan Universitas Sumatera Utaraargumennya. Sebaliknya, pihak
yang lain bertanya, meminta pendapat dan berpegang pada pihak yang mendominasi dalam
mengambil keputusan.

4. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)

Satu orang dipandang sebagai kekuasaan. Orang ini lebih bersifat memerintah daripada
berkomunikasi, memberi wejangan daripada mendengarkan umpan balik orang lain. Pemegang
kekuasaan tidak pernah meminta pendapat, dan ia berhak atas keputusan akhir. Maka jarang terjadi
perdebatan karena semua sudah mengetahui siapa yang akan menang.

E. Membangun Komunikasi yang Harmonis

1. Tips Komunikasi Efektif


Berikut ini beberapa tips komunikasi efektif yang diberikan oleh Anna (Elfifa, 2013)
1. Mendengarkan apa yang disampaikan dan membaca yang tidak disampaikan dengan melihat
ekspresi wajah.
2. Bertanya dengan pertanyaan yang tepat untuk menggali informasi.
3. Menyampaikan masalah diri sendiri dengan baik.
4. Cari waktu yang tepat untuk berkumpul.
5. Mencari informasi dari teman dekat suami atau anak tentang masalah yang dihadapi.

2. Efektivitas Komunikasi Interpersonal


Menurut De Vito (1997: 259-264), terdapat lima kualitas umum yang dipertimbangkan
dalam efektivitas komunikasi interpersonal, yakni keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap
mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness) dan kesetaraan (equality).
a. Keterbukaan
“Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal.
Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya
berinteraksi. Kedua, mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap
stimulus yang datang. Ketiga, mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang kita lontarkan adalah
memang berasal dari diri kita bertanggung jawab atasnya”.

b. Empati
“Henry Backrack, seperti dikutip De Vito mendefinisikan empati sebagai kemampuan
seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut
pandang orang lain itu. Berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya.
Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap
mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang”.

c. Sikap Mendukung
“Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung.
Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak
mendukung. Kita dapat memperlihatkan sikap mendukung dan bersikap :
● Deskriptif
Suasana yang bersifat deskriptif dan bukan evaluatif membantu terciptanya sikap
mendukung. Bila kita mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi atau
uraian mengenai suatu kejadian tertentu, kita umumnya tidak merasakannya sebagai ancaman.
Tetapi apabila kita berkomunikasi secara evaluatif tentu akan membuat perasaan tidak nyaman.
● Spontan
Seseorang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam
mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang sama, terus terang dan terbuka.
● Provisional
Bersikap provisional artinya berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang
berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika ke adaan mengharuskan”.

d. Sikap Positif
“Komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap postif terhadap diri mereka
sendiri. Selain itu, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk
interaksi yang efektif. Hal tersebut didukung dengan dorongan dan menghargai keberadaan dan
pentingnya orang lain. Dorongan yang bersifat positif mendukung citra pribadi kita dan membuat
kita merasa lebih baik”.

e. Kesetaraan
“Dalam berkomunikasi harus ada pengakuan bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga. Namun, kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua
prilaku verbal dan nonverbal pihak lain, melainkan menerima pihak lain dan memberikan
“penghargaan positif tidak bersyarat” kepada orang lain”.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi diantara orang tua dengn anak-anaknya dan
suami dengan istri, dalam berbagai hal sebagai sarana bertukar pikiran,mensosialisasikan nilai-nilai
kepribadian orang tua kepada anaknya, dan penyampaian segala persoalan atau keluh kesah dari
anak kepada kedua orang tuanya
2. hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya untuk menciptakan keluarga yang saling
mengenal dan saling memahami sesama anggota keluarga sehingga dari situ dapat tercipta suasana
yang harmonis dalam keluarga.
3. Pola Komunikasi
a. Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern)
b. Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern)
c. Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern)
b. Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern)
4. Tips Komunikasi Efektif
a. Mendengarkan apa yang disampaikan dan membaca yang tidak disampaikan dengan melihat
ekspresi wajah.
b. Bertanya dengan pertanyaan yang tepat untuk menggali informasi.
c. Menyampaikan masalah diri sendiri dengan baik.
d. Cari waktu yang tepat untuk berkumpul.
e. Mencari informasi dari teman dekat suami atau anak tentang masalah yang dihadapi.
5. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
a. Keterbukaan
b. Empati
c. Sikap Mendukung
d. Sikap Positif
e. Kesetaraan
Daftar Pustaka

Amanda, artika. 2012. Pengaruh Keluarga. http://artikaamanda. Blogspot .com /2012 /02/ pengaruh-
keluarga.html. diakses pada tanggal 23 November 2013.

Reni elfita. 2013. http://www.kabar24.com/inspirasi/read/20130516/26/183856/5-tips-komunikasi-efektif-


dalam-keluarga. diakses pada tanggal 23 November 2013

Sinhu Bagus. 2010. Pengertian komunikasi dalam keluarga. http://all-about-


theory.blogspot.com/2010/10/pengertian-komunikasi-keluarga.html. diakses pada tanggal 23
November 2013

Sofyan. 2011. Konseling Keluarga. Bandung : Alfabeta.

Usu. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16654/4/Chapter%20II.pdf. diakses pada tanggal 23


November 2013

Umy. http://publikasi.umy.ac.id/files/journals/15/articles/923/public/923-1592-1-PB.pdf. diakses pada


tanggal 23 November 2013

Anda mungkin juga menyukai