Anda di halaman 1dari 28

Laporan Akhir

DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

BAB
ANALISA HIDROLOGI
VI

6.1. UMUM

Analisis debit banjir dimaksudkan untuk memberikan gambaran


tentang kondisi debit aliran saluran pembuang yang terjadi dalam kurun waktu
tertentu pada daerah studi. Salah satu aspek analisis yang diharapkan untuk
dihasilkan dalam menunjang Detail Desain Saluran Primer dari Pembangunan
Drainase Prentjak Grand Bintan Center - Sei Carang ini adalah analisis mengenai
debit banjir untuk keperluan perencanaan saluran dan bangunan pembuang. Hal
ini merupakan aspek analisis utama karena informasi mengenai banjir di saluran
pembuang Prentjak Grand Bintan Center - Sei Carang merupakan dasar pemikiran
dalam melakukan perencanaan bangunan air termasuk didalamnya untuk
keperluan penanganannya.
Pada pembahasan ini akan disampaikan mengenai informasi data dan
landasan teori yang diperlukan dalam melakukan analisis debit banjir, serta hasil
analisanya.

6.2. DATA

Sebelum dilakukan analisa debit banjir, hal pokok yang harus dilakukan
adalah pengumpulan data-data yang diperlukan. Kemudian data yang sudah ada
diseleksi dan dikonfirmasikan kebenarannnya dengan instansi terkait. Adapun
data-data yang dibutuhkan untuk keperluan analisa debit banjir antara lain data
hujan, data debit, dan peta topografi.

6.2.1. Data Curah Hujan

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 1


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

Data curah hujan yang digunakan diambil dari Badan Meteologi dan
Geofisika Bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang. Rangkaian data hujan
dari stasiun hujan tersebut pencatatannya diambil selama 10 tahun terakhir.

Tabel 6.1.
Curah Hujan Maksimum Stasiun Hujan Tanjungpinang (R24)
Lokasi : Tanjungpinang
Posisi : 00055’07” LU dan 104031’48” BT
Hujan Harian Maksimum Bulanan(mm) R 24
Tahun Feb Mare Agust Sept Nov
Jan. April Mei Juni Juli Okt. Des. (mm)
. t . . .
2001 101,3 54,0 66,5 87,8 97,4 56,6 25,0 31,4 52,3 71,0 66,0 110,6 110,6
137,
2002 44,3 35,8 53,2 74,8 15,8 37,8 93,7 51,9 58,3 70,1 93,9 137,5
5
141,
2003 106,9 95,7 62,0 52,1 76,0 83,8 58,6 65,1 75,2 84,3 148,6 148,6
2
156,
2004 119,0 34,4 35,6 63,4 67,5 89,1 24,4 74,6 82,5 88,9 183,4 183,4
3
2005 183,5 61,6 95,7 48,0 48,5 53,5 3,9,7 70,1 67,1 84,3 74,2 116,7 183,5
2006 149,5 36,0 70,1 54,0 82,4 51,8 47,5 52,4 71,6 40,0 91,1 176,6 176,6
154,
2007 182,3 85,1 58,6 58,1 171,3 59,8 138,9 40,9 85,1 50,2 139,8 182,3
8
2008 36,5 89,5 96,3 44,2 41,9 42,1 58,9 73,6 45,3 97,9 73,4 103,9 103,9
2009 27,5 77,5 79,4 51,4 46,8 59,3 48,5 74,6 89,4 84,1 52,2 109,6 109,6
2010 10,3 10,0 81,1 43,8 73,8 92,8 69,1 59,8 90,1 56,0 85,7 38,7 92,8
Sumber : BMKG Sta. TANJUNGPINANG

6.2.2. Peta Topografi

Peta topografi diperlukan selain untuk menentukan luasan DPS juga


untuk memperkirakan panjang sungai dan jumlah anak sungai pada semua
tingkatan yang akan digunakan untuk memperkirakan besarnya debit banjir.
Peta topografi yang digunakan didapat dari hasil pengukuran topografi yang
meliputi pengukuran Rute 1 dimulai dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sebagai STA 0+000 diakhiri pada jembatan 2 di Sei-Carang sebagai STA
4+468.375. Dan Pengukuran Topografi Rute 2 dimulai dari Perumahan
diseberang Waduk Sei Pulai sebagai STA 0+000 di akhiri pada jembatan 1 di
Sei-Carang sebagai STA 2+451.68, jadi Total Panjang Saluran Primer yang

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 2


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

diukur untuk mendapatkan Peta Topografinya yaitu sepanjang 6.920.055m.


(terlampir hasil pengukuran topografi, potongan memanjang dan melintang).

6.3. LUASAN DPS

Batas dan Luasan DPS (Catchment area) merupakan salah satu faktor penting
yang digunakan untuk keperluan perhitungan debit banjir rencana. Dasar
pembuatan Catchment area adalah peta Rupa Bumi berkontur.

6.4. ANALISA CURAH HUJAN

6.4.1. Analisa Curah Hujan Rancangan

Analisa curah hujan dilakukan untuk mendapatkan hujan rencana dengan


berbagai periode kala ulang, yang kemudian hasilnya dipergunakan untuk
menentukan besarnya debit rancangan. Hujan rancangan yang ditinjau pada
analisis ini terdiri dari kala ulang : 2th, 5th, serta 10th.

Analisa curah hujan berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat pada
table-tabel berikut ini:

6.4.1.1. Perhitungan dengan Log Normal 2 Parameter

Tabel 6.2.
Curah Hujan Rancangan dengan Log Normal 2 Parameter
Stasiun Hujan Tanjungpinang
Periode Ulang XTR
No. K Peluang
TR Xr + Sd . K
1 2 -0,003 142,77

2 5 0,701 168,72

3 10 1,234 188,35

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 3


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

6.4.1.2. Perhitungan dengan Metode Gumbel

Tabel 6.3.
Curah Hujan Rancangan dengan Metode Gumbel
Stasiun Hujan Tanjungpinang
Periode Ulang K XT ( mm )
No. Yt
TR ( YT - Yn ) / Sn Xr + Sd . K
1 2 0,37 -0,14 142,84

2 5 1,500 1,06 143,40

3 10 2,250 1,85 142,84

6.4.1.3. Perhitungan dengan Distribusi Normal

Tabel 6.4.
Curah Hujan Rancangan dengan Distribusi Normal
Stasiun Hujan Tanjungpinang

No Periode Ulang X TR
K Peluang
. TR Xr + Sd . K
1 2 -0,003 142,77

2 5 0,701 168,72

3 10 1,234 188,35

6.4.1.4. Perhitungan dengan Metode Log Person

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 4


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

Tabel 6.5.
Curah Hujan Rancangan dengan Metode Log Pearson Tipe III
Stasiun Hujan Tanjungpinang
Koefisien
Periode Ulang Log XT = Log Xr + XT ( mm )
No. Skew
G . Sd
TR G 10 ^ Log XT
1 2 0,017 2,16 143,53

2 5 0,846 2,25 179,23

3 10 1,270 2,30 200,78

Gambar 6.1.
Grafik Curah Hujan Rancangan Berbagai Metode

6.4.2. Analisis Frekuensi

Langkah awal sebelum menentukan hujan rancangan, adalah melakukan


analisis frekuensi. Analisis ini didasarkan pada sifat statistik yang tersedia

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 5


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

untuk memperoleh probabilitas besaran hujan rancangan atau debit banjir


dengan kala ulang yang sudah ditentukan.

Beberapa parameter yang harus dihitung dalam analisis frekuensi ini antara
lain:

a. Standart Deviasi (S)

( Xi  X ) 2
S
n 1
b. Koefisien keragaman sample (Cv)
S
CV 
X
c. Koefisien kemiringan populasi (Cs)
n ( Xi  X ) 3
CS 
(n  1)( n  2) S 3

d. Koefisien Kurtosis (Ck)


n ( Xi  X ) 4
Ck 
(n  1)(n  2)(n  3) 4
keterangan :
Xi = data hujan
X = rata-rata data hujan
n = jumlah sample

Untuk keperluan analisis probabilitas banjir biasanya dipakai satu dari


beberapa macam sebaran distribusi tergantung sebaran mana yang cocok.
Apabila dari ketiga sebaran (Normal, Log normal dan Gumbel) tidak ada
yang cocok, maka untuk perhitungan curah hujan rancangannya digunakan
Log Pearson type III.

Adapun hasil dari analisa berdasarkan data yang telah didapat adalah sebagai
berikut:

HASIL ANALISA

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 6


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

6.4.2.1. Analisa Frekuensi dengan Log Normal 2 Parameter

Tabel 6.6.
Analisa Frekuensi dengan Log Normal 2 Parameter
Stasiun Hujan Tanjungpinang

Hujan Harian
N PERHITUNGAN
Maks. KETERANGAN
o
Tahun R24 diurutkan Tr = (n+1) / m
1 2001 110,60 183,50 11,00 Jumlah Data, n = 10
137,5 Hujan Maks. rata rata,
2 2002 183,40 5,50 = 142,88
0 Xr
148,6
3 2003 182,30 3,67 Standard Deviasi, Sd = 36,85
0
183,4
4 2004 176,60 2,75 Koef. Variasi, Cv = Sd / Xd
0
183,5
5 2005 148,60 2,20 = 0,26
0
176,6
6 2006 137,50 1,83
0
182,3
7 2007 110,60 1,57
0
103,9
8 2008 109,60 1,38
0
109,6
9 2009 103,90 1,22
0
10 2010 92,80 92,80 1,10
Jumlah 1428,8

6.4.2.2. Analisa Frekuensi Distribusi Normal

Tabel 6.7.
Analisa Frekuensi dengan Distribusi Normal
Stasiun Hujan Tanjungpinang
Hujan Harian Maks. PERH ITUN GAN
No KETERAN GAN
Tahun R 24 diurutkan Tr = (n+1) / m
1 2001 110,60 183,50 11,00 Jumlah Data, n = 10
2 2002 137,50 183,40 5,50 Hujan Maks. rata rata, Xr = 142,88
3 2003 148,60 182,30 3,67 Standard Deviasi, Sd = 36,85
4 2004 183,40 176,60 2,75 Koef. Variasi, Cv = Sd / Xd

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 7


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

5 2005 183,50 148,60 2,20 = 0,26


6 2006 176,60 137,50 1,83
7 2007 182,30 110,60 1,57
8 2008 103,90 109,60 1,38
9 2009 109,60 103,90 1,22
10 2010 92,80 92,80 1,10
Jumlah 1428,8

6.4.2.3. Analisa Frekuensi Metode Log Pearson Tipe III

Tabel 6.8.
Analisa Frekuensi dengan Metode Log Pearson Tipe III
Stasiun Hujan Tanjungpinang
Hujan Harian Maks. PERHITUNGAN
No Log Xi - ( Log Xi - ( Log Xi -
Tahun R24 diurutkan Log Xi
Log Xr Log Xr ) 2 Log Xr )3
1 2001 110,60 183,50 2,26 0,11 0,01 0,0013
2 2002 137,50 183,40 2,26 0,11 0,01 0,0013
3 2003 148,60 182,30 2,26 0,11 0,01 0,0012
4 2004 183,40 176,60 2,25 0,09 0,01 0,0008
5 2005 183,50 148,60 2,17 0,02 0,00 0,000005
6 2006 176,60 137,50 2,14 -0,02 0,00 -0,000005
7 2007 182,30 110,60 2,04 -0,11 0,01 -0,0014
8 2008 103,90 109,60 2,04 -0,12 0,01 -0,0015
9 2009 109,60 103,90 2,02 -0,14 0,02 -0,0026
10 2010 92,80 92,80 1,97 -0,19 0,04 -0,0066
Jumlah 1428,8 0,12 -0,0076

Jumlah Data, n = 10,00


Hujan Maks. rata
= 142,88
rata, Xr
Standard Deviasi,
= 0,12
Sd
Log Xr = 2,15
Koefisien Skewness,
=
Cs -0,067
= -0,100 ( Tabel koefisien kepencengan yang negatif )

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 8


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

6.4.3. Pemilihan Distribusi Frekuensi

Dalam pemilihan sebaran yang dipakai, ada suatu ketentuan untuk nilai Cs
(koefisien skewness) dan Ck (koefisien kurtosis).

Untuk lebih jelasnya mengenai syarat pemilihan distribusi sebaran dan


perhitungan distribusi frekuensi dapat dilihat pada table.

Tabel 6.9.
Syarat Pemilihan Distribusi
No Sebaran Syarat Keterangan
1 Normal Ck = 3  3 Bila dalam analisis salah satu
sebaran
2 Log Normal Cs = 3 CV tidak ada yang cocok, maka
digunakan
3 Gumbel Cs = 1,1296 rumus Log Pearson Type III
Ck = 5,4

6.5. ANALISA DEBIT BANJIR RENCANA SALURAN PEMBUANG

Banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alami dengan
periode ulang yang sudah ditentukan, yang dapat dialirkan tanpa membahayakan
suatu proyek didalamnya. Periode ulang didefinisikan sebagai waktu hipotetik di
mana hujan atau debit dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui
sekali dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan data yang tersedia, maka metode
analisa banjir rencana dapat diklasifikasikan dalam beberapa metode.

6.6. PEMILIHAN METODE ANALISA DEBIT RANCANGAN

Analisa debit banjir dilakukan pada suatu titik tinjauan untuk untuk
mendapatkan debit rencana dengan berbagai kala ulang. Kala ulang yang ditinjau
pada studi ini meliputi 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun. Untuk perhitungan hidrologi
banyak cara pendekatan, model serta hasil penelitian yang dapat digunakan untuk

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 9


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

menghitung besarnya banjir rencana, yang secara umum dapat dipisahkan menjadi
3 kelompok yaitu :

1. Cara pendekatan statistik.


2. Cara empiris berdasarkan persamaan rasional
3. Cara yang didasarkan pada teori hidrograf satuan

Cara pendekatan statistik diharuskan dengan analisis frekuensi terhadap data


pengukuran debit yang berkesinambungan dalam kurun waktu yang cukup. Cara
ini sangat mudah karena tidak memerlukan pengetahuan yang mendalam tentang
sistem DAS dan masih dianggap memberikan hasil yang paling baik.

Di Indonesia dikenal beberapa rumus perkiraan banjir yang didasarkan pada


persamaan rasional antara lain yang di kemukakan oleh Melchior, Haspers dan
Der Weduwen. Pada prinsipnya cara ini menggunakan konsep koefisien limpas
dan koefisien reduksi yang dapat mengundang subyektifitas yang besar dari
perencananya. Agar didapatkan hasil yang baik, dianjurkan cara ini digunakan
pada DAS yang kecil dan unsur-unsur penyusunannya seragam.

Cara hidrograf satuan pada hakekatnya menggunakan hidrograf satuan untuk


mengalih ragamkan hujan rancangan menjadi debit banjir. Cara ini dapat
diperoleh dengan berbagai cara antara lain :
1. Melakukan pengamatan data AWLR, disebut hidrograf satuan terukur.
2. Mengamati parameter-parameter DAS, disebut hidrograf satuan sintesis.
3. Mengacu pada DAS disekitarnya yang memiliki kondisi hidrologi,
meteorologi, serta topografi yang mirip.

Pemilihan metode analisa debit banjir yang digunakan pada suatu daerah,
ditinjau dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Kesesuaian data.
2. Tingkat ketelitian yang diharapkan.
3. Kesesuaian dengan DAS yang ditinjau.

Secara umum pemilihan metode perhitngan debit banjir dijelaskan


pada gambar 6.1. Berdasarkan faktor-faktor tersebut diatas, maka prakiraan debit

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 10


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

banjir rencana di saluran Primer dari Prentjak Grand Bintan Center - Sei Carang
dihitung dengan menggunakan pendekatan cara empiris.
Beberapa metode tersebut diatas merupakan metode yang dipilih dalam studi
ini, karena mendekati karakteristik DAS yang ditinjau, selain itu parameter-
parameter yang digunakan sangat spesifik sehingga mendekati kebenaran.

Untuk memperjelas gambaran tentang metode yang digunakan, berikut ini


disajikan penjabaran masing-masing rumus yang diterapkan.
6.6.1. Metode Der Weduwen

Metode ini dimunculkan pertama kali pada tahun 1937 oleh Prof. Der
Weduwen. Pemakaiannya hanya terbatas pada Daerah Pengaliran Sungai yang
mempunyai luasan tidak lebih dari 100 Km2.

 Metode Perhitungan :

1. Debit maksimum ( Qmax )

Q max   ..  . q. A

dimana :
Qmax = debit maksimum ………………..(m /dt)
 = koefisien aliran
 = koefisien reduksi
A = luas daerah pengaliran ………..(km )
q = hujan maksimum ……………….(m / km /dt

2. Koefisien Aliran (  )

4,1
  1
 .q  7

3. Koefisien reduksi (  )

120  (t  1) / (t  9). A

120  A

4. Waktu konsentrasi ( tc )

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 11


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

tc  0,125 L. Q 0,125 . i 0,25

5. Hujan maksimum ( q )

67,65
q
t  1,45
keterangan :

t = 1/6 sampai dengan 12 jam


A = <100 km2

6.6.2. Metode Haspers

Metode ini pada prinsipnya mengikuti cara pendekatan rasional dengan


mempertimbangkan beberapa parameter yang ada kaitannya dengan sungai,
yaitu luas DPS (A), panjang sungai (L), intensitas hujan (I) serta beda tinggi
antara titik pengamatan dengan ujung sungai teringgi (H).

 Metode Perhitungan :

1. Debit maximum (Qmax)


Q max   ..  . q. A

2. waktu konsentrasi ( tc )
tc  0,1 L0 ,8 .i 0 , 3

3. koefisien aliran ( a )
(1  0,012 A0 ,7 )

( 0,075 A0,7 )

4. koefisien reduksi ( b )
tc  ( 3,7 x10 0,4 t ) A 0, 75
1/   1
( tc  15).12

5. hujan maksimum ( qt )
q  Rt / 3,6t

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 12


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

Rt  R  S x .U

keterangan :
t = waktu curah hujan…………………………….(jam)
R = curah hujan maksimum rata-rata……………(mm)
Sx = simpangan baku (standard deviasi)
U = variable simpangan untuk kala ulang
Rt = curah hujan dengan kala ulang T tahun……(mm)

berdasarkan Haspers ditentukan :

untuk waktu t < 2 jam

tiRt
Rt 
tc  1  0,0008(260  Rt )( 2  tc) 2

untuk 2 jam < t < 19 jam

tcRt
Rt 
tc  1

untuk 19 jam < t < 30 hari

Rt  0,707. R24 . t  1

6.6.3. Metode Melchior

Metode ini pada prinsipnya menggunakan rumus dasar metode Rasional.


Pada metode ini cara menentukan hujan maksimum, Melchior telah membuat
grafik hubungan antara persentase curah hujan dengan t terhadapcurah hujan
harian dengan luas DPS dan waktu.

 Metode Perhitungan :

1. Debit maksimum (Qmax)

Q max   ..  . q. A

2. Koefisien Aliran (  )
Harga koefisien aliran berkisar antara 0,42 - 0,62.

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 13


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

3. Koefisien reduksi (  )
1970
A 3960  1720
  0,12

4. Waktu konsentrasi ( tc )

tc  L / 3,6V
V  1,315 .  . q. A. i 2
i  H / 0,9 L
T  0,186 L. Q 0,24 . i 0,4

dimana :
tc = waktu konsentrasi (jam)
L = panjang sungai (km)
V = kecepatan rata-rata (m/dt)
T = waktu periode ulang

6.6.4. Metode Rasional Praktis

Metode ini menggambarkan hubungan antara debit limpasan dengan besar


curah hujan secara praktis, berlaku untuk DPS hingga 5000 ha. Dua parameter
utama yang digunakan adalah waktu konsentrasi (tc) dan intensitas curah hujan
(itc).

 Metode Perhitungan :

1. waktu konsentrasi ( tc )

tc  7 2 . ( H / L ) 0 . 6

2. intensitas hujan (itc)

Rt
itc  ( 24 / t ) 2 / 3
24
3. Debit maksimum dengan kala ulang (Qt)
1
Qt  . C. i . A
3,6

Keterangan:
A : luas DPS (km2)

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 14


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

L : panjang sungai (km)


H : perbedaan titik pengukuran sampai akhir pengukuran (m)
tc : waktu konsentrasi
itc : intensitas hujan pertama waktu konsentrasi
Rt : hujan kala ulang
C : koefisien limpasan (lihat tabel 6.2)

Tabel 6.10.

Nilai Koefisien Limpasan (C)

Karakter Tanah Tata Guna Lahan Koefisien Limpasan


 Campuran pasir dan / atau campuran  pertanian 0,20
kerikil  padang 0,15
rumput 0,10
 hutan
 Geluh dan sejenisnya  pertanian 0,40
 padang 0,35
rumput 0,30
 hutan
 Lempung dan sejenisnya  pertanian 0,50
 padang 0,45
rumput 0,40
 hutan

6.7. ANALISA DATA HUJAN

6.7.1. Analisis Faktor Reduksi Curah Hujan

Analisis digunakan untuk memprediksi curah hujan pada suatu areal yang
akan diketahui debit banjir rencana yang mengalir berdasarkan data hujan
terpusat yang terdapat pada daerah lokasi studi.

Menghitung rata-rata curah hujan daerah berdasarkan data curah hujan


terpusat di pakai rumus Horton’s, sebagai berikut:

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 15


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

Pb = Po . exp ( (- k An)

Dengan :

Pb = Rata-rata curah hujan daerah aliran (mm)


Po = Maximum curah hujan terpusat (mm)
A = Luas daerah aliran (Km2)
k = Koefisein faktor areal (k = 0,10)
n = Koefisien faktor tanaman (n = 0,25)
Curah hujan rerata daerah rencana dihitung berdasarkan data awal dari
Badan Meteorologi dan Geofisika Bandara Raja Haji Fisabilillah
Tanjungpinang.
Besarnya koefisien reduksi untuk masing-masing DAS yang berpengaruh
pada sistem jaringan drainase TPA Sei-Carang adalah sebagai berikut:
Tabel 6-4 Faktor Reduksi Luas DAS

Badan Meteologi dan Geofisika Bandara Raja Haji Fisabilillah


Tanjungpinang.
Faktor Reduksi Horton’s
Fa = exp (- k An)
Pb = fa x Po

Tabel 6.11.
Faktor Reduksi Luas DAS
No. Parameter Satuan Faktor Keterangan
Reduksi
1. Koefisien k 0.10
2. Koefisien n 0.25
3. Luas DPS Km2 3.9
4. Faktor Reduksi 0.87

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 16


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

HASIL ANALISIS DENGAN SMIRNOV-KOLMOGOROV

KECOCOKAN KORELASI HASIL UJI

Tabel 6.12.

Smirnov-Kolmogorov untuk Log Normal dengan 2 Parameter

Stasiun Hujan Tanjungpinang

TR Xaktual Xprediksi D
m Weibull K
1/W ( R24 ) Xr + ( Sd . K ) XA - XP
1 0,09 11,00 1,31 183,50 191,05 7,55
2 0,18 5,50 0,77 183,40 171,42 11,98
3 0,27 3,67 0,46 182,30 159,94 22,36
4 0,36 2,75 0,24 176,60 151,79 24,81
5 0,45 2,20 0,07 148,60 145,47 3,13
6 0,55 1,83 -0,07 137,50 140,31 2,81
7 0,64 1,57 -0,19 110,60 135,94 25,34
8 0,73 1,38 -0,29 109,60 132,16 22,56
9 0,82 1,22 -0,38 103,90 128,83 24,93
10 0,91 1,10 -0,46 92,80 125,84 33,04
Selisih Maksimum,
33,04
Δmaks.
Nilai Kritis 5% ditolak,
33,00
Δo
Korelasi hasil uji
Ditolak
kecocokan

Tabel 6.13.

Smirnov-Kolmogorov dengan Gambel

Stasiun Hujan Tanjungpinang

m Weibull TR Yt Xaktual Xprediksi D

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 17


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

( R24 ) XA - XP
1 0,09 11,00 2,35 183,50 190,60 7,10
2 0,18 5,50 1,61 183,40 187,65 4,25
3 0,27 3,67 1,14 182,30 184,78 2,48
4 0,36 2,75 0,79 176,60 177,74 1,14
5 0,45 2,20 0,50 148,60 148,62 0,02
6 0,55 1,83 0,24 137,50 136,51 0,99
7 0,64 1,57 -0,01 110,60 108,66 1,94
8 0,73 1,38 -0,26 109,60 106,70 2,90
9 0,82 1,22 -0,53 103,90 99,96 3,94
10 0,91 1,10 -0,87 92,80 87,56 5,24
Selisih Maksimum, Δmaks. 29,99
Nilai Kritis 5% ditolak, Δo 33,00
Korelasi hasil uji kecocokan Diterima
Keterangan :
Yt = -ln ( -ln ( TR - 1 ) / TR)
Xprediksi = Xr + (( Yt - Yn ) / (Sn * Sd))

Tabel 6.14.
Smirnov-Kolmogorov untuk Distribusi Normal
Stasiun Hujan Tanjungpinang
m Weibull TR K X aktual X prediksi 
1/W ( R 24 ) Xr + ( Sd . K ) XA - XP
1 0,09 11,00 1,31 183,50 191,05 7,55
2 0,18 5,50 0,77 183,40 171,42 11,98
3 0,27 3,67 0,46 182,30 159,94 22,36
4 0,36 2,75 0,24 176,60 151,79 24,81
5 0,45 2,20 0,07 148,60 145,47 3,13
6 0,55 1,83 -0,07 137,50 140,31 2,81
7 0,64 1,57 -0,19 110,60 135,94 25,34
8 0,73 1,38 -0,29 109,60 132,16 22,56
9 0,82 1,22 -0,38 103,90 128,83 24,93
10 0,91 1,10 -0,46 92,80 125,84 33,04
Selisih Maksimum,
33,04
Δmaks.

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 18


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

Nilai Kritis 5% ditolak,


33,00
Δo
Korelasi hasil uji
Ditolak
kecocokan

Tabel 6.15.
Smirnov-Kolmogorov untuk Metode Log Pearson Tipe III
Stasiun Hujan Tanjungpinang
Xaktual Xprediksi D
m Weibull TR K
( R24 ) XA - XP
1 0,09 11,00 0,115 183,50 147,11 36,39
2 0,18 5,50 0,075 183,40 145,65 37,75
3 0,27 3,67 0,052 182,30 144,80 37,50
4 0,36 2,75 0,036 176,60 144,19 32,41
5 0,45 2,20 0,023 148,60 143,72 4,88
6 0,55 1,83 0,012 137,50 143,34 5,84
7 0,64 1,57 0,004 110,60 143,01 32,41
8 0,73 1,38 -0,004 109,60 142,73 33,13
9 0,82 1,22 -0,011 103,90 142,48 38,58
10 0,91 1,10 -0,017 92,80 142,26 49,46
Standar Deviasi, Sd = 36,85
Hujan Maks.
= 142,88
rata rata, Xr
Selisih Maksimum,
49,46
Δmaks.
Nilai Kritis 5% ditolak, Δo 33,00
Korelasi hasil uji
Ditolak
kecocokan

Tabel 6.16.

Resume Smirnov-Kolmogorov

Selisih Untuk Nilai Kritis 5 %


No. Log Normal
Normal Gumbell Log Pearson III
2 Paramater

1 7,55 7,55 7,10 36,39


2 11,98 11,98 4,25 37,75

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 19


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

3 22,36 22,36 2,48 37,50


4 24,81 24,81 1,14 32,41
5 3,13 3,13 0,02 4,88
6 2,81 2,81 0,99 5,84
7 25,34 25,34 1,94 32,41
8 22,56 22,56 2,90 33,13
9 24,93 24,93 3,94 38,58
10 33,04 33,04 5,24 49,46
Selisih
33,04 33,04 7,10 49,46
Maks
Uji
Ditolak Ditolak Diterima Ditolak
Kecocokan

6.7.2. Analisis Frekuensi

Analisis frekuensi merupakan pendekatan dengan analisis statistic untuk


menentukan probalitas kejadian dengan kala ulang tertentu.

Metoda ini diterapakan untuk menghitung curah hujan rencana pada


berbagai kala ulang. Analisis ini dilakukan dengan metoda Gumbel. Data curah
hujan maksimum harian menggunakan data pengamatan Badan Meteologi dan
Geofisika Bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang. Berdasarkan
perhitungan diperoleh curah hujan rencana pada beberapa kala ulang sebagai
berikut:

Tabel 6.17.

Curah Hujan Rencana dengan Beberapa Kala Ulang

Kala Ulang (Tahun) Probabilitas Curah Hujan


(mm)
2 127,5
5 159,0
10 179,8
20 193
25 210

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 20


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

50 253
Sumber: Analisa Konsultan

Hasil perhitungan curah hujan periode ulang

Tabel 6.18.

Perhitungan Curah Hujan Berbagai Metode Perhitungan

Periode Log Normal Log Pearson II Log Pearson III


Gumbel (mm)
Ulang (mm) (mm) (mm)

2 142,8 142,8 143,5 127,5


5 168,7 168,7 179,2 159,0
10 188,4 188,4 200,8 179,8

Tabel 6.19.

Harga G pada Distribusi Log Pearson Tipe III

Untuk Koefisiensi Kepencengan Negatif

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 21


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

Tabel 6.20.

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 22


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

a
n
0,20 0,10 0,05 0,01

5 0,45 0,51 0,56 0,67

10 0,32 0,37 0,41 0,49

15 0,27 0,30 0,34 0,40

20 0,23 0,26 0,29 0,36

25 0,21 0,24 0,27 0,32

30 0,19 0,22 0,24 0,29

35 0,18 0,20 0,23 0,27

40 0,17 0,19 0,21 0,25

45 0,16 0,18 0,20 0,24

50 0,15 0,17 0,19 0,23

n > 50 1.07/n0.5 1.22/n0.5 1.36/n0.5 1.63/n0.5

Harga Krisis (d-Cr) Smrnov-Kolmogorof

6.8. PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI

Evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan metoda Penman


Modifikasi, dengan menggunakan data-data Badan Meteorologi dan Geofisika
Bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang.

Perhitungan ini evapotranspirasi dapat didekati secara empiris dengan


berbagai persamaan hasil penelitian, adapun penerapannya antara lain didasarkan
pada ketersediaan data-data yang ada disekitar lokasi proyek.

Untuk suatu lokasi study yang mempunyai data cukup lengkap tersedia antara
lain data suhu udara, kelembaban, kecepatan angina, dan durasi penyinaran
matahari atau radiasi. Seyogyanya agar digunakan metoda Penman (1948), yang
dapat memberikan hasil lebih memuaskan dibandingkan metoda lain.

Persamaan yang digunakan dalam metoda Penman adalah sebagai berikut:

ETo = c (W . Rn + (1 – W) . f(u) . (ea – ed) )

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 23


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

Dengan :

ETo = evapotranspirasi tanaman dalam mm/hari


W = faktor suhu udara
Rn = net radiasi ekuivalen dengan evaporasi, mm/hari
f(u) = fungsi akibat kecepatan angin
(ea-ed) = perbedaan antara tekanan uap jenuh pada kondisi suhu udara rata-rata
dengan tekanan upa jenuh rata-rata, dalam mbar
c = faktor penyesuaian akibat perubahan cuaca pada siang dan malam hari

1. Parameter (ea – ed)

Kelembaban udara berpengaruh terhadap ETo, dan dalam konteks ini (ea-
ed) adalah pengurangan tekanan uap jenuh yang merupakan selisih dari
tekanan uap air jenuh rata-rata (ea) dengan rata-rata tekanan uap air jenuh
aktual (ed). Parameter ini biasa diekspresikan dalam satuan mbar, jika ed
dalam mm Hg, maka apabila dikalikan dengan 1,33 akan didapatkan mbar.

Tabel 6.6 memberikan nilai ea berdasarkan suhu udara, dan Tabel 6.7
adalah tabel untuk ed.

Ed = ea x Rhmean / 100 (mbar)

2. Parameter fungsi angin f(u)

Pengaruh angin terhadap persamaan Penman ditunjukan pada persamaan


berikut:

F(u) = 0,27 ( 1 + U/100)

Dengan:
U = kecepatan rata-rata hembusan angin yang bertiup pada ketinggian
2 m selama 24 jam (km/hari).

Persamaan tersebut digunakan apabila (ea-ed) dalam satuan mbar.


Apabila data kecepatan angin tidak terukur pada ketinggian 2 m, maka
faktor koreksinya adalah:

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 24


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

Tabel 6.21.

Faktor koreksi Kecepatan Angin

Pengamaatan 0,50 1,00 1,50 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00


ketinggian (m)
Faktor Koreksi 1,35 1,15 1,06 1,00 0,93 0,88 0,85 0,83

3. Faktor Beban Radiasi dan Kelembaban (Weighting Factor 1-W)


Factor ini merupakan factor yang mewakili pengaruh angin dan
kelembaban. Hubungan factor beban radiasi dan kelembaban dapat dilihat
pada Tabel 6.7.
4. Faktor Beban (Weighting Factor W)
Faktor W mewakili pengaruh radiasi dan dapat dilihat pada Tabel 6.8.
5. Radiasi Netto (Rn)
Radiasi netto adalah selisih antara seluruh radiasi yang diterima bumi
dengan yang dipantulkan kembali. Radiasi netto total adalah sama dengan
selisih antara Rns dan Rn1, atau Rn = Rns - Rn1
Beberapa persamaan untuk menghitung beberapa persamaan diatas adalah:
Rns = ( 1 - α ) Rs
α = 0,25
Ra = (0,25 + 0,50 n / N ) Ra
Tabel 6.111, 6.12, dan 6.13 berturut-turut memberikan hubungan antara
n/N dengan Rns dengan Rn1, suhu udara dengan Rn1, dan ed dengan Rn1.

6. Faktor Penyesuaian c (Adjustment factor)


Persamaan Penman diasumsikan digunakan pada kondisi-kondisi yang
umum, dimana radiasi matahari adalah sedang sampai tinggi juga kondisi
umum, dimana radiasi matahari adalah sedang sampai tinggi juga kondisi
kelembaban udara relatif, juga kecepatan angina. Untuk mengentisipasi
perubahan ini, Tabel 5-14 memberikan angka koreksi terhadap hal tersebut.

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 25


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

Perhitungan evapotranspirasi menggunakan data-data Badan Meteorology


dan Geofisika Bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang, dimana dari hasil
perhitungan didapatkan angka evapotranspirasi rerata sebesar 4,83 mm/hari
sebagaimana tertera pada Tabel 6.6.
Tabel 6.22.
Hasil Perhitungan Evapotranspirasi
Satuan : mm/hari
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Rerat
a
4.84 6.71 5.16 5.99 5.15 4.24 3.75 3.75 5.07 4.46 4.07 4.73 4.83
Sumber: Hasil Analisa Konsultan

Pengaruh karakteristik tanaman terhadap perhitungan kebutuhan air tanaman


ditunjukkan dengan koefisien (kc), sehingga untuk menghitung evapotranspirasi
tanaman dengan jenis komoditi tertentu ditentukan dengan persamaan :

ET – crop = kc x ETo

6.9. ANALISA DEBIT PEMBUANG RENCANA

Perhitungan debit rencana mengacu pada ketentuan perencanaan debit untuk


blok areal kecil yang diterapkan untuk perencanaan saluran pengumpul (collector
drain) intern dan pendekatan untuk luasan besar yang diterapkan untuk
perencanaan saluran drainase utama (main drain).

Pendekatan koefisien pengaliran diasumsikan seperti pada pembuangan air di


kawasan pemukiman. Perhitungan debit drainase diperhitungkan berdasarkan data
historis curah hujan dengan mengidentifikasi kejadian hujan yang menimbulkan
limpasan yang cukup berpengaruh. Misalkan pada kurun waktu tertentu terjadi
limpasan permukaan yang besar dan ditandai dengan penuhnya saluran-saluran
pembuang, dan hal tersebut terjadi setelah terjadi hujan yang cukup lebat.

Jumlah kelebihan air yang harus dikeringkan dalam kawasan tersebut disebut
modulus pembuang atau koefisien pembuang dan ini bergantung pada:

1. Curah hujan selama periode tertentu


2. Besarnya limpasan yang berasal dari limbah

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 26


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

3. Evapotranspirasi dan perkolasi tanah


4. Tampungan-tampungan
5. Luas daerah pengaliran
6. Sumber-sumber kelebihan air yang lain
Pembuang permukaan dinyatakan sebagai:
D(n) = R(n)T + n (IR – ET – P) - ∆S
Dengan:
n = jumlah hari berturut-turut
D(n) = limpasan pembuang permukaan selama n hari, mm.
R(n)T = curah hujan dalam n hari berturut-turut dengan periode
ulang T tahun, mm.
ET = evapotranspirasi, mm/hari.
P = perkolasi, mm/hari.
∆S = tampungan tambahan

Metode Rasional

Persamaan untuk penentuan debit puncak banjir yang terjadi pada suatu
kawasan dapat diperhitungkan dengan persamaan yang menghubungkan
besarnya tinggi curah hujan, tinggi koefisien pengaliran dan luas kawasan
tersebut.

Tabel 6.23.

Besaran Koefisien Pengaliran

No. Kondisi Tanah Permukaan Harga C *)


1. Jalan beton dan jalan aspal 0.70 – 0.95
2. Jalan kerikil dan jalan tanah 0.40 -0.70
3. Bahu jalan:
- Tanah berbutir halus 0.40 – 0.65
- Tanah berbutir kasar 0.10 – 0.20
- Batuan masif keras 0.70 – 0.85
- Batuan masif lunak 0.60 – 0.75
4. Daerah perkotaan 0.70 – 0.95
5. Daerah pinggiran kota 0.60 – 0.70
6. Daerah Industri 0.60 – 0.90
7 Pemukiman padat 0.40 – 0.80

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 27


Laporan Akhir
DED Pembangunan Drainase Prentjak Grand Bintan Center – Sei Carang

8. Pemukiman tidak padat 0.40 – 0.60


9. Taman dan kebun 0.20 – 0.40
10. Persawahan 0.45 – 0.60
11. Perbukitan 0.70 – 0.80
12. Pegunungan 0.75 – 0.90
Sumber : SNI 03-3424-1994 Tata Cara Perencanaan Drainse Permukaan
*) untuk daerah datar diambil nilai C yang terkecil dan untuk
daerah lereng diambil nilai C yang besar.

Bila daerah pengaliran terdiri dari beberapa tipe kondisi permukaan yang
mempunyai nilai C yang berbeda, harga C rata-rata ditentukan dengan
persamaan:

C1A1 + C2A2 + C3A3 + . . .


C = ----------------------------------
A1 + A2 + A3

Dengan :

C1, C2, C3, = koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi
permukaan.
A1, A2, A3, = luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan
kondisi permukaan

CV. GRAHADITAMA Consultan VI - 28

Anda mungkin juga menyukai