Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun
kronis disebabkan oleh bakteri dapat terlokalisir atau difus, telinga
rasa sakit. Faktor penyebab timbulnya otitis eksterna ini,
kelembaban, penyumbatan liang telinga, trauma lokal dan alergi.
Faktor ini menyebabkan berkurangnya lapisan protektif yang
menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk
melalui kulit, invasi dan menimbulkan eksudat.
Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah
pseudomonas (41 %), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%)
dan bakteroides (11%). Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi
liang telinga bagian luar yang dapat menyebar ke pina, periaurikular,
atau ke tulang temporal. Biasanyaseluruh liang telinga terlibat, tetapi
pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan
lokalotitis eksterna.
Penyakit ini merupakan penyakit telinga bagian luar yang
sering dijumpai, disamping penyakit telinga lainnya. Berdasarkan
data yang dikumpulkan mulai tanggal Januari 2000 s/d Desember
2000 di Poliklinik THT RS H.Adam Malik Medan didapati 10746
kunjungan baru dimana,dijumpai 867 kasus (8,07 %) otitis eksterna,
282 kasus (2,62 %) otitis eksterna difusa dan 585 kasus(5,44 %)
otitis eksterna sirkumskripta. Penyakit ini sering diumpai pada
daerah-daerah yang panasdan lembab dan jarang pada iklim- iklim
sejuk dan kering. (Abdul Gofar, 2006)
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang otitis
eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga serta
mendapatkan gambaran teori dan Asuhan Keperawatan pada klien
otitis eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi telinga luar
b. Untuk mengetahui definisi otitis eksterna, otitis eksterna
maligna dan massa di luar telinga
c. Untuk mengetahui etiologi otitis eksterna, otitis eksterna
maligna dan massa di luar telinga
d. Untuk mengetahui patofisiologi otitis eksterna, otitis
eksterna maligna dan massa di luar telinga
e. Untuk mengetahui WOC otitis eksterna, otitis eksterna
maligna dan massa di luar telinga
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis otitis eksterna, otitis
eksterna maligna dan massa di luar telinga
g. Untuk mengetahui komplikasi otitis eksterna, otitis eksterna
maligna dan massa di luar telinga
h. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic otitis eksterna,
otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan otitis eksterna, otitis
eksterna maligna dan massa di luar telinga
j. Untuk mengetahui prinsip etik keperawatan pada otitis
eksterna, otitis eksterna maligna dan massa di luar telinga
k. Untuk mengetahui asuhan keperawatan otitis eksterna, otitis
eksterna maligna dan massa di luar telinga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Otitis eksterna adalah radang merata kulit liang telinga yang
disebabkan oleh kuman maupun jamur (otomikosis) dengan tanda-
tanda khas yaitu rasa tidak enak diliang telinga, deskuamasi, sekret
di liang telinga dan kecenderungan untuk kekambuhan.
Otitis eksterna adalah suatu infeksi pada saluran telinga.
Infeksi ini bisa menyerang seluruh saluran (otitis eksterna
generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul
(furunkel). Otitis eksterna seringkali disebut sebagai telinga
perenang (swimmer's ear).
Otitis Eksterna adalah radang telinga eksterna. (Kamus saku
Kedokteran DORLAND. 2002) Otitis eksterna adalah radang telinga
akut maupun kronik yang disebabkan bakteri. Sering kali timbul
dengan penyebab lain seperti jamur, alergi, atau virus. (Kapita
Selekta Kedokteran, 2003).

B. Etiologi
Etiologi otitis eksterna dibagi menjadi:
1. Otitis Eksterna Sirkumskripta
Etiologi: Staphylococus aureus, staphylococus albus.
2. Otitis Eeksterna Difus
Etiologi: Pseudomonas, Staphylococus Albus, Eschericia coli
dan Enterobacter Aerogenes. Otitis eksterna difus dapat juga
terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.
3. Otomikosis
Etiologi: Jamur Aspergillus, Candida Albican
4. Otitis Eksterna Maligna
Etiologi: Pseudomonas
C. Manifestasi Klinis
1. Nyeri
2. Gangguan pendengaran
3. Rasa penuh pada telinga
4. Gatal-gatal
5. Terdapat secret/cairan yang berbau busuk
6. Liang telinga tampak bengkak
7. Hiperemis
8. Adanya edema (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
9. Jika saluran telinga membengkak atau terisi oleh nanah dan sel-
sel kulit yang mati, maka bisa terjadi gangguan pendengaran.
10. Biasanya jika daun telinga ditarik atau kulit didepan saluran
telinga ditekan akan timbul nyeri.
11. Dengan menggunakan otoskop, kulit pada saluran telinga
tampak merah, membengkak dan penuh dengan nanah dan sel-
sel kulit yang mati. (Anonymus, 2011)
12. Nyeri spontan timbul saat membuka mulut (sendi temporoman
dibularis) (Suparyanto, 2012)

D. Komplikasi
Komplikasinya meliputi :
1. Kondritis
2. Parotitis
3. Penyempitan saluran telinga
4. Otitis kronik
5. Defisit pendengaran
6. Osteomielitis tulang temporal dan basis kranii
7. Kelumpuhan syaraf fasial serta syaraf otak lain
8. Kematian
E. Patofisiologi dan Pathway
1. Patofisiologi
Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan
cara membuang sel-sel kulit yang mati dari gendang telinga
melalui saluran telinga. Membersihkan saluran telinga dengan
cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme
pembersihan ini dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke
arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan
menyebabkan penimbunan air yang masuk ke dalam saluran
ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lembut pada
saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
Infeksi oleh kuman pada kulit disepertiga luar liang telinga
yang mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar serumen membentuk furunkel.
Stadium prainflamasi timbul bila lapisan lipid meatus
akusticus eksternus terlepas karena lembab atau trauma
menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan
trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit,
terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu
terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan
dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu
menimbulkan perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu,
proses infeksi akan mengeluarkan cairan / nanah yang bisa
menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna)
sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan
pendengaran.
Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna
yaitu Pseudomonas (41%), Streptokokus (22%), Stafilokokus
aureus (15%) dan Bakteroides (11%) (Oghalai, 2003).
Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna,
periaurikuler dan tulang temporal.
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan :
a. Kulit liang telinga luar beralaskan periostium &
perikondrium bukan bantalan jaringan lemak sehingga
memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema
dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan
rasa sakit yang hebat.
b. Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar
bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga
sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan
dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar
sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada
penderita otitis eksterna.

Staduim kronik terdiri dari peradangan ringan dan infeksi


yang menetap meskipun diberi terapi.
2. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Jumlah leukosit
Jumlah leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi
b. Laju endap darah
Laju endap darah meningkat bervariasi dengan rata-rata 87
mm/jam. Laju endap darah dapat digunakan untuk
mendukung diagnosis klinik dari otitis eksternal akut atau
keganasan pada telinga yang tidak menyebabkan
peningkatan tes ini.
c. Kimia darah
Pasien yang diketahui dengan diabetik perlu pemeriksaan
kimia darah untuk menentukan intoleransi glukosa basal.
Pasien tanpa riwayat diabetes perlu diperiksa toleransi
glukosanya
d. Kultur dan tes sensivitas dari liang telinga
Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan sebelum
pemberian antibiotic. Organisme penyebab utama otitis
eksterna maligna adalah P. Aeruginosa (95 %). Organisme
ini anaerobik, gram negatif. Spesies pseudomonas
mempunyai lapisan mukoid untuk fagositosis. Eksotoksin
(yaitu eksotoksin A, kolagenase, elastase) dapat
menyebabkan nekrosis jaringan, dan beberapa strain
menghasilkan neurotoksin yang menyebabkan neuropati
kranial.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini penting untuk menentukan adanya osteomielitis,
perluasan penyaki, dan respond terapi,antara lain :
a. Technetium Tc 99 metylene diphosphonate bone scan
b. Gallium citrate Ga 67 scan
c. Indium In 111-labelled leucocyte scan
d. CT scan dan MRI keduanya berguna untuk memeriksa
perluasan inflamasi terhadap anatomi jaringan lunak,
pembentukan abses, komplikasi intracranial
G. Penatalaksaan Medis dan Keperawatan
1. Liang telinga dibersihkan dengan menggunakan kapas lidi.
2. Pemasangan tampon pita ½ cm x 5 cm yang telah dibasahi
dengan larutan Burowi filtrata pada MAE. Tampon secukupnya,
tidak boleh diletakkan terlalu ke dalam (nyeri/bahaya melukai
membran timpani, sulit mengeluarkan).
3. Tampon setiap 2-3 jam sekali ditetesi dengan larutan Burowi
agar tetap basah. Tampon diganti setiap hari. Larutan Burowi
dapat diganti dengan tetes telinga yang mengandung steroid dan
antibiotik.
4. Apabila diduga infeksi kuman Pseudomonas diberikan tetes
yang mengandung neomycine dan hydrocortisone.
5. Pada infeksi jamur digunakan tetes telinga larutan asam salisilat
2-5% dalam alkohol 20%.
6. Pada otitis eksterna kronik difus dapat diberikan triamsinolone
0,25% krim/salep atau dexamethasone 0,1%.
7. Antibiotik oral tidak perlu diberikan. (Rukmini, 2005).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. K DENGAN PENYAKIT OTITIS


EKSTERNA DI RUANG MAWAR RS PELITA SEHAT SURAKARTA

“Tn.K mengatakan keluar cairan pada telinga sejak 2 minggu yang lalu disertai
dengan nyeri yang hilang timbul. Hal itu dialami karna telinga Tn.K kemasukan air
pada saat berenang dilaut. Tn.K senang berenang di laut pada saat subuh menjelang
pagi hari. Tn.K juga sering mengorek-ngorek telinganya sejak telingnya kemasukan
air laut. Tn.K juga mengeluh pada saat telinganya terasa sangat gatal, kulit
telinganya terkelupas. Tn.K melakukan hal tersebut karena telinganya terasa penuh
dan kadang terasa nyeri. Beberapa hari setelah telinganya kemasukan air, Tn.K
mengalami demam. Tn.K merasa cemas akan telinganya, apakah dia bisa sembuh
seperti semula atau akan ada perubahan pada pendengarannya ”.

Tanggal Masuk RS : Kamis, 16 Juni 2016 Jam 09.15 WIB

Tanggal Pengkajian : Jum’at, 17 Juni 2016 Jam 10.00 WIB

Metode Pengkajian : Autoanamnesa

I. IDENTITAS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K
Umur/jenis kelamin : 21 tahun/Laki-laki
Status : Belum Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Mojosongo, Surakarta
Dx Medis : Otitis Eksterna

2. IDENTITAS KELUARGA
Nama : Ny. A
Umur/jenis kelamin : 60 tahun/ Perempuan
Status : Ibu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Mojosongo, Surakarta

II. RIWAYAT KESEHATAN


1. Keluhan Utama :
Terasa nyeri dan gatal dibagian telinga kanan dalam.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Klien mengatakan keluar cairan pada telinga kanan 2 sejak minggu
yang lalu disertai dengan nyeri yang hilang timbul.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Pasien mengatakan belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya,
dan belum pernah MRS.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Tidak ada yang mengalami riwayat penyakit yang sama dengan klien.

GENOGRAM
III. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan tahu tentang pentingnya kesehatan sehingga
apabila ada salah satu keluarga yang sakit langsung dibawa kerumah
sakit. Menurut pasien sehat adalah ia dapat melakukan aktivitasnya
dengan nyaman, dan sakit adalah ketika pasien merasakan segala
sesuatu yang membuat aktivitasnya tidak nyaman.

2. Pola Nutrisi dan Metabolik


Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi Klien makan sehari 3x Klien makan sehari 3x
sehari, minum 6-7 sehari, minum 6-7
gelas/hari gelas/hari
Jenis Makanan dan Minuman Makanan dan Minuman
Porsi 1 Porsi 1 Porsi
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

Antropometri
BB :
TB :
IMT : BB
3. Pola Eliminasi
a. BAB
Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi Klien BAB normal 2x/hari Klien BAB normal
2x/hari
Kosentrasi Lembek, tidak ada darah Lembek, tidak ada darah
Jumlah 300gr 300gr
Warna Normal Normal
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

b. BAK
Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi Klien BAK normal 6x Klien BAK normal 6x
sehari sehari
Jumlah Urine 240cc/BAK 240cc/BAK

Warna Normal Normal


Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

4. Pola Aktivitas dan Latihan


Sebelum Sakit Sesudah Sakit Keterangan :
0 : mandiri
Kemampuan 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
1 : menggunakan
Makan   Alat
Mandi   2 : dengan bantuan orang
lain
Toileting  
3 : memerlukan bantuan
Berpakaian   alat

  4 : ketergantungan
Mobilisasi
dengan alat dan orang
Ambulasi  
lain
5. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum Sakit : Pasien mengatakan biasanya tidur ± 7-8jam/hari,
dan biasanya tidur siang selama 2jam/hari, tidur
nyenyak tidak ada gangguan.

Setelah Sakit : Pasien hanya tidur ± 3-5 jam/hari, tidak bisa tidur

nyenyak karna telinga gatal dan nyeri.

6. Pola Kognitif dan Perceptual


Sebelum sakit : Panca indra pasien masih baik dan masih berfungsi
dengan normal.
Setelah sakit : Panca indra pasien masih baik kecuali pendengaran
pasien kurang baik, karena telinga kanan pasien
mengalami nyeri.

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri


a. Harga Diri
- Pasien mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
- Pasien biasa bersosialisasi setiap hari.
- Tujuan pasien saat ini adalah ingin sembuh dan cepat
beraktivitas.
b. Ideal diri
- Pasien ingin sembuh.
- Pasien ingin aktif kembali dengan lingkungan sekitar.
c. Gambaran diri
- Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya secara proposional.
- Pasien dapat beradaptasi dengan keadaan tubuhnya yang
sekarang.
d. Citra diri
- Pasien tidak ingin merubah bentuk tubuh.
- Pasien tidak merasa berbeda dengan orang lain.
- Pasien sangat percaya diri.

8. Pola Seksual dan Reproduksi


Pasien belum menikah dan belum pernah berhubungan seksual
sebelumnya.

9. Pola Peran dan Hubungan


Peran pasien dalam keluarga adalah sebagai anak pertama yang
bekerja wirawasta dan pasien selalu menurut dengan orang tua,
sedangkan di masyarakat pasien juga aktif dalam organisasi didesa,
pasien juga dapat berkomuikasi yang baik dengan masyarakat, sering
membantu kegiatan didesa seperti kerja bakti.

10. Pola Manajemen Stress dan Koping


Sebelum Sakit : Pasien sering berinteraksi dengan orang sekitar, dan
apabila pasien merasa setres maka ia akan
mendengarkan musik untuk menghilangkan
setresnya.
Selama sakit : Pasien merasa jenuh selama dirumah sakit.

11. Sistem Nilai dan Keyakinan


Sebelum sakit : Pasien beragama islam dan rajin beribadah ke masjid.
Setelah sakit : Pasien masih bisa beribadah seperti biasa.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran :
c. TTV : TD : 100/80 mmhg
RR : 22x/menit
T : 38,2˚C
N : 74x/menit
2. Pemeriksaan Head To Toe
a. Kepala
- Bentuk Kepala : Bulat/Mesocephal, Simetris
- Kulit kepala : Terlihat kotor, tidak ada luka
- Rambut : Bersih, potongan pendek, tidak ada
kutu, rambut lurus, warna hitam,
tidak ada uban.
b. Muka
- Mata : Reflek terhadap cahaya baik, Ikterik (-),
warna mata coklat, diameter ka/ki sama,
konjungtiva pucat.
- Hidung : Bersih, mukosa hidung tampak merah,
setretnya (+)
- Mulut : Bersih, kemampuan berbicara baik, bibir
kering.
- Gigi : Gigi berlubang (-), tidak ada karang gigi.
- Telinga : Simetris, kotor, serumen (+), luka/iritasi
c. Leher : Tonsil tampak berwarna merah dan bengkak.
d. Dada
- Paru –Paru
I : Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris,
Tidak nampak penggunaan alat bantu nafas, tidak
ada masa, pola nafas normal, tidak ada luka.
P : Vokal premitus normal, tidak ada nyeri tekan, tidak
teraba masa
P : Suara paru sonor
A : Suara paru vesikuler, tidak terdengar wheezing dan
ronkhi
- Jantung
I : Tidak nampak retraksi dada, bentuk dada simetris,
tidak nampak otot bantu nafas, tidak ada masa,
ictus cordis tampak pada intercosta ke-5
P : Tidak ada nyeri tekanan, tidak teraba masa, pulse
terasa kuat
P : Batas-batas jantung normal, suara redup
A : Suara paru reguler, tidak terdengar gallop
e. Abdomen
I : Abdomen flat, Simetris, Pernapasan Perut, Tidak Ada
Pembersaran
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak terasa pembesaran hepar
P : Suara lambung timpani
A : Tidak ada bising usus
f. Genitalia : Bersih, tidak nampak terpasang DC, anus bersih
tidak ada feses, tidak ada hemoroid.
g. Ekstremitas

Atas

- Kekuatan otot kanan dan kiri : Kekuatan otot lemah


3/3
- ROM kanan dan kiri : Gerakan otot sedikit
lemas dan kaku,
tangan kanan
terpasang infus
RL 20 tpm.
- Perubahan bentuk tulang : Tidak ada
- Perabaan Akral : Akral terasa panas
- Pitting Edema : Tidak ada

Bawah

- Kekuatan otot kanan dan kiri : Kekuatan otot lemah


3/3
- ROM kanan dan kiri : Gerakan otot sedikit

lemas dan kaku

- Perubahan bentuk tulang : Tidak ada


- Perabaan Akral : Akral terasa panas
- Petting Edema : Tidak ada
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan THT

Pemeriksaan Telinga
a. Pemeriksaan telinga :
“Setelah dilakukan pemeriksaan menggunakan speculum
telinga
terdapat granulasi jaringan didalam telinga”.
b. Uji Weber :
“Klien mengatakan suara yang didengan lebih keras di telinga
yang sakit (Telinga kanan) dibandingkan telinga yang sehat
(Telinga kiri)”
c. Uji Rinne :
“Klien mengatakan Suara lebih besar saat ditempelkan di tulang
mastoid dibandingkan di depan telinga (Bone Conduction > Air
Conduction = BC>AC)”
d. Uji Schwabach :
“Uji Schwabach memanjang (Hantaran tulang mastoid
klienlebih lama dibandingkan hantaran tulang mastoid
pemeriksa)”
e. Inspeksi :
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau,
pembengkakan pada MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat
benda asing, peradangan, tumor. Inspeksi dapat menggunakan
alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran
timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.
f. Palpasi:
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon
nyeri dari klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis
eksterna sirkumskripta.
Pemeriksaan Hidung
a. Pemeriksaan Hidung :
Telinga simetris kiri dan kanan, Tidak ada nyeri tekan dan
benjolan saat dipalpasi.
b. Pemeriksaan Rinoskopi menggunakan Spekulum Hidung :
Mukosa hidung berwarna merah dan nampak adanya sekret.
Pemeriksaan Tenggorokan : Tonsil nampak berwarna kemerahan

dan bengkak.

VI. TERAPI MEDIS


1. Akilen tetes Telinga 5ml : Akilen di indikasikan untuk OMSK dan
Otitis Eksterna biasanya efek samping
yang dialami pasien yaitu mual,
berkurangnya pendengaran, seborrhea,
tinnitus.
2. Ambroxol (3 x 1) : Ambroxol yang berefek mukokinetik dan
sekretolitik, dapat mengeluarkan lendir
yang kental dan lengket dari saluran
pernapasan dan mengurangi staknasi
cairan sekresi
3. Cetirizine (1 x 1) : Antihistamin potensial yang memiliki efek
sedasi (kantuk) ringan dengan sifat
tembahan anti alergi, khususnya alergi
rhinitis. Cetirizine di HCL mampu
menurunkan gejala mayor rinisits alergi
seperti hidung berair, bersin dan
hidung gatal.
4. Paracetamol 500mg (3x1) :
5. Infus RL 20 tpm :

VII. ANALISA DATA


Nama : Tn. K No. CM : 5076
Umur : 21 Tahun Dx. Medis : Otitis Eksterna
NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
1 DS : Nyeri Akut Proses Inflamasi
- Klien mengatakan nyeri
DO :
Klien nampak meringis
kesakitan
2 DS : Gangguan Penurunan
- - Klien mengatakan Persepsi Sensori Pendengaran
pendengarannya menurun : Pendengaran

- Klien mengatakan
telinganya terasa penuh
DO :
- - Uji Weber :
Lateralisasi ke telinga yang
sakit
- - Uji Rinne : BC>AC
- Uji Schwabach :
Memanjang
3 DS : Hypertermi Proses Inflamasi
- Klien mengeluh demam
beberapa hari setelah
telinganya kemasukan air laut
D DO :
Klien nampak demam
TD: 100/80 mmhg
RR: 52x/menit
T: 38,2˚C
Akral teraba panas, pasien
lemah,bibir kering
4 DS : Cemas Ketidakefektifan
- 1. Klien merasa cemas akan Koping
penyakit yang dideritanya
2 2. Klien mengatakan kulitnya
terkelupas ketika dikorek
dengan cottonbud
DO :
1. Klien nampak
khawatir/cemas
2. Klien bertanya-tanya
mengapa kulit telinganya
terkelupas

VIII. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri Akut b.d Proses Inflamasi
2. Gangguan Persepsi Sensori : Pendengaran b.d Penurunan
pendengaran
3. Hipertermi b.d proses inflamasi
4. Cemas b.d ketidakefektifan koping

IX. RENCANA KEPERAWATAN


Nama : Tn. K No. CM : 5076
Umur : 21 Tahun Dx. Medis : Otitis Eksterna
Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Paraf
Hasil
Nyeri akut b.d NOC : NIC :
proses inflamasi (client satisfaction : (pain management
pain management 1400)
3016) 1. observasi reaksi non
Setelah dilakukan verbal dari ketidak
tindakan keperawatan nyamanan.
selama 3x24 jam 2. kontrol
diharapkan pasien lingkungan yang dapat
tidak mengalami nyeri memperngaruhi nyeri
akut lagi dengan KH : (suhu,
1. mengontrol nyeri (4) pecahayaan,kebisingan)
2. memberikan 3. gunakan
informasi tentang komunikasi terapeutik
pilihan untuk untuk mengetahui
manajemen nyeri (4) pengalaman nyeri pasien
3. memonitor skala 4. kaji kultur yang
nyeri secara reguler (4) mempengahuri respon
4. pendekatan nyeri
preventif yang 5. memberikan
digunakan untuk pasien obat untuk rasa
manajemen nyeri (4) nyeri
Gangguan NOC : ( Tissue NIC : ( Insision Site Care
persepsi sensori Integrity : Skin and 3440 )
: Pendengaran Mucous Membranes 1. membantu atau
b.d penurunan 1101 ) memantau penyembuhan
pendengaran 1. perasaan (5) luka
2. jaringan bekas luka 2. membersihkan
(5)
3. kulit mengelupas (5) daerah diseluruh luka
dengan solusi
membersihkan yang
tepat
3. memonitor tanda -
tanda dan gejala infeksi
pada luka
4. membersihkan
area sekitar luka
menggunakan lidi
kapas steril
5. oleskan salep
Antiseptik
Hipertermi d.b NOC ( Vital Sign 0802 NIC ( Fever Treatment
Proses ) 3740 )
Inflamasi Setelah dilakukan 1. monitor TTV
tidakan keperawatan 2. anjurkan pasien
selama 3 X 24 jam minum sedikit tapi
diharapkan pasien sering
tidak mengalami 3. beri kompres air
hipertermi lagi hangat
dengan KHD : 4. anjurkan pasien
Suhu tubuh : 36,5 – menggunakan pakaian
37,5 ˚c (5), TD : 120/80 yang tipis dan
mmHg – 140/90 menyerap keringat
mmHg (5), Nadi : 5. kolaborasi
60/100 X per menit (5), pemberian antipiretik
RR : 16 – 20 X per
menit.
Cemas b.d NOC : NIC:
ketidakefektifan ( Anxiety Level 1211 ) (Coping Enhancement
koping 1. menderita (4) 5230 )
2. sifat mudah marah 1. menggunakan
(4) pendekan tenang
3. rasa gelisah dan dan meyakinkan
khawatir (4) 2. berikan
4. masalah perilaku informasi faktual
(4) mengenai diagnosis
5. serangan panik (4) terapi
dan prognosis
3. mencegah atau tidak
mengambil
keputusan ketika
penderita berada
dalam keadaan
stress

X. IMPLEMENTASI
Nama : Tn. K No. CM : 5076
Umur : 21 Tahun Dx. Medis : Otitis Eksterna
Hari/tgl/jam No Dx Implementasi Respon Paraf

Jum,at I 1. Mengkaji sakit 1. S = Klien


17/06/16 nyeri mengatakan nyeri
09.00 O= Klien meringis
kesakitan
II 2. Mengkaji 2. S = klien mengatakan
gangguan pendengarannya
pendengaran menurun dan
telinganya terasa penuh
O= Klien tampak
kebingungan

III 3.Monitoring TTV 3. S = Klien


mengatakan badannya
masih demam
O= T: 38,2˚C, TD:
100/80 mmhg
RR: 22x/menit
N : 74x/menit

IV 4. Manajemen 4. S = klien mengatakan


koping cemas akan penyakit
yang dirasakan dan
kulit telinganya
terkelupas ketika
dikorek
O = klien terlihat cemas
dan bertanya-tanya
kenapa kulitnya
terkelupas

13.00 I 5. Memberikan 5. S = klien mengatakan


Obat untuk rasa sudah meminum
nyeri obat yang telah
diberikan tetapi
masih merasa
nyeri
O = klien masih
merintih kesakitan dan
mencoba mengorek-
orek telinga

II 6. membersihkan 6. S = klien mengatakan


area sekitar luka nyeri ketika lukanya
menggunakan lidi dibersihkan
kapas steril O = klien merintih
kesakitan ketika
lukanya dibersihkan

III 7. Memberikan 7. S = klien mengatakan


kompres air badannya masih
hangat demam/panas
O = TTV
TD :
100/80mmhg,
T : 38,2˚C,
RR : 24x/menit,
N : 76x/menit

8. Menganjurkan 8. S = klien mengatakan


klien untuk sudah memakai baju
mengunakan tipis
pakaian yang tipis O = klien sudah
menggunakan pakaian
yang tipis tanpa lengan
dan menyerap keringat
IV 9. mencegah atau 9. S = klien mengatakan
tidak mengambil bahwa ia cemas dengan
keputusan ketika penyakitnya
penderita berada O = klien terlihat
dalam keadaan merasa
stress cemas dan
bingung dengan
sakit yang diderita
Sabtu I 1. mengontrol 1. S = klien mengatakan
18/06/16 lingkungan yang nyaman berada di
08.00 dapat lingkungan sekarang
mempengaruhi O = klien terlihat
nyeri ( suhu, nyaman
pencahayaan,
kebisingan )

II 2. mengoleskan 2. S = klien mengatakan


salep antiseptik nyeri berkurang setelah
dioleskan salep
O = klien terlihat mulai
membaik

III 3. mengkaji TTV 3. S = klien mengatakan


badannya masih panas
atau demam
O = TD : 100/70 mmHg
RR : 20 x per menit
Nadi : 74 x per menit
Suhu : 38˚c
4. berkolaborasi 4. S = klien mengatakan
pemberian sudah meminum obat
antipiretik yang telah diberikan
paracetamol tetapi badannya masih
terasa panas
O = klien sudah
meminum paracetamol,
suhu 38˚c dan akral
masih teraba
panas

IV 5. memberikan 5. S = klien mengatakan


informasi faktual bahwa ia mengerti apa
mengenai yang
diagnosis
disampaikan
perawat,dan sedikit
tenang
O = klien
mendengarkan dengan
baik dan sedikit
bingung

13.00 I 6. S = klien mengatakan


6. mengkaji kultur
sering mengorek – orek
yang
telinganya saat gatal
mempengaruhi
O = klien terlihat sudah
respon nyeri
terbiasa
dengan tindakan
yang dilakukan
II 7. membersihkan 7. S = klien
daerah sekitar luka mengatakan masih
dengan solusi nyeri dan gatal
pembersihan yang O = klien masih
tepat mengorek-ngorek
telinganya

III 8. berkolaborasi 8. S = klien mengatakan


pemberian badannya masih agak
antipiretik panas
(paracetamol) O = suhu : 37,8˚c, TD :
110/70mmHg, N :
74x/menit, RR :
22x/menit. Akral teraba
hangat, Mukosa
bibir agak lembab

IV 9. menggunakan 9. S = klien mengatakan


pendekatan tenang bahwa ia mengerti
dan meyakinkan tentang apa yang
tentang nyeri disampaikan dan
merasa tenang
O = klien terlihat sudah
tenang

Minggu I 1. mengobservasi 1. S = klien mengatakan


19/06/16 reaksi non verbal bahwa telinganya sudah
08.00 dari ketidak tidak nyeri dan gatal
nyamanan dan merasa lebih
nyaman dengan
lingkungan
O = luka didalam
telinga sudah
mengering/membaik

II 2. memantau 2. S = klien mengatakan


penyembuhan telinganya sudah tidak
luka terasa penuh, dan
pendengarannya sudah
membaik
O = luka didalam
telinga klien sudah
mengering, dan sudah
tidak ada serum

III 3. mengkaji TTV 3. S = klien mengatakan


badannya sudah tidak
demam lagi
O = TD : 120/80mmHg,
Nadi : 80x/menit, RR :
20x/menit, suhu :
37,5˚C

XI. CATATAN KEPERAWATAN


Nama : Tn. K No.CM : 5076
Umur : 21 Tahun Dx. Medis : Otitis Eksterna

No. Dx Hari/tgl/jam EVALUASI paraf


I Jumat S : klien mengatakan sudah minum obat yang
17/06/16 diberikan tetapi masih merasa nyeri dan gatal
Jam 14.00 O : klien masih merintih kesakitan dan
mencoba mengorek-orek telinga
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. kotrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri (suhu,
kebisingan, pencahayaan)
2. kaji kultur yang mempengaruhi nyeri
3. observasi reaksi non verbal dan
ketidaknyamanan
4. gunakan komunikasi terapiutik untuk
mengetahui pengalaman pasien nyeri
5. memberi obat rasa nyeri

II S : klien mengatakan nyeri ketika lukanya


dibersihkan
O : klien merintih kesakitan ketika lukanya
dibersihkan
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. membersihkan daerah diseluruh luka
dengan solusi pembersihan yang tepat
2. membersihkan daerah luka
menggunakan lidi kapas steril
3. memantau penyembuhan luka
4. monitor tanda dan gejala infeksi luka
5. oleskan saleb anti septik
III S : klien mengatakan badannya masih demam
pada malam hari
O : suhu : 38˚C, TD : 100/80mmHg, RR:
24x/menit, N : 76x/menit
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. monitor TTV
2. anjurkan pasien minum sedikit tapi
sering
3. beri kompres air hangat
4. anjurkan klien menggunakan pakaian
yang tipis dan menyerap keringat
5. kolaborasi pemberian antipiretik

IV S : klien mengatakan bahwa ia merasa cemas


O : klien terlihat cemas dan bingung dengan
sakit yang diderita
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. mencegah pengambilan keputusan jika
klien dalam keadaan stress
2. memberikan informasi faktual
mengenai diagnosa
3. gunakan pendekatan tenang dan
Menyakinkan
I Sabtu S : klien mengatakan sering mengork-orek
18/06/16 telinganya saat gatal
O : klien terlihat sudah biasa dengan kegiatan
yang dilakukan
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. kotrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri (suhu,
kebisingan, pencahayaan)
2. kaji kultur yang mempengaruhi nyeri
3. observasi reaksi non verbal dan
ketidaknyamanan
4. gunakan komunikasi terapiutik untuk
mengetahui pengalaman pasien nyeri
5. memberi obat rasa nyeri

S ; klien mengatakan masih nyeri dan gatal


II O : klien masih mengorek-orek telinganya
tetapi tidak sering
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. membersihkan daerah diseluruh luka
dengan solusi pembersihan yang tepat
2. membersihkan daerah luka
menggunakan lidi kapas steril
3. memantau penyembuhan luka
4. monitor tanda dan gejala infeksi luka
5. oleskan saleb anti septik

S : klien mengatakan bahwa badannya masih


III demam ringan
O ; suhu : 37,8˚C, TD : 110/70mmHg, N :
74x/menit, RR : 22x/menit, akral teraba
hangat
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. monitor TTV
2. anjurkan pasien minum sedikit tapi
sering
3. beri kompres air hangat
4. anjurkan klien menggunakan pakaian
yang tipis dan menyerap keringat
5. kolaborasi pemberian antipiretik

IV S : klien mengatakan bahwa ia mengerti


tentang apa yang disampaikan dan merasa
tenang.
O : klien sudah terlihat tenang
A : masalah sudah teratasi
I Minggu S : klien mengatakan bahwa telinganya sudah
19/06/16 tidak nyeri dan gatal dan merasa lebih
Jam 14.00 nyaman dengan lingkungan
O : luka didalam telinga sudah membaik
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
II S : klien mengatakan telinganya sudah tidak
terasa penuh, dan pendengarannya sudah
membaik
O : luka didalam telinga klien sudah
mengering, dan sudah tidak ada serum
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
S : pasien mengatakan sudah tidak demam
lagi
III O : TD : 120/80mmHg, Nadi : 80x/menit, RR
: 20x/menit, suhu : 37,5˚C
A : masalah teratasi
P: hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai